Anda di halaman 1dari 4

Bismillah.

Assalamualaikum.

Perkenalkan, nama saya Diani Nurdianti, S.Pd.I. Asal Sekolah dari SDN 1 Dayeuhluhur
Kecamatan Jatinagara Kabupaten Ciamis, saya adalah calon guru penggerak Angkatan
7. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi terhadap
materi modul 1.1 tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Raden Mas Soeardi Soerjaningrat atau dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara adalah
Bapak Pendidikan Indonesia yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Dia merupakan anak
bangsawan yang sekolah kedokteran di Batavia, namaun dia sering mengeritik
pemerintahan belanda hingga akhirnya dia dikeluarkan dari kampusnya hingga Ki Hajar
Dewantara menjadi wartawan. Setelah menjadi wartawan dia semakin menjadi-jadi dan
terus mengeritik pemerintahan belanda hingga akhirnya Ki Hajar Dewantara dibuang
kebelanda. Selama dibenlanda, Ki Hajar Dewantara memanfaatkan waktunya untuk
belajar, kemudian Ki Hajar Dewantara pulang keindonesia dan hasil pembelajarannya
di belanda dirangkum untuk dibuat dasar pendidikannya di Indonesia. Hingga akhirnya
berdirilah taman siswa pada tahun 1922 sebagai gerbang emas Pendidikan Indonesia.
Itulah sedikit certa Ki hajar dewantara.

Pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan, seperti misalnya semboyan Ing Ngarso


Sung Tulodo (Seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan), Ing Madya
Mangun Karso (seorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan
atau menggugah semangat), Tut Wuri Handayani (seseorang harus memberikan
semangat dorongan moral dan semangat kerja dari belakang) sedikit banyak
mempengaruhi perkembangan pemikiran pendidikan di Indonesia sejak dulu hingga
kini.

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda 
mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki


Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal sebagai berikut:

 Pengajaran sama dengan pendidikan


 Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran.
 Pengajaran tidak sesuai dengan kearifan local budaya daerah.
 Peserta didik dikatakan lulus apabila siswa telah memenuhi KKM
 Kegiatan belajar selalu dilaksanakan di dalam kelas
 Memberi tugas tanpa melihat perkembangan atau kemampuan peserta didik
 Pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku
mereka ke arah yang lebih baik
 Materi dituntaskan tanpa melihat peserta didik sudah bisa atau belum
 

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah mempelajari modul 1.1, banyak hal yang saya pelajari tentang konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara, Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar
Dewantara. Konsep-konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara memberi pengaruh yang
cukup signifikan terhadap pemikiran saya tentang pendidikan. Pengajaran ternyata
tidak sama dengan pendidikan. Pengajaran itu merupakan salah satu bagian dari
pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara
memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin.
Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya
pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia
maupun sebagai anggota masyarakat.

Hidup tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai kaum
pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka
hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Dalam menuntun kita
dapat mengibaratkan diri kita sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai
benih (misalnya benih padi). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya
padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi,
memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi.
Kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung, misalnya.

Sebagai pendidik kita harus terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah kertas kosong yang bisa
digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa tetapi anak sudah membawa
kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak
berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pegunungan akan beda kodratnya
dengan anak yang tinggal di pesisir pantai. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan
minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam dan
mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan
zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan
berlangsung. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada
kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking,
collaboration, communication)

Menurut KHD ada 3 prinsip untuk melakukan perubahan atau sering disebut 3 asas
Trikon, diantaranya yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas
maksudnya adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita tidak boleh melupakan
budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Konvergensi maksudnya adalah
pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita.
Dan yang terakhir adalah konsentris maksudnya adalah pendidikan harus menghargai
keberagaman dan memerdekakan pembelajar. Jadi jelas sekali terlihat bahwa
pendidikan itu memerdekakan.

Tujuan pendidikan utama yang digagas Ki Hajar Dewantara adalah bagaimana


pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’ atau
‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan
budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran,
timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap
dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang
yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari
bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, peserta didik bisa menjadi manusia yang
selamat jiwa dan raganya, selamat jiwanya yaitu merasa Bahagia dalam hidupnya,
selamat raganya menjadi manusia yang sehat berguna bagi dirinya ataupun bagi
masyarakat, serta tumbuh jadi manusia yang beradab serta berbudi pekerti yang baik.

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan
pemikiran KHD?

Yang saya dapat saya terapkan agar kelas mencerminkan pemikiran Ki Hajar
dewantara sebagai berikut :

Merubah pola fikir bahwa anak itu adalah selembar kertas kosong yang tidak/belum
tahu apa-apa, bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan potensinya masing-
masing, meskipun masih terlihat samar. Jadi harus bisa merubah metode belajar yang
selalu berpusat pada siswa agar pembelajar berjalan dengan optimal sesuai yang
diharapkan.

Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak
yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam
kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan melakukan permainan tebak kata ketika
pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran yang berpusat pada murid, memberikan ruang, kesempatan, dan fasilitas
seluas-luasnya agar anak mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang menuntun anak agar ia mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di akhir pembelajaran penting bagi
saya untuk memberikan penguatan terhadap materi-materi konseptual agar anak tidak
mengalami miskonsepsi. Selain itu, melalui pembelajaran yang berpusat pada anak
saya berharap bisa mengasah keterampilan abad 21 mereka.

Keempat, sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang utama yaitu lahirnya anak yang
tidak hanya kompeten dari segi akademis, tapi juga berbudi pekerti yang baik. Saya
sebagai guru selain memberikan wejangan, harus bisa juga memberikan teladan yang
baik. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tapi harapannya anak
mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya
memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan untuk saya
bagaimana caranya agar saya bisa konsisten memberikan keteladanan yang baik. Guru
sebagai sosok yang digugu dan ditiru.

Yang terakhir, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Ki Hajar Dewantara,
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap
anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang
memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan
dorongan moral serta semangat belajar. 

Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai