Anda di halaman 1dari 7

Hari ini adalah hari keduaku sekolah. Jika boleh jujur, sebenarnya aku sangat malas pergi ke sana.

Mengingat statusku yang masih murid baru, mau tidak mau aku harus berangkat sekolah. Seusai sarapan
pagi, aku mengambil tas ku dan berpamitan kepada salah satu asisten rumah ku, lalu menaiki bus yang
kebetulan sudah sampai duluan di halte

Di rumah sebesar ini aku hanya tinggal bersama tiga asisten, tetapi tenang saja kok, rumah ini aman.
Karena bibi ku memasang pelindung yang lumayan kuat di setiap penjuru ruangan, dan jangan lupakan
di luar rumah. Hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya termasuk diriku

Setelah beberapa menit perjalanan, aku sampai disekolah. Perlahan aku menatap gerbang yang semakin
lama semakin memancingku untuk membuka rahasianya. Namun ku abaikan karena ini adalah sekolah
tempatku belajar, bukan untuk menjerumuskan ku ke dalam hal-hal aneh

Dengan cepat, ku alihkan pandanganku ke depan lalu berjalan menuju ke kelas ku yang terletak di lantai
4. Ngomong-ngomong tentang kelas, kelas sepuluh berada di lantai empat, kelas sebelas berada di lantai
tiga, kelas dua belas berada di lantai dua, sedangkan lantai pertama berisikan ruang guru dan lapangan-
lapangan, gudang, kolam renang, tempat latihan, ruangan lain, dan lebih banyak lagi

Setiap lantai memiliki toilet, jadi tidak perlu turun ke lantai satu untuk datang ke sana. Sekarang aku
sampai dikelasku tepat pada saat bel berbunyi, hari ini sengaja datang terlambat agar tidak menunggu
terlalu lama di sekolah. Tiba-tiba wali kelasku, Byun Ssaem datang dan menjelaskan kepada kami
tentang vas bunga. Lalu pada akhiran, ia menyuruh kami untuk membuat vas bunga, sudah kuduga.

Ia menyuruh kami untuk pergi ke ruang serba guna dan memulai nya disana. Tentang peralatan, semua
sudah lengkap ada disana.

Sesampai nya disana, aku melupakan handphone ku yang berada di kelas. Aku meraba-raba kantong
baju dan rok ku, mencoba memastikan jika benda persegi panjang itu benar-benar tertinggal di dalam
kelas. Dengan sigap, aku meminta izin kepada Byun Ssaem untuk mengambil handphone ku. Sekolah ini
diperbolehkan membawa handphone, bahkan setiap pelajarannya hampir memakai handphone, jadi
tidak perlu takut disita seperti waktu di sekolah menengah pertama dulu

Tibalah aku di kelas yang sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara langkah kaki ku disini, perasaan awal ku
memasuki kelas ini sudah tidam enak. Aku yakin akan ada sesuatu yang buruk terjadi, namun aku
menepis pikiran ku tentang hal buruk itu dan berjalan menuju bangku ku lalu membuka tas, mengambil
handphone kesayanganku. Itu satu-satunya peninggalan kakekku, sebenarnya bisa saja aku membeli
handphone baru, tetapi handphone dari kakek dan baru itu bukan hal yang sama.

Jika dari kakek ku, dia membelikan dengan penuh kasih sayang, hasil keringat nya memimpin
perusahaan nya. Sedangkan jika aku membeli yang baru, itu hanya hasil dari perusahaan nya yang saat
ini dipimpin oleh bibiku. Jadi, Beda bukan?

Setelah mengambil handphone, aku meneruskan perjalanan ku. Namun baru saja ingin berjalan, tiba-
tiba kaki ku terasa kaku, permukaan kulit yang dingin menyentuh pergelangan kaki ku. Bulu kuduk ku
berdiri, tepat pada saat itu, cairan bewarna merah lolos begitu saja dari mataku.
Aku berlari secepat mungkin, "Ini bukanlah tanda yang baik"

Namun naasnya, aku terjatuh tepat di meja guru dengan mengahadap ke arah kiri, meja guru. Mataku
membulat ketika mendapati sosok itu muncul tepat di depan wajahku, di bawah meja guru sambil
menatapku tajam. Setelah itu, aku tidak melihat cahaya lagi. Pandanganku memburam Aku berada di
sebuah ruangan suram yang kosong, sampai pada akhirnya sebuah suara menyadarkan ku. Aku menoleh
ke samping, ruangan ini persis seperti kelasku, hanya saja ruangan ini terlihat lebih kusam. Tentu nya
kelas ku sangat bersih

Aku menoleh ke sumber suara yang dari tadi sangat berisik. Dapat kulihat, lima remaja perempuan
sedang membully seorang perempuan kutu buku? Tidak tau juga sih, penampilan nya saja yang
membuatku berpikir bahwa dia adalah seorang kutu buku

Aku berjalan mendekati mereka dan mencoba menghentikan pembullyan tersebut, namun hasilnya
malah tanganku menembus tubuh mereka. Dan disinilah aku mulai berpikiran aneh, "Apa aku sudah
mati? Ya tuhan, dosa ku sangat banyak. Aku bahkan belum meminta maaf kepada semua orang. Aku
yakin malaikat pusing menjelaskan semua dosa-dosa ku nanti"

Tapi, jika aku sudah mati mengapa tempat ini seperti kelasku dulu? Aku berlari ke arah Jendela dan
mendapati lapangan depan yang terlihat memang seperti sekolah baruku. Aku mencoba mengingat hal
terakhir yang terjadi, Dari sini aku baru mengerti bahwa saat ini diriku sedang berada di masa lalu

Aku kembali lagi melihat ke arah remaja-remaja tersebut, ingin sekali rasanya mencoba menghentikan
mereka. Namun, jika kita disini hanyalah bayangan, untuk apa membuang-buang tenaga menghentikan
mereka yang bahkan tidak bisa melihatku

Aku melihat Name tag masing-masing dari mereka. Chou Tzuyu, Im Nayeon, Park Jihyo, Yang dua nya
tertutup rambut namun aku dapat melihat nama panggilan nya, Dahyun, dan Chaeyeong. Sedangkan
gadis yang dibully itu bernama Momo, marga nya tertutup jus yang mereka siram

"Momo? Hantu ya?" gumamku sambil membayangkan betapa mirip nya Momo dan hantu tadi

Momo menangis dengan kencang, sambil terduduk ia berkata "Apa salahku?"

"Salahmu? Kau tidak bercanda kan? Guys, dia tidak mengetahui dimana letak kesalahannya" kata
Nayeon sambil melipatkan tangan di dada

"Ku beritahu ya" ujar Tzuyu. Gadis yang cantik, tapi sayang sikapnya buruk "Kesalahanmu. Mengapa kau
mendekati para pria tampan di sekolah ini?!" "Lumayan sih, Drama gratis" ucapku sambil menontoni
mereka. Jika saja ada popcorn dan minuman disini, sudah kupastikan kelas ini akan ku ubah menjadi
bioskop
"A-aku tidak mendekati mereka. Mereka yang mendekati ku" Momo mencoba membela dirinya sendiri.
Sepertinya tontonan ini semakin seru, aku duduk di kursi, hebatnya aku bisa duduk tetapi tidak bisa
menyentuh mereka

Jika boleh, ingin sekali ku bawa kasur dan tiduran di sini.

"Apa kau bilang? Mereka memegang kekuasaan penuh di sekolah ini, jadi mana mungkin mereka
mendekati mu jika bukan kau yang mencari perhatian mereka. Lagi pula, kau kan anak kutu buku"

"Sudahlah, Nayeon. Lebih baik kita langsung saja ke inti nya, jangan membuang-buang waktu, aku harus
pergi les hari ini" sahut Chaeyoung. Dia imut, tetapi sayang sikapnya membuatku ilfeel

"Berhentilah bermain-main" tambah Dahyun. Wah, jika dia baik bisa saja saat ini ia ku jadikan panutan
ku

Kulihat, wanita cantik tadi, Tzuyu memainkan rambutnya lalu berkata, "Cepatlah, aku sudah tidak sabar"

Nayeon yang mendengarkan perkataan teman-teman nya yang sudah tidak sabar, langsung saja
mengambil kotak hitam yang ukuran nya lumayan besar, berada di bawah meja guru. Ia membuka kotak
itu yang ternyata isi nya adalah benda-benda tajam seperti kaca, pisau, gunting, silet dan banyak lagi
Aku membulatkan mataku, mereka masih remaja dan sudah berani menyiksa orang? Atau mungkin saja
mereka ingin membunuhnya? "Pabo" ucapku seperti orang gila karena berbicara sendiri tanpa ada yang
mendengarnya

Wanita yang dari tadi tidak bicara maju dan mengambil gunting daei kotak hitam tersebut, atau sebut
saja kotak gila "Aku yang memulainya ya" ujar Jihyo yang dibalas angguka senang hati dari Nayeon

"Apa yang akan kau lakukan kepadaku?" tanya Momo yang sudah ketakutan dari tadi

Jihyo tersenyum manis sambil memegang rambut Momo yang panjang, "Kumohon jangan rambutku,
rambut ini adalah satu-satunya kesayangan ibuku" Momo begitu bersih keras agar Jihyo tidak
memotong rambutnya, namun wanita itu tetap memotong rambut Momo, bahkan memotongnya
secara tak beraturan. Aku yang menyaksikannya hanya tersenyum miris

"Dahyun, Chaeyeong, kita secara bersamaan saja ya" ucap Tzuyu lalu mengambil silet, diikuti oleh
Dahyun yang mengambil Kaca, sedangkan Chaeyeong mengambil silet seperti Tzuyu

Kaca itu sangat tajam. Aku yakin jika aku yang berada di posisi Momo, sudah menangis kencang atau
mungkin menampar dan menendang mereka lalu mengancam mereka

Tzuyu mengukir menggunakan silet dipipi Momo, sebelum itu ia sudah menyumpal mulut Momo
menggunakan kain, sehingga tidak mendengar teriakan gadis malang itu. Chaeyeong ikut mengukir
menggunakan silet didagu dan pelipis Momo. Gila, satu kata yang terlintas di benakku
Aku menutup mata ku mengetahui Dahyun maju ala Psikopat dengan memegang kaca ke arah atas, lalu
mengukir sebuah gambar di tangan Momo. Momo memberontak dan tidak diresponi oleh Dahyun

Si Ratu, atau sebut saja ketua mereka, Im Nayeon bertanya, "Sudah puas?" teman-teman nya
mengangguk

"Sekarang giliranku"

Langsung saja Nayeon memgambil sebuah pisau dari kotak terkutuk tersebut, lalu berjalan perlahan-
lahan mendekati Momo. Ia memainkan benda tajam di sekitar mulut Momo, refleks aku menutup kedua
mataku sambil berkata, "Sadis... "

Momo tidak bisa berteriak, aku mengintip di balik celah jari-jari yang menutupi wajahku. Darah mengalir
dari mulut Momo, sedangkan pelaku nya hanya tertawa dengan lepas

Tak puas sampai disitu, Nayeon melukai pinggang dan kaki Nayeon, sehingga rok panjang dan seragam
putihnya berubah menjadi bewarna merah. Ia mengambil pisau baru dan mengarahkan nya ke leher
Momo, sontak aku berteriak

"JANGAN DIA BISA MATI!" setelah itu aku baru menyadari kebodohanku. Berbicara tanpa ada yang
melihat atau pun mendengar, aku kembali menutup mataku ketika tahu ujung pisau Nayeon menyentuh
leher Momo

Tepat pada saat itu, Momo tidak lagi bergerak atau pun meringis kesakitan. Hanya helaan nafas yang
terdengar, itupun bukan dari Nayeon. Tzuyu yang mulai curiga pun memecahkan keheningan mereka,
"Mengapa dia tidak bergerak?"

"Mungkin dia kelelahan" bodoh. Jawaban bodoh itu keluar begitu saja dari mulut Dahyun, bahkan
wanita itu malah tertawa

Namun tawaan itu berhenti karena jeritan Chaeyeong, "Apa mungkin dia mati?" ucap Chaeyeong histeris

Nayeon mulai menatap takut ke arah Momo, namun dengan cepat wanita itu mengubah raut wajahnya
menjadi biasa saja.

"Apa benar?" kata Jihyo yang disusul rengekan oleh Tzuyu, "Kau tidak mau masuk penjara!"

Aku berjalan mendekati Momo dna memastika bahwa Momo masih bernafas atau tidak, tetapi tidak jadi
karena tiba-tiba kaki ku tersandung dan tidak dapat mendekati mereka. Jika dari jauh, sudah kupastikan
dia meninggal karena pisau Nayeon menyentuh urat nadi nya

"Pantas saja dia mati. Nayeon melukai nya sampai mengenai urat nadi" kata Jihyo kelewat santai.
Bahkan gadis itu disaat-saat seperti ini masih bisa santai?

Chaeyeong langsung panik seketika. "Jadi bagaimana ini?!"


"Begini saja, kita bawa dia ke atap lalu lempar dia kebawah. Buat seolah-olah dia membunuh dirinya
sendiri" ide Nayeon membuat ke empat teman nya kembali bersemangat

"Baiklah, dari pada berada di jeruji besi" setuju Dahyun. Tak lama kemudian, aku dapat mendengar
cibiran Tzuyu, "Dasar Momo, sudah mati masih merepotkan saja"

Langsung saja mereka mengontong jasad Momo ke atap dengan pelan-pelan, aku berada di belakang
mereka, menyusul. Ketika sampai di atas, tanpa aba-aba, Nayeon melempar tubuh gadis yang sudah
tidak bernyawa itu.

"Bagaimana jika jasad nya di otopsi?"

"Tidak kok, lebih baik kita ke bawah dan membereskan semua peralatan kita. Cuaca menunjukan akan
hujan, jangan lupakan sidik jari kita yang akan menghilang karena air"

Dan tiba-tiba saja, aku merasakan diriku di tari ke tempat lain. Tempat yang berbeda dengan hari dan
cuaca yang berbeda. Tempat ini, berada di depan gerbang, sedangkan hari, kemungkinan besok sesudah
Nayeon dan teman-teman nya melancarkan aksi, dan cuaca yang panas.

Pandanganku teralihkan ke arah tiga perempuan yang sedang berjalan memasuki gerbang, "Hari ini ada
tugas tidak ya?"

Aku mendekati mereka lalu melihat name tag masing-masing. Ada Jeongyeon, Mina, dan Sana,
sepertinya mereka anak yang baik, tidak seperti Nayeon dan teman-teman nya. "Kemarin sudah ku cek.
Tidak ada tugas sih" jawab Mina. Tiba-tiba pandangan Jeongyeon teralihkan kepada air yang bewarna
merah

"Apa kalian tidak merasakan keanehan? Mengapa airnya bewarna merah?" ucap Jeongyeon sambil
menunjuk air di depan mereka

"Iya sih, air nya berasal dari... " ucapan Sana berhenti mendapati sebuah jasad wanita yang mereka
kenal, Momo. Aku ikut panik dan kembali menutup mata melihat jasad Momo yang sangat seram

Ketiga gadis itu langsung berlari menuju ke arah Momo dan langsung mengecek keadaan Momo. Tangan
mereka bertiga terulur ke tubuh Momo, "Yak, janga-" baru saja aku ingin menghentikan mereka, jari-jari
mereka sudah tertempel pada tubuh Momo Lagipula mereka tidak akan bisa mendengarkan ku. Mina
segera berteriak meminta pertolongan, karena mendengar suara berisik, beberapa murid datang dan
juga penjaga sekolah ikut datang

Termasuk Nayeon dan teman-teman nya yang berada di barisan paling depan. "Kalian bertiga
Membunuh Momo? Aku tidak percaya dengan wajah kalian yang kelihatan baik bak malaikat penolong,
namun ternyata, kalian lebih busuk dari yang kami kira" sang ratu memulai drama nya seperti di
dongeng-dongen
Lalu diikuti oleh sang puteri, "Kalian terlalu kejam"

"Kami tidak membunuh Momo. Kalian jangan memfitnah kami" bela Jeongyeon.

Para murid langsung saja menggosipkan Jeongyeon, Mina dan Sana. Sepertinya akan menjadi top
trending,

"Dia yang membunuhnya?"

"Aku tidak menyangka wajah cantik mereka dapat berubah menjadi psikopat sadis"

"Aku mengira mereka adalah orang baik, mengingat mereka sering sekali membantu siswa-siswi disini"

"Aku masih tidak percaya"

Aku kembali terseret ke tempat lain, dan disinilah aku berada. Sendirian di ruangan kosong, hanya
ditemani oleh angin yang terkadang menyapa atau sekedar lewat, aku mendengar suara perempuan

"Hei bangunlah!"

Lalu banyak suara yang ikut menyuruh ku untuk bangun, cara bangun itu bagaimana ya? Aku dapat
mengendalikan diriku sekarang, langsung saja kau membuka mata dan mendapati banyak orang yang
sedang mengerubungiku

"Jisoo, kau kenapa?"

"Kau baik-baik saja?"

Aku duduk lalu menggeleng menjawab pertanyaan mereka mengenai diriku baik-baik saja dan berdiri
menjauhi mereka

Saat ini aku sedang berada di toilet lantai dua. Jika ditanya mengapa tidak di lantai empat saja, jawaban
nya adalah karena toilet lantai tiga dan empat rusak, jadi terpaksa kelas sepuluh dan sebelas mengungsi
ke toilet lantai dua

Setelah melihat kejadian tadi, jujur saja aku merasa kesal dengan Nayeon. Jika saja aku bisa bertemu
dengan mereka, ingin sekali rasanya ku cakar wajah angkuh mereka itu, karena mereka aku
mendapatkan misi pertama menyelamatkan makhluk halus yang tak tenang. Aku kembali menatap
pantulan diriku di cermin

"Bagaimana cara menyelesaikannya?" ujarku bingung

Tiba-tiba aku mendengar suara gerusak-gerusik dari salah satu toilet di sana. Langsung saja kudatangi
toilet itu, dan membuka nya. Kosong, aku tidak mendapati apa-apa disana, aku mulai merinding dan
berlari ke arah kantin
Sampai di kantin, aku hanya membeli satu air putih san sandwich coklat. Aku duduk di pojok kiri kantin
sambil melihat ke arah luar, dan mulai memakan sandwich tersebut. Namun, suara-suara mereka malah
mengusikku

"Mereka sangat cocok bukan?"

"Andai saja aku yang berada di dekat Suga"

"AAAAAA... ROSE SANGAT CANTIK. I LOVE YOU ROSE!"

Refleks aku berdiri dan teriak sambil menggebrak meja kantin. "Mengapa berisik sekali sih?!"

Tepat pada saat itu, seluruh perhatian murid yang berada di kantin dan diluar kantin atau sekitarnya,
teralihkan kepadaku

Anda mungkin juga menyukai