Merdeka Belajar
24 Aug, 2022 Post a Comment
DAFTAR ISI
1. Mengenali dan Memahami Diri sebagai Pendidik
2. Mendidik dan Mengajar
3. Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh
4. Kodrat Keadaan
5. Asas Trikon
6. Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti
7. Teori Konvergensi
8. Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan
Menurut Ki Hadjar Dewantara, "Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak."
Seorang pendidik mempunyai peranan yang sangat besar bagi siswanya. Untuk itu, sejak
merancang, memfasilitasi, hingga menilai proses pembelajaran, guru harus hadir secara utuh. Setiap
hal kecil yang disampaikan guru di kelas akan berkontribusi pada kecakapan hidup anak saat
dewasa.
Semua yang dirancang untuk disimak siswa harus bertujuan, karena ketika guru sedang mengajar di
kelas, sebenarnya sedang membentuk masyarakat di masa depan.
Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir
maupun batin, maka pengajaran adalah salah satu bagian dari pendidikan. Sama halnya dengan
mengajar yang merupakan salah satu bagian dari mendidik.
Ki Hadjar Dewantara menggagas sistem pendidikan yang humanis dan transformatif, yang dapat
memelihara perdamaian dunia, yaitu sistem Among dengan slogan:
Pendidikan atau tuntunan seyogyanya mampu memberikan didikan lahir, maupun didikan batin
kepada para murid agar terpenuhi kebutuhan kehidupan dan penghidupannya.
Kodrat Keadaan
Kodrat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dasar pendidikan murid. Kodrat
keadaan terdiri dari 2 hal,yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Menurut Ki Hadjar Dewanatara,
"Segala perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan dengan kodrat keadaan, baik alam dan
zaman."
Kodrat alam merupakan dasar dari pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk
lingkungan dimana murid tinggal. Guru hendaknya mengajar sesuai dengan kodrat alam murid
(kontekstual). Sedangkan kodrat zaman adalah dasar dari pendidikan murid yang berhubungan
dengan isi dan irama.
Asas Trikon
1. Kontinyu
Kontinyu yaitu pengembangan yang secara berkesinambungan, dilakukan terus-menerus dengan
perencanaan yang baik. Prinsip pembelajaran sepanjang hayat, yaitu:
Kemampuan pengaturan belajar mandiri menjadi bekal murid sebagai seorang pembelajar
sepanjang hayat.
2. Konvergen
Bersama bangsa lain mengusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kesatuan budaya umat
manusia sedunia, tanpa mengorbankan nilai/identitas bangsa masing-masing. Menurut Ki Hadjar
Dewanatara, "Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang perlu kita jaga dan rawat. Maka,
kita hendaknya tidak lantas meniru kebudayaan bangsa lain dan melupakan kebudayaan dari
leluhur, tetapi menerima budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia."
3. Konsentris
Bersifat terbuka, tetapi tetap kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar. Ki Hadjar
Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil, yang kemudian bersama dengan yang lain
membentuk lingkaran besar atau keluarga, dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi atau
organisasi. Pengembangan pendidikan yang dilakukan yang tetap berdasarkan kepribadian kita
sendiri.
Budi Pekerti (watak) merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau
kemauan, sehingga menimbulkan suatu tenaga atau perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa
(afektif), sehingga menghasilkan karsa (psikomotor). Menurut Ki Hadjar Dewanatara, "Budi Pekerti
atau watak merupakan kodrat setiap manusia, sehingga kita sebagai pendidik perlu memahami
kodrat itu dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam kegiatan-
kegiatan pembelajaran yang dialaminya."
Teori Konvergensi
Teori Tabularasa yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi
dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik.
Teori Negatif yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh
dengan berbagai macam coretan dan tulisan
Ki Hadjar Dewantara memberikan pandangan baru dari kedua teori tersebut dengan
menggabungkan teori tabularasa dan teori negatif menjadi teori konvergensi, yaitu kodrat manusia
sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan-tulisan yang samar dan belum jelas arti dan
maksudnya. Maka, tugas pendidikan adalah membantu manusia atau individu untuk menebalkan
dan memperjelas arti dan maksud tulisan samar yang ada di kertas tersebut dengan tuntunan terbaik.
Melalui proses pendidikan kecakapan budi pekerti murid bertumbuh dan berkembang, sehingga
mampu mengendalikan tabiat asli dan watak biologis akan semakin tersamarkan dan menebalkan
watak-watak baik murid yang akan mewujudkan kepribadian dan budi pekerti yang baik.
Fungsi Pendidikan adalah untuk mengantarkan murid agar siap hidup dan memberikan kepercayaan
kepada murid, bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya, demi mencapai
keselamatan dan kebahagian.
Fungsi pendidikan akan berjalan sesuai dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara, jika guru memahami
hal-hal berikut:
Guru bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa, tetapi guru berperan sebagai
fasilitator pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru menempatkan murid sebagai subjek atau individu
aktif dalam pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahamannya sendiri.
Tuntutan pembelajaran abad 21:
Menurut Ki Hadjar Dewantara, "Tugas pendidik adalah mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki murid, yaitu kecerdasan rasa, karsa, cipta dan karya agar murid menjadi manusia
seutuhnya."
Kompetensi dasar literasi menjadi prasyarat wajib dalam pembelajaran abad 21. Selain itu siswa
juga perlu menguasai kompetensi mandiri, sehingga mempunyai pola pikir pembelajar, kompetensi
berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi.
Penilaian atau pengukuran dimaksudkan untuk mengukur hasil atau dampak dari implementasi
pembelajaran dari sudut pandang murid. Untuk itu, budaya-budaya memberikan nilai menggunakan
angka dan membuat peringkat kelas perlu diubah dengan sistem penilaian dan apresiasi yang tidak
membuat harkat dan martabat murid terkoyak.
Hubungan alam keluarga, alam sekolah, dan alam pergerakan pemuda (masyarakat) perlu dikuatkan
dan diwujudkan dalam pembelajaran murid. Alam keluarga merupakan sistem kecil dimana anak
tinggal dan mendapatkan pendidikan pertama dan yang terpenting dalam hidupnya. Alam perguruan
merupakan wadah yang memfasilitasi pengembangan intelektual murid serta menuntun murid
menemukan wawasan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Alam pergerakan pemuda/masyarakat
merupakan wadah yang memfasilitasi murid untuk mengaktualisasikan dirinya dan
mengembangkan watak.