Anda di halaman 1dari 3

Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan.

Pengajaran merupakan
proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara
lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. KHD hendak mengingatkan
pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya
sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini 
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam
memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat
tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau
Indonesia Timur. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai
dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. 

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak
pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti
juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga
menciptakan Karya (psikomotor).  keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk
melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat
bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti
(pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk
mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan
lainnya. Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa
dan karya. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi
dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

KHD mengenalkan Sistem among sebagai suatu metode Pendidikan yang menekankan pada
proses pembelajaran yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodo artinya di depan
memberi teladan yaitu bagaimana guru memahami secara utuh tentang apa yang ia bantu
kepada peserta didik, menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku, Ing Madyo
Mangun Karso artinya di tengah membangun kehendak yaitu guru diharapkan mampu
membangkitkan semangat, berswakarsa dan berkreasi bersama peserta didik dengan
membuka dialog dengan peserta didik, berperan sebagai narasumber dan penuntun , Tut
Wuri Handayani, artinya dibelakang memberi dorongan yaitu guru tidak sekedar memberi
motivasi tetapi juga memberi saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya, agar peserta
didik mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karyanya.  Sistem among didasarkan
pada dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan serta
Kemerdekaan untuk menggerakan kekuatan lahir dan batin murid hingga dapat mencapai selamat dan
bahagia.

Bagi saya, menuntun adalah membimbing, mengarahkan, dan mendampingi. KHD menjelaskan bahwa
tujuan pendidikan yaitu menuntun. Maksud menuntun adalah menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut
pemikiran KHD dalam
proses Pendidikan, menuntun adalah berkolaborasi dengan siswa,
memberikan ruang berfikir kritis, siswa melakukan relfeksi dengan komunikasi
yang kreatif dan inovatif.

Menuntun dalam konteks sosial budaya berorientasi pada sistem among yang di kenalkan oleh KHD,
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo artinya di depan memberi teladan yaitu bagaimana guru
menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku. Seperti menunjukkan keteladanan, dan
memberi contoh yang baik kepada peserta didik. Misalnya seorang guru yang mendidik muridnya harus
menunjukkan contoh yang baik ketika berbicara, menyampaikan materi, bersosialisasi, bertoleransi,
menghargai orang sekitar, memperkenalkan budaya yang ada pada daerah tersebut dan lain-lain.
Pendidikan tersebut akan membentuk pribadi anak menjadi manusia yang paham mengenai budaya.

Karena, pendidikan saat ini  menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan
Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta
didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di
Indonesia Tengah atau Indonesia Timur. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak
dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar
dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan
dan akhir abad ke-20. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis
mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

Maka guru hendaknya terus belajar demi meraih tujuan pendidikan menjadi manusia
merdeka yang kelak akan menuntun murid-murid manusia merdeka.

Guru perlu menyelaraskan sebagai pendidik yang relevan dengan dengan konteks murid
dan perubahan zaman. 
Relevansi pemikiran KHD "Pendidikan yang memerdekakan murid" dengan peran saya sebagai
pendidik yaitu dengan memberi kebebasan belajar untuk mengembangkan potensi-potensi
positif yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-potensi
tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik dan tekanan dari dalam diri individu murid
tersebut, maupun dari dalam luar diri. Namun sebagai pendidik tetap memberikan sistem
among kepada murid. Sistem among yang diberikan yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.
Selain sebagai among menurut Ki Hadjar Dewantara pendidik juga momong dan ngemong.

Anda mungkin juga menyukai