Sambutan Pembimbing
Assalamualaikum Wr. Wb.
Anak-anakku, dalam pembelajaran seni budaya di
SMA Negeri 1 Cileunyi terdiri dari pembelajaran
apresiasi dan ekspresi diri. Salah satu kegiatan yang
memadukan keduanya melalui pelajaran dalam bentuk
Tugas Akhir pilihan siswa. Hal tersebut dilakukan karena
belum terpenuhinya kegiatan pembelajaran Seni Budaya
secara utuh, oleh karenanya siswa diberikan keleluasan
untuk mengungkapkan potensi dan bakatnya sendiri
melalui kegiatan pilihannya. Cerita Pendek atau cerpen ini
merupakan salah satu bentuk tugas akhir yang muncul
atau diminati siswa. Karya lain berupa karya Seni Tari,
musik, suara, seni bela diri, film dan sebagainya.
Selanjutnya khusus bagi para penyusun karya
cerpen, saya ucapkan selamat bagi kalian yang telah
menyelesaikan tugasnya, dan mudah-mudahan
bermanfaat di kemudian hari.
i
Kata Pengantar
Penulis
ii
Daftar Isi
Sambutan Pembimbing.....................................................i
Kata Pengantar ........................................................................ ii
Daftar Isi ...............................................................................iiii
Cinta Pertama............................................................................... 1
Kemarau ................................................................................... 37
Memeluk Angkasa........................................................................ 48
Reyhan ..................................................................................... 60
Sore ......................................................................................... 68
Sempit ...................................................................................... 74
Rindu. ...................................................................................... 85
Tentang Penulis........................................................................... 99
iii
Cinta Pertama
Namaku Adira Azzahra. Sekarang aku duduk di
bangku SMA kelas XI. Di SMA ini aku masuk jurusan
IPS, karena aku muak dengan hitung-hitungan dan aku
gak suka materi-materi IPA yang memusingkan.
Ini kisahku pada saat 2 tahun lalu...
1
aku kesal sama diriku sendiri. Kenapa harus diterima?
Kenapa gak diabaikan saja. Apa daya ini sudah terjadi.
2
Keesokan harinya, status facebook itu belum
diganti hingga hubungan ketidaksengajaanku dengan
Zidan menjadi viral di sekolah
“Cieee Dira jadian nih sama Zidan”
“Ciee PJ-nya dong”
3
dia ikut mengklarifikasi bahwa kita tidak berhubungan
apa-apa. Kita hanyalah sebatas teman.
4
“Hallo, dengan siapa ya?”
5
memaafkannya. Akupun mencoba untuk sedikit demi
sedikit memaafkannya.
6
Hidup kan tidak selalu bagaimana kita yang harus
dimengerti tetapi kita juga harus mengerti orang lain agar
semua orang merasakan kebahagiaannya, contohnya aku
dan Zidan.
7
“Eh, jangan ngambek dong. Baperan amat
masnya”
“Aku mana bisa ngambek sama kamu Dir”
“Ape maksud lo?”
8
SMA ditengah derasnya air hujan, ia menembakku
dengan manis.
“Dir, tebak-tebakan yuk ah”
“Boleh”
9
“Karena Zidan suka melompat ke hati kamu,
ahahahah. Geli ih aku”
10
lain. Benar juga kata orang-orang, jika membenci jangan
terlalu membenci nanti bakal mencintai dan ini yang
terjadi padaku.
11
Air dan Api
“Karena cinta bukan tentang bagaimana rasa itu
jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada
yang rapuh”- boy candra.
Tiba- tiba saja quotes itu terngiang-ngiang di
otakku. Apa sih? Padahal aku belum punya pacar juga.
Akupun mencoba menghilangkan quotes ini dalam
pikiranku.
Hari ini waktunya kembali ke sekolah setelah
sekian lama libur panjang. Tanpa berlama-lama aku
berangkat ke sekolah.
Di sekolah, aku dan teman-teman bercanda berisik
karena sudah lama tidak berbincang. Tiba-tiba ada suara
ricuh di luar kelas. Semua orang berhamburan keluar
memastikan apa yang terjadi.
Ternyata di lapangan sekolah ada perkelahian
antara kelas XII dan kelas XI. Semua orang yang
melihatnya ketakutan dan kebingungan apa yang harus
dilakukan. Setelah itu para pengurus organisasi tatib dan
para guru melerai semua yang ikut berkelahi.
Semua orang yang melihatnya pun dibubarkan dan
diharapkan diam di kelasnya masing-masing. Kami
bertanya-tanya siapa yang terlibat dalam aksi perkelahian
itu.
12
Ternyata salah satu pelaku nya yaitu murid dari
kelasku yang bernama Brama Adi Anggara. Seperti
namanya Brama identik dengan nama gunung berapi yaitu
gunung Bromo, ia sangat berapi-api, ambisius, dan
bersumbu pendek, iya bersumbu pendek atau biasa kita
sebut gampang terpancing emosi.
Tetapi walaupun begitu ia adalah seseorang yang
termasuk pintar di kelas. Tidak pernah ia turun dari 5
besar di kelas. Semua orang heran, bagaimana bisa ia
mendapatkan ranking di kelas padahal ia seorang bad boy.
Aku Izora Ravan Lamia sang setengah introvert
hanya memandangnya seperti laki-laki lain. Di luar aku
mengabaikannya tapi sebenarnya aku ingin sekali
mengubahnya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi apa boleh buat. Aku bukanlah teman
dekatnya. Aku hanyalah tean biasa baginya. Mengobrol
pun hanya seperlunya.
***
“Brama, kamu itu sudah kelas XII, apa maksud
kamu seperti ini? Gak kapok kamu? Katanya pintar tapi
kelakuanmu ini tidak mencerminkan prestasimu” cerocos
Pak Narsito
“Iya tau pak saya ini kelas XII, bukannya saya
tidak kapok tapi Bapak tidak akan mengerti kenapa saya
begini. Gak usah sambung-sambungin prestasi saya
dengan perilaku saya” teriak gue.
13
Pak Narsito hanya terdiam dan lanjut berkata
“Kalau kamu sekali-kali lagi begini kami pihak sekolah
tidak akan segan-segan mengeluarkan kamu dari
sekolah.”
“Oh silahkan Pak saya tidak takut, silahkan saja
anda ancam saya begini, toh saya tidak akan berubah”
jawab gue
Tanpa pikir panjang pak Narsito membuatkan
surat panggilan untuk orang tua. Gue langsung terima dan
pergi ke kelas.
Gue kesal sama dunia ini kenapa sih gak adil?
Kenapa sih harus gini? Kenapa gue yang jadi timpaan
gini?.
Gue pengen cerita, gue pengen dikasih solusi tapi
gimana lagi? Harus kesiapa lagi? Orang tua gak bakal
peduli sama gue.
***
Brama kembali ke kelas, ia hanya terdiam
mengasingkan diri. Akhirnya aku memberanikan diri
untuk mengobrol dengannya, karena tidak ada seorang
pun yang mau menenangkan dia.
“Hei... Bram”
“Eh.. Hai Ra, ada apa?”
14
“Bram kamu kenapa?”
“Apaan sih Ra, udah ya gue gamau diganggu
dulu”
“Oh iya, maaf ya Bram”
“Eh tapi gue mau ngomong sama lo”
“Kenapa Bram?”
“ Lo bisa jaga rahasia gak? Gue pengen cerita
sama orang tapi gak tau lagi sama siapa.”
“Oh boleh Bram, cerita aja”
“Tapi gue gamau cerita disini, gini aja nanti
pulang sekolah lo bareng gue ya, please”
“Yaah gimana ya Bram tapi aku udah dijemput
Ayah”
“Gue izin deh sama Ayah lo, gue bener-bener
pengen cerita gue udah nahan ini sekian lama”
“Tapi emangnya kamu percaya sama aku?”
“Gue coba percaya aja sama lo. Lagian
kelihatannya lo bukan orang yang suka ngumbarin
cerita orang”
“Yaudah nanti ya Bram aku coba bilang dulu sama
Ayah”
Aku senang Brama akhirnya bisa menceritakan
apa yang terpendam dalam dirinya. Tapi satu hal, tadi
15
teman-teman ku melihat aku berduaan dengannya. Saat
aku kembali ke tempat duduk ku semua temanku
menatapku dengan sinis.
“Lo bisa-bisanya deh ngobrol lama sama si
Bromo” ketus sahabatku, Riana
“ Ri, jangan gitu ah. Aku kasian aja sama dia
mungkin dia butuh teman. Disini gak ada kan yang mau
menemani dia disaat dia kayak gini. Saat ada tugas saja
pada mendekati Brama, tapi disaat dia kaya gini gak ada
yang mau mendukung dia buat lebih baik. Pantas saja dia
terus-terusan begini” cerocosku
“hmmm.. iya deh terserah kamu” pasrah Riana.
Pulang sekolah pun tiba. Tiba-tiba Ayahku sudah
menjemputku, padahal tadi aku sudah izin akan pulang
bersama temanku.
Brama pun memberanikan diri untuk izin pada
Ayah. Lalu kami diizinkan untuk pulang bersama.
Akupun diajak Brama untuk menaiki motornya dan
berbincang-bincang.
Ternyata Brama tak sejutek yang ku kira. Ia adalah
pribadi yang sangat asyik diajak berbincang.
“Ra kita ngobrolnya di cafe aja ya gue lapar
banget”
“Aku kira kita akan ngobrol di rumah kamu Bram”
16
Diapun terdiam tak menggubris ucapanku. Lalu
kami masuk ke dalam cafenya. Ia memanggil pelayannya
“Bro, gue jajan nih”
Ucapannya membuatku tertawa. Dia memanggil
pelayan dengan begitu akrabnya. Sang pelayan pun
menghampiri.
“Eh Bro, udah lama lo gak kesini, kenapa lo
bonyok gitu? Dan kenapa tiba-tiba aja bawa cewek.
Cewek baru lo ya? Pinter juga lo cari cewe secantik ini.”
Kata pelayannya.
“Ah,banyak bacot lo. Yaudah mau makan apa
Ra?, gue makan yang biasa aja ya bro”
“Bram kamu aja ya yang makan. Aku udah
kenyang”
“Jangan gitu dong, udah makan ih gue pilihin ya.
Pokoknya harus mau. Masa gue ngajak lo kesini lo nya
gak makan sih”
“ Ya udah deh iya”
Pesanan pun dibuat ia memilihkanku dessert dan
kopi latte.
“Bram kenapa kamu tahu makanan kesukaanku?”
“Sutt udah jangan banyak omong ya,hehehe”
Kami pun makan. Setelah makanan habis ia mulai
bercerita padaku.
17
“Ra jadi gini gue mau cerita tapi gue gatau harus
mulai dari mana”
“Yaudah sok rileks aja nanti juga bakal keluar
sendiri apa yang mau kamu omongin”
“Tapi gue mau nanya dulu, kenapa lo mau sih
temenin gue. Gue goblok kaya gini lo temenin, lo kasih
support,lo mau dengerin cerita gue. Padahal kita gak
dekat-dekat amat dan gak ada yang mau dengerin gue di
kelas. Apa gue malu-maluin kelas ya?”
“Sutt, jangan gitu Bram, jangan ngerendahin diri
kamu kaya gini. Kamu harus kuat. Kamu harus semangat.
Disini aku mau bantu kamu jadi lebih baik lagi”
Brama pun mulai menceritakan kisahnya sambil
telihat dimatanya berkaca-kaca dan sedikit mengeluarkan
air mata.
***
Akhirnya gue bisa ngeluarin semua yang
terpendam dalam diri gue. Mulai dari orang tua gue yang
seakan gak peduli sama anaknya seakan pekerjaannya
lebih penting dari anaknya ditambah nge-push gue biar
prestasi aman tanpa mengerti keadaan gue, dan akhir-
akhir ini mereka berantem sampai kejadian tadi pagi
dimana ada oknum kelas XI dan kelas XII yang salah
paham dan gue terjebak dalam situasi itu karena gue salah
satu sahabat mereka, tapi yang jadi incaran guru BK selalu
gue.
18
Gue lega bisa nyeritain semuanya. Seengganya
beban dalam diri gue berkurag walaupun sedikit tapi
menurut gue ini cukup.
Ternyata Izora gak segaring yang gue pikirkan.
Ternyata dia asyik diajak ngobrol dan bertukar pikiran.
Awalnya gue gak suka sama Izora karena dia itu jutek dan
ngobrol seperlunya. Tapi sekarang pandangan gue untuk
Izora terbantahkan.
Gue mengajaknya pulang dan mengobrol ditengah
perjalanan.
“Ra, tau gak?”
“Gak tau, emang apaan?”
“Ya udah”
“Ih apaan Brama?”
“Apa aja boleh yang penting kita bahagia”
“Ih apaan sih Bram gajelas banget” dengan
mukanya yang jutek.
Gue senyum lanjut ketawa karena gak kuat liat
ekspresi dia yang kesal. Izora nanya ke gue kenapa
ketawa-ketawa. Gue diem aja biar dia penasaran.
Tiba dirumahnya, Ayahnya udah nunggu di depan
rumah dan gue langsung pamit pulang karena hari udah
malam.
***
19
“akhirnya sampai kamar juga” ucapku. Tiba-tiba
handphone ku berdering. Ada pesan masuk. Aku kira dari
Brama tapi bukan, malah dari mantan kekasihku.
Aku tidak balas pesannya karena udah gak peduli
lagi sama dia udah malas menghiraukan dia. Lalu ada
telpon masuk. Aku kesal langsung aja aku angkat.
“Apaan sih Gi, mau apa lagi? Aku capek sama
kamu kita kan udah bukan siapa-siapa lagi. Udah
pergi kok nyariin aku?kalau masih gak mau
dilupain gak usah jadi mantan,hayangna naon
sih?(maunya apa sih)” cerocosku dengan kesal.
“Hallo, maksud lo apa Ra ini Brama. Gue gak
ngerti omongan lo.Gi.. Gi siapa? Lagian ngegas
lagi ngomongnya kaget gue”
Aduuuuh malu, aku kira ini Egi makanya aku
langsung ngegas gini.
“Eh Bram maaf, aku kira Egi mantanku. Maaf
banget. Oh iya, ada apa Bram?”
“Iya gak kenapa-napa kok. Gue Cuma mau bilang
terimakasih aja sama lo Ra. Oh iya besok mau gak
bareng gue berangkat sekolah? Please mau ya
sebagai ucapan terimakasih gue”
“Ih gak apa-apa gausah kaya gitu ah Bram jadi gak
enak, kita kan teman. Udah kewajibannya saling
membantu”
20
“Harus mau gak boleh nolak. Pokoknya besok gue
jemput”
Sambungan teleponnya langsung diputus oleh
Brama. Kenapa sih Brama segitunya sama aku. Aku jadi
bingung sama dia.
***
Sebagai ucapan terimakasih gue jemput Izora.
Entah kenapa hari ini dia cantik banget. Di jalan seperti
biasa kita ngobrol ngereceh bareng. Gue baru tau kalau
dia sereceh itu. Gue seneng punya temen kaya dia.
Lama kelamaan gue berangkat sekolah bareng dia
tiap hari. Ngerjain tugas dan main bareng sesekali kita
lakukan. Semakin lama juga rasa gue makin tumbuh buat
dia.
Tapi lama kelamaan kok gue ngerasa beda.
Mungkin gue suka sama Izora tapi gue gak tau cara
mengungkapkan rasa ini, pasalnya gue gak pernah
merasakan yang namanya nembak cewek.
Akhirnya gue konsultasi sama bokap gue. Eh by
the way keadaan keluarga gue semakin baik semenjak ada
Izora, dia sering ngasih nasehat dan saran buat gue agar
hubungan keluarga gue membaik.
“Beh, gue mau nanya nih gimana sih cara nembak
cewe”
21
“ Ciee, anak babeh udah gede nih. Lo suka sama
Izora ya? Gue saranin deh lo bilang yang sejujur-
jujurnya sama dia gausah deh lo gugup, yang
penting yakin, gue doain biar lo diterima sama
dia”.
***
Hari ini tepat 3 bulan aku intensif berhubungan
dekat dengan Brama. Bukan hal yang salah ketika kini aku
menyukainya malah ingin memilikinya lebih dari teman.
Tapi aku masih trauma dengan hubungan dekat dengan
seorang lelaki.
Kenapa aku trauma? Karena waktu itu Egi,
mantanku yang berengsek memperlakukanku dengan
tidak baik. Ketika itu aku merasa dipermainkan olehnya
karena aku dijadikan taruhan olehnya bersama teman-
temannya juga aku menjadi ceweknya yang kedua dari
tiga pacarnya.
Jika diingat-ingat kembali hati ini terasa sesak dan
aku tak kuat menahan air mataku. Aku masih rapuh
sekarang.
Brama berbicara padaku bahwa nanti saat pulang
sekolah dia mau cerita lagi. Aku menyetujuinya.
Saat pulang sekolah Brama mengajakku ke salah
satu taman dekat rumahku. Disitu ia mengungkapkan
perasaannya padaku.
22
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa
diam kemudian tanpa sadar ingatanku tentang Egi
terngiang dan membuatku menangis.
***
Loh ko Izora nangis, apa gue salah ngomong? Apa
dia nolak gue?Aduh gue harus gimana. Gue bingung.
“Ra kenapa nangis? Gue salah ya ngomong
gini?”
“Engga ko Bram, maaf aku nangis. Sekarang hati
aku masih rapuh. Aku gak tau cara menatanya
kembali kaya gimana”
Gue nanya ada apa sebenarnya sama Izora.
Kenapa hati dia bisa serapuh itu? Akhirnya dia
menjelaskan. Gue meyakinkan dia gue bakal mencoba
sebaik mungkin agar dia bisa menata hatinya kembali.
Agar kita bisa saling membahagiakan.
Akhirnya setelah dia berhenti menangis gue
dibawa ke rumahnya. Dia nerima ajakan gue buat pacaran.
Gue senang banget. Akhirnya ada cewe yag tulus
ngesupport gue dari yang bukan siapa-siapanya dia sampai
sekarang. Gue beruntung banget.
Dia Izora bagaikan air yang bisa meredam api
yang ada dalam diri gue. Gue yang asalnya bersumbu
pendek sekarang bisa mengontrol emosi gue.
23
Berkat Izora api bisa diluluhkan. Terimakasih
Izoraku.
24
Indah pada Waktunya
Pagi ini gue udah kesel aja. Pacar minta putus,
bangun kesiangan, pelajaran pertama dosen killer, mau
bolos tapi absen jebol. Lengkaplah penderitaan gue.
Gue langsung buru-buru mandi. Ibarat mandi
kadal karena gue gak mau telat-telat amat masuk kuliah.
Akhirnya gue masuk kelas cuma telat 15 menit.
Gue deg-deg an buat masuk kelas. Akhirnya gue
memberanikan diri mengetuk pintu kelas.
(tok...tok..tok) “permisi... pakeet...”
Gue ngomong paket karena kalau gue gak
ngomong gitu gak akan dibuka pintunya oleh Bu Dina, si
dosen killer.
“ eh Lintang, silahkan masuk”
Akhirnya gue gak kena marah Bu Dina, gue lega,
gue dadah-dadah ke semua temen gue.
“terus tutup pintunya” gue tutup lah pintunya ya.
Tapi dia ngomong lagi .
“Siapa yang suruh nutup pintuya di dalem? tutup
pintunya di luar, Lintang” gue turutin tuh maunya si dosen
killer. Semua temen gue ketawa, gue bingung apa sih
ketawa-ketawa.
Setelah gue tutup, gue bingung dan lama-
kelamaan gue ngeh ternyata gue diusir secara halus sama
si dosen killer.
25
“ah, kok gini sih? Tuh guru emang paling bisa
ngusir orang secara halus” dumel gue. Gue nongkrong aja
di kantin karena gue lapar.
Saat gue nikmatin makanan yang gue pesan eh
tiba-tiba datang lah mantan ngelewat. Gue mau nanya kok
bisa diputusin gini.
“ Fir.. tunggu dulu... aku mau ngomong sama
kamu”
“ apaan lagi sih tang, aku gak mau kita debat”
“engga tunggu dulu aku mau minta kejelasan,
kenapa kamu kaya gitu sama aku? Mutusin aku sepihak,
coba jelasin alasannya kenapa?”
“udah lah tang, kamu kan tau. Aku gak mau
pacaran sama orang yang gak mau berusaha! Gimana
nanti kalau kita sampai nikah terus kamu masih males-
malesan. Nanti anak istri kamu mau dikasih makan apa,
udah lah ya sekarang kamu tau kan maksud aku mutusin
kamu, aku mau pergi. Aku sibuk!.” Dia langsung
ninggalin gue tanpa mau dengerin pendapat gue.
Gue sadar. Ternyata dia mau sama orang yang
tajir. Gue akhirnya dikasih titik terang sama Tuhan bahwa
Fira bukan cewek yang baik buat gue.
Gue bakal bales Fir, gue bakal matahin omongan
lo. Gue bakal sukses Fir liat aja. Lo ngerendahin gue, nanti
gue yang ngerendahin lo. Dunia ini psti berputar.
Gue langsung ke kelas, gue masih kesel. Temen-
temen gue nanya kenapa sama gue. Mereka merasa aneh.
26
Gue yang biasanya ceria, pecicilan, berisik. Tapi sekarang
gue diem.
“Woy bro” temen gue ngagetin
“Apaan sih lo, jangan ngagetin”
“weeey, sans dong bro, lo kenapa sih tumben-
tumbenan sensi, oh gara-gara diusir secara halus ya sama
bu Dina, udah lah bro sans aja lupain aja kita nongkrong
aja. Cabut kelas selanjutnya, lagian dosennya lemah
lembut”
“Gak usah bro, gue udah mau masuk kelas aja.
Masalahnya absen gue udah jebol”
“ oh yaudah deh, tapi kalau lo mau nongski ke
tempat biasa aja kita sans together”
“okey bro siap, nanti aja balik ngampus gue ke
tempat biasa ya, gue pengen ngilangin penat, anjayy”
Gue masuk kelas akhirnya. Untungnya ada bagian
presentasi, jadi si dosennya gak ngajar. Lo semua pasti tau
kan suasana lagi presentasi itu, bikin ngantuk tau gak.
Gue ketiduran lah. Eh gue mimpiin si Fira, dia
jutek amat lagi di mimpi dia lebih sukses dibanding dia,
gue jadi gelandangan dia makin ngerendahin gue. Gue
emosi pas banget gue nampar dia, ada basah-basah gitu
dikepala. Gue kira apa eh ternyata si dosen ngebangunin
gue. Bener-bener kurang ajar.
“ Lintang, enak ya tidurnya? Coba kamu berdiri”
“eh maaf pak, habisnya kalau temen lagi
presentasi bawaannya suika ngantuk pak”
“coba berdiri!”
27
“mau ngapain pak mau? Mau ngukur tinggi badan
saya ya pak? Saya tambah tinggi kan? Tambah ganteng
juga pastinya?”
Semua murid kelas ngetawain gue. Gue biasa aja
karena mereka sering gitu, dan gue seneng aja bisa bikin
sekitar gue seneng walaupun gue jadi bego gini.
“iya terserah kamu aja, coba ke depan jelaskan apa
yang teman kamu jelaskan! Sepertinya kamu sudah mahir
makanya kamu tidur juga”
“aduh pak maaf, sepertinya teman saya yang
sedang presentasi lebih mahir pak. Saya gak mau orang
tau kalau saya mahir. Saya gak mau sombong pak.Lebih
baik teman saya saja yang menunjukkan kemampuannya.
Saya akan mendengarnya pak. Saya janji tidak akan tidur”
“bohong Pak. Katanya Lintang antusias Pak dia
mau ke depan sebenarnya tapi dia malu-malu Pak” kata
Ervan, sahabat yang seneng kalau sahabatnya menderita.
“Apa sih Van, lo iri aja gue diginiin, katanya
Ervan mau pak”
“sudah-sudah tidak ada yang ke depan kamu bikin
ribut saja Lintang, Ervan, silahkan lanjutkan
presentasinya. Semuanya perhatikan ke depan!” pak Wira
kayaknya udah eneg sama sikap gue. Tapi gue gak peduli
yang penting gue bahagia.
Gue seneng akhirnya gue gak ke depan. Si Ervan
cengengesan aja melihat sahabatnya menderita gini.
“ Van kalau udah beres kelas nongski kuy biasa
sama si Raka, barusan dia ngajak gue nongkrong. Gue
28
mau ngilangin beban, because hari ini gue bener-bener
sial banget. Gue cape Van”
“Lah, lo kan tau gue mau ngedate sama si Dini
emangnya kenapa sih lo? Eh tadi waktu lo belom dateng
ke kelasnya Bu Dina, di taman kampus gue liat si Fira tuh
sama cowo berduaan, siapa sih kating gitu dia tajir
banget”
“gak peduli lagi gue sama tuh orang lagian dia
bukan siapa-siapa gue lagi”
Ervan kaget, gue cerita lah apa yang jadi maksud
Fira mutusin gue. Ervan kaget, karena gue sama Fira udah
ngejalanin hubungan lebih dari 1 tahun, lalu putus dengan
cara yang begini.
Setelah pulang gue langsung berangkat
nongkrong. Eh ban motor gue bocor, akhirnya gue harus
ngedorong motor ke tempat tambal ban.
Gak disangka-sangka ditengah perjalanan hujan.
Mana gue gak bawa jas hujan lagi. Sudah komplit
penderitaan gue hari ini. Lalu gue meneduh dulu di salah
satu warung kopi. Yaudah gue pesan teh hangat karena
gue kedinginan.
Hujan pun reda, gue lanjut mendorong motor ke
tempat tambal ban. Di tempat tambal ban gue ngelihat
cewe lagi di aniaya pacarnya. Gue sebagai laki-laki gak
suka ngelihatnya dan gue melerai mereka.
Gue bawa tuh cewe ke tempat tambal ban.
Ternyata cewek itu adik tingkat gue. Gue tanya kan
kenapa bisa kaya gini? Dia jawab jadi cowok nya ini
29
berandalan dan dia tuh suka nuntut pacarnya. Harus beliin
ini itu. Adik tingkat gue geram kan jadi dia mutusin
pacarnya itu tapi si pacarnya gak terima, alhasil gitulah.
Gue antar pulang adik tingkat gue, awalnya dia
nolak karena gak enak ngerepotin katanya tapi gue maksa
aja. Kasihan dia cewek mana udah sore. Akhirnya dia mau
gue antar.
“Makasih ya kak udah baik banget sama aku. Aku
gak tau lagi kalau gak ada kakak tadi jadinya gimana”
“iya gak apa apa, yang penting lo jangan mau lagi
sama cowok yang macemnya kaya gitu. Lo cerita aja sama
gue kalau dia macam-macam, eh btw nama lo siapa?”
“Nama aku Rani kak. Oh ya berhubung udah
sampe. Mampir dulu yu kak”
“gak usah makasih, gue udah ada janji pokoknya
kalau dia macam-macam bilang aja sama gue”
“sekali lagi makasih ya kak”
Gue langsung pergi ke tempat nongkrong. Gue
main lah sama temen-temen gue. Dengan ini beban dalam
diri gue berkurang.
Gue memutuskan untuk balik ke rumah karena
gue lupa adik gue sendiri di rumah, orang tua gue lagi di
luar kota.
Di rumah, si Rani ngirim pesan sama gue. Lagi-
lagi dia bilang makasih. Gue bilang iya sama-sama,
gausah lebay ah udah semestinya manusia saling tolong-
menolong.
30
Gue keingetan omongan si fira kalo gue males-
malesan. Akhirnya gue mutusin buat belajar keras. Gue
mau matahin omongan si Fira. Enak aja dia ngerendahin
gue segininya.
Gue pun belajar sampe ketiduran. Lalu gue
dibangunin adik gue karena hari udah hampir pagi. Gue
mandi, bikin sarapan, anter adik gue ke sekolah, dan
berangkat ngampus.
Di kampus gue liat si Firaa lagi sama kating yang
disebutin Ervan. Oh ini cowoknya, liat aja Fir nanti lo
bakal ngemis-ngemis cinta gue, gue bakal sukses.
Gue jalan aja menuju kelas. Gue liat Rani lagi
jalan sendirian, gue samperin aja dia dan ngajak bareng
karena fakultas gue dan dia sama.
Gue inisiatif aja ajak ngobrol.
“Ran lo nanti pulang sama siapa?”
“Sendiri aja kak, naik ojek online”
“ Udah sama gue aja ya, takutnya mantan lo masih
ngejar-ngejar lo”
“Gak usah kak, aku udah banyak ngerepotin
kakak. Aku malu kak”
“Gak usah malu, lo anggap gue temen aja kalau
bisa lo anggap gue sebagai sahabat lo. Jadi lo gak usah
segan-segan sama gue. Kalau lo butuh bantuan langsung
aja ke gue. Gak usah malu-malu ah”
“Tapi kak..”
31
“udah pokoknya gak usah ada tapi-tapian lo harus
nurut, hehehe. Ya udah berhubung gue udah sampe kelas
lo belajar sana yang rajin biar ga direndahin orang”
“Oke kak, sampai jumpa pulang ngampus”
Gue tiba di kelas. Langsung duduk dan gue
belajar. Mengikuti pelajaran dengan baik. Berhubung ada
kuis, dan si dosennya ada acara jadi ngampus cuma 1 jam.
Gue gabut kan, gue ngajak si Ervan ke kantin.
Tapi, dia mau balik, si Raka bolos ngampus. Akhirnya gue
ada ide, gimana kalau ke kelasnya Rani.
Gue ke kelasnya Rani lah, ngikutin pelajarannya.
Gue liat-liat Rani cantik juga, tulus lagi. Gue ajak dia
balik tapi ternyata ada kerja kelompok gitu. Yaudah gue
tungguin aja dia. Sambil nunggu gue jalan-jalan aja
sendiri keliling kampus, walaupun gue udah bosen sih 3
tahun keliling kampus. Tapi gimana lagi lah ya, di mading
ada pengumuman lomba Karya Tulis dan jika menang gue
dapat beasiswa S2 ke Jerman.
Gue ikutin lah tuh lomba, karena kebetulan gue
suka bikin Karya Tulis. Tanpa disadari guue keliling
kampus terlalu lama dan si Rani udah nyariin gue.
Gue kembali ke kelasnya Rani dan langsung
pulang.
“Ran lo lapar ga?”
“Iya kak, makan yuk”
“Yuk, mau dimana?”
“Terserah kakak aja”
32
Gitulah jadi cewek membingungkan para lelaki.
Wahai cewek jangan lah kamu membingungkan para
lelaki karena apa, untuk memecahkan kode-kode yang
kamu mau itu tidak gampang.
Gue mah mendingan langsung aja dikasih tau mau
ke tempat a ke tempat b dari pada gini kan gue harus
mikir.
“Yaudah, kita ke Cafe deket kampus aja ya”
“ Boleh deh kak”
Untung dia nurut-nurut aja. Jadi gak susah nyari
tempat makan. Di tempat makan gue dan Rani menikmati
makanan sambil bercerita.
Dia anaknya asyik juga. Gue cerita tentang lomba
karya tulis gue. Dia mendukung gue nyemangatin gue gak
kaya si Fira. Fira kalau gue cerita tentang lomba atau apa
lah dia malah mutusin harapan gue.
Setelah makan gue dan Rani langsung pulang.
Lama-kelamaan gue dan Rani mulai dekat, dan lomba pun
semaki dekat. Ternyata lombanya itu hari minggu, itu
artinya saat weekend. Gue inisiatif ajak Rani buat
nyemangatin gue.
“Ran minggu ini lo gak kemana-mana kan? Gue
mau ajak lo liatin gue lomba”
“oh, boleh kak Rani free kok. Rani pasti dukung
kakak”
“Ok deh, see you soon jangan lupa harus cantik
yaa”
“Rani kan setiap hari cantik, hahaha”
33
“Iya sayang”
“Maksudnya?”
“Ah, engga. Gue gak mau ngulang ngomong
mubazir, hahaha”
“hahaha bisa aja”
Itulah sepenggal percakapan gue dan Rani lewat
telepon. Sekarang Rani gak canggung lagi sama gue.
Bahkan dia sering main sama temen-temen gue, ikut
nongkrong di tempat si Raka.
Lomba Karya Tulis pun dimulai. Gue
mengikutinya dan Rani nunggu diluar gedung sambil
berdoa dan hari ini dia cantik banget. dia lebih cantik dari
biasanya.
Perlombaan ini kira-kira 1 jam dan gue
menyelesaikannya 45 menit dan langsung keluar ruangan.
Di luar Rani udah manggil gue dan nyuruh duduk.
“Gimana kak? Susah ga?Gugup ga?”
“Ya gitu deh, gue gak akan merasa kesusahan dan
gugup kalau ada lo”
“Ih kakak bisa aja, serius ih”
“Iya serius, btw lo hari ini cantik banget sih”
“Aaah makasiih, awas aja kalau aku blushing. Ini
gara-gara kakak”
“Heu, dasar anak kecil” sambil gue megang
rambutnya
Gue nunggu hasilnya, dan gak disangka-sangka
gue menang lomba ini. Gue dapat beasiswa ke Jerman.
34
Akhirnya gue bisa sukses. Akhirnya gue bisa matahin
omongan si Fira.
Dan perlu lo tau dari Indonesia yang dapat
beasiswa ini cuma 3 orang dan gue salah satunya. Ini
pertama kali gue bisa bangga sama diri sendiri. Biasanya
gue guma bisa nyusahin hidup orang, bikin kesel orang,
bikin muak orang, tapi sekarang gue bisa berhasil.
Rani juga seneng banget denger gue menang.
Denger gue berhasil dia sangat mengapresiasi gue. Dia
sampai ngasih bucket bunga sebagai apresiasi dia
terhadap keberhasilan gue.
Di momen itu gue juga sekalian nembak dia.
“Kak nih aku ada sesuatu buat kakak”
“Ih Ran kamu gak usah repot-repot, kamu datang
aja nemenin aku, aku udah bahagia kok”
“Terima aja kak, apresiasi buat Kakak terganteng
ku hehehe”
“Makasih yaa, btw Ran, gue mau ngomong
sesuatu sama lo”
“ngomong apa kak? Kan dari tadi kakak udah
ngomong”
Dalam hati gue, kenapa sih nih anak polos banget.
lucu deh liatnya.
“Kita kan udah deket hampir 3 bulan. Dan selama
ini kamu udah nemenin aku. Ngasih aku semangat
pokoknya kamu selalu ada buat aku. Aku suka Ran sama
kamu, aku cinta Ran sama kamu. kamu mau gak jadi
pacar aku? Aku pendem rasa ini dari bulan lalu. Aku
35
nunggu saat yang tepat. Dan sekarang menurut aku inilah
saat yang tepat”
“Kakak serius? Gimana ya?” dia kaget dan
blushing, lucu banget sih gue liatnya.
“Ya serius lah Ran”
“Iya kak, aku juga mau jadi pacar kakak. Aku juga
udah suka sama kakak semenjak kakak selalu perhatiin
aku dari awal”
“Jadi kita jadian nih?”
“Iya kak”
“manggilnya jangan kakak dong, kita kan udah
pacaran”
“manggilnya apa dong”
“sayang”
“heu maunya, hahahah. Iya sayang”
“Ahahaha”
“Yuk kita pulang”
Hari ini gue senang banget, gue menang lomba,
Rani nerima cinta gue. Sebelumnya gue gak pernah
seneneng ini. Akhirnya gue bisa ngebuktiin sama dunia
bahwa gue bukan lah orang yang malas-malasan. Benar
saja jika ada pepatah dibalik lelaki yang sukses ada wania
yang setia mendampinginya dibelakang dan ini terjadi
sama gue.
36
Kemarau
Begitu derasnya hujan di hari itu, betapa
semangatnya sang air berlomba-lomba menjatuhkan
dirinya ke tanah hingga tercium semerbak bau yang
menyegarkan hati. Tapi alih-alih itu semua tetap saja
diriku lemas dan hatiku merasa kemelut akan kejadian-
kejadian yang memuakkan hatiku hingga akupun merasa
mati rasa akan hal-hal seperti ini.
Aku Disyana Zhafira Bela, seorang pelajar SMA
yang sangat ceria dan berisik. Orang tuaku bernama Papa
Bela Negara Ahmad Malik seorang anggota pemadam
kebakaran yang sangat disiplin tetapi lembut dan Ibuku
yaitu Mama Jihan Farida seorang penulis dan ibu rumah
tangga yang baik.
Seperti biasa hari itu aku sekolah dengan
semangat yang membara karena kemarin malam pacarku
datang setelah tiga bulan ia tidak menemuiku karena harus
mengikuti study exchange nya ke New Zealand. Ia datang
membawa kejutan yang tak diduga-duga selain buah
tangan khas New Zealand, yaitu setoples kapsul
penyemangat ‘katanya’ yang jika dibuka satu per satu
isinya akan ada secarik kertas dengan goretan ucapannya
yang membuatku tersenyum, seperti “Hai Yaya semangat
sekolahnya ya jangan lupa senyum sama makan batu”.
Kata-katanya sih sedikit nyeleneh tapi aku suka. Aku
bangga kepadanya selama ini di New Zealand ternyata
tiap malam ia menuliskan kata-kata yang dimasukkan ke
37
dalam kapsul, sebenarnya menurutku ini terlalu
berlebihan karena pastinya ia sangat sibuk disana dan aku
mengerti keadaannya. Tapi menurutnya ini adalah hadiah
untuk menebus kesalahannya selama tiga bulan penuh
kita tidak berbincang dan bertatap mata. Begitu manis
bukan?.
Aku bangga-banggakan hadiah darinya kepada
sahabat-sahabatku dan ternyata mereka iri, Yes aku
berhasil membuat teman-temanku iri. Tapi ada satu
sahabatku yang bernama Pandu terlihat kesal dan iapun
melempar kata-kata pedasnya padaku “Jangan terlalu
senang deh lo, lo gak tau aja hadiah dari si Arkana itu buat
ngalihin pikiran lo” apa maksud si Pandu berkata begitu
padaku? Dia adalah sahabatku semenjak umur 4 tahun,
tapi apa yang dia buat untuk sahabatnya sendiri bukan
mendukung tapi malah menjatuhkan.
Selalu saja Pandu begitu jika aku membangga-
banggakan Arkana. Aku terlalu muak dengan
celotehannya tentang Arkana paling parah ia berkata “
cepat- cepat sadar Yaya cantik kalau si Arkana itu cowo
terbrengsek yang ada di dunia ini lo bakal tau seiring
berjalannya waktu dan siap-siap aja lo ngerasa patah
sepatah-patahnya sampai lo ngerasa ancur sampe paling
parah lo bakal mati rasa akan cinta Ya, gue sih ngomong
gini biar lo tau aja”.
Kesal, muak, hingga aku tak tahan langsung aku
menyeret Pandu ke luar ruangan kelas menuju taman
sekolah karena aku akan menyelesaikan semua ini. Tanpa
basa-basi aku pun meluapkan semua amarahku
terhadapnya “Pandu kenapa sih lo ngomong yang nggak-
38
nggak tentang Arkana? Lo sahabat gue ndu tapi omongan
lo tuh bukan Pandu yang dulu saat gue belum pacaran
sama Arkana! Kenapa ndu? Kenapa ?”
“Ya bukan maksud gue jelek-jelekin Arkana, gue
cuma pengen lu tau Ya kalau dia tuh gak baik buat lo”
Pandu merasa so benar padahal aku sendiri yang
merasakannya, selama ini aku benar-benar bahagia
bersama Arkana tapi kok Pandu begitu.
Aku tinggalkan Pandu dengan sisa kekesalanku
yang membuat dadaku sesak dan tidak tahan menahan
derasnya air mata karena sahabatku sendiri. Sangat tidak
lucu.
Kebetulan sudah jam 15.40 dan itu adalah waktu
pulang sekolah. Biasanya aku pulang bersama Pandu
menaiki motor kesayangannya yang bernama si bolex,
tapi mulai hari ini dan mungkin hingga kapanpun tidak.
Sebenarnya Pandu telah mengajakku pulang bersama tapi
aku menolaknya.
Aku bingung pulang bersama siapa dan akhirnya
aku berusaha mengirim pesan pada arkana agar ia
menjemputku.
39
15. 50
40
malah aku hancurkan keceriaannya. Bolehkah kita
kembali berbincang? Setelah sekian lama diriku tak kuat
menahan rindu untuk berbincang denganmu. Tak masalah
jika dirimu masih membenciku. Aku akan melakukan
yang terbaik untukmu.”
Sebenarnya aku kesal membaca tulisan itu,
menurutku ini hanyalah akal bulus dia yang entah kapan
dia akan menyakitiku kembali. Tapi aku terngiang ucapan
Arkana, ia ingin aku menyambung kembali tali
persahabatan dengan Pandu.
Aku balas dengan singkat “ya”, mungkin ini
terlalu kejam tapi ini sepadan dengan yang ia lakukan
kepadaku.
Kebetulan hari ini akhir pekan, pandu datang ke
rumahku pagi hari. Ia mencoba untuk membangun
hubungan denganku kembali tapi aku kurang
menggubrisnya. Ia mencoba meminta maaf berulangkali
dan menghiburku seperti biasanya saat aku sedih. Ia
memainkan lagu kesukaanku, ia bercerita tentang kisah-
kisah yang sangat aku sukai dan lainnya, tapi aku
menggubrisnya dengan sikap dingin. Bagai memercikkan
sebatang korek api di kutub es. Itu tak ada gunanya
kawan.
Lagipula ini sangat percuma, bukannya aku lebih
mementingkan pacarku daripada sahabatku yang telah ku
kenal semenjak usia 4 tahun. Tapi ini tentang sikapnya
padaku setelah berpacaran dengan arkana.
Sebelum-sebelumnya aku pernah punya pacar tapi
tak sampai begini masalahnya. Kenapa Pandu kenapa?.
41
Setelah kejadian itu Pandu mencoba untuk
meminta maaf padaku dengan cara yang bisa membuatku
luluh seperti ia sering mbawakanku makanan kesukaanku
yaitu cheese cake dan tiramisu cake.
Pada awalnya aku abaikan usaha perminta maafan
Pandu kepadaku. Tetapi semakin lama aku merasa
kasihan juga padanya. Ia seperti kehilangan sebagian
dirinya, seperti ia tidak bersemangat untuk main di luar
setelah pulang sekolah.
Pada tanggal 20 Oktober ini akhirnya aku
memaafkan dia walaupun sebenarnya hatiku masih terasa
sakit ketika ia menjelek-jelekkan pacarku.
Hari demi hari hubunganku membaik dengan
Pandu, tapi sebaliknya Arkana semakin sibuk hingga
kami jarang berkabar apalagi bertatap muka.
Pandu kembali mengisi hari-hariku. Kini ia
berubah, tidak bersikap “cemburu” kepada Arkana. Tetapi
Arkana masih saja sulit untuk dihubungi. Akupun mulai
curiga.
Tiap menit aku kirim pesan singkat kepadanya
tetapi dia balas satu jam kemudian atau bahkan sampai
lima jam kemudian, padahal status aktivitas dia itu online
yang berarti dia sedari awal memegang handphone,
apakah tidak sempat membalas pesan singkatku?. Ini
sungguh menyakitkan Arkana, walaupun terlihat sepele.
Setiap aku tanya kenapa bisa dia bersikap dingin
seperti ini padaku dia selalu menjawab dia sedang sibuk
mempersiapkan dirinya menjadi seorang calon polisi.
42
Memang aku tahu cita- cita ia sebenarnya itu
menjadi seorang polisi yang mengabdi pada bangsa.tapi
apa salahnya untuk berkabar denganku.
Apakah aku telah menyia – nyiakan waktunya
sehingga kini ia sangat sibuk sekali. Ah, entahlah.
Mungkin aku perlu bersabar.
Ia menjanjikan padaku bahwa setiap hari sabtu
dan minggu ia akan berjumpa dan menghabiskan waktu
denganku. Tapi apa nyatanya ia mengingkari janjinya.
Aku ceritakan semuanya pada Pandu. Pandu
merasa geram akan sikap Arkana akhir-akhir ini. Pandu
menyarankanku agar menyelidiki Arkana. Jika terjadi
apa-apa Pandu yang akan maju paling depan.
Aku merasa bersyukur mempunyai sahabat seperti
Pandu yang peduli dan siap membela sahabatnya
kapanpun dan dalam situasi apapun.
Aku dan pandu mulai menyelidikinya. Saat aku ke
rumahnya Arkana tidak ada, di rumah temannya pun tidak
ada, di tempat latihan pun Arkana tidak ada. Aku bingung
harus menyelidikinya kemana. Aku hampir menyerah.
Disaat aku jenuh mencari dan menyelidiki
Arkana. Saat aku ingin menyerah tiba-tiba Arkana lewat
memboncengi seorang perempuan dengan bermesraan.
Dadaku sesak dan ingin ku berteriak tapi tidak bisa yang
aku lakukan hanya menangis. Pandu yang melihatnya pun
begitu marah. Kami mengikuti mereka.
“Arkana, oh jadi gini selama berminggu-minggu
kamu beda sama aku sekarang aku ngerti”
“Eh lo jadi cowok maruk amat sih, ini sahabat gue
lo selingkuhin. Bukannya bersyukur lo punya pacar yang
43
suka ngertiin lo. Lo sibuk dia ngerti kalau lo intensif
belajar masuk kepolisian. Eh lo nya keenakan jalan sama
cewek lain. Lo kalo gini terus udah jauhin lah sahabat
gue”
“Sorry ya bro gak usah ikut campur, ini masalah
gue sama Yaya. Lo itu cuma sahabatnya. Lo diem aja lah
gak usah banyak bacot.”
“Aku setuju sama Pandu. Udahlah daripada kamu
gini mending kita putus aja. Aku capek. Selama
berminggu-minggu aku ngebatin kaya gini ngertiin kamu
terus. Kamu nya gak ada timbal balik buat aku. Aku jenuh
Na. Udah sampai sini aja maaf kalau aku lebih buruk dari
cewek yang disamping kamu sekarang. Makasih untuk
waktu luangnya buat aku.”
Aku langsung pergi bersama Pandu. Kekesalanku
memuncak. Aku tidak bisa menahan rasa ini. Setelah 2
tahun aku menjalin hubungan dengan Arkana diakhiri
dengan kejadian seperti ini.
Aku capek, aku muak, aku kesal. Beruntungnya
Pandu menyuport ku agar aku bisa bangkit melupakan
Arkana tapi rasa sakit ini tidak bisa hilang secepat itu.
Benar kata Pandu bahwa Arkana itu bukanlah
sosok yang baik, ia adalah cowok terbrengsek yang aku
kenal.
Luka akan Arkana pun sembuh seiring
berjalannya waktu. Hubunganku dengan Pandu menjadi
sangat dekat. Tapi akhir-akhir ini Pandu berbeda.
Pandu mencoba menjauh dariku. Lantas akupun
bertanya apakah yang terjadi. Tapi Pandu tidak pernah
menghiraukannya.
44
Pandu sering tidak sekolah. Pada saat aku
menengok ke rumahnya pun ia mendekam di kamar tidak
mau keluar.
Aku tanyakan apa yang terjadi pada Pandu, kata
ibunya Pandu sedang sakit dan sakitnya itu parah. Sesak
dadaku mendengarnya. Ingin rasanya aku menemani
Pandu, tapi ia menutup pintu kamarnya. Aku mencoba
meluluhkan dia dan ternyata berhasil.
Pandu sangat memprihatinkan sekali, ia terlihat
pucat dan badannya sedikit kurus. Aku menyuport dia
agar sembuh, menyemangatinya setiap pulang sekolah
dan akhirnya ia membaik.
Kami pun bisa bersekolah bersama kembali. Tapi
anehnya Pandu tidak mengizinkan aku untuk berangkat
sekolah bersama. Apa boleh buat, akhirnya aku berangkat
sekolah diantarkan Ayahku.
Tiba di sekolah aku berkegiatan seperti biasa.
Tiba-tiba ada suatu pengumuman “Innalillahi Wa Innaa
ilahi rooji’un telah meninggalnya teman kita, kakak kita
Pandu Megantara dari kelas XII IPS 3. Marilah kita
doakan agar jenazah diterima iman islamnya dan
dilapangkan kuburnya” aku kaget dan tak kuat menahan
diriku. Aku pingsan.
Saat sadar aku kembali menangis sejadi-jadinya
dan aku izin pulang. Sampai di rumah Pandu, ibunya
menghampiriku dan memelukku menangis aku pun tak
kuat menahan tangis.
Aku bertanya apa yang terjadi, ibunya bilang saat
ia berangkat sekolah menggunakan motor, ia kebut-
kebutan karena katanya ia senang bisa keluar kamar.
45
Tanpa disadari dari hadapan ada motor yang melaju
dengan kecepatan sama akhirnya saling bertabrakan dan
dua-duanya meninggal di tempat.
Aku tidak bisa menahan rasa ini, kenapa saat aku
sudah sembuh dari Arkana teman baikku teman kecilku
sahabatku meninggal dengan keadaan yang mengenaskan.
Andai saja aku melarangnya untuk berangkat
sendiri mungkin aku bisa menghindarkannya dari
kejadian ini.
Aku penasaran siapa korban satu lagi. Tanpa
disangka orang itu adalah Arkana. Arkana yang pernah
siggah dihatiku selama 2 tahun yang kenangannya begitu
banyak denganku, kini ia pergi juga.
Katanya Arkana ingin menemuiku, ingin meminta
maaf padaku atas kesalahannya itu. Tapi apa boleh buat,
ini sudah takdir.
Dan yang tak kusangka tiba-tiba ibunya Pandu
memberiku sebuah diary Pandu. Aku baca sampai habis.
Ternyata sedari awal masuk SMA dia menyukaiku tapi
selalu dia simpan karena tidak mau persahabatan kami
rusak.
Sesak dada ini. Aku tidak bisa menerimanya.
Seakan cobaan ini datang disatu waktu dengan berlipat-
lipat.
Aku sangat terpukul dengan kejadian ini. Dua
orang terkasihku meninggalkanku di tempat dan waktu
yang sama dan dengan tujuan yang sama untuk
mengembalikan hatiku agar tidak rapuh kembali.
Tapi apa yang menjadi maksud mereka kini
membuatku lebih rapuh bahkan sangat rapuh. Dan aku
46
merasa kering seperti musim kemarau panjang yang
kekurangan air dan tidak menemukan titik-titik air hujan
untuk menyegarkannya kembali.
47
Memeluk Angkasa
Saat aku menatapmu, penuh sesak sosok sang
sempurna, ketika aku mencari diriku dimatamu,aku tidak
ada.
48
“ Balik aja ke rumah lo sendiri sa, kaya yang gak
punya rumah aja”
49
“Udah cukup Angkasa, lo mau bangkrut gara-gara
gue, tar bunda marahin gue gara-gara ngabisin duit lo”
“yaudah yuk, tapi mama masak kan?”
“masak dong”
Itu yang buat gue suka sama dia. Gue pengen coba
matahin asumsi kalau ada cewe dan cowo sahabatan pasti
salah seorang diantara mereka ada yang suka atau
menginginkan lebih dari sahabat.
50
Tapi apa yang terjadi, gue malah ingin milikin dia
tapi gue juga gak mau merusak hubungan persahabatan
gue yang udah dibangun selama 12 tahun.
Tiba-tiba Angkasa masuk bawain gue makanan.
“Hayo looh lagi ngapain adinda”
51
“Halah jangan bohong lo, tenang aja Navya si
anak kecil nya gue, gue gak akan ninggalin lo walaupun
gue udah punya pacar”
“Kegeeran lo”
“Yaudah jawab, gue cocok gak sama Rahma?”
52
Angkasa masuk kamar gue tanpa sepengetahuan
gue. Dia liat gue nangis.
“Lo kenapa Nav, kok nangis gitu?”
“Gue capek Sa, PR nya banyak banget gue muak”
53
Andai aja lo tau apa yang gue rasain Sa. Gue
langsung ngirim pesan buat Angkasa.
54
“Heh kemana aja lo ngomongnya”
“Hahaha, ada apa sayang?”
55
“Tadinya gue mau sama Abang, tapi Abang masih
tidur. Yaudah gue sama Raja aja kan rumah kita deket,
Sa”
56
“Yeee aneh nih anak”
“emang”
57
“Maksudnya?”
58
persahabatan kita Sa? Gue ngerasa asing dan gak kenal
sama lo Sa.
59
Reyhan
60
Lalu aku mengantarnya ke toilet. Tiba-tiba si
cowok itu lewat, ia tersenyum padaku. Akupun membalas
senyumannya dan dia masuk ke dalam toilet.
Setelah Iqbal keluar dari toilet, kami pun kembali
menonton pensinya. Kami sangat menikmati acara pensi
ini. Kebetulan aku membawa kamera, aku foto saja apa
yang ada disana, dan kebetulan juga disana ada pameran
lukisan karya anak SMK ku.
Saat aku memoto lukisan-lukisan, tiba-tiba cowok
ganteng itu berjalan kearahku bersama teman-temannya.
Salah satu temannya cowok ganteng itu adalah temanku
yang bernama Amelia Anjani.
Amel meminjam kameraku untuk berfoto bersama
teman-temannya. Aku beri saja kamera ini. Lalu aku pun
kembali menonton acaranya sampai selesai dan meminta
kameraku kembali.
“Dy, nih kameranya makasih ya. Jangan lupa loh
kirim fotonya habis pulang pensi. Kudu dan wajib.”
“Santai bos, wani piro? Kamu ya, udah minjem
kamera orang minta fotonya harus gercep, buat apa sih
Mel?”
“Ah, pengen tau aja. Yaudah aku duluan ya, bye
sayang”.
Akupun bergegas pulang bersama Iqbal. Setelah
sampai di rumah, aku iseng melihat-lihat foto yang ada di
kameraku. Aku lihat ada beberapa foto si cowo ganteng
61
itu. Tanpa sadar, saat aku melihat fotonya, aku tersenyum-
senyum sendiri. saat aku melihat lebih detail, Amel
mengirim pesan padaku. Ia meminta foto-foto saat berada
di pensi. Aku pun langsung mengirimnya.
Keesokan harinya, aku membuka instagram dan
melihat banyak temanku yang nge-post foto kemarin saat
di pensi. Aku membuka instagram acara pensi kemarin
dan melihat di feeds nya foto cowok ganteng itu bersama
teman-temannya. Saat aku membuka bagian tag, ternyata
ia di tag dan ia bernama Reyhan Mahendra.
Aku mencoba untuk membuka instagramnya dan
ia nge-post foto yang dikirimkan dari kameraku. Lalu aku
iseng untuk komen fotonya itu: “Camera by:....”. Tidak
lama kemudian, Reyhan mem-follow instagramku dan
mengirim direct message padaku “follback dong mbak”.
Aku merasa Reyhan ini orangnya mengasyikan.
Aku balas saja pesannya itu “Udah ya mas”. Lalu
dibalasnya lagi “Makasih ya, makasih juga telah
meminjamkan kameranya. Saya jadi keenakan nih, hehe”.
Entah kenapa, aku senang sekali bisa
berkomunikasi dengan Reyhan walaupun via direct
message. Aku mencoba untuk stalk intagramnya dan ada
salah satu foto, ia berduaan dengan seorang wanita, hatiku
terasa hancur saat melihat dia sudah punya pacar. Tapi
tidak begitu hancur karena aku dan dia baru saja kenal,
mungkin ini hanya sebatas kekagumanku padanya saja.
62
Pada siang harinya, Iqbal mengunjungi rumahku.
Ia ingin bertemu dengan adikku, katanya. Pada saat aku
mengambil air untuknya, ternyata Iqbal mengoperasikan
handphone ku tanpa izin, ia melihat instagramku dan
membuka direct message, ia membaca pesanku dengan
Reyhan.
Saat aku kembali ke ruang tamu, Iqbal langsung
marah-marah padaku, ia cemburu melihat isi direct
message ku dengan Reyhan. Aku kesal, hanya masalah
sepele ini sampai-sampai dia marah dan membentakku.
Karena aku tidak mau berdebat, akupun mengalah dan
meminta maaf padanya.
Hari-hari berlanjut, hubunganku dengan Iqbal
membaik dan kembali seperti semula. Reyhan dengan
pacarnya itu sama sepertiku, mereka baik-baik saja
bahkan mengumbar kemesraan di Instagram.
Setiap tahun di sekolahku sering diadakan
pemilihan “Mojang Jajaka”. Setiap kelas harus
mengirimkan perwakilannya untuk diseleksi menjadi
mojang jajaka ini. Aku terpilih mewakilkan kelasku untuk
ikut bersaing dalam pemilihan mojang jajaka, kebetulan
Reyhan juga menjadi perwakilan kelasnya.
Seleksi demi seleksi aku lewati hingga akhirnya
aku lolos menuju semifinal. Disaat pemilihan mojang
jajaka inilah aku bisa lebih sering bertemu dengan
Reyhan. Disini kami, banyak mengobrol dan saling
63
menyemangati juga kami sering melemparkan candaan
satu sama lain.
Aku merasa nyaman berada di dekat Reyhan,
karena dia bisa membuatku merasa aman, sangat jauh
berbeda dengan Iqbal. Iqbal selalu marah-marah
walaupun hanya masalah sepele, dan itu membuatku
merasa takut.
Setelah selesai mengikuti seleksi, kami pun
mengobrol. Reyhan bercerita, ia sedang bermasalah
bersama pacarnya. Entah kenapa, aku merasa senang
mendengarnya. Tetapi, aku berusaha untuk
menyemangati Reyhan agar bisa berdamai dengan
pacarnya itu. Tiba-tiba, Reyhan memelukku dengan erat
dan mengucapkan “ makasih ya udah mau denger cerita
aku, udah mau semangatin aku makasih, kebetulan di
ruang seleksi hanya ada kami berdua. Aku sangat kaget,
tapi aku gak melepas pelukan ini, aku memeluknya balik
dan menenangkannya tapi disisi lain aku merasa nyaman
berada di dekapannya.
Reyhan pun melepas pelukannya. Lalu kami
berjalan ke depan sekolah. Iqbal bilang bahwa ia akan
menjemputku. Saat kami berjalan, tiba-tiba Iqbal datang
dan langsung menghajar Reyhan. Aku panik sekaligus
takut melihat Iqbal yang berubah sifatnya menjadi sangat
kasar. Aku mencoba melerai mereka dan menahan Iqbal,
tetapi Iqbal tetap berusaha menghajar Reyhan. Tanpa
sengaja, hajaran Iqbal mendarat ditubuhku, aku terdorong
oleh hajarannya hingga aku terjatuh. Disitu, aku tak kuat
64
menahan tangis. Betapa kasarnya seorang Iqbal yang dulu
dikenal sebagai pribadi yang lembut dan penyayang,
katanya. Tapi apa yang ia perbuat sekarang, tidak
mencerminkan itu semua.
Reyhan, dengan luka di bibirnya ia membantuku
untuk bangkit dan ia memapahku ke tempat yang lebih
aman. Iqbal tak bisa mengontrol emosinya saat aku
dibantu oleh Reyhan. Iqbal menarik paksaku dengan
sangat kasar agar aku pulang bersamanya. Bukannya aku
mau ikut, tapi aku sangat ketakutan berada dihadapannya.
Ia tidak layaknya seorang pacar yang menjaga dan
melindungi pacarnya agar tidak kesakitan, dia malah
membiarkanku kesakitan dan bersikap kasar padaku.
Sungguh aku capek. Aku tidak kuat lagi menghadapi
sikap Iqbal yang seperti ini. Saat itu juga aku memutuskan
hubunganku dengannya. Iqbal langsung pergi dengan
wajah merah dan penuh emosi.
Aku menangis sejadi-jadinya, aku sangat kecewa
terhadap apa yang dilakukan Iqbal padaku dan aku benci
pada Iqbal. Melihat aku menangis,Reyhan merasa iba
padaku dan ia memberi pelukan yang sangat hangat
padaku. Aku sangat nyaman berada di dekapannya, aku
merasa aman saat disisinya, aku bisa tenang saat ada
disisinya.
Setelah kejadian itu, aku diantar pulang oleh
Reyhan. Selama di perjalanan pulang, aku terus memeluk
tubuh Reyhan seakan tak mau kehilangan Reyhan yang
selalu memberikan kenyamanan untukku.
65
Beberapa hari kemudian, Reyhan mendapat kabar
bahwa pacarnya berselingkuh dengan lelaki lain. Reyhan
yang berusaha untuk mencintai pacarnya dengan penuh
kesetiaan ternyata mendapat pengkhianatan. Dengan
tampang tak berdosa,pacarnya mendatangi Reyhan dan
meminta putus pada Reyhan lalu ia pergi bersama
selingkuhannya. Reyhan merasa hancur.
66
Acara pun dimulai, ternyata tanpa diduga yang
terpilih menjadi mojang jajakanya adalah aku dan
Reyhan. Setelah acara pemilihan mojang jajaka selesai,
Reyhan mengantarku pulang. Saat di depan rumahku,
Reyhan berkata” kamu beneran cantik hari ini, hari-hari
lainnya juga kamu selalu cantik”.
“Bisa aja sih kamu Han” sambil salah tingkah
karea pipiku memerah. Lalu
“Dy, jadi pacar aku ya” kata Reyhan.
Ini saat yang ditunggu-tunggu, tanpa pikir panjang
aku mengangguk tanda setuju dan dibalas pelukan erat
Reyhan yang membuat aku sangat nyaman.
Akhirnya aku bisa pacaran dengan Reyhan. Ialah
penyelamatku dari cinta yang salah, yang jika aku
mempertahankannya betapa besar rasa sakit yang
dideritaku.
67
Sore
Banyak orang yang mengatakan cinta adalah
anugerah. Mereka membangga-banggakan keagungan
cinta. Bahkan mereka rela mengorbankan apa pun demi
cinta. Orang bilang, cinta itu tidak bisa dijelaskan tetapi
hanya dapat dirasakan. Katanya, cinta tidak akan pernah
pergi tetapi tetap ada dalam hati. Cinta bisa menjaga
perasaan yang dipercayakan. Mereka akan mengorbankan
apapun demi cinta walaupun itu sangat sulit. Tetapi, hal
itu tidak berlaku bagi gadis yang bernama Kayla.
Kayla Ataya yang tidak akan percaya tentang
adanya cinta dan kekuatannya. Ia sangat membenci cinta
karena berkali-kali cinta menyakitinya. Ketika ia berhasil
mendirikan benteng pertahanan, dengan mudahnya cinta
merobohkan benteng tersebut. Sudah terlalu dalam cinta
memakan hatinya.
Hari ini adalah hari pertamanya sekolah setelah
liburan akhir tahun.
”Kaylaaaaaaa, kangeeen” teriak Amira sambil memeluk
Kayla.
“kangen jugaaaaa, tapi gak usah kekencangan juga kali
meluknya” kata Kayla.
“eh iya lupa hehe, saking kangennya” kata Amira.
Hari pertama sekolah ia lalui dengan keceriaan.
68
Pada saat jam pulang sekolah tiba, ia melihat
mading sekolah dan ternyata ada poster perlombaan
melukis. “Kay, kamu coba ikut lomba itu deh, sepertinya
kamu bisa lagian kan lukisanmu bagus”kata Amira
membujuk. “Tapi aku tidak yakin Ra, ini kan lombanya
seprovinsi. Aku gak pede” kata Kayla tidak yakin. “aku
yakin kamu pasti bisa Kay” kata Amira menyemangati.
“aku akan coba” kata Kayla.
Setelah melihat poster itu, akhirnya Kayla
memutuskan untuk membeli peralatan melukisnya di
sebuah supermarket. Setelah pulang ke rumah, hal yang ia
takutkan terjadi, orang tuanya bertengkar hebat karena
suatu masalah. Ini yang ia benci dari cinta, katanya cinta
bisa membuat tenang dan ceria, tetapi pada kenyataannya
cinta membuat sakit.
Kayla langsung masuk kamar dan ia menangis
tersedu-sedu. Rasanya ingin menghentikan semua ini
tetapi apa daya ia yang hanya seorang anak tunggal dan
tidak mengerti apa yang terjadi. Ia langsung meminta
Amira untuk bertemu dengannya di suatu kafe.
“Kay kamu kenapa?”Tanya Amira. “Raa, mama
sama papaku bertengkar lagi, aku bingung harus
bagaimana. Saat masuk rumah orangtuaku lagi
bertengkar, padahal aku mau menceritakan tentang
perlombaan itu”kata Kayla sambil menangis “ Sudah kay,
sabar ini cobaan Allah untuk keluargamu, untuk masalah
menceritakan perlombaan bisa di ceritakan kapan
saja”kata Amira menenangkan. “ini kan cinta? Katanya
69
cinta bisa menceriakan jiwa siapapun, tapi ini, orang
tuaku malah bertengkar” kesal Kayla. “ Udah Kay, jangan
menyalahkan cinta. Ini tidak ada hubungannya dengan
cinta ini hanya sebuah masalah yang bisa diselesaikan.
Mungkin orang tuamu terjadi salah paham” sahut Amira
menenangkannya.
Sedikit demi sedikit Kayla mulai bisa tenang dan
bisa sedikit ceria. Dari mata Kayla terlihat walaupun ia
sedikit ceria tetapi ada goresan - goresan sakit. Tetapi
Amira tidak mempedulikannya karena apapun itu ia harus
menyemangati Kayla bukan malah bertanya-tanya
tentang apa yang terjadi.
Setelah Kayla mulai agak tenang mereka pulang.
Ketika Kayla masuk rumah untungnya sudah tidak terjadi
percekcokan. Ia masuk kamar dan mencoba untuk
melupakan hal itu. Ia mulai melukis tentang keluarganya,
di dalam lukisan itu ada seorang ayah, ibu, dan Kayla,
mereka terlihat bahagia diantara pohon yang rimbun dan
dengan suasana siang hari.
Kayla tidak habis pikir, mengapa orang-orang
sangat mendambakan cinta, mengagung-agungkan cinta,
padahal cinta yang dirasakannya hanya sebatas
membuatnya sakit, tidak hanya orang tuanya bahkan masa
lalunya bersama cinta pertamanya.
Keesokan harinya, ia bersekolah seperti biasa dan
ia memasang wajah ceria agar tidak diketahui teman-
temannya tentang apa yang terjadi. Hari ini pelajaran
70
PABP, Fisika, dan Matematika, hari itu adalah hari yang
membuat para siswa kelas XI MIPA 6 mengantuk.
Pada bel istirahat pertama, ia langsung mengajak
Amira untuk ke pergi ke kantin. Pada saat di kantin ia
bertabrakan dengan seorang kakak kelas yang bernama
Hazel “Eh maaf de, tadi kakak gak lihat-lihat” kata Hazel
meminta maaf. “iya kak maaf juga” kata Kayla.
Sejak kejadian itu Kayla dan Hazel mulai dekat
dan berbagi nomor telepon dan sosial media. “Cie..cie..
ada yang lagi jatuh cinta” kata Amira menggoda.
“Ih jangan gituuu, ini cuma dekat sebatas sahabat aja”
kata Kayla malu.
Keadaan Kayla mulai membaik ia tidak
berprasangka buruk mengenai cinta. Semakin lama
hubungan Kayla dan Hazel semakin dekat tetapi ada satu
hal yang mengganjal di hati Kayla, yaitu mantan
kekasihnya, Dean.
Dean menghubunginya kembali setelah satu tahun
ia tidak berkomunikasi dengannya. Dean merasa kangen
kepada Kayla tetapi, ditanggapi dengan dingin oleh Kayla
karena mengingat satu tahun lalu perlakuan Dean
terhadapnya.
Dean memutuskan hubungannya dengan Kayla
secara sepihak. Dean memutuskan Kayla hanya gara-gara
ia menemukan wanita lain dan pada hari itu hubungan
Dean dan Kayla adalah Hari Anniversary mereka yang ke
71
2 tahun. Betapa sakit hatinya Kayla saat mengingat
kejadian itu.
Dean terus menghubungi Kayla. Kayla tidak habis
pikir mengapa seorang Dean yang dulunya membuangnya
secara sadis tetapi kini ingin menariknya kembali dalam
suatu hubungan.
Perlombaan melukis pun akan dimulai besok.
Kayla mulai mempersiapkan mental dan fisiknya untuk
menghadapi lomba tersebut. Keadaan orang tuanya pun
membaik sehingga ia lebih semangat untuk menghadapi
esok hari.
Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai dan
disana hadir orang tuanya, Amira, dan Hazel. Tanpa
disangka Hazel datang untuk menyemangati Kayla. Di
tengah perlombaan, ada hal yang membuat terkejut yaitu
kehadiran Dean, ia menemani seorang wanita dan ia
bermesraan. Walaupun Kayla telah move on tetapi ia
merasa kesal dengan sikap Dean.
Perlombaan berjalan lancar dan diakhir acara
diumumkan siapa pemenangnya. Kayla tidak menjadi
juara pertama tetapi ia menjadi juara ketiga. Walaupun
tidak menjadi juara pertama ia sangat senang karena
keluarganya telah kembai harmonis dan banyak yang
sayang kepadanya.
Pada sore harinya, ia diajak ke sebuah kafe oleh
Hazel, ia memberi kejutan pada Kayla. Ia memainkan
piano untuk Kayla dan ia meminta Kayla untuk jadi
72
pacarnya. Tanpa pikir panjang Kayla menyetujui
permintaan Hazel.
Hari demi hari dilalui mereka bersama. Ia mulai
mengubah pendapatnya tentang cinta. Kini benar menurut
orang-orang cinta bisa membuat senang dan ceria. Kini ia
menyukai sore hari karena di sore hari adalah waktu yang
special bagi Kayla dan Hazel.
73
Sempit
Aku Amara Putri adalah seorang mahasiswa
tingkat 2. Ya, memang aku seorang mahasiswa baru. Di
kampus aku sedang dekat dengan seorang kakak tingkat
yang bernama kak Ardian. Kak Ardian, aku kenal dia
semenjak masa ospek jurusan. Ia adalah salah satu panitia
dalma acara tersebut.
74
Aku mencari cara agar aku bisa menemukan kak
Bagja. Beruntungnya, aku memiliki kenalan, kaka tingkat
yang bernama Kak Sarah. Ia adalah teman dekatnya kak
Bagja. Aku bertanya kepadanya dimana posisi kak Bagja.
Ternyata kak Bagja ada di kelasnya kak Sarah.
75
“Ra maaf ya tadi kalau aku marah-marah. Udah
tuntutan pekerjaan, kalau aku gak marah aku yang
dimarahin Bagja, maaf ya. Jangan dimasukin ke hati”
“Iya kak gak apa apa, tenang aja”
“Yaudah, mau bareng ga sama aku pulangnya?”
“Gak usah kak, aku sama Vanya aja”
76
“Sendiri kak, kenapa?”
77
sedikit bercanda pokoknya aku senang bila ada di
samping Kak Ardian.
“Ada apa kak? Aku salah pakai baju ya? Atau ada
yang salah sama aku? Yaudah bentar ya aku mau benerin
baju aku dulu”
78
Tiba-tiba Kak Ardian mencium keningku. Aku
kaget. Ia pun langsung tersenyum. “Hmmm, tidur aja
kamu. Temenin aku ngobrol kenapa? Aku kan jadi
ngantuk kalau liat kamu ngantuk gini.”
“Apa kak?, ini cuma blush on, pipiku dari tadi kan
merah”
79
perempuannya juga. Banyak anggota komunitasnya yang
perempuan, aku kira hanya laki-laki saja.
80
aku. Kamu cari aja cewek lain. Jangan salahin Kak
Ardian. Kak Ardian gak tau apa-apa tentang masalah kita”
81
dia. Cukup jadi ingatan yang bisa hilang aja kak. Kakak
juga gak cerita kalau kakak sahabatan sama Barra”
82
Kami pun saling diam dan menikmati keindahan
langit. Di tengah kesunyian. Tiba-tiba kak Ardian
ngomong.
“Ra, mau ya jadi pacar aku?”
83
“Siap beb”
84
Rindu.
Kerinduan tetap menjadi kerinduan jika tak
tersampaikan.
85
untuk berbicara pada Daffa. Karena aku merasa kasihan
padanya, aku turuti kemauannya.
86
Saat pulang sekolah, aku beristirahat di kamar.
Ada pesan masuk dari Alifa ia memberikan kontak Daffa,
ia memintaku untuk mengirim pesan padanya.
Sebenarnya aku kesal, dia yang punya masalah kenapa
aku yang ribet mengurusnya. Urusan diriku juga sangat
banyak.
87
Semakin hari, Daffa juga sering curhat padaku.
Aku bilang jika ini membebani mereka kenapa mereka
tidak mengakhiri saja hubungannya.
88
Aku menerimanya. Iya aku menerimanya, dengan
segala konsekuensi yang harus diambil, yaitu Alifa
sahabatku sekaligus mantan kekasih pacarku sekarang.
Bukannya aku tidak punya hati, tapi jika aku menuruti
kemauan Alifa terus menerus ia akan lebih bersikap
kekanak-kanakan.
89
“Daffa, semangat ya sayang bentar lagi kamu
kuliah. Jangan jenuh kalau belajar, ingat saja apa yang
akan kamu raih jika kamu rajin”
90
“Daff, bilangin mantan kamu gih, dia sering
banget nyidir aku di media sosial. Liat aja nih dia bikin
instastory nyindir gini” sambil aku berikan hp ku.
91
Kami pun langsung pergi dan pulang, sebelum
pulang kami memutuskan untuk makan di sebuah kafe
dekat sekolah.
92
Aku pun menurutinya. Lalu ia mendekatiku.
Semakin dekat dan bahkan jarak diantara kami hanya
sedotan minuman. Ia pun mencium keningku.
93
Daffa pun merasakan ada yang beda denganku.
94
“Aku serius Daf, aku gak tau lagi harus ngomong
apa. Tapi kini aku jujur sama kamu. Aku bosan aku jenuh
aku udah males sama kita. Ini bukan salah kamu ini bukan
salah siapa-siapa tapi ini murni aku sendiri yang ingin
putus. Sekali lagi maafin aku Daf”
95
Aku membalasnya dan menyetujuinya
permintaannya. Disitu aku seneng banget bisa chat lagi
sama Daffa. Entah kenapa rasa ini muncul kembali.
96
“Dari dulu juga aku cantik, kan itu yang buat kamu
mau sama aku”
“Ih bukan gitu, ini beda”
“Yaudah yuk mau kemana?”
“Udah ikut aja”
97
Dia pun bilang yaudah kita sampai sini aja
mungkin aku gak baik buat kamu.
98
Tentang Penulis
99
100