Anda di halaman 1dari 3

Nama Matakuliah Filosofi Pendidikan Indonesia

Review
pengalaman Matakuliah Filosofi Pendidikan Indonesia mengingatkan kembali Ki
belajar. Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Jika
sebelumnya, kita hanya mengetahui bahwa beliau sebagai simbol
pendidikan Indonesia dengan semboyannya yang biasanya tertulis pada
poster-poster sekolah, tanpa mengetahui dengan baik pandangan beliau
mengenai pendidikan. Matakuliah ini menegaskan arah pendidikan
Indonesia yang harusnya berpondasi pada pemikiran dan pandangan Ki
Hajar Dewantara mengenai praktik pembelajaran yang masih sangat
relevan atau bahkan masih dibutuhkan untuk masalah pendidikan di
Indonesia. Matakuliah ini sangat penting untuk mendalami, mamhami,
mamaknai dan mempraktikkan praktik belajar yang baik sebagaimana
ajaran Tri Dharma Pendidikan, keseimbangan olah pikir, rasa dan raga,
seorang guru yang ‘menghamba’ untuk muridnya, system among
hingga pendidikan yang memerdekakan. Menyelesaikan matakuliah
Filosofi Pendidikan memberikan paradigma baru dalam bertindak dan
berpikir sebagai seorang guru yang memiliki peran besar untuk
menciptakan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa dalam
menjadi insan yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam
dan kodrat zamannya untuk menggali potensi dan mengembangkan
bakat dan minatnya.

(tuliskan hasil review berupa pengalaman belajar yang dipilih untuk direfleksi
lebih lanjut: Apa yang telah saya pelajari di mata kuliah ini?)
Refleksi
pengalaman Matakuliah Filosofi Pendidikan Indonesia membuka wawasan
belajar yang dipilih mengenai pentingnya “Pendidikan yang Memerdekakan”. Prinsip
tersebut menekankan pentingnya pemahaman peran guru untuk
memberikan ruang yang merdeka bagi siswa untuk belajar. Setiap siswa
lahir sebagai insan dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Oleh
karena itu, topik tersebut memberikan wawasan pentingnya praktik
pembelajaran berdiferensiasi dan menghapuskan kesan sekolah yang
dulunya senantiasa menyeragamkan siswanya.

Topik tersebut menunjukkan peran seorang guru sebagai fasilitator


untuk memberikan proses belajar yang sesuai kebutuhan dan
karakteristik siswa. Mereka diberikan ruang untuk dapat memilih dan
menentukan subjek pembelajaran yang sesuai dengan minatnya.
Bahkan guru tidak lagi menjadi sumber belajar yang serba tahu dan
satu-satunya. Akan tetapi guru memiliki peran untuk mengantarkan,
menunjukkan hingga menyediakan sumber belajar, media dan metode
yang sesuai dengan karakteristik mereka. Bahkan penyelenggara
pendidikan juga hendaknya menciptakan lingkungan belajar dengan
sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar siswa dengan
keberagaman kecerdasan yang mereka miliki.

Selain itu, proses belajar juga berpusat pada peserta didik. Termasuk
dalam menciptakan kontrak belajar yang melibatkan dan disepakati
bersama dengan siswa. Mereka pun dibiasakan untuk dapat memahami
ketertarikan subjek pelajaran yang ingin dipelajari serta dapat
memahami dengan baik tujuan belajarnya. Mereka pun memiliki
dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk dapat mengeksplorasi
ketertarikan atas ilmu pengetahuan. Dengan demikian, guru dapat
menjalankan perannya sebagai motivator yang baik karena siswa
memiliki kesadaran yang baik mengenai tujuannya belajar sehingga
berusaha secara optimal untuk mencapainya.

(tuliskan refleksi terhadap pengalaman belajar terpilih: 1) Mengapa topik-topik


tersebut penting dipelajari? 2) Bagaimana saya mempelajari topik-topik yang
ada pada mata kuliah tersebut? 3)Apakah strategi yang diimplementasikan
dalam mempelajari topik-topik tersebut penting bagi saya? Mengapa?)
Analisis artefak
pembelajaran Pada topik lima eksplorasi konsep matakuliah Filosofi Pendidikan
Indonesia menyajikan materi yang menarik mengenai lembaga
pendidikan yang telah menerapkan konsep “Pendidikan yang
Memerdekakan” yaitu SDN 010 Bongan, Sekolah Kembang dan
Sekolah Erudio Indonesia. Praktik baik pembelajaran yang mengusung
konsep tersebut menunjukkan peran penyelanggara pendidikan untuk
memberikan ruang yang merdeka untuk siswanya dalam menentukan
tujuan atau capaian belajarnya. Sekolah hanya menyediakan fasilitas
atau menyediakan beragam sumber belajar bagi siswa untuk dapat
meningkatkan kompetensi dalam dirinya. Selain itu, sekolah yang
menghargai siswa sebagai individu sehingga melibatkan mereka untuk
merancang kegiatan belajar yang dikehendaki serta menghargai
keputusannya.

Kemerdekaan yang diberikan pada siswa juga mendorong adanya sikap


untuk bertanggung jawab atas pilihan yang telah dibuat. Selain itu,
mereka juga dituntut untuk dapat mengenali diri sendiri dengan baik
agar dapat mengetahui kompetensi yang hendak diasah dan
dieksplorasi. Mereka juga didorong untuk dapat menghargai diri sendiri
sehingga tidak belajar dengan suasana belajar dengan berkompetisi.
Mereka tidak berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di antara
teman-temannya, akan tetapi berupaya untuk menjadikan dirinya lebih
baik dari sebelumnya. Semangat tersebut dapat juga menumbuhkan
sikap kolaboratif untuk saling membantu untuk mencapai tujuan
bersama.

(cantumkan visual artefak pembelajaran yang mendukung hasil refleksi


pengalaman belajar atau tautannya di sini, beserta analisis Anda terhadap
artefak pembelajaran tersebut.)
Pembelajaran “Pendidikan yang memerdekakan” memberikan paradigma baru bagi
bermakna (good seorang guru untuk merancang tujuan pembelajaran bagi siswanya.
practices) Sebagai guru Bahasa, maka tidaklah patut untuk menuntut siswa untuk
menguasai empat keterampilan berbasa sekaligus (Berbicara,
mendengar, menulis dan membaca). Guru hendaknya dapat mengenali
karakter siswa dalam mengekspresikan keterampilan berbasanya. Jika
memiliki siswa yang unggul dalam menulis, tetapi tidak merasa nyaman
untuk berbicara maka guru hendaknya memfasilitasi hal tersebut. Siswa
pun diberikan ruang untuk dapat mengasah keterampilan menulisnya
serta tidak memaksa dia untuk terampil dalam berbicara juga.

Keadaan yang nyaman untuk mengekspresikan gaya berbahasa tersebut


juga akan menjadi potensi yang kuat dari siswa tersebut. Oleh karena
itu, keterampilan guru untuk memahami karakteristik siswa dengan
memberikan pembelajaran yang ‘memerdekakan’ akan meningkatkan
rasa percaya dirinya. Hal itu dapat menjadi pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa karena ia memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi diri dengan baik berdasarkan gaya belajar yang nyaman
untuk dirinya.

(tuliskan garis besar makna yang diperoleh dari aktivitas refleksi diri terhadap
pengalaman belajar mata kuliah ini: Bagaimana saya akan menggunakan apa
yang sudah dipelajari untuk memperbaiki diri saya sebagai individu dan
sebagai guru, serta membawa perubahan terhadap siswa?

Anda mungkin juga menyukai