Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN

PEMBELAJARANNYA

1. Teori Belajar
Belajar merupakan upaya manusia untuk mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan, sehingga mencapai kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, melalui
studi, pengajaran, instruksi, latihan atau bentuk pengalaman lainnya. Berdasarkan definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa ciri dalam belajar, yakni:
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti,
bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa
mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil
belajar.
b. Perubahan tingkah laku tidak harus segera diamati pada proses belajar sedang berlangsung,
perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
c. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
d. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan
memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

A. Teori-Teori Belajar
 Behaviorism ( Behaviorisme )
a. Teori belajar Ivan Petrovich Pavlov ( 1849-1936)
Merupakan teori pengkondisian Asosiatif stimulus – respons atau yang disebut
clasissical conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik), eksperimen yang dilakukan
pada seekor anjing yang jika dikaitkan dengan dalam proses pembelajaran penerapan teori
Pavlov adalah sebagai contoh berikut :
“ jika pada saat pembelajaran sejarah berlangsung, ketika guru memberikan
hadiah kepada siswa ( unconditioning stimulus), siswa secara otomatis akan
senang/semangat ( unconditioning response). Ketika guru memberikan tugas sejarah
kepada siswa, sebagian besar siswa kurang bersemangat. Akan tetapi, saat itu guru
menjanjikan akan memberikan hadiah ( unconditioning stimulus), kepada siswa yang
berhasil mengerjakan tugas sejarah dengan baik (conditioning stimulus) sehingga siswa
bersemangat mengerjakan tugas tersebut(unconditioning response). Setelah lama
mengajar guru tidak lagi memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil mengerjakan
tugas sejarah dengan baik, akan tetapi siswa tetap bersemangat(conditioning response)
mengerjakan dengan harapan akan mendapatkan hadiah. Jika guru tidak lagi
memberikan hadiah, lama-lama siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan tugas
sejarah”
Menurut teori conditioning belajar itu adalah proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat ( conditional) yang kemudian menimbulkan reaksi ( response). Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat khusus/tertentu.

b. Teori belajar Edward Lee Thorndike (1874-1949)


belajar merupakan proses interaksi antara stimulus(S) dan respon(R). Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya suatu kegiatan belajar yang mungkin berupa pikiran,
perasaaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi
yang dimunculkan oleh individu ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan,
atau gerakan/tindakan. Hukum-hukum pokok belajar menurut Thomdike adalah
1. law of readlines yakni hukum yang menyatakan bahwa dalam belajar organisme atau
individu harus dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun mental untuk menerima atau
mempelajari pengetahuan dan perilaku baru agar mencapai keberhasilan. Menurut thomdike
ada 3 keadaan berkaitan dengan kesiapan belajar individu antara lain:
a. Kesiapan untuk belajar atau merespon stimulus dapat menimbulkan kecenderungan
untuk bertindak
b. organisme atau individu yang sudah siap untuk bertindak, apabila tidak bertindak
akan menimbulkan ketidakpuasaan dan akan menimbulkan respon yang lain untuk
mengurangi atau meniadakan kepuasaan itu
c. apabila individu yang tidak siap untuk bertindak dipaksa akan menimbulkan ketidak
puasaaan dan berakibat dilakukannya tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau
meniadakan ketidak puasaan

b. Teori belajar Burhus Frederic Skinner


Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku yang dicapai
sebagai hasil belajar melalui proses penguatan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar
melalui hasil proses penguatan perilaku baru yang muncul, proses ini biasa disebut dengan
operant conditioning. Skinner menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh dua hal yakni
anteseden ( peristiwa yang mendahului perilaku) dan konsekuen( peristiwa yang mengukuti
perilaku). Hubungan ini ditunjukkan serangkaian sederhana yaitu antecedents-behavior-
consequences atau A-B-C. berdasarkan eksprimen yang dilakukan Skinner terdapat beberapa
prinsip belajar yang menghasillkan perubahan perilaku yaitu :
1. reinforcement : sebuah konsekuensi yang menguatkan tingkah laku.
a. berdasarkan jenisnya
Reinforcement primer Reinforcement Sekunder
Kebutuhan dasar/pokok manusia Reinforcement yang dinegosiasikan dengan
reinforcement primer
b. Berdasarkan bentuknya
Positive negative
Konsekuensi yang diberikan untuk menguatkan Aktivitas menarik diri dari situasi yang tidak
atau meningkatkan perilaku. Contohnya : guru menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku.
memberikan hadiah, pujian dan sebagainya Contohnya: guru membebaskan muridnya dari
tugas membersihkan kamar mandi apabila
muridnya dapat menyelesaikan pr nya
c. Berdasarkan waktu pemberiannya
Ratio Interval
Fixed Reinforce diberikan setelah sejumlah tingkah laku Renforce diberikan ketika
Contoh: guru mengatakan “jika kamu dapat seseorang menunjukkan
menyelesaikan 10 soal sejarah dengan cepat dan perilaku yang diinginkan pada
benar, maka siswa dapat pulang lebih dahulu” waktu tertentu.
Contoh : setiap 30 menit sekali
variable Sejumlah perilaku yang dibutuhkan untuk berbagai Reinforcement diberikan
macam reinforcement dari reinforcement satu ke tergantung pada waktu dan
reinforcement yang lainnya sebuah dan sebuah respon,
Contohnya : guru tidak hanya melihat apakah tugas tetapi antara waktu dan
dapat diselesaikan, tetapi juga melihat kemajuan reinforcement bermacam-
yang diperoleh pada tahap-tahap menyelesaikan macam
tugas tersebut
2. Punisment adalah upaya menghadirkan situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang
ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku. Punismet ada 2 yaitu
Time out Response cost
Bentuk hukuman yang diberikan kepada Bentuk hukuman yang diberikan kepada
seseorang dengan cara menghilangkan sesuatu seseorang dengan cara menghilangkan reinforce
yang disukai atau disenangi sampai pada waktu positif jika melakukan perilaku yang tidak
tertentu diinginkan.
Contohnya : guru tidak akan memberikan hadiah
jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan
tugas sejarahnya dengan baik
3. Shaping adalah langkah-langkah kecil yang disertai dengan feedback atau membantu siswa
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Misalnya “ mengjarkan anak kecil menata sepatunya
dengan rapi dengan menunjukkan cara menata yang benar terlebih dahulu dan
kemudian membiarkan anak melakukan pekerjaan tersebut sampai selesai, baru
diberikan reinforcement
4. Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik
reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi
Penerapan teori belajar Behaviorisme dalam pembelajaran disekolah:
Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi pebiasaan, dilakukan kepada peserta
didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Contoh penerapan teori belajar
behavioristik dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks
2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar
3. Saat guru ada melihat kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru
akan segera memperbaiki
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan
5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat
6. Guru dituntut memiliki kemmapuan memberikan penguatan baik dari sisi positif dan
negatif
 Teori Sosial-Kognitivisme
Dikemukakan oleh Albert Bandura. Penerapan ini bahwa berfokus pada proses berpikir
siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif mereka. Libatkan
siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya,
kesempatan untuk membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan,
serta merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalma memmahami proses
mental.berikut beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran kognitif antara lain:
1. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau
laporan haria tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan
2. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk
mengajukan pertayaan
3. Mmebantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu maslah untuk mengembangkan
cara berpikir kritis
4. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka
miliki
5. Memnatu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide –ide dapat
terhubung
6. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan
permainan dalam menyampaikan materi
 Teori Belajar Construktivisme
a. teori belajar konstruktivisme Jean piaget
menurut piaget pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman.
Oleh karena itu, pada saat belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya,
yaitu:
a. Proses organisasi informasi yaitu proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada
sebelumnya dalam otak. Melalui proses ini, manusia dapat memahami sebuah informasi baru
yang didapat, sehingga manusia dapat mengasimiliasi atau mengakomodasi informasi atau
pengetahuan
b. proses adaptasi yaitu proses yang berisi dua kegiatan.pertama, menggabungkan atau
mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh mausia, atau disebut dengan asimilasi.
Kedua mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan
baru, sehingga terjadi keseimbangan

b. teori belajar konstruktivsme Vygotsky


Menurut Vygotsky, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen
penting, pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar, kedua,
proses secra psikologis sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaiatan dengan
lingkungan sosial budaya. Ide dasar dari teori vygotsky adalah scaffolding yang merupakan
memberikan dukungan dan bantuan kepda sesorang anak yang sedang pada awal belajar,
kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan setelah anak mampu untuk
memecahkan masalah dari tugas yang dihadapinya.
Contoh penerapannya dalam pembelajaran:
1. Guru menghargai gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual siswa. peserta
diidk meruuskan pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti
telah mengembangkan tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri serta menjadi
pemecah maslaah
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
pada siswa untuk merespon
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi ( HOTS)
4. Siswa terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi.
Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama
melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6. Guru menggunakna data mentah, sumber-sumber utama dan materi interaktif.

 Teori Humanistik
Teori belajar humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebuah filosofi
belajar yang sangat memperhatikan keunikan-keunikan setiap siswa. Filosofi ini meyakini
bahwa setiap siswa mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuan yang sedang
dipelajarinya. Filosofi humanistik dalam proses pembelajaran telah melahirkan beberapa
konsep yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran yang memberikan bagi
siswa sendiri dan menekankan pada kemampuan siswa dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotorik. Salah satu model belajar yang dimaksud adalah experiential learning

 Motivasi Belajar
Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan
untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik berkaitan dengan
motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan berdasarkan
minat dan kemauannya sendiri. Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi yaitu
a. perspektif perilaku : berkaiatan dengan imbalan dan hukuman eksternal sebagai
penentu keberhasilan siswa
b. perspektif Humanistik : motivasi ditekankan kepada kemampuan pertumbuhan
pribadi siswa, kemerdekaan untuk memilih dan sifat-sifat positif
c. perspektif kognitif
d. perspektif Sosial : motivasi sering dikaitan dengan kemampuan seseorang dalm
membangun, memelihara dan memulihkan hubungan pribadi yang dekat dan hangat pada
orang lain

 Paradigma personal Peserta didik


a. Pola pikir
Growth mindset Fixed mindset
Siswa yakin bahwa kecerdasan tumbuh seiring Siswa takut untuk mengembangkan
waktu kemampuannya walaupun guru sudah
memberikan kesempatan
Para siswa menerima bantuan untuk Siswa tidak berusaha untuk mencari bantuan
megembangkan kecerdasan mereka karena mereka percaya bahwa segala sesuatu
yang dilakukan bertujuan untuk mengukur
kecerdasan mereka
optimis pesimis
Mau menerima tantangan Tidak mau menerima tantangan

Topik 2 : Teori Perkembangan ( Kognitif, psikososial, emosional, sosial-konteks)

1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik individu mencakup beberapa aspek yaitu :
a.sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
b. otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemmapuan motorik
c. kelenjer endoktrin yang menimbulkan munculnya pola perilaku baru.
2. Perkembangan Kognitif
Menurut piaget ada 4 tahap perkembangan yaitu
a. tahap sensori motorik ( lahir – 2 tahun)
b. tahap pra operasional ( 2- 7 tahun)
c. tahap operasional konkrit ( 7 – 11 tahun)
d. tahap operasional formal ( 11 – 16 tahun)
tahap ini individu bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman konkret
dan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis dan logis
3. Perkembangan Sosio-emosional
Menurut bronfenbrenner bahwa individu akan dipengaruhi oleh 5 sistem
lingkungan yang berasal dari interaksi interpesonal terbuka hingga berbasis luas
budaya. Kelima sistem itu adlaah mikrosistem, mesossistem, ekosistem, makrosistem
dan kronosistem yang disebut teori ekologi.
4. Sosial – konteks Perkembangan
Pada teori bronfenbrenner, konteks sosial merupakan pengaruh penting pada
kehidupan dan perkembangan anak-anak. 3 konteks anak-anak menghabiskan banyak waktu
mereka pada keluarga, teman sebaya dan sekolah.
5. Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah tentang aturan dan konversi berinteraksi antara orang-
orang, yang dipelajari dalam 3 bagian yaitu kognitif, perilaku dan emosional.

Topik 3 : Profiling Peserta didik


Karakter peserta didik diartikan sebagai ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang
dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakter peserta didik dapat diartikan
sebagai keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan, sehingga mana cita-cita atau tujuannya. Informasi terkait
karakteristik peserta didik, sangat diperlukan untuk kepentingan dalam perancangan
pembelajaran.
Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta
didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, Dan asesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas
dasar ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus jadi menjadi perhatian dan pijakan
pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik
meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya
belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, serta
perkembangan motorik.

Topik 4 : Kerangka Strategi

a. Pembelajaran Berdiferensiasi
berikut langkah-langkah pembelajaran diferensiasi yang dapat diterapkan di kelas ;
1. Guru melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan belajar siswa ( absensi, fisik dan
mental siswa, memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan suasana belajar yang
nyaman)
2. Guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
materi “ kolonialisme dan imperialisme barat di Indonesia”
3. Guru menyampaikan materi dan menjelaskan strategi belajar diferensiasi
4. Guru menjelaskan dan melatih pemahaman peserta didik tentang kolonialisme dan
imperialisme barat sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
5. Guru menjelaskan contoh yang relevan untuk menjelaskan materi dan memberi
kesempatan peserta didik untuk bertanya
6. Guru membagikan bahan bacaan dan menugasi untuk membaca dengan seksama
sesuai dengan gaya belajar mereka
7. Guru memberikan batasan waktu
8. Siswa mencatat hal yang penting dari hasil diskusi
9. Guru mengomentari dan meluruskan materi jika ada yang tidak tepat.
10. Guru memberikan tindakan lanjut berupa evaluasi
11. Bersama-sama melakuakn refleksi
Kelemahan pendekatan/strategi ini adalah:
a. proses pembelajaran harus sesuai dengan tahap perkembangan anak
b. harus sesuai dengan kemampuan kognitif ssiwa
c. tidak semua materi cocok diterapkan

b. Pengajaran dan pembelajaran secara Kebudayaan-responsif


Villegas dan Lucas (2002) ketika membahas mengenai karakteristik guru tanggap
budaya mengungkap enam karakteristiknya, yakni: (1) mempunyai kesadaran sosio-kultural;
(2) mempunyai afirmasi terhadap keragaman latar belakang peserta didik; (3) mempunyai
kepercayaan diri dalam mengemban tugas; (4) memahami bagaimana peserta didik
mengkonstruksi pengetahuan dan mendorong peserta didik mengembangkan konstruksi
pengetahuannya sendiri; (5) mengetahui pola hidup peserta didik, dan (6) mampu
menggunakan informasi mengenai pola hidup peserta didik untuk mendesain pembelajaran
yang bermakna

c. Pengajaran Sesuai Level ( TARL)


Teaching at the Right Level (TaRL) yang memungkinkan anak-anak memperoleh
keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan cepat. Tanpa memandang usia
atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat anak. Inilah yang dimaksud dengan "Mengajar
pada Tingkat yang Benar". Fokusnya adalah membantu anak-anak dengan dasar membaca,
memahami, mengekspresikan diri, serta keterampilan berhitung sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Penerapan dalam pembelajaran adalah
a. pahami peserta didik
b. rancang rencana pembelajaran sesuai dengan hasil identifikasi peserta didik dan
dikelompokkan dalam tingkatan yang sama
c. pendidik mengukuti ragam pelatihan yang sesuai dengan TARL

Topik 5 : Pengukuran Pemahaman Belajar Peserta didik ( Assesment)

Assessment atau yang disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan atau
penggunaan dalam berbagai cara dan alat guna mendapatkan serangkaian informasi mengenai
hasil dari pembelajaran serta pencapaian kompetensi dari peserta didik.
Tak hanya itu definisi lain dari assesment merupakan suatu proses dalam memperoleh
data atau informasi dari proses pembelajaran serta memberikan umpan baik terhadap guru
maupun kepada peserta didik.
Contohnya : asesment dapat berupa ujian atau penugasan, sedangkan penilaian dengan
bantuan instrument penilaian tertentu. Dapat berupa kunci jawaban, daftar periksa, pedoman
penilaian atau rubrik

Fungsi Asesmen ada 2 yaitu fungsi formatif dan sumatif.


a. Fungsi Formatif : berguna untuk memberikan umpan balik terhadap guru untuk dijadikan
dasar pada saat memperbaiki serta membenarkan proses pembelajaran dan juga mengadakan
remedial pada siswa
b. Fungsi Sumatif : fungsi yang berguna dalam penentuan nilai belajar siswa dalam satu mata
pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya dapat dijadikan bahan memberikan laporan, untuk
menentukan kenaikan kelas serta menentukan lulus atau tidaknya peserta didik.

Tujuan dilakukan asesmen, penilaian dan evaluasi adalah

1) Memantau perkembangan proses pembelajaran siswa.


2) Mengecek pemenuhan terhadap capaian pembelajaran dan memberikan nilai atas proses
dan hasil pembelajaran siswa
3) Memperoleh umpan balik sebagai bagian dari siklus perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement) bagi :
a) Siswa dalam rangka perbaikan pembelajaran
b) Guru dalam rangka perbaikan dan pengembangan mata kuliah
c) Program studi dalam rangka pengembangan kurikulum
d) Sekolah dalam rangka pengembangan institusi
4) Wahana kontrol kualitas lulusan, dalam artian bahwa melalui asesmen capaian
pembelajaran dapat dipastikan seluruh lulusan suatu program studi telah memenuhi standar
minimal yang telah ditentukan.
5) Penunjang akuntabilitas institusi, yaitu sumber informasi terkait proses dan hasil
pembelajaran kepada pemangku kepentingan terkait.

Jenis-jenis asesmen tertulis yang digunakan adalah :


a. performance asesmen : peserta didik melakukan demonstrasi
b. penilaian portofolio dan proyek
c. product asesmen dan self asesment
product asesmen : penilaian terhadap pembuatan suatu karya atau produk ( barang)
self asesment : penilaian yang dilakukan sendiri oleh siswa atau guru, misalnya
peilaian sikap diri atau teman sejawat

Topik 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) Penyusunan, Evaluasi dan


Refleksi

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, komponen RPP adalah:
1. Identitas mata pelajaran
2. Standar Kompetensi/Kompetensi Inti
3. Kompetensi dasar
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Tujuan Pembelajaran
6. materi ajar
7. alokasi waktu
8. metode pembelajaran/pendekatan/ model pembelajaran
9. kegiatan pembelajaran
10. Penilaian hasil Belajar ( Asesmen)
11. Sumber belajar

Latihan Soal :

1. Indikator pencapaian pembelajaran yakni “ Peserta didik mampu mendeskripsikan


persebaran nenek moyang di indonesia” maka salah satu tujuan pembelajaran yang tepat yaitu
...
a. Peserta didik mampu menjelaskan daerah asal migrasi nenek moyang
b. Peserta didik mampu Mengidentifikasikan kebudayaan yang dibawa oleh
nenek moyang bangsa indonesia
c. Peserta didik mampu Mendeskripsikan alat-alat yang dipakai nenek moyang
bangsa indonesia
d. Peserta didik mampu menjelaskan kehidupan nenek moyang bangsa indonesia
e. Peserta didik mampu menggambarkan rute kedatangan dan persebaran nenek
moyang bangsa indonesia
2. salah satu prinsip dari penyususunan RPP adalah ...
a. Memperhatikan kemampuan awal peserta didik
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c. Mengembangkan budaya tanggap teknologi
d. Memberikan umpan balik dan kerja sama
e. Keterpaduan dan kesinambungan

Anda mungkin juga menyukai