Anda di halaman 1dari 104

1

Sambutan Pembimbing
Assalamualaikum Wr. Wb.
Anak-anakku, dalam pembelajaran seni budaya di
SMA Negeri 1 Cileunyi terdiri dari pembelajaran
apresiasi dan ekspresi diri. Salah satu kegiatan yang
memadukan keduanya melalui pelajaran dalam bentuk
Tugas Akhir pilihan siswa. Hal tersebut dilakukan karena
belum terpenuhinya kegiatan pembelajaran Seni Budaya
secara utuh, oleh karenanya siswa diberikan keleluasan
untuk mengungkapkan potensi dan bakatnya sendiri
melalui kegiatan pilihannya. Cerita Pendek atau cerpen ini
merupakan salah satu bentuk tugas akhir yang muncul
atau diminati siswa. Karya lain berupa karya Seni Tari,
musik, suara, seni bela diri, film dan sebagainya.
Selanjutnya khusus bagi para penyusun karya
cerpen, saya ucapkan selamat bagi kalian yang telah
menyelesaikan tugasnya, dan mudah-mudahan
bermanfaat di kemudian hari.

Bandung, November 2018

Drs. Tapip Bahtiar, M. Ds

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kumpulan Cerpen yang berjudul “Memeluk Angkasa”.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan
saya kesehatan dan kekuatan dalam menyusun
makalah ini.
2. Bapak Drs. Tapip Bachtiar, M.Ds selaku Guru
Mata Pelajaran
3. Orang tua yang telah memberi dukungan baik
moril maupun materil
4. Rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyusunan buku kumpulan cerpen ini.

Dalam penyusunan buku ini, penulis menyadari


bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari guru pembimbing maupun para
pembaca.

Bandung, November 2018

Penulis

ii
Daftar Isi
Sambutan Pembimbing.....................................................i
Kata Pengantar ........................................................................ ii
Daftar Isi ...............................................................................iiii

Cinta Pertama............................................................................... 1

Air dan Api ................................................................................ 12

Indah pada Waktunya................................................................... 25

Kemarau ................................................................................... 37

Memeluk Angkasa........................................................................ 48

Reyhan ..................................................................................... 60

Sore ......................................................................................... 68

Sempit ...................................................................................... 74

Rindu. ...................................................................................... 85

Tentang Penulis........................................................................... 99

iii
Cinta Pertama
Namaku Adira Azzahra. Sekarang aku duduk di
bangku SMA kelas XI. Di SMA ini aku masuk jurusan
IPS, karena aku muak dengan hitung-hitungan dan aku
gak suka materi-materi IPA yang memusingkan.
Ini kisahku pada saat 2 tahun lalu...

Hari itu aku sekolah seperti biasa. Di sekolah, aku


dijahili oleh temanku yang bernama Zidan. Aku tidak
suka sama perlakuannya yang selalu menjahili. Teman-
temanku pun tidak suka dengan perilakunya. Entah
kenapa dia selalu begitu.

“Dir maaf buat yang waktu itu, bukan aku yang


ngejahilin kamu. Itu kakakku yang ngebajak
handphoneku, maaf ya”

“Apaan sih dan, gak usah deh kamu ngeganggu


hidup aku lagi. Risih tau gak”
“Bukannya kaya gitu, aku gak enak aja sama
kamu”

Jadi waktu itu dia menjahiliku dengan mengirim


permintaan berpacaran di facebook. Karena waktu itu aku
belum terlalu mengerti teknologi jadi aku terima saja aku
kira itu hanyalah permintaan pertemanan. Pada saat itu,

1
aku kesal sama diriku sendiri. Kenapa harus diterima?
Kenapa gak diabaikan saja. Apa daya ini sudah terjadi.

Aku tidak pernah ingin menjawab pesan dirinya


karena aku sudah tidak mau lagi kena jebakannya. Aku
sudah sangat muak dengan sikapnya dan akupun segera
memintanya untuk mengubah status kami di facebook.
Memang ini terlihat lebay karena ini kejadian 2 tahun lalu
dimana facebook merupakan media sosial yang sangat
berpengaruh bagiku.

2
Keesokan harinya, status facebook itu belum
diganti hingga hubungan ketidaksengajaanku dengan
Zidan menjadi viral di sekolah
“Cieee Dira jadian nih sama Zidan”
“Ciee PJ-nya dong”

Ya begitulah teman-temanku si super bawel. Aku


mencoba mengklarifikasikan kepada mereka bahwa
hubungan ini tidak benar-benar terjadi, tetapi ini hanyalah
kesalahanku.
Akhirnya aku mencoba bicara pada Zidan.

“Dan klarifikasi lah sama mereka, aku gak mau


kalau ini jadi kaya gini, ribet”

“Gak mau ah malas, ini kan salah kamu. Kenapa


kamu main terima-terima aja?”

Aku tidak menghiraukannya, bahkan aku


meninggalkannya. Aku ceritakan pada sahabatku yang
bernama Gandhi.

“Udah Dir, gak usah dipikirin nanti kalau dia


macam-macam bilang aja sama aku”
Disitu aku ingin sekali berkata kasar, tapi aku
menahannya. Iya memang ini salahku tapi apa salahnya

3
dia ikut mengklarifikasi bahwa kita tidak berhubungan
apa-apa. Kita hanyalah sebatas teman.

Kekesalan itu tersimpan dalam hatiku, hingga aku


tidak mau berbicara padanya. Kita sama-sama tidak
mengobrol pada saat itu.

Aku tidak mau lagi memikirkan Zidan, karena itu


membuat mood ku hancur. Akhirnya aku diajak main oleh
sahabatku Gandhi ke bioskop.

“Gan beliin aku minuman dong haus nih, aku gak


bawa uang lebih”
“Memangnya aku orang tuamu?”

“Ih gan, mau aku dehidrasi? Cepet beliin, biar aku


gak nyusahin”

“Mau sehat, mau sakit, mau dehidrasi, mau engga


tetap aja kamu nyusahin aku, Dir”
“Ah suka jujur nih kamu Gan, yaudah yuk beli ah”

Setelah kami membeli minuman lalu menonton


bioskop, kami pun pulang ke rumah. Setelah sampai
rumah, aku langsung beristirahat tak lupa belajar untuk
esok hari.

Saat aku akan memejamkan mata, tibatiba ada


yang menelponku.
“Hallo, selamat malam”

4
“Hallo, dengan siapa ya?”

“Masa gak tau sih, ini Zidan. Eitss, jangan


langsung ditutup telponnya, Zidan mau ngomong sebentar
aja”

“yaudah apa cepetan, aku mau tidur, ganggu aja


sih”
“jadi gini, aku mau minta maaf sama kamu, maaf
kalau aku sering jahil, maaf kalau aku buat kamu risih,
pokoknya aku mau minta maaf, kamu tau ga alasan aku
ngejahilin kamu? Itu karena kamu lucu, ekspresi kamu
pas cemberut itu loh bikin aku senyum, makasih ya”

“Udah mas ngomongnya?, yaudah deh gini aja, itu


kamu akhirnya bisa nyadar, iya kamu yang seneng aku
yang kesusahan dijahilin mulu, gausah minta maaf belum
lebaran, udah ya aku ngantuk”
“Yaudah selamat tidur ya, bye”

Aku mikir. Kok aku segininya sama dia? Kasihan


juga kalau dia aku perlakukan kaya gini. Yaudah lah nanti
aku mau cerita sama Gandhi gimana baiknya nyikapin
Zidan.
Akupun mulai menceritakan hal ini pada Gandhi.
Gandhi memberiku saran agar aku jangan terlalu jahat
sama Zidan. Aku kasih ruang buat dia supaya aku bisa

5
memaafkannya. Akupun mencoba untuk sedikit demi
sedikit memaafkannya.

Zidan kembali mendekatiku dengan maksud agar


aku memaafkan dia. Dia melakukan berbagai cara agar
aku bisa memaafkan dia. Mulai dari ia mengklarifikasi
pada teman-temanku jika kami ini tidak ada hubungan
apa-apa, menghapus status berpacaran kami, dan hal-hal
kecil lainnya.

Melihatnya begitu, sebenarnya aku sangat kasihan


padanya. Aku mulai membuka diri pada Zidan aku pun
salah dan ingin meminta maaf pada Zidan.

“Dan, maafin aku ya aku kayanya udah jahat


banget sama kamu, maaf atas perlakuan aku buat kamu.
Aku sadar ini gak seharusnya”

“Ih gak apa apa Dir, harusnya aku yang minta


maaf kan. Aku udah banyak salah sama kamu. Aku gak
masalah diperlakukan kaya gitu sama kamu. Mungkin ini
balasannya kalau aku suka jahil sama orang. Aku juga
ngerti kok sama kamu, kamu gak suka di jahili, kamu suka
risih kalau aku ngedeketin kamu cuma buat jahil. Aku
juga minta maaf”
“Yaudah sekarang kita baikan ya Dan”

Wajahnya berseri-seri dan aku membalas dengan


senyuman lebar tanda aku juga senang bisa berdamai
dengan Zidan.

6
Hidup kan tidak selalu bagaimana kita yang harus
dimengerti tetapi kita juga harus mengerti orang lain agar
semua orang merasakan kebahagiaannya, contohnya aku
dan Zidan.

Kini aku dan Zidan berdamai. Kini kami


mengobrol, bermain selayaknya teman. Kami seolah lupa
akan kejadian yang kemarin kami lakukan, ia sering
menjahiliku dan aku sering ngambek padanya.

Gandhi pun melihatnya ikut senang karena ia


sahabat yang menginginkan sahabatnya tidak punya
musuh. Makanya aku disuruh untuk berdamai dengan cara
memberi ruang padanya, dan ini berhasil. Aku sangat
berterimakasih pada Gandhi, jika bukan karenanya aku
tidak akan bisa berdamai dengan Zidan.

Setiap hari pada saat itu, aku selalu bersama


Gandhi jika berangkat dan pulang sekolah. Tapi pada
suatu hari, ban motor kepunyaan Gandhi bocor dan tidak
bisa dibawa ke sekolah. Gandhi pun naik ojek online dan
aku bingung untuk naik apa ke sekolah.

Ternyata Zidan telah menungguku didepan


rumahku. Ia mengajakku untuk berangkat sekolah
bersama.
“Kenapa tiba-tiba ngajak bareng?”
“Yee, gamau ya yaudah aku duluan”

7
“Eh, jangan ngambek dong. Baperan amat
masnya”
“Aku mana bisa ngambek sama kamu Dir”
“Ape maksud lo?”

“Ga ah, yaudah cepat naik, mau masuk sekolah


telat?”

Aku pun naik motornya Zidan. Ia bercerita kenapa


tiba-tiba ia mengajak berangkat sekolah bersamaku. Ia
disuruh oleh Gandhi karena motornya gak berguna,haha.
Di sekolah diadakan ulangan harian dadakan, dan
sistemnya harus sebangku sama lawan jenis. Tadinya aku
mau duduk sama Gandhi, tapi dia lebih memilih duduk
bersama gebetannya, Febi. Aku dengan siapa? Ya kalian
pasti tau aku dengan siapa, aku duduk bersama Zidan.

Zidan ternyata partner yang mengasyikkan dalam


ulangan. Ia sering membantuku ketika aku kesusahan. Di
kelas Zidan memang termasuk rangking 3 besar. Jadi aku
bisa memanfaatkan kepintarannya, hahaha.

Dari kejadian itu kami menjadi lebih dekat. Kami


sering nongkrong bersama, menonton bioskop bersama,
pokoknya segala bersama kecuali berak dan tidur ya, ya
kali berak dan tidur bersama, emangnya kita apa?.
Pada tanggal 25 Mei 2016, ia menembakku. Pada
hari itu, aku dan dia pulang dari sebuah acara pensi suatu

8
SMA ditengah derasnya air hujan, ia menembakku
dengan manis.
“Dir, tebak-tebakan yuk ah”
“Boleh”

“Tapi kalau jawabannya bener aku mau jadi pacar


kamu kalau kamu jawabnya salah kamu harus jadi pacar
aku”

Dengan begonya aku bilang “Oke, siapa takut”


padahal reward nyaitu sama aja, sama-sama jadi pacarnya
dia.
“makhluk.makhluk apa yang suka melompat”

“Aduh susah banget pertanyaannya, aku harus


berpikir keras nih, aduh kasih clue dong”
“Depannya Z”

“Apaan Z, ada juga pocong melompat-lompat


mah, malam-malam lagi”

“Yes, jawabannya salah. Kamu harus jadi pacar


aku”
“Kasih tau dulu jawaban yang benarnya apa?”
“Jawabannya Zidan, kenapa coba?”
“kenapa hayooo, tebak?”

9
“Karena Zidan suka melompat ke hati kamu,
ahahahah. Geli ih aku”

Disitu aku tertawa mendengarnya. Ada-ada saja


makhluk ini. “Jawab ih mau ga jadi pacar aku, kan kamu
kalah?”
“Mau dan Gak Mau”
“Apaan, satu aja milihnya ih gemas banget sih
kamu”
“Yaudah iya mau”
“Yesss, jadi kita jadian nih. Ini nih ada saksi kita
jadian”
“Apa saksinya?”
“Ini hujan”
Dari situ kami jadian. Ditengah deras hujan tapi
aku tidak merasakan kedinginan. Anehnya yang aku
rasakan adalah kehangatan cinta yang diberikan Zidan
padaku.

Zidan adalah cinta pertamaku karena ia adalah


lelaki pertama yang memacariku, seumur hidupku aku
tidak pernah merasakan pacaran. Tapi kini aku bisa
berpacaran dan dengan orang yang tidak diduga.
Dulu aku membencinya dia pun begitu kepadaku
sepertinya. Tetapi kini, kami sangat mencintai satu sama

10
lain. Benar juga kata orang-orang, jika membenci jangan
terlalu membenci nanti bakal mencintai dan ini yang
terjadi padaku.

Itulah cerita cerita pertamaku, dan sampai


sekarang setelah 2 tahun kami masih berpacaran dan
Gandhi sahabatku ia tidak jadi berpacaran dengan Febi
karena Febi menolak Gandhi dan kini Gandhi berpacaran
dengan Risya, sahabatnya sejak umur 4 tahun. Semoga
kami semua dapat terus bahagia menjalankan kisah kami.

11
Air dan Api
“Karena cinta bukan tentang bagaimana rasa itu
jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada
yang rapuh”- boy candra.
Tiba- tiba saja quotes itu terngiang-ngiang di
otakku. Apa sih? Padahal aku belum punya pacar juga.
Akupun mencoba menghilangkan quotes ini dalam
pikiranku.
Hari ini waktunya kembali ke sekolah setelah
sekian lama libur panjang. Tanpa berlama-lama aku
berangkat ke sekolah.
Di sekolah, aku dan teman-teman bercanda berisik
karena sudah lama tidak berbincang. Tiba-tiba ada suara
ricuh di luar kelas. Semua orang berhamburan keluar
memastikan apa yang terjadi.
Ternyata di lapangan sekolah ada perkelahian
antara kelas XII dan kelas XI. Semua orang yang
melihatnya ketakutan dan kebingungan apa yang harus
dilakukan. Setelah itu para pengurus organisasi tatib dan
para guru melerai semua yang ikut berkelahi.
Semua orang yang melihatnya pun dibubarkan dan
diharapkan diam di kelasnya masing-masing. Kami
bertanya-tanya siapa yang terlibat dalam aksi perkelahian
itu.

12
Ternyata salah satu pelaku nya yaitu murid dari
kelasku yang bernama Brama Adi Anggara. Seperti
namanya Brama identik dengan nama gunung berapi yaitu
gunung Bromo, ia sangat berapi-api, ambisius, dan
bersumbu pendek, iya bersumbu pendek atau biasa kita
sebut gampang terpancing emosi.
Tetapi walaupun begitu ia adalah seseorang yang
termasuk pintar di kelas. Tidak pernah ia turun dari 5
besar di kelas. Semua orang heran, bagaimana bisa ia
mendapatkan ranking di kelas padahal ia seorang bad boy.
Aku Izora Ravan Lamia sang setengah introvert
hanya memandangnya seperti laki-laki lain. Di luar aku
mengabaikannya tapi sebenarnya aku ingin sekali
mengubahnya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi apa boleh buat. Aku bukanlah teman
dekatnya. Aku hanyalah tean biasa baginya. Mengobrol
pun hanya seperlunya.
***
“Brama, kamu itu sudah kelas XII, apa maksud
kamu seperti ini? Gak kapok kamu? Katanya pintar tapi
kelakuanmu ini tidak mencerminkan prestasimu” cerocos
Pak Narsito
“Iya tau pak saya ini kelas XII, bukannya saya
tidak kapok tapi Bapak tidak akan mengerti kenapa saya
begini. Gak usah sambung-sambungin prestasi saya
dengan perilaku saya” teriak gue.

13
Pak Narsito hanya terdiam dan lanjut berkata
“Kalau kamu sekali-kali lagi begini kami pihak sekolah
tidak akan segan-segan mengeluarkan kamu dari
sekolah.”
“Oh silahkan Pak saya tidak takut, silahkan saja
anda ancam saya begini, toh saya tidak akan berubah”
jawab gue
Tanpa pikir panjang pak Narsito membuatkan
surat panggilan untuk orang tua. Gue langsung terima dan
pergi ke kelas.
Gue kesal sama dunia ini kenapa sih gak adil?
Kenapa sih harus gini? Kenapa gue yang jadi timpaan
gini?.
Gue pengen cerita, gue pengen dikasih solusi tapi
gimana lagi? Harus kesiapa lagi? Orang tua gak bakal
peduli sama gue.
***
Brama kembali ke kelas, ia hanya terdiam
mengasingkan diri. Akhirnya aku memberanikan diri
untuk mengobrol dengannya, karena tidak ada seorang
pun yang mau menenangkan dia.

“Hei... Bram”
“Eh.. Hai Ra, ada apa?”

14
“Bram kamu kenapa?”
“Apaan sih Ra, udah ya gue gamau diganggu
dulu”
“Oh iya, maaf ya Bram”
“Eh tapi gue mau ngomong sama lo”
“Kenapa Bram?”
“ Lo bisa jaga rahasia gak? Gue pengen cerita
sama orang tapi gak tau lagi sama siapa.”
“Oh boleh Bram, cerita aja”
“Tapi gue gamau cerita disini, gini aja nanti
pulang sekolah lo bareng gue ya, please”
“Yaah gimana ya Bram tapi aku udah dijemput
Ayah”
“Gue izin deh sama Ayah lo, gue bener-bener
pengen cerita gue udah nahan ini sekian lama”
“Tapi emangnya kamu percaya sama aku?”
“Gue coba percaya aja sama lo. Lagian
kelihatannya lo bukan orang yang suka ngumbarin
cerita orang”
“Yaudah nanti ya Bram aku coba bilang dulu sama
Ayah”
Aku senang Brama akhirnya bisa menceritakan
apa yang terpendam dalam dirinya. Tapi satu hal, tadi

15
teman-teman ku melihat aku berduaan dengannya. Saat
aku kembali ke tempat duduk ku semua temanku
menatapku dengan sinis.
“Lo bisa-bisanya deh ngobrol lama sama si
Bromo” ketus sahabatku, Riana
“ Ri, jangan gitu ah. Aku kasian aja sama dia
mungkin dia butuh teman. Disini gak ada kan yang mau
menemani dia disaat dia kayak gini. Saat ada tugas saja
pada mendekati Brama, tapi disaat dia kaya gini gak ada
yang mau mendukung dia buat lebih baik. Pantas saja dia
terus-terusan begini” cerocosku
“hmmm.. iya deh terserah kamu” pasrah Riana.
Pulang sekolah pun tiba. Tiba-tiba Ayahku sudah
menjemputku, padahal tadi aku sudah izin akan pulang
bersama temanku.
Brama pun memberanikan diri untuk izin pada
Ayah. Lalu kami diizinkan untuk pulang bersama.
Akupun diajak Brama untuk menaiki motornya dan
berbincang-bincang.
Ternyata Brama tak sejutek yang ku kira. Ia adalah
pribadi yang sangat asyik diajak berbincang.
“Ra kita ngobrolnya di cafe aja ya gue lapar
banget”
“Aku kira kita akan ngobrol di rumah kamu Bram”

16
Diapun terdiam tak menggubris ucapanku. Lalu
kami masuk ke dalam cafenya. Ia memanggil pelayannya
“Bro, gue jajan nih”
Ucapannya membuatku tertawa. Dia memanggil
pelayan dengan begitu akrabnya. Sang pelayan pun
menghampiri.
“Eh Bro, udah lama lo gak kesini, kenapa lo
bonyok gitu? Dan kenapa tiba-tiba aja bawa cewek.
Cewek baru lo ya? Pinter juga lo cari cewe secantik ini.”
Kata pelayannya.
“Ah,banyak bacot lo. Yaudah mau makan apa
Ra?, gue makan yang biasa aja ya bro”
“Bram kamu aja ya yang makan. Aku udah
kenyang”
“Jangan gitu dong, udah makan ih gue pilihin ya.
Pokoknya harus mau. Masa gue ngajak lo kesini lo nya
gak makan sih”
“ Ya udah deh iya”
Pesanan pun dibuat ia memilihkanku dessert dan
kopi latte.
“Bram kenapa kamu tahu makanan kesukaanku?”
“Sutt udah jangan banyak omong ya,hehehe”
Kami pun makan. Setelah makanan habis ia mulai
bercerita padaku.

17
“Ra jadi gini gue mau cerita tapi gue gatau harus
mulai dari mana”
“Yaudah sok rileks aja nanti juga bakal keluar
sendiri apa yang mau kamu omongin”
“Tapi gue mau nanya dulu, kenapa lo mau sih
temenin gue. Gue goblok kaya gini lo temenin, lo kasih
support,lo mau dengerin cerita gue. Padahal kita gak
dekat-dekat amat dan gak ada yang mau dengerin gue di
kelas. Apa gue malu-maluin kelas ya?”
“Sutt, jangan gitu Bram, jangan ngerendahin diri
kamu kaya gini. Kamu harus kuat. Kamu harus semangat.
Disini aku mau bantu kamu jadi lebih baik lagi”
Brama pun mulai menceritakan kisahnya sambil
telihat dimatanya berkaca-kaca dan sedikit mengeluarkan
air mata.
***
Akhirnya gue bisa ngeluarin semua yang
terpendam dalam diri gue. Mulai dari orang tua gue yang
seakan gak peduli sama anaknya seakan pekerjaannya
lebih penting dari anaknya ditambah nge-push gue biar
prestasi aman tanpa mengerti keadaan gue, dan akhir-
akhir ini mereka berantem sampai kejadian tadi pagi
dimana ada oknum kelas XI dan kelas XII yang salah
paham dan gue terjebak dalam situasi itu karena gue salah
satu sahabat mereka, tapi yang jadi incaran guru BK selalu
gue.

18
Gue lega bisa nyeritain semuanya. Seengganya
beban dalam diri gue berkurag walaupun sedikit tapi
menurut gue ini cukup.
Ternyata Izora gak segaring yang gue pikirkan.
Ternyata dia asyik diajak ngobrol dan bertukar pikiran.
Awalnya gue gak suka sama Izora karena dia itu jutek dan
ngobrol seperlunya. Tapi sekarang pandangan gue untuk
Izora terbantahkan.
Gue mengajaknya pulang dan mengobrol ditengah
perjalanan.
“Ra, tau gak?”
“Gak tau, emang apaan?”
“Ya udah”
“Ih apaan Brama?”
“Apa aja boleh yang penting kita bahagia”
“Ih apaan sih Bram gajelas banget” dengan
mukanya yang jutek.
Gue senyum lanjut ketawa karena gak kuat liat
ekspresi dia yang kesal. Izora nanya ke gue kenapa
ketawa-ketawa. Gue diem aja biar dia penasaran.
Tiba dirumahnya, Ayahnya udah nunggu di depan
rumah dan gue langsung pamit pulang karena hari udah
malam.
***

19
“akhirnya sampai kamar juga” ucapku. Tiba-tiba
handphone ku berdering. Ada pesan masuk. Aku kira dari
Brama tapi bukan, malah dari mantan kekasihku.
Aku tidak balas pesannya karena udah gak peduli
lagi sama dia udah malas menghiraukan dia. Lalu ada
telpon masuk. Aku kesal langsung aja aku angkat.
“Apaan sih Gi, mau apa lagi? Aku capek sama
kamu kita kan udah bukan siapa-siapa lagi. Udah
pergi kok nyariin aku?kalau masih gak mau
dilupain gak usah jadi mantan,hayangna naon
sih?(maunya apa sih)” cerocosku dengan kesal.
“Hallo, maksud lo apa Ra ini Brama. Gue gak
ngerti omongan lo.Gi.. Gi siapa? Lagian ngegas
lagi ngomongnya kaget gue”
Aduuuuh malu, aku kira ini Egi makanya aku
langsung ngegas gini.
“Eh Bram maaf, aku kira Egi mantanku. Maaf
banget. Oh iya, ada apa Bram?”
“Iya gak kenapa-napa kok. Gue Cuma mau bilang
terimakasih aja sama lo Ra. Oh iya besok mau gak
bareng gue berangkat sekolah? Please mau ya
sebagai ucapan terimakasih gue”
“Ih gak apa-apa gausah kaya gitu ah Bram jadi gak
enak, kita kan teman. Udah kewajibannya saling
membantu”

20
“Harus mau gak boleh nolak. Pokoknya besok gue
jemput”
Sambungan teleponnya langsung diputus oleh
Brama. Kenapa sih Brama segitunya sama aku. Aku jadi
bingung sama dia.

***
Sebagai ucapan terimakasih gue jemput Izora.
Entah kenapa hari ini dia cantik banget. Di jalan seperti
biasa kita ngobrol ngereceh bareng. Gue baru tau kalau
dia sereceh itu. Gue seneng punya temen kaya dia.
Lama kelamaan gue berangkat sekolah bareng dia
tiap hari. Ngerjain tugas dan main bareng sesekali kita
lakukan. Semakin lama juga rasa gue makin tumbuh buat
dia.
Tapi lama kelamaan kok gue ngerasa beda.
Mungkin gue suka sama Izora tapi gue gak tau cara
mengungkapkan rasa ini, pasalnya gue gak pernah
merasakan yang namanya nembak cewek.
Akhirnya gue konsultasi sama bokap gue. Eh by
the way keadaan keluarga gue semakin baik semenjak ada
Izora, dia sering ngasih nasehat dan saran buat gue agar
hubungan keluarga gue membaik.
“Beh, gue mau nanya nih gimana sih cara nembak
cewe”

21
“ Ciee, anak babeh udah gede nih. Lo suka sama
Izora ya? Gue saranin deh lo bilang yang sejujur-
jujurnya sama dia gausah deh lo gugup, yang
penting yakin, gue doain biar lo diterima sama
dia”.
***
Hari ini tepat 3 bulan aku intensif berhubungan
dekat dengan Brama. Bukan hal yang salah ketika kini aku
menyukainya malah ingin memilikinya lebih dari teman.
Tapi aku masih trauma dengan hubungan dekat dengan
seorang lelaki.
Kenapa aku trauma? Karena waktu itu Egi,
mantanku yang berengsek memperlakukanku dengan
tidak baik. Ketika itu aku merasa dipermainkan olehnya
karena aku dijadikan taruhan olehnya bersama teman-
temannya juga aku menjadi ceweknya yang kedua dari
tiga pacarnya.
Jika diingat-ingat kembali hati ini terasa sesak dan
aku tak kuat menahan air mataku. Aku masih rapuh
sekarang.
Brama berbicara padaku bahwa nanti saat pulang
sekolah dia mau cerita lagi. Aku menyetujuinya.
Saat pulang sekolah Brama mengajakku ke salah
satu taman dekat rumahku. Disitu ia mengungkapkan
perasaannya padaku.

22
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa
diam kemudian tanpa sadar ingatanku tentang Egi
terngiang dan membuatku menangis.

***
Loh ko Izora nangis, apa gue salah ngomong? Apa
dia nolak gue?Aduh gue harus gimana. Gue bingung.
“Ra kenapa nangis? Gue salah ya ngomong
gini?”
“Engga ko Bram, maaf aku nangis. Sekarang hati
aku masih rapuh. Aku gak tau cara menatanya
kembali kaya gimana”
Gue nanya ada apa sebenarnya sama Izora.
Kenapa hati dia bisa serapuh itu? Akhirnya dia
menjelaskan. Gue meyakinkan dia gue bakal mencoba
sebaik mungkin agar dia bisa menata hatinya kembali.
Agar kita bisa saling membahagiakan.
Akhirnya setelah dia berhenti menangis gue
dibawa ke rumahnya. Dia nerima ajakan gue buat pacaran.
Gue senang banget. Akhirnya ada cewe yag tulus
ngesupport gue dari yang bukan siapa-siapanya dia sampai
sekarang. Gue beruntung banget.
Dia Izora bagaikan air yang bisa meredam api
yang ada dalam diri gue. Gue yang asalnya bersumbu
pendek sekarang bisa mengontrol emosi gue.

23
Berkat Izora api bisa diluluhkan. Terimakasih
Izoraku.

24
Indah pada Waktunya
Pagi ini gue udah kesel aja. Pacar minta putus,
bangun kesiangan, pelajaran pertama dosen killer, mau
bolos tapi absen jebol. Lengkaplah penderitaan gue.
Gue langsung buru-buru mandi. Ibarat mandi
kadal karena gue gak mau telat-telat amat masuk kuliah.
Akhirnya gue masuk kelas cuma telat 15 menit.
Gue deg-deg an buat masuk kelas. Akhirnya gue
memberanikan diri mengetuk pintu kelas.
(tok...tok..tok) “permisi... pakeet...”
Gue ngomong paket karena kalau gue gak
ngomong gitu gak akan dibuka pintunya oleh Bu Dina, si
dosen killer.
“ eh Lintang, silahkan masuk”
Akhirnya gue gak kena marah Bu Dina, gue lega,
gue dadah-dadah ke semua temen gue.
“terus tutup pintunya” gue tutup lah pintunya ya.
Tapi dia ngomong lagi .
“Siapa yang suruh nutup pintuya di dalem? tutup
pintunya di luar, Lintang” gue turutin tuh maunya si dosen
killer. Semua temen gue ketawa, gue bingung apa sih
ketawa-ketawa.
Setelah gue tutup, gue bingung dan lama-
kelamaan gue ngeh ternyata gue diusir secara halus sama
si dosen killer.

25
“ah, kok gini sih? Tuh guru emang paling bisa
ngusir orang secara halus” dumel gue. Gue nongkrong aja
di kantin karena gue lapar.
Saat gue nikmatin makanan yang gue pesan eh
tiba-tiba datang lah mantan ngelewat. Gue mau nanya kok
bisa diputusin gini.
“ Fir.. tunggu dulu... aku mau ngomong sama
kamu”
“ apaan lagi sih tang, aku gak mau kita debat”
“engga tunggu dulu aku mau minta kejelasan,
kenapa kamu kaya gitu sama aku? Mutusin aku sepihak,
coba jelasin alasannya kenapa?”
“udah lah tang, kamu kan tau. Aku gak mau
pacaran sama orang yang gak mau berusaha! Gimana
nanti kalau kita sampai nikah terus kamu masih males-
malesan. Nanti anak istri kamu mau dikasih makan apa,
udah lah ya sekarang kamu tau kan maksud aku mutusin
kamu, aku mau pergi. Aku sibuk!.” Dia langsung
ninggalin gue tanpa mau dengerin pendapat gue.
Gue sadar. Ternyata dia mau sama orang yang
tajir. Gue akhirnya dikasih titik terang sama Tuhan bahwa
Fira bukan cewek yang baik buat gue.
Gue bakal bales Fir, gue bakal matahin omongan
lo. Gue bakal sukses Fir liat aja. Lo ngerendahin gue, nanti
gue yang ngerendahin lo. Dunia ini psti berputar.
Gue langsung ke kelas, gue masih kesel. Temen-
temen gue nanya kenapa sama gue. Mereka merasa aneh.

26
Gue yang biasanya ceria, pecicilan, berisik. Tapi sekarang
gue diem.
“Woy bro” temen gue ngagetin
“Apaan sih lo, jangan ngagetin”
“weeey, sans dong bro, lo kenapa sih tumben-
tumbenan sensi, oh gara-gara diusir secara halus ya sama
bu Dina, udah lah bro sans aja lupain aja kita nongkrong
aja. Cabut kelas selanjutnya, lagian dosennya lemah
lembut”
“Gak usah bro, gue udah mau masuk kelas aja.
Masalahnya absen gue udah jebol”
“ oh yaudah deh, tapi kalau lo mau nongski ke
tempat biasa aja kita sans together”
“okey bro siap, nanti aja balik ngampus gue ke
tempat biasa ya, gue pengen ngilangin penat, anjayy”
Gue masuk kelas akhirnya. Untungnya ada bagian
presentasi, jadi si dosennya gak ngajar. Lo semua pasti tau
kan suasana lagi presentasi itu, bikin ngantuk tau gak.
Gue ketiduran lah. Eh gue mimpiin si Fira, dia
jutek amat lagi di mimpi dia lebih sukses dibanding dia,
gue jadi gelandangan dia makin ngerendahin gue. Gue
emosi pas banget gue nampar dia, ada basah-basah gitu
dikepala. Gue kira apa eh ternyata si dosen ngebangunin
gue. Bener-bener kurang ajar.
“ Lintang, enak ya tidurnya? Coba kamu berdiri”
“eh maaf pak, habisnya kalau temen lagi
presentasi bawaannya suika ngantuk pak”
“coba berdiri!”

27
“mau ngapain pak mau? Mau ngukur tinggi badan
saya ya pak? Saya tambah tinggi kan? Tambah ganteng
juga pastinya?”
Semua murid kelas ngetawain gue. Gue biasa aja
karena mereka sering gitu, dan gue seneng aja bisa bikin
sekitar gue seneng walaupun gue jadi bego gini.
“iya terserah kamu aja, coba ke depan jelaskan apa
yang teman kamu jelaskan! Sepertinya kamu sudah mahir
makanya kamu tidur juga”
“aduh pak maaf, sepertinya teman saya yang
sedang presentasi lebih mahir pak. Saya gak mau orang
tau kalau saya mahir. Saya gak mau sombong pak.Lebih
baik teman saya saja yang menunjukkan kemampuannya.
Saya akan mendengarnya pak. Saya janji tidak akan tidur”
“bohong Pak. Katanya Lintang antusias Pak dia
mau ke depan sebenarnya tapi dia malu-malu Pak” kata
Ervan, sahabat yang seneng kalau sahabatnya menderita.
“Apa sih Van, lo iri aja gue diginiin, katanya
Ervan mau pak”
“sudah-sudah tidak ada yang ke depan kamu bikin
ribut saja Lintang, Ervan, silahkan lanjutkan
presentasinya. Semuanya perhatikan ke depan!” pak Wira
kayaknya udah eneg sama sikap gue. Tapi gue gak peduli
yang penting gue bahagia.
Gue seneng akhirnya gue gak ke depan. Si Ervan
cengengesan aja melihat sahabatnya menderita gini.
“ Van kalau udah beres kelas nongski kuy biasa
sama si Raka, barusan dia ngajak gue nongkrong. Gue

28
mau ngilangin beban, because hari ini gue bener-bener
sial banget. Gue cape Van”
“Lah, lo kan tau gue mau ngedate sama si Dini
emangnya kenapa sih lo? Eh tadi waktu lo belom dateng
ke kelasnya Bu Dina, di taman kampus gue liat si Fira tuh
sama cowo berduaan, siapa sih kating gitu dia tajir
banget”
“gak peduli lagi gue sama tuh orang lagian dia
bukan siapa-siapa gue lagi”
Ervan kaget, gue cerita lah apa yang jadi maksud
Fira mutusin gue. Ervan kaget, karena gue sama Fira udah
ngejalanin hubungan lebih dari 1 tahun, lalu putus dengan
cara yang begini.
Setelah pulang gue langsung berangkat
nongkrong. Eh ban motor gue bocor, akhirnya gue harus
ngedorong motor ke tempat tambal ban.
Gak disangka-sangka ditengah perjalanan hujan.
Mana gue gak bawa jas hujan lagi. Sudah komplit
penderitaan gue hari ini. Lalu gue meneduh dulu di salah
satu warung kopi. Yaudah gue pesan teh hangat karena
gue kedinginan.
Hujan pun reda, gue lanjut mendorong motor ke
tempat tambal ban. Di tempat tambal ban gue ngelihat
cewe lagi di aniaya pacarnya. Gue sebagai laki-laki gak
suka ngelihatnya dan gue melerai mereka.
Gue bawa tuh cewe ke tempat tambal ban.
Ternyata cewek itu adik tingkat gue. Gue tanya kan
kenapa bisa kaya gini? Dia jawab jadi cowok nya ini

29
berandalan dan dia tuh suka nuntut pacarnya. Harus beliin
ini itu. Adik tingkat gue geram kan jadi dia mutusin
pacarnya itu tapi si pacarnya gak terima, alhasil gitulah.
Gue antar pulang adik tingkat gue, awalnya dia
nolak karena gak enak ngerepotin katanya tapi gue maksa
aja. Kasihan dia cewek mana udah sore. Akhirnya dia mau
gue antar.
“Makasih ya kak udah baik banget sama aku. Aku
gak tau lagi kalau gak ada kakak tadi jadinya gimana”
“iya gak apa apa, yang penting lo jangan mau lagi
sama cowok yang macemnya kaya gitu. Lo cerita aja sama
gue kalau dia macam-macam, eh btw nama lo siapa?”
“Nama aku Rani kak. Oh ya berhubung udah
sampe. Mampir dulu yu kak”
“gak usah makasih, gue udah ada janji pokoknya
kalau dia macam-macam bilang aja sama gue”
“sekali lagi makasih ya kak”
Gue langsung pergi ke tempat nongkrong. Gue
main lah sama temen-temen gue. Dengan ini beban dalam
diri gue berkurang.
Gue memutuskan untuk balik ke rumah karena
gue lupa adik gue sendiri di rumah, orang tua gue lagi di
luar kota.
Di rumah, si Rani ngirim pesan sama gue. Lagi-
lagi dia bilang makasih. Gue bilang iya sama-sama,
gausah lebay ah udah semestinya manusia saling tolong-
menolong.

30
Gue keingetan omongan si fira kalo gue males-
malesan. Akhirnya gue mutusin buat belajar keras. Gue
mau matahin omongan si Fira. Enak aja dia ngerendahin
gue segininya.
Gue pun belajar sampe ketiduran. Lalu gue
dibangunin adik gue karena hari udah hampir pagi. Gue
mandi, bikin sarapan, anter adik gue ke sekolah, dan
berangkat ngampus.
Di kampus gue liat si Firaa lagi sama kating yang
disebutin Ervan. Oh ini cowoknya, liat aja Fir nanti lo
bakal ngemis-ngemis cinta gue, gue bakal sukses.
Gue jalan aja menuju kelas. Gue liat Rani lagi
jalan sendirian, gue samperin aja dia dan ngajak bareng
karena fakultas gue dan dia sama.
Gue inisiatif aja ajak ngobrol.
“Ran lo nanti pulang sama siapa?”
“Sendiri aja kak, naik ojek online”
“ Udah sama gue aja ya, takutnya mantan lo masih
ngejar-ngejar lo”
“Gak usah kak, aku udah banyak ngerepotin
kakak. Aku malu kak”
“Gak usah malu, lo anggap gue temen aja kalau
bisa lo anggap gue sebagai sahabat lo. Jadi lo gak usah
segan-segan sama gue. Kalau lo butuh bantuan langsung
aja ke gue. Gak usah malu-malu ah”
“Tapi kak..”

31
“udah pokoknya gak usah ada tapi-tapian lo harus
nurut, hehehe. Ya udah berhubung gue udah sampe kelas
lo belajar sana yang rajin biar ga direndahin orang”
“Oke kak, sampai jumpa pulang ngampus”
Gue tiba di kelas. Langsung duduk dan gue
belajar. Mengikuti pelajaran dengan baik. Berhubung ada
kuis, dan si dosennya ada acara jadi ngampus cuma 1 jam.
Gue gabut kan, gue ngajak si Ervan ke kantin.
Tapi, dia mau balik, si Raka bolos ngampus. Akhirnya gue
ada ide, gimana kalau ke kelasnya Rani.
Gue ke kelasnya Rani lah, ngikutin pelajarannya.
Gue liat-liat Rani cantik juga, tulus lagi. Gue ajak dia
balik tapi ternyata ada kerja kelompok gitu. Yaudah gue
tungguin aja dia. Sambil nunggu gue jalan-jalan aja
sendiri keliling kampus, walaupun gue udah bosen sih 3
tahun keliling kampus. Tapi gimana lagi lah ya, di mading
ada pengumuman lomba Karya Tulis dan jika menang gue
dapat beasiswa S2 ke Jerman.
Gue ikutin lah tuh lomba, karena kebetulan gue
suka bikin Karya Tulis. Tanpa disadari guue keliling
kampus terlalu lama dan si Rani udah nyariin gue.
Gue kembali ke kelasnya Rani dan langsung
pulang.
“Ran lo lapar ga?”
“Iya kak, makan yuk”
“Yuk, mau dimana?”
“Terserah kakak aja”

32
Gitulah jadi cewek membingungkan para lelaki.
Wahai cewek jangan lah kamu membingungkan para
lelaki karena apa, untuk memecahkan kode-kode yang
kamu mau itu tidak gampang.
Gue mah mendingan langsung aja dikasih tau mau
ke tempat a ke tempat b dari pada gini kan gue harus
mikir.
“Yaudah, kita ke Cafe deket kampus aja ya”
“ Boleh deh kak”
Untung dia nurut-nurut aja. Jadi gak susah nyari
tempat makan. Di tempat makan gue dan Rani menikmati
makanan sambil bercerita.
Dia anaknya asyik juga. Gue cerita tentang lomba
karya tulis gue. Dia mendukung gue nyemangatin gue gak
kaya si Fira. Fira kalau gue cerita tentang lomba atau apa
lah dia malah mutusin harapan gue.
Setelah makan gue dan Rani langsung pulang.
Lama-kelamaan gue dan Rani mulai dekat, dan lomba pun
semaki dekat. Ternyata lombanya itu hari minggu, itu
artinya saat weekend. Gue inisiatif ajak Rani buat
nyemangatin gue.
“Ran minggu ini lo gak kemana-mana kan? Gue
mau ajak lo liatin gue lomba”
“oh, boleh kak Rani free kok. Rani pasti dukung
kakak”
“Ok deh, see you soon jangan lupa harus cantik
yaa”
“Rani kan setiap hari cantik, hahaha”

33
“Iya sayang”
“Maksudnya?”
“Ah, engga. Gue gak mau ngulang ngomong
mubazir, hahaha”
“hahaha bisa aja”
Itulah sepenggal percakapan gue dan Rani lewat
telepon. Sekarang Rani gak canggung lagi sama gue.
Bahkan dia sering main sama temen-temen gue, ikut
nongkrong di tempat si Raka.
Lomba Karya Tulis pun dimulai. Gue
mengikutinya dan Rani nunggu diluar gedung sambil
berdoa dan hari ini dia cantik banget. dia lebih cantik dari
biasanya.
Perlombaan ini kira-kira 1 jam dan gue
menyelesaikannya 45 menit dan langsung keluar ruangan.
Di luar Rani udah manggil gue dan nyuruh duduk.
“Gimana kak? Susah ga?Gugup ga?”
“Ya gitu deh, gue gak akan merasa kesusahan dan
gugup kalau ada lo”
“Ih kakak bisa aja, serius ih”
“Iya serius, btw lo hari ini cantik banget sih”
“Aaah makasiih, awas aja kalau aku blushing. Ini
gara-gara kakak”
“Heu, dasar anak kecil” sambil gue megang
rambutnya
Gue nunggu hasilnya, dan gak disangka-sangka
gue menang lomba ini. Gue dapat beasiswa ke Jerman.

34
Akhirnya gue bisa sukses. Akhirnya gue bisa matahin
omongan si Fira.
Dan perlu lo tau dari Indonesia yang dapat
beasiswa ini cuma 3 orang dan gue salah satunya. Ini
pertama kali gue bisa bangga sama diri sendiri. Biasanya
gue guma bisa nyusahin hidup orang, bikin kesel orang,
bikin muak orang, tapi sekarang gue bisa berhasil.
Rani juga seneng banget denger gue menang.
Denger gue berhasil dia sangat mengapresiasi gue. Dia
sampai ngasih bucket bunga sebagai apresiasi dia
terhadap keberhasilan gue.
Di momen itu gue juga sekalian nembak dia.
“Kak nih aku ada sesuatu buat kakak”
“Ih Ran kamu gak usah repot-repot, kamu datang
aja nemenin aku, aku udah bahagia kok”
“Terima aja kak, apresiasi buat Kakak terganteng
ku hehehe”
“Makasih yaa, btw Ran, gue mau ngomong
sesuatu sama lo”
“ngomong apa kak? Kan dari tadi kakak udah
ngomong”
Dalam hati gue, kenapa sih nih anak polos banget.
lucu deh liatnya.
“Kita kan udah deket hampir 3 bulan. Dan selama
ini kamu udah nemenin aku. Ngasih aku semangat
pokoknya kamu selalu ada buat aku. Aku suka Ran sama
kamu, aku cinta Ran sama kamu. kamu mau gak jadi
pacar aku? Aku pendem rasa ini dari bulan lalu. Aku

35
nunggu saat yang tepat. Dan sekarang menurut aku inilah
saat yang tepat”
“Kakak serius? Gimana ya?” dia kaget dan
blushing, lucu banget sih gue liatnya.
“Ya serius lah Ran”
“Iya kak, aku juga mau jadi pacar kakak. Aku juga
udah suka sama kakak semenjak kakak selalu perhatiin
aku dari awal”
“Jadi kita jadian nih?”
“Iya kak”
“manggilnya jangan kakak dong, kita kan udah
pacaran”
“manggilnya apa dong”
“sayang”
“heu maunya, hahahah. Iya sayang”
“Ahahaha”
“Yuk kita pulang”
Hari ini gue senang banget, gue menang lomba,
Rani nerima cinta gue. Sebelumnya gue gak pernah
seneneng ini. Akhirnya gue bisa ngebuktiin sama dunia
bahwa gue bukan lah orang yang malas-malasan. Benar
saja jika ada pepatah dibalik lelaki yang sukses ada wania
yang setia mendampinginya dibelakang dan ini terjadi
sama gue.

36
Kemarau
Begitu derasnya hujan di hari itu, betapa
semangatnya sang air berlomba-lomba menjatuhkan
dirinya ke tanah hingga tercium semerbak bau yang
menyegarkan hati. Tapi alih-alih itu semua tetap saja
diriku lemas dan hatiku merasa kemelut akan kejadian-
kejadian yang memuakkan hatiku hingga akupun merasa
mati rasa akan hal-hal seperti ini.
Aku Disyana Zhafira Bela, seorang pelajar SMA
yang sangat ceria dan berisik. Orang tuaku bernama Papa
Bela Negara Ahmad Malik seorang anggota pemadam
kebakaran yang sangat disiplin tetapi lembut dan Ibuku
yaitu Mama Jihan Farida seorang penulis dan ibu rumah
tangga yang baik.
Seperti biasa hari itu aku sekolah dengan
semangat yang membara karena kemarin malam pacarku
datang setelah tiga bulan ia tidak menemuiku karena harus
mengikuti study exchange nya ke New Zealand. Ia datang
membawa kejutan yang tak diduga-duga selain buah
tangan khas New Zealand, yaitu setoples kapsul
penyemangat ‘katanya’ yang jika dibuka satu per satu
isinya akan ada secarik kertas dengan goretan ucapannya
yang membuatku tersenyum, seperti “Hai Yaya semangat
sekolahnya ya jangan lupa senyum sama makan batu”.
Kata-katanya sih sedikit nyeleneh tapi aku suka. Aku
bangga kepadanya selama ini di New Zealand ternyata
tiap malam ia menuliskan kata-kata yang dimasukkan ke

37
dalam kapsul, sebenarnya menurutku ini terlalu
berlebihan karena pastinya ia sangat sibuk disana dan aku
mengerti keadaannya. Tapi menurutnya ini adalah hadiah
untuk menebus kesalahannya selama tiga bulan penuh
kita tidak berbincang dan bertatap mata. Begitu manis
bukan?.
Aku bangga-banggakan hadiah darinya kepada
sahabat-sahabatku dan ternyata mereka iri, Yes aku
berhasil membuat teman-temanku iri. Tapi ada satu
sahabatku yang bernama Pandu terlihat kesal dan iapun
melempar kata-kata pedasnya padaku “Jangan terlalu
senang deh lo, lo gak tau aja hadiah dari si Arkana itu buat
ngalihin pikiran lo” apa maksud si Pandu berkata begitu
padaku? Dia adalah sahabatku semenjak umur 4 tahun,
tapi apa yang dia buat untuk sahabatnya sendiri bukan
mendukung tapi malah menjatuhkan.
Selalu saja Pandu begitu jika aku membangga-
banggakan Arkana. Aku terlalu muak dengan
celotehannya tentang Arkana paling parah ia berkata “
cepat- cepat sadar Yaya cantik kalau si Arkana itu cowo
terbrengsek yang ada di dunia ini lo bakal tau seiring
berjalannya waktu dan siap-siap aja lo ngerasa patah
sepatah-patahnya sampai lo ngerasa ancur sampe paling
parah lo bakal mati rasa akan cinta Ya, gue sih ngomong
gini biar lo tau aja”.
Kesal, muak, hingga aku tak tahan langsung aku
menyeret Pandu ke luar ruangan kelas menuju taman
sekolah karena aku akan menyelesaikan semua ini. Tanpa
basa-basi aku pun meluapkan semua amarahku
terhadapnya “Pandu kenapa sih lo ngomong yang nggak-

38
nggak tentang Arkana? Lo sahabat gue ndu tapi omongan
lo tuh bukan Pandu yang dulu saat gue belum pacaran
sama Arkana! Kenapa ndu? Kenapa ?”
“Ya bukan maksud gue jelek-jelekin Arkana, gue
cuma pengen lu tau Ya kalau dia tuh gak baik buat lo”
Pandu merasa so benar padahal aku sendiri yang
merasakannya, selama ini aku benar-benar bahagia
bersama Arkana tapi kok Pandu begitu.
Aku tinggalkan Pandu dengan sisa kekesalanku
yang membuat dadaku sesak dan tidak tahan menahan
derasnya air mata karena sahabatku sendiri. Sangat tidak
lucu.
Kebetulan sudah jam 15.40 dan itu adalah waktu
pulang sekolah. Biasanya aku pulang bersama Pandu
menaiki motor kesayangannya yang bernama si bolex,
tapi mulai hari ini dan mungkin hingga kapanpun tidak.
Sebenarnya Pandu telah mengajakku pulang bersama tapi
aku menolaknya.
Aku bingung pulang bersama siapa dan akhirnya
aku berusaha mengirim pesan pada arkana agar ia
menjemputku.

39
15. 50

Begitu lah ia, sang pemilik hati yang sangat


mengerti.
Arkana menjemputku untuk pulang. Setelah
sampai rumah aku menyuruh Arkana untuk mampir dan
ia menyetujuinya. Aku mulai menceritakan kekesalanku
pada Pandu akan sikapnya yang seakan-akan seperti anak
kecil. Arkana bilang “Udah gak usah di dengar, dia itu
cemburu sama kita, dia kan belum punya pacar jadi iri
lihat kamu bahagia sama aku. Kalau dia sampai macam-
macam sama kamu bilang sama aku ya itu akan jadi
urusanku”. Senang sekali, dia sangat tahu apa yang aku
inginkan.
Hari demi hari hubunganku dengan Pandu
semakin merenggang. Yang buat aku kaget tiba-tiba ia
mengirim pesan padaku “ Disyana Zhafira Bela maafkan
diriku aku tidak bisa membuat sang mentari cerah kembali

40
malah aku hancurkan keceriaannya. Bolehkah kita
kembali berbincang? Setelah sekian lama diriku tak kuat
menahan rindu untuk berbincang denganmu. Tak masalah
jika dirimu masih membenciku. Aku akan melakukan
yang terbaik untukmu.”
Sebenarnya aku kesal membaca tulisan itu,
menurutku ini hanyalah akal bulus dia yang entah kapan
dia akan menyakitiku kembali. Tapi aku terngiang ucapan
Arkana, ia ingin aku menyambung kembali tali
persahabatan dengan Pandu.
Aku balas dengan singkat “ya”, mungkin ini
terlalu kejam tapi ini sepadan dengan yang ia lakukan
kepadaku.
Kebetulan hari ini akhir pekan, pandu datang ke
rumahku pagi hari. Ia mencoba untuk membangun
hubungan denganku kembali tapi aku kurang
menggubrisnya. Ia mencoba meminta maaf berulangkali
dan menghiburku seperti biasanya saat aku sedih. Ia
memainkan lagu kesukaanku, ia bercerita tentang kisah-
kisah yang sangat aku sukai dan lainnya, tapi aku
menggubrisnya dengan sikap dingin. Bagai memercikkan
sebatang korek api di kutub es. Itu tak ada gunanya
kawan.
Lagipula ini sangat percuma, bukannya aku lebih
mementingkan pacarku daripada sahabatku yang telah ku
kenal semenjak usia 4 tahun. Tapi ini tentang sikapnya
padaku setelah berpacaran dengan arkana.
Sebelum-sebelumnya aku pernah punya pacar tapi
tak sampai begini masalahnya. Kenapa Pandu kenapa?.

41
Setelah kejadian itu Pandu mencoba untuk
meminta maaf padaku dengan cara yang bisa membuatku
luluh seperti ia sering mbawakanku makanan kesukaanku
yaitu cheese cake dan tiramisu cake.
Pada awalnya aku abaikan usaha perminta maafan
Pandu kepadaku. Tetapi semakin lama aku merasa
kasihan juga padanya. Ia seperti kehilangan sebagian
dirinya, seperti ia tidak bersemangat untuk main di luar
setelah pulang sekolah.
Pada tanggal 20 Oktober ini akhirnya aku
memaafkan dia walaupun sebenarnya hatiku masih terasa
sakit ketika ia menjelek-jelekkan pacarku.
Hari demi hari hubunganku membaik dengan
Pandu, tapi sebaliknya Arkana semakin sibuk hingga
kami jarang berkabar apalagi bertatap muka.
Pandu kembali mengisi hari-hariku. Kini ia
berubah, tidak bersikap “cemburu” kepada Arkana. Tetapi
Arkana masih saja sulit untuk dihubungi. Akupun mulai
curiga.
Tiap menit aku kirim pesan singkat kepadanya
tetapi dia balas satu jam kemudian atau bahkan sampai
lima jam kemudian, padahal status aktivitas dia itu online
yang berarti dia sedari awal memegang handphone,
apakah tidak sempat membalas pesan singkatku?. Ini
sungguh menyakitkan Arkana, walaupun terlihat sepele.
Setiap aku tanya kenapa bisa dia bersikap dingin
seperti ini padaku dia selalu menjawab dia sedang sibuk
mempersiapkan dirinya menjadi seorang calon polisi.

42
Memang aku tahu cita- cita ia sebenarnya itu
menjadi seorang polisi yang mengabdi pada bangsa.tapi
apa salahnya untuk berkabar denganku.
Apakah aku telah menyia – nyiakan waktunya
sehingga kini ia sangat sibuk sekali. Ah, entahlah.
Mungkin aku perlu bersabar.
Ia menjanjikan padaku bahwa setiap hari sabtu
dan minggu ia akan berjumpa dan menghabiskan waktu
denganku. Tapi apa nyatanya ia mengingkari janjinya.
Aku ceritakan semuanya pada Pandu. Pandu
merasa geram akan sikap Arkana akhir-akhir ini. Pandu
menyarankanku agar menyelidiki Arkana. Jika terjadi
apa-apa Pandu yang akan maju paling depan.
Aku merasa bersyukur mempunyai sahabat seperti
Pandu yang peduli dan siap membela sahabatnya
kapanpun dan dalam situasi apapun.
Aku dan pandu mulai menyelidikinya. Saat aku ke
rumahnya Arkana tidak ada, di rumah temannya pun tidak
ada, di tempat latihan pun Arkana tidak ada. Aku bingung
harus menyelidikinya kemana. Aku hampir menyerah.
Disaat aku jenuh mencari dan menyelidiki
Arkana. Saat aku ingin menyerah tiba-tiba Arkana lewat
memboncengi seorang perempuan dengan bermesraan.
Dadaku sesak dan ingin ku berteriak tapi tidak bisa yang
aku lakukan hanya menangis. Pandu yang melihatnya pun
begitu marah. Kami mengikuti mereka.
“Arkana, oh jadi gini selama berminggu-minggu
kamu beda sama aku sekarang aku ngerti”
“Eh lo jadi cowok maruk amat sih, ini sahabat gue
lo selingkuhin. Bukannya bersyukur lo punya pacar yang

43
suka ngertiin lo. Lo sibuk dia ngerti kalau lo intensif
belajar masuk kepolisian. Eh lo nya keenakan jalan sama
cewek lain. Lo kalo gini terus udah jauhin lah sahabat
gue”
“Sorry ya bro gak usah ikut campur, ini masalah
gue sama Yaya. Lo itu cuma sahabatnya. Lo diem aja lah
gak usah banyak bacot.”
“Aku setuju sama Pandu. Udahlah daripada kamu
gini mending kita putus aja. Aku capek. Selama
berminggu-minggu aku ngebatin kaya gini ngertiin kamu
terus. Kamu nya gak ada timbal balik buat aku. Aku jenuh
Na. Udah sampai sini aja maaf kalau aku lebih buruk dari
cewek yang disamping kamu sekarang. Makasih untuk
waktu luangnya buat aku.”
Aku langsung pergi bersama Pandu. Kekesalanku
memuncak. Aku tidak bisa menahan rasa ini. Setelah 2
tahun aku menjalin hubungan dengan Arkana diakhiri
dengan kejadian seperti ini.
Aku capek, aku muak, aku kesal. Beruntungnya
Pandu menyuport ku agar aku bisa bangkit melupakan
Arkana tapi rasa sakit ini tidak bisa hilang secepat itu.
Benar kata Pandu bahwa Arkana itu bukanlah
sosok yang baik, ia adalah cowok terbrengsek yang aku
kenal.
Luka akan Arkana pun sembuh seiring
berjalannya waktu. Hubunganku dengan Pandu menjadi
sangat dekat. Tapi akhir-akhir ini Pandu berbeda.
Pandu mencoba menjauh dariku. Lantas akupun
bertanya apakah yang terjadi. Tapi Pandu tidak pernah
menghiraukannya.

44
Pandu sering tidak sekolah. Pada saat aku
menengok ke rumahnya pun ia mendekam di kamar tidak
mau keluar.
Aku tanyakan apa yang terjadi pada Pandu, kata
ibunya Pandu sedang sakit dan sakitnya itu parah. Sesak
dadaku mendengarnya. Ingin rasanya aku menemani
Pandu, tapi ia menutup pintu kamarnya. Aku mencoba
meluluhkan dia dan ternyata berhasil.
Pandu sangat memprihatinkan sekali, ia terlihat
pucat dan badannya sedikit kurus. Aku menyuport dia
agar sembuh, menyemangatinya setiap pulang sekolah
dan akhirnya ia membaik.
Kami pun bisa bersekolah bersama kembali. Tapi
anehnya Pandu tidak mengizinkan aku untuk berangkat
sekolah bersama. Apa boleh buat, akhirnya aku berangkat
sekolah diantarkan Ayahku.
Tiba di sekolah aku berkegiatan seperti biasa.
Tiba-tiba ada suatu pengumuman “Innalillahi Wa Innaa
ilahi rooji’un telah meninggalnya teman kita, kakak kita
Pandu Megantara dari kelas XII IPS 3. Marilah kita
doakan agar jenazah diterima iman islamnya dan
dilapangkan kuburnya” aku kaget dan tak kuat menahan
diriku. Aku pingsan.
Saat sadar aku kembali menangis sejadi-jadinya
dan aku izin pulang. Sampai di rumah Pandu, ibunya
menghampiriku dan memelukku menangis aku pun tak
kuat menahan tangis.
Aku bertanya apa yang terjadi, ibunya bilang saat
ia berangkat sekolah menggunakan motor, ia kebut-
kebutan karena katanya ia senang bisa keluar kamar.

45
Tanpa disadari dari hadapan ada motor yang melaju
dengan kecepatan sama akhirnya saling bertabrakan dan
dua-duanya meninggal di tempat.
Aku tidak bisa menahan rasa ini, kenapa saat aku
sudah sembuh dari Arkana teman baikku teman kecilku
sahabatku meninggal dengan keadaan yang mengenaskan.
Andai saja aku melarangnya untuk berangkat
sendiri mungkin aku bisa menghindarkannya dari
kejadian ini.
Aku penasaran siapa korban satu lagi. Tanpa
disangka orang itu adalah Arkana. Arkana yang pernah
siggah dihatiku selama 2 tahun yang kenangannya begitu
banyak denganku, kini ia pergi juga.
Katanya Arkana ingin menemuiku, ingin meminta
maaf padaku atas kesalahannya itu. Tapi apa boleh buat,
ini sudah takdir.
Dan yang tak kusangka tiba-tiba ibunya Pandu
memberiku sebuah diary Pandu. Aku baca sampai habis.
Ternyata sedari awal masuk SMA dia menyukaiku tapi
selalu dia simpan karena tidak mau persahabatan kami
rusak.
Sesak dada ini. Aku tidak bisa menerimanya.
Seakan cobaan ini datang disatu waktu dengan berlipat-
lipat.
Aku sangat terpukul dengan kejadian ini. Dua
orang terkasihku meninggalkanku di tempat dan waktu
yang sama dan dengan tujuan yang sama untuk
mengembalikan hatiku agar tidak rapuh kembali.
Tapi apa yang menjadi maksud mereka kini
membuatku lebih rapuh bahkan sangat rapuh. Dan aku

46
merasa kering seperti musim kemarau panjang yang
kekurangan air dan tidak menemukan titik-titik air hujan
untuk menyegarkannya kembali.

47
Memeluk Angkasa
Saat aku menatapmu, penuh sesak sosok sang
sempurna, ketika aku mencari diriku dimatamu,aku tidak
ada.

Angkasa Bima Arfansyah, ia adalah sahabat gue


dari semenjak gue duduk di bangku SD. Angkasa adalah
orang yang sangat peduli pada sahabatnya yaitu gue.

Gue Navya Syaquila Ardenia seorang pelajar


SMA kelas XII yang sedang berusaha menjadi seorang
dokter gigi yang handal.

Sebelumnya gue menganggap Angkasa hanya


seorang sahabat terbaik. Tapi mengapa satu bulan
belakangan ini gue merasa mencintainya. Perlakuannya,
bagaimana perhatiannya yang ia berikan, gue tahu ini
hanya sebatas perlakuan manisnya pada sahabatnya ini.
“Hei Nav, lo bengong aja sih, mikirin apa?”
Angkasa mengagetkan gue

“Argh, lo kenapa sih ngagetin segala mau gue


jantungan”

“Yeeeh marah nih anak, balik yuk gue kita ke


rumah lo. Gue kangen masakan mama”

48
“ Balik aja ke rumah lo sendiri sa, kaya yang gak
punya rumah aja”

“Kok jutek sih, ayo kita ke rumah lo” paksa


Angkasa sambil menarikku ke parkiran
“Tapi jajanin, nanti gue gak marah lagi”

“Lo mah kebiasaan, tapi ayo lah gue lagi banyak


duit nih”

“Tuh kan, gue udah feeling pasti si Angkasa lagi


rich, keliatan banget dari mata lo”
“Ada maunya lo sahabatan sama gue”
“Ya iyalah”

Akhirnya gue dijajanin Angkasa. Sengaja gue


ngeborong banyak makanan, kan dia lagi banyak uang.
Gue seneng tapi disatu sisi saat di supermarket Angkasa
ketemu sama gebetannya, gue kesel.

Apa boleh buat, gue gak boleh kelihatan kesel, gak


boleh keliatan cemburu demi persahabatan gue. Gue ajak
pulang aja si Angkasa.
“ Sa balik ah”

“Gak akan nambah jajan lagi? Nanti udah sampe


rumah taunya pengen jajan lagi”

49
“Udah cukup Angkasa, lo mau bangkrut gara-gara
gue, tar bunda marahin gue gara-gara ngabisin duit lo”
“yaudah yuk, tapi mama masak kan?”
“masak dong”

“kuy kuy, jadi semangat nih gue, gapapa deh gue


bangkrut asal gue makan masakan mama”

Gue dan Angkasa langsung ke rumah. Di rumah


dia langsung nyapa mama dan langsung nyamber
makanan. Dia adalah satu-satunya orang yang gak tau
malu.

Mama gue bagaikan orangtuanya sendiri. Kadang


gue seneng aja liatnya mereka akrab banget, tapi kalau
udah ketemu mama gue dicuekin.

Yaudah gue langsung ke kamar dan ngerjain tugas


sekolah, karena kalau dinanti-nanti tugasnya makin
menumpuk dan gue bakal keteteran. Bahkan pernah suatu
hari gue gak tidur karena mengerjakan tugas sekolah. Tapi
Angkasa menemani gue karena dia butuh contekan pr dari
gue, jadi dia juga gak tidur.

Itu yang buat gue suka sama dia. Gue pengen coba
matahin asumsi kalau ada cewe dan cowo sahabatan pasti
salah seorang diantara mereka ada yang suka atau
menginginkan lebih dari sahabat.

50
Tapi apa yang terjadi, gue malah ingin milikin dia
tapi gue juga gak mau merusak hubungan persahabatan
gue yang udah dibangun selama 12 tahun.
Tiba-tiba Angkasa masuk bawain gue makanan.
“Hayo looh lagi ngapain adinda”

“Wahai kakanda saya tidak suka dikagetin begini


kakanda mau saya jantungan”

“Bukan maksud kakanda begitu adinda, tapi


kakamda hanya ingin memberi makanan pada adinda”
“aaah suapin, gue kan lgi ngerjain tugas. Nanti lo
boleh nyontek sepuasnya”
“yaudah deh gue suapin”
“oke beb”
Gue disuapin sama Angkasa ditengah nyuapin, dia
ngomong.
“Gue cocok gak sama Rahma?”
Gue tersedak dong. “minum dong tolong sa”
“Lo kenapa sih? Kaya kaget gitu? Lo cemburu ya”
“Apaan sih Sa, gue seret aja belom minum”

51
“Halah jangan bohong lo, tenang aja Navya si
anak kecil nya gue, gue gak akan ninggalin lo walaupun
gue udah punya pacar”
“Kegeeran lo”
“Yaudah jawab, gue cocok gak sama Rahma?”

“Iya cocok, sana lo deketin dia” dalam hati


nyelekit banget gue ngomong gini.
“Orang gue udah deket sama dia wle”

“Lah sejak kapan, lo gak akan cerita sama gue? Oh


gue bukan sahabat lo lagi. Lo gak cerita sama gue, oke
deh cukup tau aja”

“Ih jangan gitu dong. Gue suka merasa bersalah.


Iya ini gue mau cerita, gue gak bisa kehilangan lo”

Angkasa menceritakan semuanya tentang PDKT


nya dengan Rahma. Gue support aja dia supaya bisa
pacaran sama si Rahma, tapi gimana ya hati gue gak bisa
bohong. Gue sakit disitu, rasanya gue pengen ngomong
gue tuh suka sama Angkasa.

Gue nyuruh Angkasa simpen piring makanan ke


dapur, dengan maksud gue pengen nangis disitu. Gue gak
kuat lagi. Angkasa pun ke dapur. Disitu gue mulai nangis,
kenapa sih gue harus punya perasaan buat Angkasa.
Kenapa sih?.

52
Angkasa masuk kamar gue tanpa sepengetahuan
gue. Dia liat gue nangis.
“Lo kenapa Nav, kok nangis gitu?”
“Gue capek Sa, PR nya banyak banget gue muak”

“Yaudah gak usah nangis, gue yang lanjut pr nya


ya”

Gue nangis sambil tiduran di kaki Angkasa. “Gue


capek Sa”

“Udah jangan nangis ih, kan gue yang lanjutin,


udah lo tidur aja”

Yaudah gue tidur, gue alasan aja bilang capek


nugas padahal gue capek ngebohongin perasaan gue
sendiri.

Pas gue bangun, di meja belajar udah rapi dong


dan buku gue semua gak ada karena dibawa oleh Angkasa
pulang. Di meja belajar ada segelas air putih dan surat
kaya gini isinya:

“Hei, Navya gue pulang dulu. Buku lo gue bawa.


Lo jangan sedih lagi, jangan patah semangat lagi kalau lo
capek nugas lo inget lo harus berjuang katanya mau jadi
dokter gigi. Gue bakal terus disamping lo Nav. Lo minum
ya airnya, bye”

53
Andai aja lo tau apa yang gue rasain Sa. Gue
langsung ngirim pesan buat Angkasa.

Gue harus cari cara biar gue gak suka sama


Angkasa. Apa gue harus ngejauhin Angkasa? Apa gue
harus ngerelain dia sama Rahma? Walaupun emang
Rahma itu baik, bahkan lebih labik dari gue. Yaudah lah
ya, kayanya gue harus ngejauhin Angkasa.
Gue telpon dia “Halo kemusuhan”

“Ini siapa ya, mama minta pulsa ya? Atau modus


penipuan ya? Maaf ya saya orang miskin. Anda salah
sambung”

54
“Heh kemana aja lo ngomongnya”
“Hahaha, ada apa sayang?”

“Sa, besok gak usah bareng ya ke sekolahnya, lo


coba aja bareng sama Rahma, biar tambah deket kan”
“Apaan sih Nav, gak mau ah, lo sama gue.”

“Biar modus-modus gitu. Biar lo cepet jadian


sama Rahma, lo kan gak pernah punya pacar”

“Iya deh, tapi lo dianter sama siapa? Abang? Apa


naik ojek online? Atau lo cocoknya ngesot sih ke sekolah”

“Gak, semua itu salah besar, gue mau naik jetpack,


hahaha”
“Terserah lo deh, hati-hati ya sobat miskin ku”
“Iya makasih, bye”

Kebesokan harinya gue ngajak temen gue


berangkat bareng, yaitu si Raja. Dia kaget kenapa gue mau
nebeng sama dia padahal gue kan tiap hari bareng
Angkasa.
“Tumbenan lo mau berangkat bareng gue”

“Udah jangan banyak omong, kuy bentar lagi


masuk”
Gue ke kelas bareng Raja. Tiba-tiba si Angkasa
narik gue dan ngomong. “Oh jadi si Raja jetpacknya lo?”

55
“Tadinya gue mau sama Abang, tapi Abang masih
tidur. Yaudah gue sama Raja aja kan rumah kita deket,
Sa”

“Gue gak suka liat lo berduaan sama Raja.


Mending tadi gue yang bareng lo aja Nav”

“ Kenapa sih Sa, kenapa gue gak boleh sama Raja?


Gue ngebolehin lo sama Rahma kan? Gue ngebebasin lo,
lo mau sama siapa juga silahkan. Tapi kenapa lo kaya gini
sama gue. Lo egois Sa” gue emosi dan langsung pergi ke
kelas.
“ Nav..Nav dengerin dulu gue”

Gue kesel sama Angkasa, kenapa sih dia gak mau


ngertiin gue. Gue lagi berusaha buat ngilangin perasaan
gue buat dia, tapi dia gak ngerti.

Akhirnya gue nyuekin dia, demi gue berhasil


ngilangin perasaan gue buat dia. Angkasa ngerasa
bersalah sama gue. Dia mencoba minta maaf tapi gue
cuekin. Biar dia tau rasa.

Pulang sekolah gue nebeng lagi sama Raja. Gue


suruh Angkasa pulang bareng Rahma. Di tengah
perjalanan Raja ngomong.
“Lo ada apa sih sama si Angkasa tumben?”
“Itu lagi yang diomongin, topik lain dong mas”

56
“Yeee aneh nih anak”
“emang”

Raja sebenarnya suka sama gue. Gue tau dari kelas


11. Dia bilang sama Angkasa kalau dia suka sama gue.
Tapi Angkasa gak ngijinin Raja ngedeketin gue. Karena
katanya, biar Angkasa aja yang jaga Navya. Gak perlu
cowok lain.

Kelihatan kan dia egoisnya segimana. Tapi


dengan ini gue ngasih ruang buat Raja ngedeketin gue.
Sengaja biar Angkasa ngambek.

Semakin lama gue dan Raja semakin dekat. Disaat


gue udah mulai ada rasa buat Raja. Ternyata Raja suka
mainin cewek. Sekarang gue tau, kenapa dulu Angkasa
ngelarang gue sama Raja.

Angkasa marah besar disitu, dia sampai berantem


sama si Raja, karena dia yang mergokin Raja berduaan
dengan cewek lain, mesra-mesraan pula.

Gue sakit hati banget disitu, kenapa sih setelah gue


bisa mengurangi perasaan buat Angkasa dan berpindah ke
Raja, tapi Raja kok malah mainin gue.
“Nav, liat kan sekarang. Gue gak mau lo sakti hati
Nav, makanya dulu gue ngelarang lo sama Raja, tapi apa
boleh buat lo lebih percaya sama si bajingan ini”
“Maaf Sa, gue gak tau lagi harus ngapain”

57
“Maksudnya?”

“Gue sebenernya suka sama lo, gue cinta sama lo,


tapi gue gak mau persahabatan kita hancur. Gue gak tau
lagi caranya yaudah gue sama Raja aja”
“Apa maksud lo? Coba ngomong sekali lagi?”

“Gue suka Sa sama lo, gue pengen milikin lo tapi


kan lo udah ada Rahma gue ngerti. Lo tau kenapa waktu
itu gue nangis gue bilang gara-gara capek nugas
sebenernya bukan Sa, itu salah besar, gue cemburu Sa.
Kenapa Rahma bisa ngambil hati lo. Padahal gue kan
lebih duluan kenal, deket, sahabatan sama lo Sa” cerocos
gue sambil ngeluarin air mata.
Disitu Angkasa speechless dan bilang
“Maaf Nav, gue udah anggap lo sebagai keluarga
sendiri. Gue gak mau terjebak dalam satu hubungan
percintaan sama lo. Gue juga gak mau persahabatan ini
hancur. Lo tau kan?”

Disitu gue mulai nangis sejadi-jadinya. Dan entah


kenapa Angkasa ngejauh dari gue. Gue gak ngerti sama
dia. Dia yang bilang dia gak mau ngerusak persahabatan
kita, tapi dia yang ngejauh.

Semakin hari semakin jauh. Semakin tidak pernah


melihat, saling lihat pun tidak nyapa, tidak pernah
berkabar, daan tidak kembali peduli, segininya

58
persahabatan kita Sa? Gue ngerasa asing dan gak kenal
sama lo Sa.

Dicintai lo itu Sa ibaratnya gue pengen meluk


angkasa luar hal itu sangat mustahil, rumit dan susah. Tapi
kenapa lo gak balik lagi kaya semula Sa? Gue kangen lo.
Tau lo bakal ngejauh gue gak bakal bilang sejujurnya
sama lo.

59
Reyhan

Namaku Melody Nawacita, sering dipanggil Ody.


Aku adalah seorang pelajar SMK Parawisata kelas XII.
Aku mempunyai pacar yang bernama Muhammad Iqbal
Vanlubis, sering dipanggil Iqbal. Aku dan Iqbal sudah
menjalani hubungan pacaran selama 7 bulan. Memang
belum lama, tetapi aku sangat bersyukur mempunyai dia.
Besok adalah hari dimana diadakannya pensi
sekolahku di Lapangan Pussenif, di Bandung. Aku
mengajak Iqbal untuk menonton acara itu. Pasti akan
lebih berkesan jika aku mengajak Iqbal.
Pensi pun telah tiba, dan aku sangat menikmati
acaranya. Acaranya sangat ramai dan tertib. Disana aku
melihat satu cowok tampan dan gagah yang berkaus hitam
dengan bertuliskan “crew” dipunggungnya.
Iqbal mengajakku untuk mengantarkannya ke
toilet. “Dy, anter aku ke toilet yuk. Aku pengen kencing
udah gak kuat”
“Yeee, nyusahin aja punya pacar” kataku

60
Lalu aku mengantarnya ke toilet. Tiba-tiba si
cowok itu lewat, ia tersenyum padaku. Akupun membalas
senyumannya dan dia masuk ke dalam toilet.
Setelah Iqbal keluar dari toilet, kami pun kembali
menonton pensinya. Kami sangat menikmati acara pensi
ini. Kebetulan aku membawa kamera, aku foto saja apa
yang ada disana, dan kebetulan juga disana ada pameran
lukisan karya anak SMK ku.
Saat aku memoto lukisan-lukisan, tiba-tiba cowok
ganteng itu berjalan kearahku bersama teman-temannya.
Salah satu temannya cowok ganteng itu adalah temanku
yang bernama Amelia Anjani.
Amel meminjam kameraku untuk berfoto bersama
teman-temannya. Aku beri saja kamera ini. Lalu aku pun
kembali menonton acaranya sampai selesai dan meminta
kameraku kembali.
“Dy, nih kameranya makasih ya. Jangan lupa loh
kirim fotonya habis pulang pensi. Kudu dan wajib.”
“Santai bos, wani piro? Kamu ya, udah minjem
kamera orang minta fotonya harus gercep, buat apa sih
Mel?”
“Ah, pengen tau aja. Yaudah aku duluan ya, bye
sayang”.
Akupun bergegas pulang bersama Iqbal. Setelah
sampai di rumah, aku iseng melihat-lihat foto yang ada di
kameraku. Aku lihat ada beberapa foto si cowo ganteng

61
itu. Tanpa sadar, saat aku melihat fotonya, aku tersenyum-
senyum sendiri. saat aku melihat lebih detail, Amel
mengirim pesan padaku. Ia meminta foto-foto saat berada
di pensi. Aku pun langsung mengirimnya.
Keesokan harinya, aku membuka instagram dan
melihat banyak temanku yang nge-post foto kemarin saat
di pensi. Aku membuka instagram acara pensi kemarin
dan melihat di feeds nya foto cowok ganteng itu bersama
teman-temannya. Saat aku membuka bagian tag, ternyata
ia di tag dan ia bernama Reyhan Mahendra.
Aku mencoba untuk membuka instagramnya dan
ia nge-post foto yang dikirimkan dari kameraku. Lalu aku
iseng untuk komen fotonya itu: “Camera by:....”. Tidak
lama kemudian, Reyhan mem-follow instagramku dan
mengirim direct message padaku “follback dong mbak”.
Aku merasa Reyhan ini orangnya mengasyikan.
Aku balas saja pesannya itu “Udah ya mas”. Lalu
dibalasnya lagi “Makasih ya, makasih juga telah
meminjamkan kameranya. Saya jadi keenakan nih, hehe”.
Entah kenapa, aku senang sekali bisa
berkomunikasi dengan Reyhan walaupun via direct
message. Aku mencoba untuk stalk intagramnya dan ada
salah satu foto, ia berduaan dengan seorang wanita, hatiku
terasa hancur saat melihat dia sudah punya pacar. Tapi
tidak begitu hancur karena aku dan dia baru saja kenal,
mungkin ini hanya sebatas kekagumanku padanya saja.

62
Pada siang harinya, Iqbal mengunjungi rumahku.
Ia ingin bertemu dengan adikku, katanya. Pada saat aku
mengambil air untuknya, ternyata Iqbal mengoperasikan
handphone ku tanpa izin, ia melihat instagramku dan
membuka direct message, ia membaca pesanku dengan
Reyhan.
Saat aku kembali ke ruang tamu, Iqbal langsung
marah-marah padaku, ia cemburu melihat isi direct
message ku dengan Reyhan. Aku kesal, hanya masalah
sepele ini sampai-sampai dia marah dan membentakku.
Karena aku tidak mau berdebat, akupun mengalah dan
meminta maaf padanya.
Hari-hari berlanjut, hubunganku dengan Iqbal
membaik dan kembali seperti semula. Reyhan dengan
pacarnya itu sama sepertiku, mereka baik-baik saja
bahkan mengumbar kemesraan di Instagram.
Setiap tahun di sekolahku sering diadakan
pemilihan “Mojang Jajaka”. Setiap kelas harus
mengirimkan perwakilannya untuk diseleksi menjadi
mojang jajaka ini. Aku terpilih mewakilkan kelasku untuk
ikut bersaing dalam pemilihan mojang jajaka, kebetulan
Reyhan juga menjadi perwakilan kelasnya.
Seleksi demi seleksi aku lewati hingga akhirnya
aku lolos menuju semifinal. Disaat pemilihan mojang
jajaka inilah aku bisa lebih sering bertemu dengan
Reyhan. Disini kami, banyak mengobrol dan saling

63
menyemangati juga kami sering melemparkan candaan
satu sama lain.
Aku merasa nyaman berada di dekat Reyhan,
karena dia bisa membuatku merasa aman, sangat jauh
berbeda dengan Iqbal. Iqbal selalu marah-marah
walaupun hanya masalah sepele, dan itu membuatku
merasa takut.
Setelah selesai mengikuti seleksi, kami pun
mengobrol. Reyhan bercerita, ia sedang bermasalah
bersama pacarnya. Entah kenapa, aku merasa senang
mendengarnya. Tetapi, aku berusaha untuk
menyemangati Reyhan agar bisa berdamai dengan
pacarnya itu. Tiba-tiba, Reyhan memelukku dengan erat
dan mengucapkan “ makasih ya udah mau denger cerita
aku, udah mau semangatin aku makasih, kebetulan di
ruang seleksi hanya ada kami berdua. Aku sangat kaget,
tapi aku gak melepas pelukan ini, aku memeluknya balik
dan menenangkannya tapi disisi lain aku merasa nyaman
berada di dekapannya.
Reyhan pun melepas pelukannya. Lalu kami
berjalan ke depan sekolah. Iqbal bilang bahwa ia akan
menjemputku. Saat kami berjalan, tiba-tiba Iqbal datang
dan langsung menghajar Reyhan. Aku panik sekaligus
takut melihat Iqbal yang berubah sifatnya menjadi sangat
kasar. Aku mencoba melerai mereka dan menahan Iqbal,
tetapi Iqbal tetap berusaha menghajar Reyhan. Tanpa
sengaja, hajaran Iqbal mendarat ditubuhku, aku terdorong
oleh hajarannya hingga aku terjatuh. Disitu, aku tak kuat

64
menahan tangis. Betapa kasarnya seorang Iqbal yang dulu
dikenal sebagai pribadi yang lembut dan penyayang,
katanya. Tapi apa yang ia perbuat sekarang, tidak
mencerminkan itu semua.
Reyhan, dengan luka di bibirnya ia membantuku
untuk bangkit dan ia memapahku ke tempat yang lebih
aman. Iqbal tak bisa mengontrol emosinya saat aku
dibantu oleh Reyhan. Iqbal menarik paksaku dengan
sangat kasar agar aku pulang bersamanya. Bukannya aku
mau ikut, tapi aku sangat ketakutan berada dihadapannya.
Ia tidak layaknya seorang pacar yang menjaga dan
melindungi pacarnya agar tidak kesakitan, dia malah
membiarkanku kesakitan dan bersikap kasar padaku.
Sungguh aku capek. Aku tidak kuat lagi menghadapi
sikap Iqbal yang seperti ini. Saat itu juga aku memutuskan
hubunganku dengannya. Iqbal langsung pergi dengan
wajah merah dan penuh emosi.
Aku menangis sejadi-jadinya, aku sangat kecewa
terhadap apa yang dilakukan Iqbal padaku dan aku benci
pada Iqbal. Melihat aku menangis,Reyhan merasa iba
padaku dan ia memberi pelukan yang sangat hangat
padaku. Aku sangat nyaman berada di dekapannya, aku
merasa aman saat disisinya, aku bisa tenang saat ada
disisinya.
Setelah kejadian itu, aku diantar pulang oleh
Reyhan. Selama di perjalanan pulang, aku terus memeluk
tubuh Reyhan seakan tak mau kehilangan Reyhan yang
selalu memberikan kenyamanan untukku.

65
Beberapa hari kemudian, Reyhan mendapat kabar
bahwa pacarnya berselingkuh dengan lelaki lain. Reyhan
yang berusaha untuk mencintai pacarnya dengan penuh
kesetiaan ternyata mendapat pengkhianatan. Dengan
tampang tak berdosa,pacarnya mendatangi Reyhan dan
meminta putus pada Reyhan lalu ia pergi bersama
selingkuhannya. Reyhan merasa hancur.

Sepulang sekolah ia mengajakku untuk bertemu di


kafe dekat sekolah. Reyhan menceritakan semua
pengkhianatan yang dilakukan pacarnya itu. Pada saat itu,
aku mencoba untuk menenangkan Reyhan.
Esok harinya, final pemilihan mojang jajaka
sekolah dilaksanakn. Hari itu aku menggunakan kebaya
berwarna dusty pink dan berdandan sangat cantik. Aku
memasuki ruang multimedia, tempat dimana final acara
mojang jajaka ini dilaksanakan. Saat memasuki ruang
multimedia, aku sudah melihat Reyhan telah duduk di
bangku paling depan. Reyhan langsung melihat ke arahku
dan menghampiriku. Ia berkata “Kamu cantik hari ini, gak
tau kalau besok masih cantik atau engga”. Mendengarnya
aku sangat tersipu malu sekaligus senang. Pada saat itu
wajah Reyhan mendekatiku, aku pun terdiam karena tidak
tahu apa yang akan dilakukan Reyhan. Bibirnya sangat
dekat dengan keningku, tapi tiba-tiba panitia datang
memasuki ruang multimedia dan memulai acaranya.

66
Acara pun dimulai, ternyata tanpa diduga yang
terpilih menjadi mojang jajakanya adalah aku dan
Reyhan. Setelah acara pemilihan mojang jajaka selesai,
Reyhan mengantarku pulang. Saat di depan rumahku,
Reyhan berkata” kamu beneran cantik hari ini, hari-hari
lainnya juga kamu selalu cantik”.
“Bisa aja sih kamu Han” sambil salah tingkah
karea pipiku memerah. Lalu
“Dy, jadi pacar aku ya” kata Reyhan.
Ini saat yang ditunggu-tunggu, tanpa pikir panjang
aku mengangguk tanda setuju dan dibalas pelukan erat
Reyhan yang membuat aku sangat nyaman.
Akhirnya aku bisa pacaran dengan Reyhan. Ialah
penyelamatku dari cinta yang salah, yang jika aku
mempertahankannya betapa besar rasa sakit yang
dideritaku.

67
Sore
Banyak orang yang mengatakan cinta adalah
anugerah. Mereka membangga-banggakan keagungan
cinta. Bahkan mereka rela mengorbankan apa pun demi
cinta. Orang bilang, cinta itu tidak bisa dijelaskan tetapi
hanya dapat dirasakan. Katanya, cinta tidak akan pernah
pergi tetapi tetap ada dalam hati. Cinta bisa menjaga
perasaan yang dipercayakan. Mereka akan mengorbankan
apapun demi cinta walaupun itu sangat sulit. Tetapi, hal
itu tidak berlaku bagi gadis yang bernama Kayla.
Kayla Ataya yang tidak akan percaya tentang
adanya cinta dan kekuatannya. Ia sangat membenci cinta
karena berkali-kali cinta menyakitinya. Ketika ia berhasil
mendirikan benteng pertahanan, dengan mudahnya cinta
merobohkan benteng tersebut. Sudah terlalu dalam cinta
memakan hatinya.
Hari ini adalah hari pertamanya sekolah setelah
liburan akhir tahun.
”Kaylaaaaaaa, kangeeen” teriak Amira sambil memeluk
Kayla.
“kangen jugaaaaa, tapi gak usah kekencangan juga kali
meluknya” kata Kayla.
“eh iya lupa hehe, saking kangennya” kata Amira.
Hari pertama sekolah ia lalui dengan keceriaan.

68
Pada saat jam pulang sekolah tiba, ia melihat
mading sekolah dan ternyata ada poster perlombaan
melukis. “Kay, kamu coba ikut lomba itu deh, sepertinya
kamu bisa lagian kan lukisanmu bagus”kata Amira
membujuk. “Tapi aku tidak yakin Ra, ini kan lombanya
seprovinsi. Aku gak pede” kata Kayla tidak yakin. “aku
yakin kamu pasti bisa Kay” kata Amira menyemangati.
“aku akan coba” kata Kayla.
Setelah melihat poster itu, akhirnya Kayla
memutuskan untuk membeli peralatan melukisnya di
sebuah supermarket. Setelah pulang ke rumah, hal yang ia
takutkan terjadi, orang tuanya bertengkar hebat karena
suatu masalah. Ini yang ia benci dari cinta, katanya cinta
bisa membuat tenang dan ceria, tetapi pada kenyataannya
cinta membuat sakit.
Kayla langsung masuk kamar dan ia menangis
tersedu-sedu. Rasanya ingin menghentikan semua ini
tetapi apa daya ia yang hanya seorang anak tunggal dan
tidak mengerti apa yang terjadi. Ia langsung meminta
Amira untuk bertemu dengannya di suatu kafe.
“Kay kamu kenapa?”Tanya Amira. “Raa, mama
sama papaku bertengkar lagi, aku bingung harus
bagaimana. Saat masuk rumah orangtuaku lagi
bertengkar, padahal aku mau menceritakan tentang
perlombaan itu”kata Kayla sambil menangis “ Sudah kay,
sabar ini cobaan Allah untuk keluargamu, untuk masalah
menceritakan perlombaan bisa di ceritakan kapan
saja”kata Amira menenangkan. “ini kan cinta? Katanya

69
cinta bisa menceriakan jiwa siapapun, tapi ini, orang
tuaku malah bertengkar” kesal Kayla. “ Udah Kay, jangan
menyalahkan cinta. Ini tidak ada hubungannya dengan
cinta ini hanya sebuah masalah yang bisa diselesaikan.
Mungkin orang tuamu terjadi salah paham” sahut Amira
menenangkannya.
Sedikit demi sedikit Kayla mulai bisa tenang dan
bisa sedikit ceria. Dari mata Kayla terlihat walaupun ia
sedikit ceria tetapi ada goresan - goresan sakit. Tetapi
Amira tidak mempedulikannya karena apapun itu ia harus
menyemangati Kayla bukan malah bertanya-tanya
tentang apa yang terjadi.
Setelah Kayla mulai agak tenang mereka pulang.
Ketika Kayla masuk rumah untungnya sudah tidak terjadi
percekcokan. Ia masuk kamar dan mencoba untuk
melupakan hal itu. Ia mulai melukis tentang keluarganya,
di dalam lukisan itu ada seorang ayah, ibu, dan Kayla,
mereka terlihat bahagia diantara pohon yang rimbun dan
dengan suasana siang hari.
Kayla tidak habis pikir, mengapa orang-orang
sangat mendambakan cinta, mengagung-agungkan cinta,
padahal cinta yang dirasakannya hanya sebatas
membuatnya sakit, tidak hanya orang tuanya bahkan masa
lalunya bersama cinta pertamanya.
Keesokan harinya, ia bersekolah seperti biasa dan
ia memasang wajah ceria agar tidak diketahui teman-
temannya tentang apa yang terjadi. Hari ini pelajaran

70
PABP, Fisika, dan Matematika, hari itu adalah hari yang
membuat para siswa kelas XI MIPA 6 mengantuk.
Pada bel istirahat pertama, ia langsung mengajak
Amira untuk ke pergi ke kantin. Pada saat di kantin ia
bertabrakan dengan seorang kakak kelas yang bernama
Hazel “Eh maaf de, tadi kakak gak lihat-lihat” kata Hazel
meminta maaf. “iya kak maaf juga” kata Kayla.
Sejak kejadian itu Kayla dan Hazel mulai dekat
dan berbagi nomor telepon dan sosial media. “Cie..cie..
ada yang lagi jatuh cinta” kata Amira menggoda.
“Ih jangan gituuu, ini cuma dekat sebatas sahabat aja”
kata Kayla malu.
Keadaan Kayla mulai membaik ia tidak
berprasangka buruk mengenai cinta. Semakin lama
hubungan Kayla dan Hazel semakin dekat tetapi ada satu
hal yang mengganjal di hati Kayla, yaitu mantan
kekasihnya, Dean.
Dean menghubunginya kembali setelah satu tahun
ia tidak berkomunikasi dengannya. Dean merasa kangen
kepada Kayla tetapi, ditanggapi dengan dingin oleh Kayla
karena mengingat satu tahun lalu perlakuan Dean
terhadapnya.
Dean memutuskan hubungannya dengan Kayla
secara sepihak. Dean memutuskan Kayla hanya gara-gara
ia menemukan wanita lain dan pada hari itu hubungan
Dean dan Kayla adalah Hari Anniversary mereka yang ke

71
2 tahun. Betapa sakit hatinya Kayla saat mengingat
kejadian itu.
Dean terus menghubungi Kayla. Kayla tidak habis
pikir mengapa seorang Dean yang dulunya membuangnya
secara sadis tetapi kini ingin menariknya kembali dalam
suatu hubungan.
Perlombaan melukis pun akan dimulai besok.
Kayla mulai mempersiapkan mental dan fisiknya untuk
menghadapi lomba tersebut. Keadaan orang tuanya pun
membaik sehingga ia lebih semangat untuk menghadapi
esok hari.
Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai dan
disana hadir orang tuanya, Amira, dan Hazel. Tanpa
disangka Hazel datang untuk menyemangati Kayla. Di
tengah perlombaan, ada hal yang membuat terkejut yaitu
kehadiran Dean, ia menemani seorang wanita dan ia
bermesraan. Walaupun Kayla telah move on tetapi ia
merasa kesal dengan sikap Dean.
Perlombaan berjalan lancar dan diakhir acara
diumumkan siapa pemenangnya. Kayla tidak menjadi
juara pertama tetapi ia menjadi juara ketiga. Walaupun
tidak menjadi juara pertama ia sangat senang karena
keluarganya telah kembai harmonis dan banyak yang
sayang kepadanya.
Pada sore harinya, ia diajak ke sebuah kafe oleh
Hazel, ia memberi kejutan pada Kayla. Ia memainkan
piano untuk Kayla dan ia meminta Kayla untuk jadi

72
pacarnya. Tanpa pikir panjang Kayla menyetujui
permintaan Hazel.
Hari demi hari dilalui mereka bersama. Ia mulai
mengubah pendapatnya tentang cinta. Kini benar menurut
orang-orang cinta bisa membuat senang dan ceria. Kini ia
menyukai sore hari karena di sore hari adalah waktu yang
special bagi Kayla dan Hazel.

73
Sempit
Aku Amara Putri adalah seorang mahasiswa
tingkat 2. Ya, memang aku seorang mahasiswa baru. Di
kampus aku sedang dekat dengan seorang kakak tingkat
yang bernama kak Ardian. Kak Ardian, aku kenal dia
semenjak masa ospek jurusan. Ia adalah salah satu panitia
dalma acara tersebut.

Pada saat itu dia marah-marah padaku karena aku


lupa membawa barang bawaan yang disuruh oleh panitia
ospek. Aku kaget karena bentakan Kak Ardian itu
sangatlah kejam, hehehe.

“Heh siapa kamu? Enak aja gak bawa barang


bawaan. Emangnya kamu ini anak rektor disini? Bisa
seenaknya gak bawa barang bawaan. Kalau kamu besok
kaya gini, saya akan tambah hukumannya. Sekarang
kamu harus cari ketua BEM dan minta tanda tangannya.”

“Maaf kak sebelumnya, iya saya mengakui saya


salah. Saya akan berusaha agar tidak mengulangi
kesalahan saya. Saya akan mencari kak Bagja sekarang.”

Disitu aku kesal, karena dibentak sama kak


Ardian, juga aku harus mencari kak Bagja. Ia adalah satu-
satunya orang yang sangat sibuk, ia jarang ada di tempat
ospek. Ia tidak pernah diam di satu tempat. Karena itulha
aku sedikit susah untu mencarinya.

74
Aku mencari cara agar aku bisa menemukan kak
Bagja. Beruntungnya, aku memiliki kenalan, kaka tingkat
yang bernama Kak Sarah. Ia adalah teman dekatnya kak
Bagja. Aku bertanya kepadanya dimana posisi kak Bagja.
Ternyata kak Bagja ada di kelasnya kak Sarah.

Aku langsung menghampirinya. “Permisi kak,


selamat siang, maaf mengganggu, nama saya Amara.
Saya disuruh kak Ardian untuk meminta tanda tangan
kepada kakak”
“Emangnya kamu ada salah apa?”

“Maaf kak, tadi saya gak bawa barang bawaan,


saya lupa”

“Yaudah man kertasnya?, besok-besok harus


dibawa ya perlengkapan ospeknya. Jangan sampai gak
dibawa. Ini penanaman disiplin, jangan marah sama
Adrian, kalau dia marah-marahin kamu ya”
“Iya kak makasih ya, permisi”

Aku pun kembali ke tempat ospek, disana sedang


diadakan games. Lalu aku memberikan tugasku pada Kak
Adrian. Kak Adrian pun menerimanya dan menyuruhku
kembali ke tempatku.

Setelah selesai ospek, aku langsung pulang


bersama teman baruku yang bernama Vanya. Tiba-tiba
kak Ardian memanggilku.

75
“Ra maaf ya tadi kalau aku marah-marah. Udah
tuntutan pekerjaan, kalau aku gak marah aku yang
dimarahin Bagja, maaf ya. Jangan dimasukin ke hati”
“Iya kak gak apa apa, tenang aja”
“Yaudah, mau bareng ga sama aku pulangnya?”
“Gak usah kak, aku sama Vanya aja”

Setelah itu, Kak Ardian pun pamit. Aku dan


Vanya pun naik angkot untuk pulang. Ternyata, dijalan
menuju rumah macet karena ada kecelakaan. Aku dan
Vanya memutuskan untuk turun dari angkot dan berjalan
kaki, karena sudah dekat dengan rumah.
“Ra kayanya Kak Ardian baik juga ya”

“Iya, menurutku gak usah minta maaf juga gak


masalah. Walaupun aku tadi kesal sama dia. Tapi kan ini
sudah menjadi tugasnya.”

Kembali berjalan. Akhirnya sampai rumah. Oh


iya, tadi kak Ardian sempat meminta nomor Whatsappku
dan meminta id line ku.
Kak Ardian tiba-tiba menelponku via Whatsapp.
“Hallo Amara ini Ardian, Save ya nomornya”
“Oke Kak aku simpan nomor kakak”
“Besok ke kampus sama siapa?”

76
“Sendiri kak, kenapa?”

“Sama aku aja yuk, hitung-hitung permintaan


maaf, aku gak enak banget sama kamu, tadi marahnya
segitunya”

“ Gak masalah kok kak, bukannya panitia harus


datang lebih awal kak? Jadi kan gak bisa bareng, kakak
berangkat duluan”

“Iya, nanti aku ke rumah kamu. Aku jemput kamu


mau? Harus mau ya, nanti kirim alamatnya aja lewat chat”

“Jadi aku yang gak enak kak, padahal gak usah


kak, ngerepotin”
“Ih gak boleh nolak, nanti aku marah lagi”

Aku langsung mengirim alamat rumahku. Dari


situ kami mulai chat. Semakin lama semakin dekat. Ia jadi
sering main ke rumahku. Akrab dengan keluargaku.
Begitupun aku, aku sering diajak ke rumahnhya, main
dengan adiknya, dan akrab dengan keluarganya.

Sekali waktu, kak Ardian ada acara anniversary


komunitasnya. Kak Ardian pun mengajak aku untuk ikut.
Aku canggung, pastinya banyak lelaki. Tapi kak Ardian
memaksaku. Aku harus ikut dan harus cantik katanya.

Kak Ardian memang begitu, suka memaksa, tapi


aku suka dengan sikapnya. Ia sangat peduli kepada semua
orang yang ia kenal juga orangnya humoris. Sedikit-

77
sedikit bercanda pokoknya aku senang bila ada di
samping Kak Ardian.

Acara anniversary komunitasnya telah tiba. Aku


pun bersiap dan menunggu dijemput Kak Ardian. Setelah
sekian lama, Kak Ardian datang. Pada saat itu, ia terlihat
ganteng dan gagah sekali, dengan memakai kemeja
panjang yang dilinting dan celana jeans pendek,
rambutnya yang tertata rapi menambah kegantengannya.

Aku pun keluar rumah dengan memakai dress


selutut dengan rambut yang digerai. “Hai kak”. Kak
Ardian melihatku dari ujung kepala hingga ujung sepatu.

“Ada apa kak? Aku salah pakai baju ya? Atau ada
yang salah sama aku? Yaudah bentar ya aku mau benerin
baju aku dulu”

“Eh eh engga kok, udah bagus. Perfect banget.


Kamu cantik banget Ra, cocok nih jalan sama Adam
Levine”
“Ah kakak bisa aja”
“Yaudah yuk naik”

Aku dan Kak Ardian naik. Lalu kak Ardian


memintaku untuk memeluknya, akupun menyetujuinya.
Aku memeluk kak Ardian dengan erat karena cuaca
sedang dingin. Tanpa sengaja, aku ketiduran di bahu kak
Ardian. Jalanan macet dan masih jauh ke tempat acaranya.

78
Tiba-tiba Kak Ardian mencium keningku. Aku
kaget. Ia pun langsung tersenyum. “Hmmm, tidur aja
kamu. Temenin aku ngobrol kenapa? Aku kan jadi
ngantuk kalau liat kamu ngantuk gini.”

Disitu hatiku berdebar, apa yang aku raskan?


Apakah aku mencintai kak Ardian? Atau apa? Aku gak
mengerti sama perasaanku ini.

Kami pun mengobrol disitu. Mengobrol banyak


hal. Kak Ardian sangat asyik jika diajak ngobrol. Dia
adalah salah satu orang yang bisa membutku banyak
omong dan tertawa selalu karena tingkahnya.

Setelah sampai ke acaranya, kak Ardian


membukakan helm ku. Itulah saat pertama kalinya kak
Ardian melakukan hal manis kepadaku. Aku sangat
senang, pipiku memerah.
“biasa aja kali Ra, pipinya gak usah merah gitu”

“Apa kak?, ini cuma blush on, pipiku dari tadi kan
merah”

“Tadi gak gitu loh Ra, kamu baper ya?” kak


Ardian menggodaku
“Ih engga kak, geer banget sih, hahaha”

Aku dan Kak Ardian masuk ke tempat


anniversary komunitasnya. Kak Ardian mengenalkanku
kepada teman-temannya. Disana ternyata banyak

79
perempuannya juga. Banyak anggota komunitasnya yang
perempuan, aku kira hanya laki-laki saja.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sepertinya


ku kenal. Dia memakai kemeja dan celana jeans panjang.
Ia mendekati ku dan kak ardian.

“Hey bro, udah lama nih gak ketemu. Lo sekarang


kuliah dimana bro?” kata kak Ardian

“Gue kuliah di Malang bro, lo dateng sama


siapa?”

Dia melihat ke arahku dan aku pun meliht ke


arahnya. Kagetnya aku disitu, ternyata dia adalah
mantanku, Barra. Barra adalah mantan ku yang cuek.
Tetapi saat aku mau meminta putus padanya,
perhatiannya muncul dan memberikan banyak hal manis
padaku, tapi menurutku ini adalah hal yang terlambat.
Sangat terlambat jika ia memberikan hal manis padaku
tapi aku sudah tak memiliki perasaan lagi kepadanya,
sampai saat ini ia belum move on dariku.Ia pun kaget
melihatku.

“Ra, oh jadi cowok baru kamu Adrian. Yang bikin


kamu gak mau lagi sama kamu itu Adrian. Lo kalau nyari
cewek liat-liat dong. Lo kan sahabat gue Yan, lo tau isi
hati gue. Gue kecewa sama lo Yan”
“Apaan sih Bar, udah lah kamu mestinya lupain
aku. Kamu harus bahagia Bar, baagia kamu itu bukan di

80
aku. Kamu cari aja cewek lain. Jangan salahin Kak
Ardian. Kak Ardian gak tau apa-apa tentang masalah kita”

Disitu kak Ardian kaget, karena ia tahu cewek


yang sedang disampingnya adalah mantan kekasih
sahabatnya sendiri. Kak Ardian pun memberikan
pembelaan.

“Udah lah Bar, kita kan sahabatan. Gue gak tau


kalau Amara ini mantan pacar lo. Disini kita juga
sahabatan kok, gak lebih. Gak tau kalau besok”

“Maksud lo apa? Gue gak mau ya Amara pacaran


sama lo. Liat aja kalau sampai kalian pacaran. Hubungan
kalian gak akan tenang”

“Udah Bar, kita kan udah selesai. Kamu bukan


siapa-siapa aku lagi. Kamu gak ada hak atur-atur hidup
aku sama hidup kak Ardian” aku kesal melihat sikap Barra
yang semakin hari semakin menjadi-jadi.

Semua orang disitu melihat kepada kami. Kami


jadi bahan tontonan disitu. Kak Ardian langsung
menarikku keluar dan kita pergi.

“Ra, jadi kamu mantannya Barra? Kok kamu gak


pernah cerita?”

“Barra, iya dia mantanku. Kenapa aku gak cerita?


Karena aku gak mau lagi ungkit-ungkit dia, ingat-ingat

81
dia. Cukup jadi ingatan yang bisa hilang aja kak. Kakak
juga gak cerita kalau kakak sahabatan sama Barra”

“Aku gak cerita karena Barra kan tinggalnya udah


jauh gak disini lagi jadi buat apa diceritain, yaudah yuk
mending kita jauh-jauh dari sini. Aku gak mau kalau nanti
kita terus-terusan disini dia macam-macam sama kamu”

Kak Ardian sangat tau, aku gak mau lagi ketemu


sama dia. Sangat tidak mau. Karena jika aku sampai
bertemu dengan Barra, ada saja masalah yang terjadi, ya
seperti tadi.

Kak Ardian mengajakku ke suatu bukit. Disana


kita lihat banyak bintang. Aku dan Kak Ardian menikmati
suasana ini.

“Eh liat deh Ra, bintangnya bagus ya. Cantik


banget”
“Iya kak, kok tumben ya banyak bintang?”

“Karena mereka tau, kalau cewek di sebelah aku


itu cantik banget, jadi mereka ingin melihat kecantikan
kamu. Bintangnya bagus karena apa? Itu tercermin dari
kamu. Kamu cantik bintang juga bakal cantik”
Mendengarnya aku tersipu malu. Kak Ardian
memang paling bisa membahagiakanku. Ia tau caranya
aku bisa tersenyum. Ia adalah salah satu orang yang
menyebabkan aku selalu tersenyum.

82
Kami pun saling diam dan menikmati keindahan
langit. Di tengah kesunyian. Tiba-tiba kak Ardian
ngomong.
“Ra, mau ya jadi pacar aku?”

Aku kaget karena pada saat itu aku sedang


melamun.
“Hah, kenapa kak?”
“Kamu mau ya jadi pacar aku”

“eeeh gimana ya kak” aku gugup saat ingin


menjawabmya
“Iya kak aku mau”
“Jadi kita pacaran nih?”
“iyaa, hehehe”

Dia langsung memelukku dengan erat. Wajahnya


sangat dekat denganku. Ia menatapku dengan begitu
dekat. Lalu ia mencium pipiku.
“Jangan bilang kakak lagi ya sayang”
“jadi manggil apa dong?”
“Adam Levine”
“Lah maunya, hahaha”
“Panggil aja beb, hehe”

83
“Siap beb”

Hari itu aku sangat senang. Itu hari terbahagiaku


bisa berpacaran dengan kak Ardian si cowo yang ngaku-
ngaku jadi Adam Levine.

Kami pun pulang ke rumah dengan hati yang


berbunga-bunga. Aku peluk saja Ardian dengan erat,
seakan aku tidak mau kehilangannya.
Saat sampai di rumah. Adrian ngomong padaku.

“Kalau Barra macam-macam bilang sama aku,


jangan dipendem, pokoknya kasih tau. Nanti aku yang
urus”

“Heu bawel dasar” dia pun mengacak-acak


rambutku.

“Yaudah sana masuk, istirahat terus tidur, bye


sayang”
“Iya Adam Levineku”

Hari itu aku sangat senang sekali karena bisa


pacaran dengan Adrian. Ternyata dunia ini sempit, Adrian
sahabatnya mantanku bisa berpacaran denganku. Dan asal
kalian tau, sekarang Barra pacaran dengan sahabatku,
Vanya. Sungguh lucunya dunia ini, karena terasa sangat
sempit.

84
Rindu.
Kerinduan tetap menjadi kerinduan jika tak
tersampaikan.

Daffa seorang mantan pacarku, ia adalah seorang


yang aku sayangi, sampai kini. Ya sampai kini. Memang
aku belum move on dan aku akan menceritakan kisahku
dengannya satu tahun yang lalu

Namaku adalah Marsya Asyifa, aku duduk


dibangku SMA kelas XI. Pada saat itu aku mengikuti
organisasi OSIS.

Di organisasi ini aku mempunyai banyak kenalan,


kakak kelas maupun adik kelas. Aku dikenal orang yang
supel dan gampang bergaul.

Pada saat itu, aku didatangi seorang adik kelas


yang bernama Alifa. Ia datang padaku untuk curhat,
memang aku sering dijadikan tempat curhat oleh para adik
kelas.

Alifa curhat tentang cowoknya yang bernama


Daffa, ia adalah kakak kelas kami. Mereka berdua sedang
ada masalah besar dam aku dimintai bantuan olehnya
untuk berbicara pada Daffa agar mereka bisa berdamai.

Pada awalnya aku menolak, karena buat apa aku


membantunya, ini masalah mereka berdua. Aku bukan
siapa-siapa diantara mereka. Tetapi Alifa memaksaku

85
untuk berbicara pada Daffa. Karena aku merasa kasihan
padanya, aku turuti kemauannya.

Akupun menghampiri Daffa, sebenarnya aku


canggung padanya, karena dia adalah mantan ketua OSIS
di sekolahku.
“Ka, mau ngomong sebentar”
“Boleh, mau ngomong apa Sya?”

“Maaf, bukannya aku ikut campur sama urusan


kakak dan Alifa, tapi aku cuma mau bantu Alifa. Dia
masih sayang banget sama kakak dia cuma pengen baikan
aja kak”

“Iya aku juga maunya gitu, tapi sikapnya yang


kekanak-kanakan buat aku jenuh, makanya aku mau ada
jarak dulu sedikit, karena kalau aku paksain tetap ada
disamping dia nanti malah buat aku ilfeel. Tolong bilang
sama dia, udah gak usah khawatir aku bakalan sama
cewek baru. Aku tetap sama dia, terus biarin dulu aku
membenahi hati biar aku tetap sayang sama dia, makasih
ya”

“Yaudah kak, makasih juga waktunya, Marsya ke


kelas dulu”

Aku kembali menuju kelas. Lalu menemui Alifa


dan menyampaikan apa yang diomongkan oleh Daffa.
Aku pun ke kelas dan belajar.

86
Saat pulang sekolah, aku beristirahat di kamar.
Ada pesan masuk dari Alifa ia memberikan kontak Daffa,
ia memintaku untuk mengirim pesan padanya.
Sebenarnya aku kesal, dia yang punya masalah kenapa
aku yang ribet mengurusnya. Urusan diriku juga sangat
banyak.

Aku bertanya pada Alifa, kenapa sih kamu mau-


maunya sama dia. Fisiknya yang agak gendut dan bermata
sipit menurutku kurang menarik. Tapi Alifa sangat
menyayanginya. Karena Alifa merupakan sahabatku, aku
pun bersedia membantunya.

87
Semakin hari, Daffa juga sering curhat padaku.
Aku bilang jika ini membebani mereka kenapa mereka
tidak mengakhiri saja hubungannya.

Setelah sekian lama, akhirnya mereka pun putus.


Entah kenapa, Alifa marah padaku, aku ridak merasa
bersalah apapun. Mungkin karena Daffa sering curhat
padaku, ya ini memang berawal dar Alifa. Jika Alifa tidak
memberikan dan membiarkan aku chat dengan Daffa,
mungkin ini tidak terjadi.

Kini Alifa bersikap seperti tidak kenal padaku.


Setiap berpapasan denganku ia menunjukkan tatapan sinis
padaku. Aku tidak mengerti pada sikapnya ini, aku puntak
menghiraukannya.

Semakin lama, hubunganku dengan Daffa menjadi


lebih dekat bahkan sangat dekat. Ia menjadi perhatian
padaku, peduli, memberikan banyak hak manis padaku.

Tapi sahabat sekaligus adik kelas ku, Alifa kini ia


sering menyindirku di media sosial. Apa maksudnya?
Akupun tak mengerti.

Akhirnya pada suatu hari di siang yang terik,


Daffa menembakku. Sebenarnya dia bukan tipeku karena
ia bermata sipit dan bertubuh agak gemuk, tapi karena
sikapnya yang manis padaku aku pun mmpunyai perasaan
padanya.

88
Aku menerimanya. Iya aku menerimanya, dengan
segala konsekuensi yang harus diambil, yaitu Alifa
sahabatku sekaligus mantan kekasih pacarku sekarang.
Bukannya aku tidak punya hati, tapi jika aku menuruti
kemauan Alifa terus menerus ia akan lebih bersikap
kekanak-kanakan.

Hari-hari kulalui setelah berpacaran dengan Daffa


adalah hari yang sangat bahagia. Waktu itu setiap hari,
suasana hatiku pasti bahagia.
Daffa adalah salah satu orang yang sangat manis,
berbeda dari laki-laki lain. Ia adalah sang pemberi rasa
aman, rasa nyaman terbaik dalam hidupku.

Setiap malam, ia selalu mengucapkan selamat


tidur. Sederhana tapi membuatku bahagia. Hanya dengan
dirinyalah aku chat-an sampai ketiduran, telpon sampai
ketiduran, dan jika aku bangun pasti dia chat aku dengan
spam. Itulah yang aku sukai dengan Daffa.

Tapi, satu-satunya masalah yang ada pada dirinya


satu. Dia cuek, super cuek jika mengobrol secara
langsung. Sangat berbeda jika di chat dan di telpon. Tapi
aku tak menjadikannya ini suatu masalah besar. Aku
jadikan ini sebagai bumbu-bumbu yang ada dalam
hubungan.

Suatu hari ia akan UN dan SBMPTN, aku kasih


semangat untuk dia.

89
“Daffa, semangat ya sayang bentar lagi kamu
kuliah. Jangan jenuh kalau belajar, ingat saja apa yang
akan kamu raih jika kamu rajin”

“Iya sayang makasih ya, kamu juga kamu


semangat belajar. Cepet nyusulin aku. Aku kuliah kamu
kuliah, nanti aku kerja terus dapat penghasilan, nabung
buat nikahin kamu”
“Aamiin sayang”

Akhir-akhir ini kami jadi jarang berkabar. Aku


sangat mengerti, karena dia pasti sibuk mempersiapkan
untuk UN dan SBMPTN.

Kebetulan hari ini aku ulang tahun. Aku kira dia


tidak akan memberiku kado ulang tahun, tapi ia
memberikan ku sebuah kado yang sangat manis. Bukan
hal mewah, tapi aku suka. Dia membuat sebuah time lapse
cinta kami berdua dari sejak awal kenal, yaitu saat aku
mengikuti organisasi OSIS.

Aku sangat bahagia karena aku bisa melihat-lihat


kenangan kami sejak berada di OSIS hingga kini kami
pacaran.

Ternyata Alifa belum sadar juga, ia masih saja


menyindirku. Disebut pelakor lah, apa lah, teman makan
teman lah, pokoknya banyak sindiran yang ia lontarkan.
Aku merasa risih dan aku bilang pada Daffa.

90
“Daff, bilangin mantan kamu gih, dia sering
banget nyidir aku di media sosial. Liat aja nih dia bikin
instastory nyindir gini” sambil aku berikan hp ku.

“Kenapa ya, tuh cewek maunya apa? Aku ga


ngerti Sya. Yaudah nanti temenin aku ya, kita datengin
dia”

Aku pun menyetujuinya. Setelah pulang sekolah


kami mendatangi Alifa. Alifa yang sedang piket kelas
kaget melihat kami berdua.
“Daf kamu aja yang ngomong” kataku

“Alifa, maksud kamu apa? Sering nyindir-nyindir


Marsya. Kamu iri liat Marsya sama aku”

“Kami bisa bersatu gara-gara kamu sering cerita


sama dia. Dia menyampaikannya ke aku, begitu pun
sebaliknya. Ya dari situ kami bisa dekat”

“Apa Daf, bukan untuk Marsya. Itu sindiran buat


siapa saja”

“Bukannya gitu, tapi yang kamu pojokkan disitu


jelas Marsya, udah ya gak usah ganggu hidup Marsya lagi.
Lebih baik kamu cari cowok lain yang lebih baik dari aku,
lebih sabar dari aku”
“Iya maaf ya Daf”

91
Kami pun langsung pergi dan pulang, sebelum
pulang kami memutuskan untuk makan di sebuah kafe
dekat sekolah.

“Udah jangan dipikirin si Alifa, biar aku yang


urus”
“Iya Daf, Daf aku mau nanya?”
“Nanya apa?”

“Kan bentar lagi kamu sibuk banget terus kamu


kuliah, nanti kamu jauh dari aku, gimana”
“Udah gak usah dipikirin. Dengerin aku mau
sejauhnya aku pergi kemanapun kan hati aku ada di kamu
jadi aku pasti bakal pulang. Hati aku bakal pulang ke hati
kamu, kamu tenang aja. Yang penting sekarang gimana
kita bahagia terus walaupun banyak gangguan”

“Uh punya pacar paling bisa gombalnya. Jadi


blushing kan aku”
“Gak usah lebay”
“Beneran ih”
“I love you”

Saat di kafe tersebut, pertama kalinya Daffa


mencium keningku.
“Sya sini dulu mukanya liatin aku”

92
Aku pun menurutinya. Lalu ia mendekatiku.
Semakin dekat dan bahkan jarak diantara kami hanya
sedotan minuman. Ia pun mencium keningku.

“Pokoknya gak usah khawatir, kalau aku emang


sekolahnya jauh, pasti bakal sering-sering kesini”
“iya sayang”.
Lalu kami pulang ke rumah dan beristirahat. Hari-
hari berikutnya kami lakukan seperti ini. Semakin lama
semakin ku rasa bosan. Karena tidk ada perubahan dalam
hubungan kami, hanya datar saja seperti ini.

Hingga suatu hari aku mulai cuek padanya. Tapi


dia tidak marah ataupun kesal, dia setiap hari nge-chat
dengan spam. Tapi aku sudah merasa biasa saja dengan
hal-hal seperti ini. Entah kenapa aku sangat jenuh
padanya.

Semakin hari dia menjadi semakin sibuk aku pun


semakin cuek. Saat perpisahan sekolah pun tiba. Aku
diajak untuk menemaninya dalam acara perpiahan.

Aku pun mengikutinya walaupun sebenarnya aku


sudah malas. Sudah sangat jenuh. Tetapi dia sangat sabar
dengan sikapku yang seperti ini. Dia menjadi lebih
perhatian padaku. Dia tambah perlakuan manisnya
untukku. Tapi entah kenapa, menurutku ini sangat tidak
berguna malah aku risih dengan semua ini.

93
Daffa pun merasakan ada yang beda denganku.

“Sya, kok kamu beda sih akhir-akhir ini? Kamu


kenapa? Ada masalah? Atau Alifa ganggu kamu lagi?
Cerita dong sama aku, aku kan pacar kamu.”

“Engga Daf, gak ada masalah kok. Cuma perasaan


kamu aja kali. Aku gak beda kok”
Aku mengulur keinginanku untuk putus karena
aku ingin mencoba kembali dan menubuhkan kembali
rasa cintaku untuk Daffa.

Aku mencoba untuk memberi perhatian dan


semangat padanya karena sebentar lagi ia akan berkuliah.
Tapi aku merasa, saat aku memberi perhatian padanya gak
ada rasa cinta yang tumbuh kok aku malah merasa ilfeel
sama dia.

Akhirnya aku ingin mengakhiri semua ini. Aku


mencoba bilan padanya

“Daf gimana ya, kan sebentar lagi kamu jauh sama


aku, aku maaf banget sama kamu aku gak bisa lagi
ngejalanin hubungan sama kamu. Aku bosen Daf, aku
jenuh, hubungan kita gini-gini aja. Lagian kamu juga
super sibuk. Aku gak mau ganggu kamu. Aku gak mau
sia-sia in waktu kamu. Sekarang aku mau kita putus Daf.”

“Apaan sih Sya, jangan bercanda kamu tuh. Gak


boleh ngomong kaya gitu. Mau di aminin malaikat”

94
“Aku serius Daf, aku gak tau lagi harus ngomong
apa. Tapi kini aku jujur sama kamu. Aku bosan aku jenuh
aku udah males sama kita. Ini bukan salah kamu ini bukan
salah siapa-siapa tapi ini murni aku sendiri yang ingin
putus. Sekali lagi maafin aku Daf”

“Kamu kalau jenuh omongin biar aku bisa


introspeksi diri, jangan seenaknya minta putus gini. Atau
kamu ada cowok baru ya kan?”

“Bukan Daf, gak ada sama sekali cowok baru, ini


emang perasaan aku sama kamu udah gak ada. Aku juga
gak ngerti kenapa Daf perasaan aku udah ilang aja sama
kamu. Kalau aku paksain perasaan ini nanti aku gak ikhlas
ngejalaninnya”

“Yaudah kalau itu mau kamu. Makasih buat


kemarin-kemarin, maaf kalau aku buat kamu jenuh.
Emang kalau aku orangnya kaya gini.”
Dia pun mengantar aku pulang. Setelah kejadian
itu, ia tak sama sekali mengganggu hidupku. Hidupku
berasa lebih bebas.

Setelah 2 bulan kami tidak berkomunikasi,


akhirnya ia nge-chat padaku.

95
Aku membalasnya dan menyetujuinya
permintaannya. Disitu aku seneng banget bisa chat lagi
sama Daffa. Entah kenapa rasa ini muncul kembali.

Sorenya aku bertemu dengan Daffa. Ia tampak


ganteng sekali walaupun hanya dengan memakai kaus dan
ceana jeans pendek.
“Tumben cantik”

96
“Dari dulu juga aku cantik, kan itu yang buat kamu
mau sama aku”
“Ih bukan gitu, ini beda”
“Yaudah yuk mau kemana?”
“Udah ikut aja”

Ia membawaku keliling kota. Disitu kami ngobrol


dan melakukan hal yang sama seperti saat masih pacaran.
Aku kangen masa-masa itu dan Daffa mewujudkannya.

Disitu kami menghabiskan waktu berdua. Dan


kami menjadi dekat kembali. Tapi bukan menjadi pacar,
tetapi menjadi adik kakak.

Adik kakak tapi seperti pacaran. Kami sering


melempar kata-kata manis dan saling perhatian. Aku lebih
nyaman seperti ini tapi aku juga tidak mau kalau
berhubungan tanpa status. Aku sangat tidak mau.

Semakin lama semakin dekat kembali. Aku dan


dia menjadi sangat dekat. Tapi pada suatu hari, ia bilang
ia akan sangat sibuk dan hp yang ia gunakan itu rusak.
Jadi ia harus mengabariku melalui hp ibunya.

Aku pun mengerti, tapi kenapa ada yang berbeda


dari dia. Tidak lagi, mengabariku. Aku bingung. Aku gak
mau tersakiti lagi. Aku bilang sama dia kalau mau di
lanjutin ya lanjutin. Kalau gak mau yaudah kita sampai
sini aja.

97
Dia pun bilang yaudah kita sampai sini aja
mungkin aku gak baik buat kamu.

Sampai saat ini kami tidak berkomunikasi. Aku


rindu. Aku sangat rindu bagaimana caranya
memperlakukanku. Sekarnag dia udah bahagia. Dia udah
bersama Alifa. Ya, Alifa adik kelas ku mereka CLBK
setelah Daffa putus denganku 5 bulan.

Daffa seandainya kamu tau dan membaca buku


ini, kamu pasti tau siapa aku. Aku sangat merindukanmu.
Kamu lah satu-satunya laki-laki yang bisa
memperlakukanku seperti itu. Aku rindu kamu.

98
Tentang Penulis

Dellia Ayu Nurparikha, ia adalah seorang wanita


kelahiran Bandung, 30 Maret 2001. Kini Dellia
bersekolah di SMAN 1 CILEUNYI tepatnya di kelas XII
MIPA 6. Hobinya yaitu mendengarkan musik, membaca
novel dan menulis.
Untuk mengembangkan hobi menulis, dia sering
membuat cerpen dan disimpan di laptopnya.
Kini ia bisa menerbitkan buku kumpulan cerpen
pertamanya yang berjudul Memeluk Angkasa dan buku
ini berdasarkan pada pengalamannya dan pengalaman
temannya.
Semoga karyanya dapat dinikmati dan disukai
oleh para pembacanya.
WA/HP: 082219821649
Line : delliayu
Instagram : @delliaan

99
100

Anda mungkin juga menyukai