Anda di halaman 1dari 4

Filosofi Pendidikan Indonesia

Topik 2 - Koneksi Antar Materi


Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

Nama : Patimah Zaura


Nim : A2G823007

Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara


• Ki Hadjar Dewantara
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran merupakan proses pendidikan dalam
memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin,
sedangkan pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki
anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya,
baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pengajaran dan
pendidikan berguna untuk memerdekakan manusia. Manusia merdeka adalah manusia
yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar
atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh
secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi
mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun peserta didik
menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa diperintah oleh orang lain.

• Pendidikan yang Menuntun


Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan untuk menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai
‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak
dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

1
• Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk”
lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan
“irama”. Pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai
dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke-21,
sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik
di masing-masing wilayah Indonesia tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Kodrat zaman juga penting dalam pendidikan, karena dunia terus berubah, terutama
dengan perkembangan teknologi. Pendidikan harus mencerminkan perubahan dan
mempersiapkan anak-anak untuk menghadapinya. Fukuyama, F. (2005) juga
berpendapat bahwa kodrat zaman dapat mencakup pengetahuan tentang sejarah,
perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan
dengan evolusi zaman.

• Budi Pekerti
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti merupakan perpaduan antara gerak
pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi
pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan karsa (afektif)
sehingga menciptakan karya (psikomotor). Lebih lanjut Ki Hadjar Dewantara
menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih
pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak.

• Sistem Among
Sistem among merupakan sistem pembelajaran berpihak dan memerdekakan peserta
didik. Menurut Ki Hadjar Dewantara, sistem among berisi dua dasar, yaitu:
1) Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir
dan batin, sehingga manusia dapat hidup merdeka (dapat berdiri sendiri).
2) Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan
secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.

2
Sistem among menitikberatkan pada bagaimana menuntun dan mengembangkan
peserta didik sesuai dengan kodrat dan potensinya dengan penuh kasih sayang. Sistem
among bukan hanya metode, tetapi cara berpikir dan kesadaran serta kemampuan untuk
menjadi teladan penuntun dan pendorong dalam proses belajar dengan peserta didik
sehingga situasi belajar menjadi nyaman dan bermakna. Dalam sistem among, peserta
didik bebas berkreatifitas serta diberikan kebebasan untuk memberikan pandangan
sendiri terhadap suatu hal atas dasar pengalamannya sendiri.

Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya


Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih
kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan bahwa
pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal. Oleh
sebab itu, muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam ini dapat menjadi kekuatan kodrat alam
dan kodrat zaman dalam mendidik peserta didik.
Dalam konteks lokal sosial budaya, menuntun merupakan suatu proses memberikan
arahan dan bimbingan kepada peserta didik agar mereka tidak melakukan hal yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks lokal sosial budaya yang ada.
Dalam hal ini, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada diri peserta didik, sehingga dapat ‘menebalkan’ laku peserta didik yang
masih samar-samar dan dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.
Untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya, bisa
dilakukan dengan cara mengenalkan anak dengan budaya lokal dan nilai-nilai luhur yang
ada. Misalnya, menanamkan tradisi gotong royong. Tradisi ini menuntun anak untuk
menumbuhkan sikap saling tolong-menolong dan saling menghargai satu sama lain
sehingga dapat tercapainya tujuan yang diinginkan.

3
Daftar Pustaka

Efendy, Thamrin. 2023. Konsep Sistem Among dalam Pendidikan Menurut Ki Hadjar
Dewantara: Jurnal Multidisiplin Indonesia, 2(6), 9-10.

Frans, S. A., Ani, Y., dan Wijaya, Y. A. 2023. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Sekolah Dasar. Diligentia: Journal of Theology and Christian Education, 5(1), 54-68.

Fukuyama, Francis. 2005. Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru.
Terjemahan: Masri Maris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rafael, Simon Petrus dan Carolus Boromeus Mulyatno Pr. 2022. Buku Ajar Mata Kuliah
Inti Filosofi Pendidikan Indonesia. Jakarta: Kemendikbud Ristek.

Anda mungkin juga menyukai