Anda di halaman 1dari 2

Sri Wijayanti PPG Prajab G1-002-UMC

T2-6 Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

1. Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di
daerah saya? Perubahan konkret apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?
2. Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
3. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran
saya sebagai pendidik?
4. Bagaimana gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan)
pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)?

Jawaban :

1. Untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di
daerah  Kita harus bisa berusaha mempengaruhi karakter pada masing- masing dari
peserta didik. Dalam membentuk karakter peserta didik kita harus menunjukkan
keteladanan, dan memberi contoh yang baik kepada peserta didik. Misalnya seorang
guru yang mendidik muridnya harus menunjukkan contoh yang baik ketika berbicara,
menyampaikan materi, bersosialisasi, bertoleransi, menghargai orang sekitar,
memperkenalkan budaya yang ada pada daerah tersebut dan lain sebagainya.
Pendidikan tersebut akan membentuk pribadi anak menjadi manusia yang paham
mengenai budaya yang ada didaerahnya, menjadi pribadi yang  baik suka menolong
dan membantu sesama, serta bisa berguna bagi masyarakat sekitar, bangsa, dan juga
negara.
2. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” artinya “Dalam
melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala
kepentingan anak- anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup
kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang
berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu,
segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan
penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar
dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-
sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21) 
3. Relevansi pemikiran KHD tentang menghamba kepada anak dengan peran saya
sebagai pendidik adalah Pendidikan dan pengajaran yang dilakukan untuk siswa
harus berorientasi pada siswa. Siswa bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk guru
berinovasi dan berkreasi dalam pembelajaran. Relevansi nya kita sebagai pendidik
adalah hal yang sangat penting dan benar karena guru atau pendidik itu adalah pelita
dalam anak ujung tombak dalam Pendidikan tentu saja guru harus menghormati anak
memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya, memberikan kebebasan mengajar
dengan bahagia berpusat pada anak dan mewujudkan merdeka belajar. Pada dasarnya
konsep pembelajaran Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengembalikan
kembali filosofi Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan, yaitu pendidikan yang
memanusiakan dan memerdekakan. Pendidikan yang memanusiakan dan
memerdekaan adalah konsep pendidikan yang mengantarkan anak didik pada
pertumbuhan dan perkembangan dalam menemukan, mengembangkan, serta
menjadikan anak didik sebagai manusia yang utuh dan penuh atas dirinya.
4. Intisari pemikiran KH Dewantara tentang pendidikan yang saya dapat ambil adalah
“pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk
segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya” Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan yaitu: “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran K H Dewantara  merupakan
daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak,
dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Berikut
proses pembelajaran yang diharapkan terjadi pada manusia yaitu:

Pertama, manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki kekuatan


batin dan berkarakter. Artinya, pendidikan diarahkan untuk berpendirian teguh
untuk berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Jadi, budi pekerti adalah istilah yang
memayungi perkataan, sikap dan tindakan yang selaras dengan kebenaran ajaran
agama, adat-istiadat, hukum positif, dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan universal.

Kedua, manusia di Indonesia yang maju pikirannya adalah yang cerdas kognisi dan
kecerdasannya itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan pembodohan dalam
berbagai jenis dan bentuknya (misalnya: karena rekayasa penjajah berupa
indoktrinasi). Istilah maju dalam pikiran ini menunjukkan meningkatnya
kecerdasan dan kepintaran.

Ketiga, manusia di Indonesia yang mengalami kemajuan pada tataran fisik atau


tubuh adalah yang tidak semata sehat secara jasmani, namun mampu
mengendalikan dorongan-doroangan tuntutan tubuh. Dengan dan melalui tubuh
yang maju itu pula, pikiran yang maju dan budi pekerti yang maju memperoleh
dukungan untuk mendeklarasi kemerdekaan diri.

Jadi proses pendidikan adalah upaya pemanusiaan manusia secara manusiawi


secara utuh dan penuh ke arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Yang
dampaknya adalah mencerdaskan kognisi seseorang sehingga ia terbebaskan dari
belenggu “kebodohan”.

Anda mungkin juga menyukai