Anda di halaman 1dari 3

FILOSOFI PENDIDIKAN

01.01.2-T5-6 Koneksi Antar Materi – Pendidikan yang Memerdekakan dari Perspektif lain

Nama : Nani Widiawati


NIM : 223174918208
Fakultas : Sekolah Pascasarjana UM
Prodi : Pendidikan IPS
Kelas : PIPS 01 PPG Prajabatan Gel 2 Tahun 2022

Sejauh mana topik tentang pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan
peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 dapat diimplementasikan pada pendidikan nasional dan
sekolah mitra mahasiswa secara khusus

Pendidikan zaman kolonial hanya untuk kepentingan kolonial saja. Pendidikan kolonial tidak
dapat membentuk manusia merdeka (Syaharuddin & Susanto, 2019). Sehingga, sejak dulu kala Ki
Hadjar Dewantara telah berani menentang Hindia-Belanda sampai kepada kritikannya yang
berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda” dan Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke pulau
Bangka dan diasingkan lagi ke Negeri Belanda bersama kedua rekannya (Zuriatin et al., 2021).
Namun sebelum itu semua bersama Cipto Mangungkusomo dan Douwes Dekker membentuk
Indische Partij dengan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada saat di Belanda Ki Hadjar
Dewantara banyak mempelajari mengenai sistem pendidikan dan pengajaran yang digagas oleh
Mario Montessori dan Rabindranath Tagore (Ora, 2011).
Ki Hajar mendirikan Taman Siswa di Jogjakarta. Proses pembelajaran meliputi materi
pelajaran dan ditambah pendidikan kebangsaan dan budi pekerti, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan jasmani atau rohasi dan sosial. Taman siswa mengusung konsep baru sistem
pendidikan di Indonesia dengan asas Trikon (Kontinu, Konvergen, dan Konsentris) (KS PS dan
Tendik Kemdikbudristek, 2021). Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara
ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan Pengajar dan Kebudayaan
namun itu tidak berlangsung lama dikarenakan hanya memegang jabatan selama tiga bulan.
Setelah tidak menjadi mentri Ki Hajar masih terus melakukan kritik dan tetap memperjuangan
keberlangsungan taman siswa hingga mencapai posisi aman pasca perang dan setelah perang
namun masih ada campur tangan belanda di Indonesia.
Dengan melihat perjalanan pendidikan nasional sebelum dan sesudah merdeka praktik
pendidikan di Indonesia masih terbelenggu oleh beberapa hal yakni, pembelajaran yang berfokus
pada perkembangan intelektual peserta didik tanpa ada pembelajaran yang berkaitan dengan
budaya. Kemudian adanya ketidakmerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di
Indonesia, dalam artian tidak semua masyarakat pribumi dibebaskan untuk memperoleh
pendidikan. Kemudian yang terakhir yakni setelah merdeka, masih ada hal yang perlu dibenahi
karena pendidikan setelah merdeka sangat terbatas sebab masih mengacu pada sistem pendidikan
yang lebih mementingkan peningkatan intelektual dan nilai belajar saja, sehingga peseta didik
tidak leluasa untuk belajar dengan tentram karena adanya sistem pendidikan yang menuntut
peserta didik untuk memiliki atau memperoleh nilai belajar yang besar saja tanpa adanya
peningkatan potensi diri peserta didik. Pendidikan yang membelenggu kini mengalami berbagai
perubahan hingga kini pendidikan bertujuan untuk memerdekan peserta didik. Pendidikan yang
memerdekakan adalah proses Pendidikan yang menuntun peserta didik untuk mengembangkan
potensi yang ada. Peserta didik diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk mereka
hidup dan tumbuhnya peserta didik seperti halnya petani tidak dapat mengubah padi menjadi
jagung. Sehingga, tugas pendidik itu menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat yang
dimiliki peserta didik.
Sehingga, pendidikan masa kini tengah kembali pada pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan
menerapkan kurikulum merdeka dengan pembelajaran paradigma baru dan profil pelajar pancasila
sebagai jantung Kurikulum Merdeka. Pancasila memuat nilai yang sangat perlu dilestarikan untuk
menjaga nilai dan dapat diwariskan turun temurun, generasi antar generasi melalui pendidikan.
Kaitan filosofi pancasila dengan prinsip pendidikan yang memerdekakan yaitu memberikan
pembelajaran sepanjang hayat dimana pembelajaran masa sekarang sangat memperhatikan kodrat
anak dan tuntutan zaman sehingga pembelajaran yang dilakukan memggunakan kerangka merdeka
belajar paradigma baru yang mengacu pada profil pelajar pancasila. Profil pelajar Pancasila terdiri
dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Melalui pendidikan yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila diharapkan generasi muda bangsa
Indonesia mampu mengembangkan life skill untuk kemajuan bangsa yang memiliki rasa tanggung
jawab, pemecahan masalah, dapat menganalisis terhadap masalah-masalah.
Dalam penerapannya, kurikulum merdeka memiliki perbedaan dengan kurikulum lainnya. Perbedaan
tersebut ada pada asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik ini dilakukan untuk mengidentifikasi atau
mengetahui karakteristik peserta didik yang beragam. Dengan adanya asesmen diagnostik pendidik dapat
merancang pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik. Selain meranncang pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, pendidik juga menyelipkan Dalam merencanakan pembelajaran pendidik juga
memasukkan keterampilan abad 21 yang terdiri dari collaboration, communication, critical thinking, dan
creativity. Pembelajaran yang mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan peserta didik dalam kurikulum
merdeka disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi sudah
dilakukan oleh beberapa sekolah meskipun pada penerapannya masih terdapat hambatan dan tantangan.
Karena pembelajaran diferensiasi ini hal baru bagi pendidik jadi tantangannya seputar kekurangan
pengalaman pedidik dalam menerapkannya, lalu ada pula pendidik yang telah nyaman dengan pembelajaran
model lama, dan belum begitu banyak referensi akan pembelajaran berdiferensiasi.

REFERENCE
KS PS dan Tendik Kemdikbudristek. (2021, April 9). Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
https://www.youtube.com/watch?v=qgsbRba78GE
Ora, F. B. (2011). Perananan Ki Hadjar Dewamtara dalam Memajukan Pendidikan Pribumi Tahun 1922-
1930 [Sanata Dharma]. https://repository.usd.ac.id/25240/2/051314019_Full%5B1%5D.pdf
Syaharuddin, & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Kolonialisme Nusantara sampai
Reformasi) (1st ed.). Universitas Lambung Mangkurat.
Zuriatin, Z., Nurhasanah, N., & Nurlaila, N. (2021). Pandangan Dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
Dalam Memajukan Pendidikan Nasional. JURNAL PENDIDIKAN IPS, 11(1), 48–56.

Anda mungkin juga menyukai