Putra dari Ki Hadi Sukitno, tangan kanan Ki Hadjar Dewantara, menuturkan Belajar merdeka itu
berarti merdeka atas diri sendiri. Minat dan bakat siswa itu harus merdeka untuk berkembang
seluas mungkin. Konsep itu yang dibawa Ki Hadjar Dewantara bagi bangsa ini dengan harapan
tak digerus perkembangan zaman,
"Pikiran kok sampai terjajah? itu artinya terjajah intelektualisme. Ki Hadjar anti intelektualisme.
Dia bilang, saya tidak suka orang yang terlalu intelek tapi mengabaikan karakter. Artinya belajar
itu terlalu kognitif. Tapi afeksinya, rasanya, kadang-kadang hilang," jelas dia, sembari
mengenang sosok Ki Hadjar Dewantara yang terkenal garang di depan kelas.
Buktinya membuat Gojek itu kemerdekaan dia di dalam belajar hidup dan penghidupan. Waktu
dia studi, dia belajar merdeka, kreasi sana sini, begitu lulus, usahanya membuahkan hasil. Dia
tak mau kerja sebagai buruh. Merdekanya di situ,
Ki Hadjar Dewantara tak pernah mematok anak didiknya di kelas kelak akan menjadi apa. Ki
Hadjar Dewantara memerdekakan anaknya saat belajar apapun, berdasarkan bakat mereka.
Bekal itulah yang harus dibawa anak Indonesia untuk berdaulat atas dirinya sendiri. Belajar
merdeka dipercaya pula dalam membawa Indonesia sebagai negara yang maju.
Indikator negara maju dapat dilihat dari kemampuan lulusan akademiknya dalam membuka
lapangan kerja. Sayang, hal ini belum menjadi mindset atau dasar berpikir anak negeri, karena
luput dari arti belajar merdeka ala Ki Hadjar Dewantara.
Menurut Ki Hajar Dewantara, rakyat mempunyai hak yang sama untyuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas sesuia kepentingan hidup berkebudayaan dan
berkemasyarakatan (Suparlan, 2015).
Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik anak berarti mempersiapkan masa depan anak
untuk kehidupan yang lebih baik.(Dewantara, 2011).
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan
perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta
(kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Pendidikan Budi
Pekerti atau Karakter, yaitu bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan,
dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan energi jiwa manusia sebagai
makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri ,
mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar
menyebutnya sebagai manusia yang beradab dan itulah tujuan Pendidikan Indonesia
secara garis besar (Sugiarta, Mardana, Adiarta, & Artanayasa, 2019). Oleh sebab itu
pendidikan dan pengajaran harus berjalan selaras karena pendidikan dan pengajaran
memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan guna membangun bangsa yang
beradap yang berkepribadian Pancasila ke arah masa depan yang lebih baik.
Bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”.
Ki Hajar Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman
sebagai berikut “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu
diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya
maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan
yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman.
Sementara itu, segala bentuk, isi dan
Salah satu filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha,
Ing Madya Mangun Karso, Tut wuri Handayani adalah sangat relevan di gunakan dalam
konteks pendidikan di Indonesia saat ini terutama oleh sorang guru. Sebagai seorang
guru kita harus menerapkan filosofi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan arti
kata lain dalam Bahasa jawa Guru adalah digugu dan ditiru yang artinya segala tingkah
laku dan perbuatan kita akan senantiasa menjadi teladan yang baik bagi murid dan bagi
lingkungan.
Dengan demikian sebuah pengajaran dan pendidikan tidak hanya berhenti ketika kita di
dalam kelas tetapi akan tetap berlangsung di lingkungan sekolah bahkan lingkungan
masyarakat. Pendidikan yang utama pada konteks saat ini adalah pendidikan budi
pekerti yang dalam beberapa waktu sekarang ini di nilai luntur karena gempuran
budaya-budaya negative dari luar yang mengakibatkan melemahnya rasa dan karsa
anak-anak Indonesia. Sebagai seorang guru seharusnya kita harus bisa tampil di depan
sebagai contoh yang baik bagi siswa, memotivasi siswa dan menjadi teman bagi siswa
dengan metode-metode pembelajaran yang berpihak pada siswa untuk mewujudkan
profil Pelajar Pancasila Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Mandiri Bernalar
Kritis, Kreatif, Bergotong Royong, Berkebhinekaan Global,
PEMBAHASAN
Perasan yang dirasakan selama menjalani perubahan di kelas adalah merasa sangat
tertantang bagaimana caranya menerapkan beberapa konsep filosofi pendidikan dan
pengajaran dalam pembelajaran KI Hajar Dewantara di kelas. Sebagai guru hendaknya
selalu memberi contoh bagi siswa kita, dapat membangun semangat, dan memberikan
dorongan agar siswa kita dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zaman
yang dimilikinya.. Selain itu sebagai guru dalam menuntun dann memmberikan
pembelajaran pada siswa hendaknya mempunyai prinsip bebas dari segala ikatan,
dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta suatu hak, namun untuk
berhamba kepada anak. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini saya sebagai
guru VI dituntut untuk bisa melakukan pembelajaran secara sempurna. Selain harus
bisa memadukan antara pembelajaan online dan offline juga harus mempersiapkan
siswa dalam menghadapi Ujian Sekolah. Ditambah lagi waktu ujian sekolah yang juga
bertepatan dengan Bulan Puasa yang otomatis waktu siswa tidak hanya terfokus untuk
pendalam materi ujian sekolah tetapi juga dalam menjalankan ibadah bulan puasa.
Sebagai guru kita dituntut untuk menjaga semangat dan motivasi siswa agar semua
kegiatan akhir tahun kelas VI dapat berjalan dengan lancer dan tentunya siswa mampu
berprestasi di tengah keterbatasan waktu yang dimilikinya. Selain itu pendidikan
karakter, Budi Pekerti juga tak lupa saya tanamkan pada siswa saya. Pelaksanaan
pendidikan tersebut Karakter, Budi pekerti tidak hanya sebatas praktek di sekolah tetapi
juga di rumah. Hal tersebut sangat penting dilakukan untuk memperkuat Cipta, Rasa,
Karsa Siswa agar nantinya dapat menjadi manusia Indonesia yang unggul dalam
prestasi berkakter budi pekerti yang mulia.
2 Gagasan Yang Muncul Selama Menjalani Perubahan Gagasan yang muncul selama
menjalani perubahan adalah bagaiman menciptakan kelas yang bermakna, Aktif, dan
Kreatif di tengah kondisi pandemi Covid 19. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksakan didasarkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Sedangkan kegiatan-
kegiatannya antara lain :
c. Mengajak siswa untuk belajar diluar kelas dengan menfaatkan lingkungan sekitar
untuk menggali kodrat alam dan zaman siswa sambil berkolaborasi dengan guru
Penjaskes sehingga siswa tidak merasakan kejenuhan.
d. Mengasah rasa sosial siswa dengan melaksanakan kegiatan Jumat Amal untuk
menyantuni anak yatim piatu di lingkungan sekolah.
KESIMPULAN
Semboyan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Di depan memberikan contoh karena pendidik
sebagai panutan untuk memberi contoh yang baik. Guru adalah teladan yang perlu di
dengar ucapannya dan ditiru perbuatannya, baru kemudian sebagai fasilitator atau
pengajar. Sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang beradab, bermartabat, berguna
dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan
orang lain, yang berwatak luhur dan berkepribadian. Di tengah memberi semangat dan
motivasi terbesar seseorang berasal dari diri mereka sendiri. Di belakang memberi
dorongan, yang memberikan dorongan adalah guru.
Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran kita
pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai-nilai
tersebut. Peran pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini adalah
mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Keteladanan seorang guru dalam
menjalankan ini pastinya akan dilihat dan kemudian dipelajari oleh murid.
Sebagai pendidik, untuk bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut, dibutuhkan
pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif
untuk mewujudkan profil tersebut. Terdapat 4 kompetensi yang dibutuhkan, yaitu
mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen
sekolah, serta memimpin pengembang sekolah. Secara terperinci dapat rekan-rekan
guru dapat buka di http://bit.ly/DokumenModelKompetensiKepemimpinanSekolah.
Sehubungan dengan upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, maka beberapa aksi
nyata yang dilakukan:
Menunjukkan praktek pengembang diri yang didasari kesadaran dan kemauan pribadi
(Self regulated kearning) yaitu, melakukan refleksi dan menindak lanjutinya dengan
memperhatikan umpan balik dari murid atau rekan guru sehingga mengalami kelebihan
dan kelemahan diri sebagai dasar untuk melakukan pengembangan diri. Praktek
pengembangan diri dan Orang lain ini terdapat nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif
dan inovatif.
MODUL 2.1
Di dalam kelas pada saat proses pembelajaran, fakta yang ditemukan adalah pendidik
dihadapkan dengan situasi dimana setiap murid yang diajarkan memiliki berbagai macam
keberagaman yang unik. Karakteristik murid yang bervariasi dan bermacam kekuatan yang
dimilikinya serta keterampilan murid yang menarik. Ini merupakan sebuah tantangan bagi setiap
pendidik untuk bisa memberikan keputusan dalam menyusun strategi pembelajaran yang
berhubungan dengan fakta tersebut serta dengan memperhatikan pembelajaran yang berpihak
kepada murid.
Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara, pendidik diibaratkan sebagai seorang petani dan murid-
murid adalah benihnya. Petani harus mampu menyediakan wadah atau lahan bagi benih-benih
tersebut dan melakukan berbagai cara serta usaha untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan
perkembangan dari benih. Begitulah seorang pendidik dalam pembelajaran harus juga
memperhatikan kekuatan kodrat anak yaitu kodrat alam dan kodrat zamannya, karena
bagaimanapun pemberlakuan yang diberikan kepada anak harus berpihak pada anak.
Peran dari seorang pendidik juga diutamakan untuk bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila
yang diharapkan bisa diintegrasikan dengan visi misi sekolah yang berpihak kepada murid. Program-
program sekolah terkait dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid harus lebih ditingkatkan
dan dimaksimalkan guna mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan, efektif dan optimal.
Berkaitan dengan fakta dan tantangan di atas, pendidik bisa menerapkan sebuah
pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000),
pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk
memenuhi kebutuhan belajar setiap individu.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Adapun keputusan tersebut dibuat
berkaitan dengan: (1) lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar; (2) tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas; (3) penilaian berkelanjutan; (4) merespon kebutuhan
belajar murid dan (5) manajemen kelas yang efektif.
pembelajaran diferensiasi. Untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid, pendidik harus
memperhatikan tiga aspek kebutuhan belajar murid yaitu kesiapan belajar (readiness), minat dan
profil/gaya belajar murid. Selain itu juga perlu untuk menentukan strategi pembelajaran diferensiasi
yang akan diterapkan dalam pembelajaran seperti diferensiasi konten, proses dan produk. Setelah
semuanya dapat didiagnosa dan ditentukan dengan baik, maka pendidik bisa memenuhi kebutuhan
belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan mampu untuk menciptakan lingkungan
belajar dengan iklim yang menyenangkan, efektif, kondusif dan pastinya berpihak pada murid.
TUJUAN :
• Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan memperhatikan kebutuhan belajar
belajar siswa
TOLOK UKUR
• Tercapainya tujuan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan beberapa aspek penilaian dari
segi sikap, pengetahuan dan keterampilan
• Tercapainya aktifitas pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada anak terwujudnya
ini dibutuhkan beberapa dukungan dari berbagai pihak di sekolah terutama siswa sebagai subyek
pelaksana kegiatan. Dukungan lain dari kepala sekolah, rekan sejawat dan sarana prasarana yang ada
di sekolah.
• Dalam pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran baik aspek pengetahuan, sikap maupun
keterampilan terlihat hasil yang menunjukkan adanya peningkatan kearah yang lebih baik.
ketersediaan sarana prasarana untuk lebih mendukung proses pembelajaran supaya lebih menarik,
menyenangkan dan berpihak pada siswa.
A. KOMPETENSI INTI
IPA Indikator
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Dengan mencermati bacaan, siswa mampu menganalisis bacaan untuk mencari informasi
penting dengan benar.
• Dengan melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan posisi bulan, bumi dan matahari
ketika peristiwa gerhana terjadi dengan benar
• Dengan melakukan pengamatan vidio, siswa dapat menjelaskan penyebab terjadinya peristiwa
gerhana matahari dengan benar.
• Melalui kerja kelompok dan pengamatan percobaan, siswa dapat melaporkan hasil pengamatan
dan percobaan tentang gerhana matahari
D. MATERI PELAJARAN
• Mencari informasi penting dari teks non fiksi
• Gerhana bulan dan matahari
E. METODE PEMBELAJARAN
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
• Guru mengajak siswa mengamati gambar sambil melakukan tanya jawab untuk melatih siswa
berpikir kritis
• Siswa bergantian membaca bacaan yang berjudul “Gerhana Matahari”. (diferensiasi proses-
gaya belajar auditori)
• Guru memutarkan satu video mengenai gerhana matahari. (Difernsiasi proses-gaya belajar
visual)
• Siswa mengamati video tersebut dan mencatatinformasi penting yang bisa mereka dapatkan
dari video tersebut.
Ayo Berlatih
• Siswa membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang. Siswa akan melakukan percobaan
“Peristiwa Gerhana Matahari”. (Diferensiasi proses-gaya belajar kinestetis)
o Tujuan,
o Metode,
o Hasil pengamatan (gambar atau foto),
o Keterangan gambar atau foto, dan
o Kesimpulan.
• Siswa mempresentasikan hasil laporannya dan kemudian mencari persamaan dan perbedaan
antara hasil pengamatan mereka dengan teman lainnya. (Komunikasi)
Ayo Mencoba
matahari.
• Guru menjelaskan bahwa catatan informasi tentang gerhana dapat dibuat dalam bentuk yang
berbeda seperti bagan, peta pikiran, narasi, atau dalam bentuk poster sesuai minat anak-anak
serta boleh mendekorasi hasil tugasnya agar lebih menarik. (diferensiasi produk)
• Catatan memuat hal-hal berikut.
➢ Siswa diminta untuk merefleksikan: sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang telah
dipelajarinya.
➢ Siswa membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan.
➢ Menyanyikan salah satu lagu wajib nasional untuk menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan, dan
Toleransi. (Kebhinekaan Global)
➢ Pelajaran diakhiri dengan Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah satu siswa