Anda di halaman 1dari 14

MODUL 1.

Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Kelas dan Sekolah pada Modul


1.1 BERGERAK BERUBAH UNTUK MENUJU MERDEKA BELAJAR
Menurut Ki Priyo, bakat menjadi kiblat bagi sang pendidik. Guru harus memperhatikan apa yang
dapat dikembangkan dari anak didiknya. Guru harus jeli menelisik kebutuhan anak didik, mana
yang harus didorong, dan apa yang harus dikuatkan.
 
Guna memenuhi kebutuhan pengembangan bakat, kata dia, anak didik harus merasa merdeka.
Namun, merdeka yang dimaksud bukan bermakna mutlak.

Putra dari Ki Hadi Sukitno, tangan kanan Ki Hadjar Dewantara, menuturkan Belajar merdeka itu
berarti merdeka atas diri sendiri. Minat dan bakat siswa itu harus merdeka untuk berkembang
seluas mungkin. Konsep itu yang dibawa Ki Hadjar Dewantara bagi bangsa ini dengan harapan
tak digerus perkembangan zaman,

"Pikiran kok sampai terjajah? itu artinya terjajah intelektualisme. Ki Hadjar anti intelektualisme.
Dia bilang, saya tidak suka orang yang terlalu intelek tapi mengabaikan karakter. Artinya belajar
itu terlalu kognitif. Tapi afeksinya, rasanya, kadang-kadang hilang," jelas dia, sembari
mengenang sosok Ki Hadjar Dewantara yang terkenal garang di depan kelas.

Buktinya membuat Gojek itu kemerdekaan dia di dalam belajar hidup dan penghidupan. Waktu
dia studi, dia belajar merdeka, kreasi sana sini, begitu lulus, usahanya membuahkan hasil. Dia
tak mau kerja sebagai buruh. Merdekanya di situ,

Ki Hadjar Dewantara tak pernah mematok anak didiknya di kelas kelak akan menjadi apa. Ki
Hadjar Dewantara memerdekakan anaknya saat belajar apapun, berdasarkan bakat mereka.
Bekal itulah yang harus dibawa anak Indonesia untuk berdaulat atas dirinya sendiri. Belajar
merdeka dipercaya pula dalam membawa Indonesia sebagai negara yang maju.
 
Indikator negara maju dapat dilihat dari kemampuan lulusan akademiknya dalam membuka
lapangan kerja. Sayang, hal ini belum menjadi mindset atau dasar berpikir anak negeri, karena
luput dari arti belajar merdeka ala Ki Hadjar Dewantara.

1 Latar Belakang Masalah


Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang
beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi
hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman (Dewantara, 2004). Dengan demikian
pendidikan merupakan sesuatu yang hakiki bagi manusia untuk menuju kemerdekaan
lahir dan batin.

Menurut Ki Hajar Dewantara, rakyat mempunyai hak yang sama untyuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas sesuia kepentingan hidup berkebudayaan dan
berkemasyarakatan (Suparlan, 2015).

Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak
untuk kehidupan yang lebih baik.(Dewantara, 2011).

Menurut Ki Hajar Dewantara jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak bisa


diseragamkan. Perbedaan bakat dan kepentingan hidup anak harus menjadi perhatian
dan diakomodasi (Wiryopranoto, Herlina, Marihandono & Tangkilisan, 2017).

Ki Hajar Dewantara membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Pendidikan


adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia untuk mecapai kebahagiaan dan
keselamatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan lahir
dan batin (Dewantara, 1994).

Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan
perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta
(kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Pendidikan Budi
Pekerti atau Karakter, yaitu bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan,
dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan energi jiwa manusia sebagai
makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri ,
mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar
menyebutnya sebagai manusia yang beradab dan itulah tujuan Pendidikan Indonesia
secara garis besar (Sugiarta, Mardana, Adiarta, & Artanayasa, 2019). Oleh sebab itu
pendidikan dan pengajaran harus berjalan selaras karena pendidikan dan pengajaran
memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan guna membangun bangsa yang
beradap yang berkepribadian Pancasila ke arah masa depan yang lebih baik.

2 Tujuan Pembelajaran Menurut Ki Hajar Dewantara

Bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”.

Ki Hajar Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman
sebagai berikut “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu
diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya
maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan
yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman.
Sementara itu, segala bentuk, isi dan

wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian,


hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan
yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Dewantara,
1994)

Ki Hajar Dewantara selalalu mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya


melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat
dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak
untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia
sesungguhnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap
harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh
sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah muatan
atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan Ki Hajar Dewantara mnegibaratkan peran pendidik seperti seorang petani
atau tukang kebun. Anak-anak bagaikan biji yang di semai oleh petani atau tukang
kebun tersebut. Apabila biji tersebut berasal dari biji pilihan dan di semai di tempat yang
subur dengan perawatan maksimal maka tak heran biji tersebut akan tumbuh dan
berkembang secara maksimal dapat dipanen secara sempurna. Apabila biji tersebut
berasal dari biji yang kurang baik tetapi disemai di tempat yang subur dan dirawat
secara maksimal oleh petani/ atau tukang kebun maka tidaklah menutup kemungkinan
bahwa biji juga akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Namun sebaliknya
meskipun biji tersebut berasal dari benih unggul, disemai di tempat yang subur namun
tidak dirawat dengan telaten dan sungguh-sungguh oleh petani atau tukang kebun
maka biji tersebut tidak akan tumbuh dengan subur dan sempurna. Apalagi apabila biji
tersebut berasal dari benih yang tidak unggul disemai di tempat yang tidak subur dan
tidak mendapatkan perawatan yang telaten dan sungguh-sungguh dari petani maka biji
tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang.

Salah satu filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha,
Ing Madya Mangun Karso, Tut wuri Handayani adalah sangat relevan di gunakan dalam
konteks pendidikan di Indonesia saat ini terutama oleh sorang guru. Sebagai seorang
guru kita harus menerapkan filosofi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan arti
kata lain dalam Bahasa jawa Guru adalah digugu dan ditiru yang artinya segala tingkah
laku dan perbuatan kita akan senantiasa menjadi teladan yang baik bagi murid dan bagi
lingkungan.

Dengan demikian sebuah pengajaran dan pendidikan tidak hanya berhenti ketika kita di
dalam kelas tetapi akan tetap berlangsung di lingkungan sekolah bahkan lingkungan
masyarakat. Pendidikan yang utama pada konteks saat ini adalah pendidikan budi
pekerti yang dalam beberapa waktu sekarang ini di nilai luntur karena gempuran
budaya-budaya negative dari luar yang mengakibatkan melemahnya rasa dan karsa
anak-anak Indonesia. Sebagai seorang guru seharusnya kita harus bisa tampil di depan
sebagai contoh yang baik bagi siswa, memotivasi siswa dan menjadi teman bagi siswa
dengan metode-metode pembelajaran yang berpihak pada siswa untuk mewujudkan
profil Pelajar Pancasila Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Mandiri Bernalar
Kritis, Kreatif, Bergotong Royong, Berkebhinekaan Global,

PEMBAHASAN

1 Perasaan Saat Menjalani Perubahan di Kelas

Perasan yang dirasakan selama menjalani perubahan di kelas adalah merasa sangat
tertantang bagaimana caranya menerapkan beberapa konsep filosofi pendidikan dan
pengajaran dalam pembelajaran KI Hajar Dewantara di kelas. Sebagai guru hendaknya
selalu memberi contoh bagi siswa kita, dapat membangun semangat, dan memberikan
dorongan agar siswa kita dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zaman
yang dimilikinya.. Selain itu sebagai guru dalam menuntun dann memmberikan
pembelajaran pada siswa hendaknya mempunyai prinsip bebas dari segala ikatan,
dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta suatu hak, namun untuk
berhamba kepada anak.  Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini saya sebagai
guru VI dituntut untuk bisa melakukan pembelajaran secara sempurna. Selain harus
bisa memadukan antara pembelajaan online dan offline juga harus mempersiapkan
siswa dalam menghadapi Ujian Sekolah. Ditambah lagi waktu ujian sekolah yang juga
bertepatan dengan Bulan Puasa yang otomatis waktu siswa tidak hanya terfokus untuk
pendalam materi ujian sekolah tetapi juga dalam menjalankan ibadah bulan puasa.
Sebagai guru kita dituntut untuk menjaga semangat dan motivasi siswa agar semua
kegiatan akhir tahun kelas VI dapat berjalan dengan lancer dan tentunya siswa mampu
berprestasi di tengah keterbatasan waktu yang dimilikinya. Selain itu pendidikan
karakter, Budi Pekerti juga tak lupa saya tanamkan pada siswa saya. Pelaksanaan
pendidikan tersebut Karakter, Budi pekerti tidak hanya sebatas praktek di sekolah tetapi
juga di rumah. Hal tersebut sangat penting dilakukan untuk memperkuat Cipta, Rasa,
Karsa Siswa agar nantinya dapat menjadi manusia Indonesia yang unggul dalam
prestasi berkakter budi pekerti yang mulia.

2 Gagasan Yang Muncul Selama Menjalani Perubahan Gagasan yang muncul selama
menjalani perubahan adalah bagaiman menciptakan kelas yang bermakna, Aktif, dan
Kreatif di tengah kondisi pandemi Covid 19. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksakan didasarkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Sedangkan kegiatan-
kegiatannya antara lain :

a. Menjalankan pembelajaran sinkron dan asinkron. Pembelajaran sinkron saya lakukan


dengan Konsultasi Terprogram terbatas. Untuk persiapan menghadapi Ujian sekolah
saya melakukan koinsultasi terprogram dengan membagi siswa dalam kelas saya
menjadi dua kelas agar tetap menjalani protocol kesehatan. Siswa dapat berkonsultasi
tentang materi-materi ujian sekolah secara bergiliran. Mencari metode pembelajaran
yang tidak membosankan dan juga menggunakan peraga, Penggunaan LCD dan lain-
lain saat pembelajaran sinkron agar siswa tidak merasa bosan. Pembelajaran Asinkron
saya lakukan dengan memanfaatkan aplikasi WAG dan Google Classroom. Siswa
dapat memilih menggunakan aplikasi yang dapat di kuasai oleh siswa. Adapun waktu
pelaksanaannya adalah malam hari. Dengan menggunakan aplikasi tersebut siswa
akan berkonsultasi baik secara pribadi maupun group tentang materi-materi yang belum
dipahami. Untuk mematau kegiatan, siswa mengirimkan foto proses pelaksanaan
belajar siswa. Memberi kesempatan kepada semua siswa untuk menjadi totor bagi
temannya. Karena setiap siswa mempunyai kelebihan sendiri-sendiri, saya sebagai
guru memerikan kesepatan bagi semua siswa untuk menjai tutor bagi temannya. Ini
saya lakukan di pembelajaran asinkron. Hal ini sangat bermanfaat untuk memupuk
kedisiplinan, tanggung jawab dan kepercayaan diri pada siswa.

b. Memberikan penghargaan kepada siswa apabila berhasil melampui target


pencapaian kompetensi yang telah disepakati bersama. Antara satu siswa dengan
siswa lain tidaklah sama target pencapaiaan kompetensinya. Penghargaan berupa
banyak hal bisa berupa pujian atau tepuk tangan, berupa bintang, maupun berupa
materi.

c. Mengajak siswa untuk belajar diluar kelas dengan menfaatkan lingkungan sekitar
untuk menggali kodrat alam dan zaman siswa sambil berkolaborasi dengan guru
Penjaskes sehingga siswa tidak merasakan kejenuhan.

d. Mengasah rasa sosial siswa dengan melaksanakan kegiatan Jumat Amal untuk
menyantuni anak yatim piatu di lingkungan sekolah.

Dokumentasi Foto Bercerita tentang Praktik Baik Pembelajaran


https://drive.google.com/file/d/1FpMzGdrLwa_Pm4Pyd9ayuyz-m1pa0kio/view?
usp=sharing

Testimoni Siswa Mengenai Praktik Baik Pembelajaran Dengan Menerapkan Filosofi


Pemikiran Ki Hajar Dewantara
https://drive.google.com/file/d/1sIblb3NbE2k4WqmaQQVZ4YOhkDLywMv9/view?
usp=sharing https://drive.google.com/file/d/1pcoMatjZRi5Jyf7jLELRTNiNqblbBC0M/
view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/13z9X2SKJAme5h4Hb4WOvfxVAoHYImGsA/view?
usp=sharing

KESIMPULAN

Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan memang sangat baik


dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses
Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara
lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia,
baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-
luasnya”. Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ”Beriman, Bertakwa, Berakhlak
Mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif”.

Semboyan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Di depan memberikan contoh karena pendidik
sebagai panutan untuk memberi contoh yang baik. Guru adalah teladan yang perlu di
dengar ucapannya dan ditiru perbuatannya, baru kemudian sebagai fasilitator atau
pengajar. Sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang beradab, bermartabat, berguna
dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan
orang lain, yang berwatak luhur dan berkepribadian. Di tengah memberi semangat dan
motivasi terbesar seseorang berasal dari diri mereka sendiri. Di belakang memberi
dorongan, yang memberikan dorongan adalah guru.

MODUL 1.2 APA PERAN SAYA SEBAGAI GURU


Profil Pelajar Pancasila adalah karakter yang diharapkan muncul pada segenap murid
di Indonesia. 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5 Bernalar kritis; 6) Kreatif.
Keenam karakter tersebut tercermin melalui perilaku sehari-hari yang akhirnya menjadi
kebiasaan murid tersebut.

Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran kita
pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai-nilai
tersebut. Peran pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini adalah
mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Keteladanan seorang guru dalam
menjalankan ini pastinya akan dilihat dan kemudian dipelajari oleh murid.

Sebagai pendidik, untuk bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut, dibutuhkan
pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif
untuk mewujudkan profil tersebut. Terdapat 4 kompetensi yang dibutuhkan, yaitu
mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen
sekolah, serta memimpin pengembang sekolah. Secara terperinci dapat rekan-rekan
guru dapat buka di http://bit.ly/DokumenModelKompetensiKepemimpinanSekolah. 

Peran guru memimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach


bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan murid.

Selain kompetensi tersebut, Nilai-nilai Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif,


kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid.

Sehubungan dengan upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, maka beberapa aksi
nyata yang dilakukan:

Menunjukkan praktek pengembang diri yang didasari kesadaran dan kemauan pribadi
(Self regulated kearning) yaitu, melakukan refleksi dan menindak lanjutinya dengan
memperhatikan umpan balik dari murid atau rekan guru sehingga mengalami kelebihan
dan kelemahan diri sebagai dasar untuk melakukan pengembangan diri. Praktek
pengembangan diri dan Orang lain ini terdapat nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif
dan inovatif. 

MODUL 2.1
Di dalam kelas pada saat proses pembelajaran, fakta yang ditemukan adalah pendidik
dihadapkan dengan situasi dimana setiap murid yang diajarkan memiliki berbagai macam

keberagaman yang unik. Karakteristik murid yang bervariasi dan bermacam kekuatan yang

dimilikinya serta keterampilan murid yang menarik. Ini merupakan sebuah tantangan bagi setiap
pendidik untuk bisa memberikan keputusan dalam menyusun strategi pembelajaran yang
berhubungan dengan fakta tersebut serta dengan memperhatikan pembelajaran yang berpihak
kepada murid.

Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara, pendidik diibaratkan sebagai seorang petani dan murid-
murid adalah benihnya. Petani harus mampu menyediakan wadah atau lahan bagi benih-benih
tersebut dan melakukan berbagai cara serta usaha untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan

perkembangan dari benih. Begitulah seorang pendidik dalam pembelajaran harus juga
memperhatikan kekuatan kodrat anak yaitu kodrat alam dan kodrat zamannya, karena
bagaimanapun pemberlakuan yang diberikan kepada anak harus berpihak pada anak.

Peran dari seorang pendidik juga diutamakan untuk bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila

yang diharapkan bisa diintegrasikan dengan visi misi sekolah yang berpihak kepada murid. Program-
program sekolah terkait dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid harus lebih ditingkatkan
dan dimaksimalkan guna mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan, efektif dan optimal.

Berkaitan dengan fakta dan tantangan di atas, pendidik bisa menerapkan sebuah
pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000),
pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk
memenuhi kebutuhan belajar setiap individu.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Adapun keputusan tersebut dibuat

berkaitan dengan: (1) lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar; (2) tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas; (3) penilaian berkelanjutan; (4) merespon kebutuhan
belajar murid dan (5) manajemen kelas yang efektif.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi diterapkan, pendidik harus melakukan


beberapa hal diantaranya pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid dan menentukan strategi

pembelajaran diferensiasi. Untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid, pendidik harus
memperhatikan tiga aspek kebutuhan belajar murid yaitu kesiapan belajar (readiness), minat dan
profil/gaya belajar murid. Selain itu juga perlu untuk menentukan strategi pembelajaran diferensiasi

yang akan diterapkan dalam pembelajaran seperti diferensiasi konten, proses dan produk. Setelah
semuanya dapat didiagnosa dan ditentukan dengan baik, maka pendidik bisa memenuhi kebutuhan
belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan mampu untuk menciptakan lingkungan
belajar dengan iklim yang menyenangkan, efektif, kondusif dan pastinya berpihak pada murid.

B. DESKRIPSI AKSI NYATA

TUJUAN :
• Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan memperhatikan kebutuhan belajar

siswa melalui pemetaan


• Menerapkan strategi pembelajaran diferensiasi di kelas sesuai dengan pemetaan kebutuhan

belajar siswa
TOLOK UKUR
• Tercapainya tujuan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan beberapa aspek penilaian dari
segi sikap, pengetahuan dan keterampilan
• Tercapainya aktifitas pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada anak terwujudnya

profil belajar Pancasila.

LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN


Adapun rincian dari tindakan aksi nyata yang dilakukan:
MINGGU I
Meminta izin dan dukungan dari kepala sekolah serta sosialisasi kepada rekan sejawat di sekolah
MINGGU II
Sosialisasi kepada siswa di kelas dan melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa dengan
memberikan asesmen berupa posttest
MINGGU III
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi di kelas
MINGGU IV
Evaluasi dan refleksi dari pembelajaran berdiferensi di kelas

DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN


Dalam menerapkan aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional

ini dibutuhkan beberapa dukungan dari berbagai pihak di sekolah terutama siswa sebagai subyek

pelaksana kegiatan. Dukungan lain dari kepala sekolah, rekan sejawat dan sarana prasarana yang ada
di sekolah.

C. HASIL AKSI NYATA


Adapun hasil aksi nyata dari kegiatan pembelajaran berdiferensiasi ini adalah :

• terlaksananya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdiferensiasi dengan baik sehingga


mampu meningkatkan semangat serta keaktifan siswa dalam mengikuti setiap kegiatan

pembelajaran. meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

• Dalam pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran baik aspek pengetahuan, sikap maupun
keterampilan terlihat hasil yang menunjukkan adanya peningkatan kearah yang lebih baik.

D. KEGAGALAN DAN KEBERHASILAN


KEGAGALAN
Aksi nyata yang sudah dilakukan berjalan dengan baik namun perlu dimaksimalkan lagi karena
alokasi waktu yang terbatas untuk tatap muka dalam pembelajaran dan masih terdapat salah seorang
siswa yang masih pasif ketika mengikuti diskusi kelompok karena siswa yang masih malu-malu untuk
mengeluarkan pendapat mereka
KEBERHASILAN
Tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dan keaktifan siswa dalam
penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

E. RENCANA PERBAIKAN DI MASA AKAN DATANG


Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan alokasi waktu serta

ketersediaan sarana prasarana untuk lebih mendukung proses pembelajaran supaya lebih menarik,
menyenangkan dan berpihak pada siswa.

DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Kegiatan Pembukaan Penjelasan Materi secara lisan untuk


siswa yang bergaya belajar Auditori
Penjelasan Materi dengan gambar dan Mealakukan kegiatan percobaan untuk
vidio untuk siswa bergaya belajar visual siswa bergaya belajar visual

Kegiatan Refleksi dan Penutup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Satuan Pendidikan : SDN 2 Jerowaru


Kelas / Semester : VI /Genap
Tema 8 : Bumiku
Sub Tema 3 : Bumi, Matahari dan Bulan
Muatan Terpadu : IPA, Bahasa Indonesia
Pembelajaran ke :1
Alokasi waktu : 1 hari

A. KOMPETENSI INTI

KI1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.


KI2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga,


dan negara.
KI3 : Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-
benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
KI4 : Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis
dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Indikator


Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar - Menganalisis informasi penting
3.8 Menggali informasi yang terdapat pada dalam teks non fiksi
teks nonfiksi
- Melaporkan hasil pengamatan
4.8 Menyampaikan hasil membandingkan tentang proses terjadinya
informasi yang diharapkan dengan gerhana dalam cerita teks non
informasi yang diperoleh setelah fiksi
membaca teks nonfiksi secara lisan, tulis,
dan visual

IPA Indikator

Kompetensi Dasar • Menentukan posisi bulan bumi dan


3.8 Menjelaskan peristiwa rotasi dan matahari dalam proses terjadinya
gerhana
revolusi bumi serta terjadinya gerhana
bulan dan gerhana • Menyajikan hasil pengamatan
tentang proses terjadinya gerhana
matahari
4.8 4.8 Membuat model gerhana bulan dan
gerhana matahari informasi yang

diperoleh setelah membaca teks nonfiksi


secara lisan, tulis, dan visual

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Dengan mencermati bacaan, siswa mampu menganalisis bacaan untuk mencari informasi
penting dengan benar.
• Dengan melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan posisi bulan, bumi dan matahari
ketika peristiwa gerhana terjadi dengan benar
• Dengan melakukan pengamatan vidio, siswa dapat menjelaskan penyebab terjadinya peristiwa
gerhana matahari dengan benar.
• Melalui kerja kelompok dan pengamatan percobaan, siswa dapat melaporkan hasil pengamatan
dan percobaan tentang gerhana matahari

D. MATERI PELAJARAN
• Mencari informasi penting dari teks non fiksi
• Gerhana bulan dan matahari

E. METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan : Saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi / mencoba,

mengasosiasi / mengolah informasi, dan mengkomunikasikan)

Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Pendahuluan (15 menit)

• Melakukan Pembukaan dengan Salam dan Dilanjutkan Dengan Membaca Doa


• Menyanyikan salah satu lagu wajib dan atau nasional.
• Mengaitkan Materi Sebelumnya dengan Materi yang akan dipelajari dan diharapkan
• dikaitkan dengan pengalaman peserta didik (Apersepsi)
• Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
• kehidupan sehari-hari. (Motivasi)
• Melakukan pemetaan gaya belajar siswa
• Melakukan Ice Breaking untuk melatih focus.

Kegiatan Inti (75 menit)

• Guru mengajak siswa mengamati gambar sambil melakukan tanya jawab untuk melatih siswa
berpikir kritis

1. Apakah kamu tahu apa itu gerhana?

2. Apakah kamu pernah melihat gerhana?

3. Apakah kamu tahu apa gerhana matahari itu?

• Siswa bergantian membaca bacaan yang berjudul “Gerhana Matahari”. (diferensiasi proses-
gaya belajar auditori)
• Guru memutarkan satu video mengenai gerhana matahari. (Difernsiasi proses-gaya belajar
visual)

• Siswa mengamati video tersebut dan mencatatinformasi penting yang bisa mereka dapatkan
dari video tersebut.

Ayo Berlatih

• Siswa membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang. Siswa akan melakukan percobaan
“Peristiwa Gerhana Matahari”. (Diferensiasi proses-gaya belajar kinestetis)

• Siswa membuat laporan hasil pengamatan. Laporan pengamatan harus memuat:

o Tujuan,
o Metode,
o Hasil pengamatan (gambar atau foto),
o Keterangan gambar atau foto, dan
o Kesimpulan.
• Siswa mempresentasikan hasil laporannya dan kemudian mencari persamaan dan perbedaan
antara hasil pengamatan mereka dengan teman lainnya. (Komunikasi)

Ayo Mencoba

• Guru dan siswa berdiskusi tentang gerhana Matahari (Kolaborasi)


• Siswa membuat catatan berisikan tentang semua informasi yang siswa ketahui tentang gerhana

matahari.
• Guru menjelaskan bahwa catatan informasi tentang gerhana dapat dibuat dalam bentuk yang

berbeda seperti bagan, peta pikiran, narasi, atau dalam bentuk poster sesuai minat anak-anak
serta boleh mendekorasi hasil tugasnya agar lebih menarik. (diferensiasi produk)
• Catatan memuat hal-hal berikut.

Informasi tentang pengertian gerhana matahari.


Informasi tentang jenis-jenis gerhana matahari.
Informasi tentang apa yang tidak boleh dilakukan ketika gerhanamatahari.

Kegiatan Penutup (15 menit)

➢ Siswa diminta untuk merefleksikan: sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang telah
dipelajarinya.

➢ Siswa membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan.

➢ Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan


benar diberi hadiah/ pujian

➢ Menyanyikan salah satu lagu wajib nasional untuk menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan, dan
Toleransi. (Kebhinekaan Global)

➢ Pelajaran diakhiri dengan Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah satu siswa

Anda mungkin juga menyukai