Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO DRAMA

MONOLOG

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Tari dan Drama di SD

Dosen Pengampu :

Edlin Yanuar N., M.Sn/ Ari Hidayat, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelas 6C PGSD

26. MELINDA FITRIA 1810125220054

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2021
LANTAS, SALAH SIAPA ?

Biasa. Hari itu berjalan seperti biasa. Rutinitas yang kerap ku lakukan
selama kuliah online. Mempersiapkan diri. Mempersiapkan alat-alat untuk
memulai kuliah onlineku. Kulihat jam menunjukkan pukul 14.00. Masih ada
waktu sebelum kuliahku dimulai. Kusempatkan sejenak untuk membuka halaman
sosial media ku. “Apa ini? Kok trending?”. Kemudian, Banyak rasa yang saat itu
bersinggah didalam dadaku. Menyesakkan tiba-tiba. Geram. Sedih. Miris. Emosi
ku memuncak saat itu.
Tangan-tangan ku tak berhenti berkutat di krusor laptopku. Melihat
halaman sosial media. Dan komen-komen orang yang sama geramnya dengan
diriku. Tak kala melihat video tersebut.
Bingung?. Kalian pasti bertanya apa yang membuat diriku dari tadi
bersungut-sungut emosi. Mari sejenak kutampilkan sebuah video. Dilayar tampak
para jamaah perempuan yang sedang sholat dipelataran masjidnya. Seperti sholat
berjamaah pada biasanya. Namun, ada yang aneh. Coba kalian lihat, Salah satu
jamaah perempuan yang sedang bersujud ditengah sholatnya. Tiba-tiba tersentak.
Ada apa gerangan?.
Coba kita lihat. Wanita itu berpenampilan seperti biasanya bukan. Mukena
yang dia gunakan berwarna putih polos tanpa motif apapun. Gerakan sholatnya
pun seperti gerakan sholat pada umumnya. Tanpa melebih-lebihkan. Lalu, Apa
yang aneh?. Coba kita lihat dibelakangnya. Ada tangan jahil cenderung tak
beradab memegang bagian sensitifnya. Tidak perlu kubilang bagian mana itu.
Lalu Siapa itu?. Dapat kalian lihat seorang lelaki paruh baya tertawa setelah
melakukan tingkah lakunya. Bercanda katanya. Bahkan, dapat kalian dengar
walaupun samar. Seseorang yang memvideo. Tertawa ketika melihat tingkah laku
lelaki itu. Miris bukan. Tanpa tau, apakah wanita itu meanggap hal tersebut
sebuah candaan?. Sampai mereka lupa. Definisi suatu candaan. Apabila dua belah
pihak itu merasa tertawa mendengar candaan itu. Tidak salah satunya merasa
harga dirinya dihancurkan apalagi sedih karena hal itu. Ironis.
Kerap kali kita mendengar hal seperti ini. “Perempuannya juga tuh yang
ngundang, pakaiannya aja kek gitu”. “Halah, ceweknya tuh yang kepengenan”.
Dan bla bla bla. Seolah-olah bagi mereka itu hanya lelucon biasa. “Sudahlah
orang lain juga, mengapa saya repot-repot peduli. Toh, diri dia sendiri yang tidak
bisa menjaga. Dan aku harap, kata-kata yang keluar dari mulutmu tadi. Bisa kau
ucapkan. Apabila nanti. Entah itu kakak perempuanmu. Anak Perempuanmu.
Ataupun perempuan terkasihmu. Menangis tersedu-sedu. Mendekatimu dan
berkata. “Lihat dia melecehkan diri saya”. Cepat kau katakana didepannya.
“Kamu saja yang pengen”. “Kamu saja yang tidak bisa menjaga dirimu”. Seperti
yang kau katakana. Sebelumnya.
Dan apakah hal itu akan se-enteng apabila itu terjadi pada perempuan
terkasihmu. Menyakitkan bukan? Sama halnya dengan kata-kata yang kau
ucapkan kepada perempuan-perempuan yang lain. Lantas, kau masih tega
menjadikan hal itu sebagai candaan.
Mengapa selalu perempuan yang diharuskan menjaga tingkah lakunya,
menjaga cara berpakaiannya, menjaga sikapnya. Sedangkan apakah sulit?. Jikalau
sang pria juga menjaga pandangannya barang sejenak, menjaga pikirannya agar
tidak hanya dikuasai nafsu belaka.
Seolah meninggikan ego superiornya. Dihadapan sosok yang lemah.
Seharusnya perempuan itu seperti berlian. Dijaga dan disimpan agar tidak tergores
dan hilang nilainya. Mereka lupa. Sang maha tinggi saja menciptakan lelaki untuk
melindungi dan menjaga sosok perempuan. Menjaga dirinya dengan kasih sayang
dan kesabaran. Bukan lantas. Diumbar bangga apabila ia telah berhasil
merusaknya. Jadi, salah siapa?

Anda mungkin juga menyukai