Anda di halaman 1dari 73

@Isma_Aliyah_Rahmawati

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT. atas rahmat
dan karunia Nya, sehingga Novelet ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Tidak lupa pula shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW. Karena beliaulah yang merubah zaman
kelam menjadi zaman yang yang terang yakni
Addinul Islam.
Novelet yang berjudul “Andai” bercerita
tentang kisah seorang wanita yang memiliki
perasaan tidak biasa kepada laki-laki yang sudah
menganggapnya sebagai adik sendiri. Wanita ini
memendam perasaan nya di balik topeng
senyuman yang setiap hari selalu ia suguhkan.
Saya sadar bahwa karya saya masih jauh
dari sempurna, untuk itu saya berharap kepada
para pembaca yang budiman, agar bersedia
memberikan masukan kepada saya demi
meningkatkan kualitas kepenulisan saya, sehingga
saya lebih semangat dan selanjutnya bisa
menghasilkan karya-karya yang lebih baik lagi serta
dapat membuat para pembaca semakin menikmati
hasil karya saya.
Demikian novelet yang saya buat, semoga dapat
memberikan inspirasi, motivasi dan manfaat untuk

i
para pembaca yang memiliki kegemaran
membaca.

Gresik, 07 Desember 2020


Isma Aliyah Rahmawati

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................... i


Daftar isi .................................................... ii
Prolog .......................................................... 1
Bukan Orang Lain ..................................... 5
Tenang, Ada Aku ..................................... 12
Flashback Kenangan di Bus ..................... 20
Flashback Berita Perjodohan .................... 26
Hubungan Dua Keluarga ............................ 33
Tercipta Lagi Kenangan ............................ 38
Semakin Sulit diSembunyikan ..................... 47
Bukan Mimpi [End] .................................... 56
Epilog ........................................................ 64
Tentang Penulis ........................................ 67

iii
Prolog

Nyaman. Iya, semacam rasa nyaman.


Sebagian orang ada yang sengaja
menciptakannya, dan ada juga yang tanpa sengaja
terjebak di dalamnya.
Jika sudah terbiasa untuk bersama, maka
rasa nyaman itu akan hadir dengan sendirinya. Kita
tidak pernah tau darimana rasa itu datang dan
kapan rasa itu mulai berkembang.
Mungkin itu yang sedang aku alami saat ini.
Namaku Adira, wanita yang terbilang ceria dan
selalu enggan jika berhubungan dengan cinta.
Emm, bukannya enggan sih ya, mungkin hanya
trauma saja akibat cinta monyet dulu yang pernah
merusak hari-hariku.
Aku adalah aktivis yang sangat senang
berkegiatan. Saat ini aku menempuh pendidikan S1
di salah satu universitas yang ada di surabaya,
meskipun menjadi mahasiswi, tapi aku tidak pernah
meninggalkan organisasi yang ada di desa,
kecamatan, dan kabupaten.
Sekarang Aku telah berumur 20 tahun.
Kalau di lihat dari umurnya sih memang sudah

1
waktunya memulai hubungan percintaan dengan
keseriusan.
Aku terlahir menjadi sosok yang
sederhana, ramah dan murah senyum. Mungkin
karena itu aku sering di juluki teman-teman sebagai
orang yang mudah bergaul dengan masyarakat
sekitar baik laki-laki maupun perempuan.
Namun, jika ada laki-laki yang berterus
terang ingin mendapatkan hatiku, entah kenapa
sikapku berubah menjadi dingin dan sangat cuek
kepada mereka, sekalipun mereka adalah teman
dekatku.
Mungkin karena sikap dinginku kepada
laki-laki yang seperti itu, membuat mereka para
laki-laki bersembunyi di balik topeng pertemanan
Entah itu karena memang sayang atau hanya
sekadar penasaran.
Aku mempunyai kakak laki-laki. Namun
aku jarang sekali meminta bantuan kepada
kakakku jika ada tugas kuliah, karena aku sadar
kalau kakak pasti punya kesibukan sendiri, terlebih
lagi kakak sudah berkeluarga. Jadi, aku memilih
untuk tidak merepotkannya.
Sebelum kakakku menikah, kakak pernah
berpesan kepadaku. “Adira, jadilah wanita yang

2
tidak mudah di dapat, namun beruntung jika di
miliki. Jadi, jika memang ada laki-laki yang serius
sayang sama kamu, maka setidaknya biarkan ia
berjuang terlebih dahulu, jangan mudah terbawa
perasaan oleh rayuan gombal laki-laki, jika kamu
tidak ingin sering sakit hati.” Pesan kakak
kepadaku.
Jika dipikir-pikir memang ada benarnya
juga nasihat dari kakakku, tapi sebenarnya aku
sedikit heran karena baru kali ini aku melihat sisi
bijak dari seorang Romi, kakakku. Padahal
biasanya aku dan kakak selalu saja bertengkar
meski hanya karena masalah sepele, seperti kucing
dan tikus.
Aku memang wanita yang benar-benar
teguh dalam menutup pintu hati, sulit sekal bagiku
percaya kepada laki-laki yang baru saja datang
dalam hidupku dan langsung menyatakan
perasaannya kepadaku.
Aku sangat sulit membuka pintu hati
kepada mereka yang tidak jelas kehadirannya,
karena dalam kamus percintaanku, dia yang benar-
benar ingin memiliki, pasti perjuangannya tidak
akan terhenti. Alasan lain kenapa aku lebih memilih
untuk menutup hati adalah Dia. Iya, dia yang aku
cintai dalam diam, dia yang selalu menemaniku,

3
membantuku, menasehatiku, memperdulikanku,
dan dia yang selalu menganggapku sebagai
adiknya.
Namanya Fairuz. Biasanya aku
memanggilnya dengan sebutan Mas Fairuz. Dia
adalah satu-satunya laki-laki yang menguasai
hatiku. Sosok laki-laki yang sangat cuek kepada
perempuan lain. Namun begitu peduli kepada ku.
Sayangnya, rasa peduli itu sama sekali tidak seperti
yang aku harapkan.
Bahkan untuk semua waktu yang telah
kami habiskan, aku hanya tetap menjadi aku.
wanita yang sulit membuka pintu hati kepada laki-
laki, meskipun telah tersakiti berulang kali. .

4
~1~
Bukan Orang Lain
Matahari muncul begitu cerahnya, seperti
halnya Adira yang siap memulai hari dengan wajah
cerianya. Wanita yang lahir di kota Gresik ini
memang memiliki wajah yang ceria sekalipun ia
sedang bersedih.
“Apapun keadaanmu, tetaplah tersenyum.”
Begitulah prinsip Adira selama ini. Apapun yang
terjadi harus di hadapi dengan senyuman.
Adira adalah aktivis yang sangat menyukai
organisasi. Sudah banyak organsasi yang telah ia
ikuti, baik tingkat desa, kecamatan maupun
kabupaten.
Adira berkuliah di salah satu universitas
yang ada di Surabaya. Dengan jarak yang lumayan
jauh dari kota kelahirannya, ia memilih untuk tinggal
di kos yang ada di dekat kampusnya.
Keluarga Adira awalnya tidak setuju kalau
Adira tinggal di kos, namun karena ada yang
membantu Adira untuk meyakinkan, sehingga
orang tua Adira menyetujui permintaan Adira
tersebut.

5
Adira bisa dibilang gadis yang mandiri, ia
sudah bisa memasak saat masih kelas 6 SD.
Meskipun saat itu ia masih belepotan masaknya,
tapi sekarang ia sudah bisa masak seperti seorang
ibu rumah tangga pada umumnya. Karena kalau
ibunya sedang sakit, ialah yang menggantikan
ibunya sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Sekarang ia sudah hidup sebagai
mahasiswa kos yang semua harus dilakukan
sendiri, dengan adanya pengalaman dari rumah,
orang tua Adira tidak khawatir lagi dengan
kesehariannya.
Pagi itu Adira tidak sempat memasak,
karena ia telat bangun. Biasanya Adira bangun
sebelum subuh, namun karena sekarang ia sedang
masa haid, jadi ia sedikit bermalas-malasan dan
tidak sempat untuk memasak.
Adira memilih untuk sarapan di kantin
dengan temannya. Ia bersiap-siap untuk pergi ke
kampus. Biasanya ia selalu pergi bersama teman-
temannya satu gang kos. Namun hari inikarena
Adira telat bangun, maka teman-temannya di minta
Adira untuk berangkat terlebih dahulu.
Setelah sampai kampus, ia mengikuti mata
kuliah dengan baik seperti biasanya. Saat

6
memasuki mata kuliah jam ke 2, tiba-tiba ada kabar
dari teman sekelasnya kalau dosen pengampunya
tidak bisa datang. Jadi ia dan teman-temannya
memilih untuk pergi ke kantin mengisi perut
kosongnya.
Setelah makan bersama teman-temannya,
Adira ingat kalau ada janji dengan kakak seniornya
di kedai kopi dekat kampus, ia langsung pamit
kepada teman-temannya dan berangkat menuju
kedai kopi tersebut.
Setelah sampai di kedai kopi, ia melihat
mbak Ani sudah menunggunya di meja nomor 8. Ia
langsung menuju meja tersebut.
Basa-basi adalah kebiasaan wanita saat
bertemu, setelah lama basa-basi tiba-tiba Adira
dikagetkan dengan apa yang di sampaikan mbak
Ani.
“Duh gustii.. mbaaaaaak.. (setengah
berteriak) jangan aku dong, plis.. yang lain aja
yaaa... ya ya ya..” rengek Adira sedikit keras saat ia
di tunjuk sebagai penerus seniornya sebagai
komandan atau ketua di organisasinya. Saking
terkejutnya ditawari menjadi ketua, ia sampai lupa
kalau ia sekarang sedang ada di kedai kopi yang
banyak pengunjungnya. Bagi Adira, amanah

7
menjadi ketua adalah hal yang sangat berat,
terlebih ini adalah tingkat kabupaten. Sebab itulah
ia langsung menolak tawaran dari seniornya.
“Adiraaa.. ga boleh gitu dong, kamu itu
sudah dipercaya sama mbak mas mu. Seperti
semboyan organisasi kita, siap ga siap, pokoknya
harus siap. Jadi, mbak minta tolooong banget sama
kamu, kamu mau ya menerima amanah ini? Ini
bukan hanya keputusan mbak saja Adira, tapi ini
keputtusan dari semua pengurus lama, ayolah
Adiraaa.. mau ya?.” Ucap mbak Ani dengan nada
memohon.
“Hmmmm, haduh mbak, makin mumet aja
nih kepaalaku mbak huhuhu. Aku kan sudah jadi
ketua organisasi lain di kecamatan mbak, masa aku
harus jadi ketua di sini juga huhuhu” Adira yang
terus saja meregek karena memang tidak mau
dijadikan ketua oleh mbak dan mas seniornya.
“Adira, dengerin mbak, kamu katanya mau
jadi orang yang bermanfaat, tapi di kasih amanah
kaya gini saja kamu langsung menolak mentah-
mentah tanpa mencobanya terlebih dahulu, mbak
yakin kok kamu pasti bisa ngehandle semuanya.
Plis Adira, disini tidak ditemukan agi kriteria selain
kamu, kamu mau ya..?” mbak ani terus memohon

8
kepada Adira, kali ini kata-kata dia sedikit
membuatnya berpikir.
Usai memikirkannya, akhirnya Adira
menerima tawaran mbak Ani. Setelah mendengar
kata-katanya Adira menjadi berubah pikiran dan
merasa tidak enak dengan senior-seniorya kalau ia
terus menolak tawaran mereka.
Setelah ia menerima tawarannya, mbk Ani
sangat lega dan mohon izin untuk pamit lebih dulu
dari kedai kopi itu karena mbk Ani ada janji dengan
teman lainnya.
Mbak Ani adalah kakak tingkat Adira, dia
sekarang sudah memasuki tahap skripsi, jadi ia
berencana melepas jabatan yang menurutnya
sedikit lebih berat dari yang lainnya.
Kebetulan kedai kopi yang ditempati
mereka adalah kedai kopi yang lumayan dekat
dengan kampus. Jadi, Adira tidak terlalu buru-buru
kembali ke kampus dan lebih memilih untuk
mengerjakan tugas di kedai kopi itu.
Saat Adira sedang serius mengerjakan
tugas, tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki yang
tidak begitu asing di telinganya. Posisinya saat itu
memang bisa di bilang sangat dekat dengan meja

9
kasir. Jadi, ia bisa mendengar jelas suara orang
yang membayar tagihannya.
“Bro, ini sekalian sama meja nomer 8,
berapa jadinya?.” Ucap laki-laki itu dengan mas-
mas penjaga kasir sambil jarinya menunjuk ke arah
Adira. Saat dia bilang meja 8 sekalian, Adira
langsung menoleh ke arah kasir, dan benar saja, itu
adalah suara Fairuz yang akrab ia panggil dengan
Mas Fairuz, orang yang berhasil membantunya
meyakinkan orang tuanya dulu untuk ngekos di
dekat kampus.
Saat itu mata mereka sempat bertemu
sekejab dan Mas Fairuz langsung melempar
senyuman kepada Adira, ia yakin wajahnya saat itu
sedang memerah. Namun, ia tidak menghiraukan
wajahnya dan langsung membalas senyuman mas
Fairuz serta berusaha bersikap seperti ia yang
biasanya. Meskipun hatinya dag dig dug seer hehe.
Usai membayar, mas Fairuz menghampiri
mejanya, semakin mas Fairuz mendekat,
jantungnya semakin sulit di kendalikan. Namun,
bukan Adira kalau tidak pandai berpura-pura biasa
saja di depannya.
“Tadi sempat lihat kamu debat sama mbak-
mbak. Ada apa?” tanya mas Fairuz dengan

10
ekspresi wajah penasaran ketika sudah sampai di
mejanya dan langsung duduk di kursi yang ada di
depan Adira.
“Loh, ternyata mas Fairuz dari tadi disini
toh. Eh mas, kok di bayarin lagi sih. Hemmm
kebiasaan deh kaan aku jadi gaenak” Jawab Adira
seakan mengalihkan pertanyaan dia tadi. “Kalau
mas Fairuz tau aku menerima tawaran jadi ketua,
dia pasti bakalan ngoceh panjang lebar nih, duh
jangan sampai ketahuan.” (kata Adira dalam hati).
“Dih, kaya aku orang lain aja. Biasanya
juga seneng kalau di bayarin. Huuuu” kata mas
Fairuz sambil mencubit hidung Adira dengan
ekspresi greget. Perlakuannya selalu sukses
membuat jantung Adira ingin pergi dari tubuhnya.
Meskipun ia sudah sering mendapatkan perlakuan
seperti itu dari Mas Fairuz.

11
~2~
Tenang, Ada Aku
Seperti biasa, Adira hanya bisa berpura-
pura biasa saja dengan perlakuan Mas Fairuz yang
selalu membuat jantungnya nyaris pindah dari
tubuhnya.
“Ih mas Fairuz mah, malu tuh di lihat
banyak orang.” Kata Adira dengan nada sedikit
bete sambil telapaknya memukul tangan Mas
Fairuz yang masih menempel di hidung mungilnya.
Adira memang merasa kurang nyaman di
lihat banyak wanita yang ada di kedai kopi itu,
karena Adira tau kalau Mas Fairuz adalah Laki-laki
yang cukup populer di kalangan kampusnya.
Bagaimana tidak? Mas Fairuz bukan hanya punya
wajah yang tampan, namun ia juga berhasil meraih
julukan Dosen termuda di jurusan Adira. Tidak
sedikit teman-teman Adira yang menyatakan
perasaannya terang-terangan di depan Mas Fairuz.
Namun, meskipun banyak fans, tapi Mas
Fairuz tetap memasang wajah dingin di depan
wanita-wanita yang ada di kampus, mungkin karna
memang ia sudah mempunyai kekasih yang ada di
kampus yang berbeda.

12
Akan tetapi, meskipun Mas Fairuz bersikap
cuek kepada semua wanita yang ada di kampus,
namun ia berbeda terhadap Adira. Itulah yang
membuat teman-teman Adira iri dengannya.
“Hmm.. Iya deh.. sekarang udah besar,
udah bisa protes yaa.” Ucap mas Fairuz seraya
menghentikan tangannya dengan bibir sedikit
terangkat.
Begitulah mas Fairuz, perlakuannya selalu
saja membuat jantung Adira berdegub kencang,
Adira tidak menanggapi perkataannya, Adira
kembali fokus ke laptop untuk mengerjakan
beberapa tugas yang sangat membuat pusing
kepala.
Adira tidak menanggapi perkataan Mas
Fairuz karena ia takut jika perasaan yang sudah
lama ia pendam akan semakin bertumbuh besar
kepadanya.
Adira tidak mau hal itu terjadi, karena Mas
Fairuz sudah memiliki kekasih dan ia hanya
mengaggap Adira sebagai Adiknya saja.
“Ngerjain apa sih dek, aku di cuekin gini.”
Protes mas Fairuz saat Adira tidak menanggapi
perkataannya dan memilih untuk fokus ke
laptopnya.

13
Adira hanya menanggapi dengan
mengangkat alisnya tanpa menjawab pertanyaan
dari mas Fairuz sambil terus fokus ke laptop. Saat
ia fokus ke laptop, tiba-tiba mas Fairuz sudah ada
di belakang Adira dan melihat apa yang sedang
Adira kerjakan.
“Apa sih maaaas, udah sana kembali
duduk. Aku pusing nih, hmmmm.” Kata Adira sambil
menghela nafas dan menggerakkan tangannya ke
atas kepalanya sambil memejamkan mata.
“Apa sih? Kenapa? apa yang bikin pusing?
Sini coba aku lihat.” Kata mas Fairuz yang sudah
mengambil posisi duduk di kursi samping Adira.
Tangannya dengan cepat mengambil alih laptop
Adira dan dengan wajah serius ia melihat tugas
yang ada di layar laptop Adira.
Adirra hanya diam sambil sesekali
memperhatikan wajah mas Fairuz yang sedang
serius menghadap layar laptop.
“Orang Cuma di suruh buat poster aja
ngeluhnya udah kaya di tinggal nikah, uu dasar
adek jelek.” Ejek mas fairuz sambil tangannya
mencubit kecil hidung mungil Adira lagi.

14
“Mas.. sakit tau.. hih kok.” Adira yang
mengeluh karena perlakuan Mas Fairuz yang terus
saja mencubit hidungnya.
“hahaha.. yaudah ga usah bingung, ntar
aku kerjain. Tugas dari mata kuliah apa sih emang?
Kok pake bikin poster segala? Ha?” tanya mas
Fairuz kepada Adira.
Adira yang baru saja mendengar kata “Aku
kerjain” langsung girangnya minta ampun.
Bagaimana tidak, ia memang sangat lemah dalam
hal edit mengedit, dan Mas Fairuz adalah orang
yang paling ahli dalam hal mengedit. Jadi, ia
bersyukur banget ada mas Fairuz yang mau
membantunya.
Selalu saja begitu, Mas Fairuz memang
benar-benar seperti kakak kandung Adira. Ia selalu
ada saat Adira butuh apapun.

Dulu saat Adira masih duduk di bangku


sekolah menengah atas pun Mas Fairuz selalu
membantunya dalam hal pengerjaan tugas atau
hal apapun yang Adira tidak bisa lakukan.

Setelah banyak mengobrol akhirnya


mereka berdua memutuskan untuk pergi dari kedai
kopi tersebut. Mas Fairuz menagntarkan Adira

15
hingga depan gerbang kosnya, sudah menjadi
kebiasaannya kalau sedang keluar bersama.

Mas Fairuz memiliki adik perempuan,


namanya Alya. Alya saat ini masih duduk di kelas
12 sekolah menengah atas yang ada di salah satu
pesntren wilayah Surabaya.

Alya tinggal di pesantren dari kelas 7


sekolah menengah pertama hingga kini ia
menduduki bangku kelas 12 sekolah menengah
atas.

Alya juga cukup dekat dengan Adira.


Karena ia adalah teman masa kecil Adira.
Meskipun mempunyai umur berbeda, namun
karena sikap adira yang selalu ramah dan mudah
bergaul, jadi ia selalu berhasil untuk bergaul
dengan siapapun termasuk Alya yang notabenenya
adalah gadis cuek dan jarang bisa di ajak bergaul.

Alya sangat akrab dengan Adira, sehingga


kalau keluarganya sambang, selalu menitipkan
surat kepada Adira.

Pernah pada suatu ketika, saat keluarga


Alya sambang, Alya menitipkan surat kepada
keluarganya untuk Adira yang mengungkapkan

16
rasa kangennya dan permintaan agar Adira
mengunjunginya.

Assalamualaikum Mbak Adira..

Apa kabar Mbakku.. kapan Mbak Adira kesini.. aku


kangen banget sama Mbak..

Mbak kalau aku ulang tahun.. Mbak Adira kesini


dong.. Sudah lama Mbak Adira gak mengunjungi
Aku. kesinio ya Mbak sama Mas. Plisss.. Ya Mbak
yaa..

Udah dulu ya Mbak.. Alya sayang Mbak Adira.. Alya


Rindu Mbak Adira.

Sehat-sehat ya Mbak disana..

Oh iya mbak, ini dapat salam dari teman-teman kela


dan teman kamarku. Katanya kangen juga sama
mbak Adira..

Jaga diri baik-baik ya mbaak.. kami tunggu


kedatangan mbak Adira kesini...

Wassalamualaikum.

17
Begitulah isi surat Alya kepada Adira yang
mengungkapkan rasa kangennya dengan Adira.
memang mereka terbilang sangat akrab.

Adira memang dulu sering mengunjungi


Alya saat kamis kliwon, kebetulan saat kamis
kliwon ada acara pesantren yang diadakan setiap
kamis kliwon.

Namun, saat Adira sudah mulai memasuki


dunia perkuliahan, ia jarang sekali mengunjungi
Alya. mungkin terakhir kali mengunjungi Alya
adalah pada saat ia semester 3 kala itu.

Alya memang suka bermanja-manja


dengan Adira. Alya menganggap Adira adalah
kakak yang sangat bisa mengerti dia. Sebab itulah
Alya selalu mencurahkan isi hatinya kepada Adira.

Alya tergolong wanita yang super diam jika


belum kenal. Tingkahnya pun kadang cuek kepada
orrang lain meskipun itu perempuan.

Mungkin karena di pesantren jarang


berkomunikasi dengan orang luar, jadi ia malu
untuk berkomunikasi dengan orang lain.

18
Hal tersebut sangat berbeda dengan Adira
yang super supel dengan semua orang. Bahkan
Adira juga di kenal di kalangan pesantren Alya.
Karena dulu sering kesana, jadi Alya
memperkenalkan Adira kepada teman-teman kelas
atau teman kamarnya.

Karena sikap Adira yang pandai bergaul,


jadi tidak sulit baginya untuk memenagkan hati
teman-teman Adira.

19
~3~

Flashback Kenangan di Bus

Setelah Adira membaca surat dari Alya,


Adira merasa tidak enak dan memutuskan untuk
berkungjung kesana saat liburan semester.

Ulang tahun Alya kebetulan bertepattan


dengan liburan semester, jadi Adira memutuskan
untuk mengunjungi Alya pada saat itu.

Liburan semester tinggal beberapa minggu


lagi, settelah Ujian Akhir Semester para mahasiswa
yang ngekos akan pulang ke rumah masing-masing
dan memanfaatkan wakyunya bersama keluarga.

Karena liburan semester terbilang cukup


panjang, jadi Adira dan teman-temannya biasanya
memutuskan untuk bersenang-senang dirumah
masing-masing.

Waktu memang berjalan sangat cepat,


baru saja Adira memasuki semester empat,
sekarang mereka sudah hampir semester 5.

Dua minggu lagi liburan semester akan


datang, saat ini sudah memasuki minggu tenang.
Biasanya saat minggu tenang Adira pulang ke

20
rumah di bonceng sama Mas Fairuz. Namun kali ini
karena Mas Fairuz tidak pulang, maka Adira pulang
sendiri memakai sepeda motornya yang ada di kos.

Adira membawa sepeda motor ke kos


tujuannya untuk hal-hal yang mendesak. Seperti
organisasi diluar kampus yang harus di datangi.

Karena Adira sangat tidak suka naik mobil,


maka Adira memutuskan untuk membawa sepeda
motor ke kos-kosan untuk berjaga-jaga hal
demikian.

Dulu pernah saat Adira sambang ke


pesantren Alya yang ada di jombang. Oh ya,
sebelum Alya mondok ke surabaya, saat ia duduk
di sekolah menengah pertama, ia mondok di
jombang, lalu pada saat naik ke jenjang sekolah
menengah atas Alya pindah ke pesantren yang ada
di Surabaya.

Jadi, dulu waktu sambang ke pesantren


Alya yang ada di Jombang bersama Mas Fairuz, ia
berangkat menggunakan sepeda motor
bergoncengan berdua dengan Mas Fairuz.

Namun, saat hendak pulang tiba-tiba


sepeda motornya mogok. Utnung saja masih dekat

21
dengan pesantrennya Alya. karena disana jarang
sekali ada bengkel dan kalauopun ada itu
tempatnya juga sangat jaauh. Karena pesantren
Alya ada di daerah pedesaan.

Maka mereka memuruslan untuk kembali


ke pesantren Alya. awalnya mereka memutyskan
untuk menginap. Namun, tiba-tiba Mas Fairuz
mendapat telpon dari kawanya dan ada urusan
mendakak, jadi Mas Fairuz buru-buru untuk pulang
karena ada hal yang sangat mendesak yang harus
ia kerjakan.

Mereka berdua lalu memutuskan untuk


menitipkan sepeda motornya di pesantren Alya. lalu
di antarkan oleh ustadz ustadazah pesantren ke
jalan raya untuk naik bus.

Setelah sampai di jalan raya, mereka


menaiki bus yang menuju ke gresik. Baru saja
memasuki pintu masuk Bus. Adira sudah
menunjukkan ekspresi tidak kuat namun ia tahan
karena ia disana dengan Mas Fairuz. Ia merasa
malu kalau ia muntah di hadapan Mas Fairuz.

Namun karena kondisi dalam bus yang


sangat sempit dan tidak kebagian tempat duduk,
ditambah lagi udara malam yang sanat dingin

22
membuat Adira meraa tidak kuat untuk menahan isi
yang ada di perutnya. Namun ia masih berusaha
kuat untuk menahannya.

Setelah beberapa menit berdiri tidak


keebagian tempat duduk, akhirnya ada penumpang
yang turun dari bus, sehingga mereka berdua bisa
duduk berdampingan.

Saat itu Mas Fairuz membeli lumpia di


orang yang berjualan keliling dalam bus, tujuannya
untuk mengganjal perutnya.

Namun saat hendak memberikannya


kepada adira, Mas Fairuz melihat Adira kedinginan
dan wajahnya pucat.

Lalu ia buru-buru memberikan jaket yang ia


kenakan dan di kasihkan ke Adira. setelah itu ia
menawarkan lumpia yang sedang ia pegang.

Namun Adira menolak dan tidak kuaa lahi


menahan isi yang ada di perutnya. Lalu ia
memberikan kode kepada Mas Fairuz agar
memberikannya plastik untuk muntah. Lalu Mas
Fairuz dengan wajah panik mencarikan plastik ke
pak supir dan buru-buru ia kasihkan ke Adira.

23
Adira yang dari tadi tidak kuasa menahan
isi yang ada dalam perutnya, langsung
memuntahkan semua isi perutnya di samping Mas
Fairuz.

Adira membuang semua rasa malunya, ia


kaget kalau Mas Fairuz ternyata tidak jijik malah
membantu Adira mengeluarkan muntahnya dengan
memijit-mijit leher Adira.

Setelah mengeluarkan semua isi perut


dalam kresek, Mas Fairuz menyuruh Adira tidur di
pundaknya. Dan diselimuti jaket oleh Mas Fairuz.

Kejadian itu tidak pernah hilang dari


memori Adira. sejak itulah Adira menyimpan rasa
kepada Mas Fairuz.

Padahal sebelumnya Adira tahu kalau


mereka di jodohkan. Adira mengetahui kalau
mereka di jodohkan dari mulut Mas Fairuz sendiri.
Namun saat itu Adira belum mempunyai perasaan
apapun dengan Mas Fairuz, karena Adira tahu
kalau Mas Fairuz yang sudah memiliki kekasih
teman kelasnya sendiri.

24
Setelah mengingat kejadian itu, Adira
senyum-senyum sendiri sambil bersiap-siap untuk
pulang ke rumahnya.

Adira pulang ke rumah selama minggu


tenang, dengan tujuan agar tugas-tugas yang
numpuk bisa ia kerjakan di rumah dengan tenang
tanpa ada gangguan teman-temaannya yang
beberapa masih ada di kos-kosan.

Ia takut kalau minggu tenang tetap berada


di kos, ia tidak bisa fokus mengerjakan tugas
karena ajakan teman-temannya untuk jalan-jalan
keluar. Jadi ia memutuskan untuk pulang ke rumah
dengan sepedanya sendiri.

25
~4~

Flashback Berita Perjodohan

Dulu saat Adira kelas 9 sekolah menengah


pertama, Adira pernah mendapatkan tugas yang
lumayan sulit. Saat itu kebetulan ada Mas Fairuz di
rumah pak lik Adira yang juga masih saudara Mas
Fairuz.

Jadi, pak lik Adira menikah dengan Buk Lik


nya Mas Fairuz. Sebab itulah mereka sering
dipertemukan saat mengerjakan tugas. Karena
rumah Pak lik Adira berada di sebelah Rumah
Adira,.

Dulu memang Adira tidak punya Print, jadi


setiap kali mengerjakan tugas yang butuh di print,
ia selalu pergi kerumah pak lik nya. Begitupun
dengan Mas Fairuz.

Kebetulan saat itu ada Mas Fairuz di rumah


pak lik Adira. jadi saat Adira mengerjakan tugas, ia
dibantu oleh Mas Fairuz.

Pada saat itu, mereka berada di rumah Pak


lik dan Buk lik nya berdua saja, karena pak lik

26
berpamitan untuk menghadiri acara kondangan
bersama bu lek dan anaknya.

Pak lik berpesan agar tetap doisitu, karena


kata pak lik ia tidak lama perginya. Jadi Adira dan
Mas Fairuz memutuskan untuk tetap berada di
rumah pak lik nya tersebut.

Mereka berdua banyak diam dan memilih


fokus mengerjakan tugas. Mas Fairuz selesai lebih
cepat, lalu ia pergi ke dapur untuk memasak mie.
Memaang rumah pak liknya sudah mereka anggap
sebagai rumah sendiri. Jadi kalau mau masak ya
tinggal masak saja.

Setelah Adira sudah selesai mengerjakan


tugas, Adira menoleh ke arah Mas Fairuz tadi
berada, namun nihil tidak ada seorang punn dalam
ruangan tersebut.

Adira tidak sadar kalau dia di ruang kerja


pak liknya sendirian. Saking fokusnya ia
mengerjakan tugas, sampai ia tidak menyadari
kalau Mas Fairuz sudah pergi lebih dulu dari
ruangan pak lik.

Lalu Adira keluar dari ruang kerja dan


mendengar suara dari arah dapur, Adira sudah

27
berpikir kalau itu adalah Mas Fairuz. Lalu ia
melangkah menuju dapur dan ia tidak melihat Mas
Fairuz disana.

Ia mencari keberadaan Mas Fairuz dan


“Dooooooooooooorrrr” betapa kagetnya Adira
dengan tiba-tiba Mas Fairuz muncul di hadapannya
setelah bersembunyi di balik tembok.

Adira dengan spontan berteriak dan


menutup matanya. “AAAAAAAAAAA....” ia menjerit
dengan ketakutan.

Mas Fairuz yang tadinya berniat untuk


bercanda dengan Adira menjadi panik dan
langsung memeluk Adira.

“Tenang Adira.. ini aku jangan takut, jangan


takut yaa.. cup cup.” Uucap Mas Fairuz
menenangkan Adira.

Dengan nafas yang masih ngos-ngos an


akibat ketakutan dan kaget campur menjadi satu, ia
menempelkan kepalanya di dada Mas Fairuz
sejenak. Lalu ia mengangkat kepalanya dan
melepaskan dirinya dari pelukan mas Fairuz.
“Astaghfirullah mas Fairuzzz.. ya allah.. Jail banget

28
deh hemmmm... hihhhhh...” kata Adira dengan
mencubit lengan mas Fairuz.

“hahhahaha.. cengeng.. dasar cengeng...


gitu aja nangis” ejek Mas Fairuz sambil tertawa
keras menunjukkan ekspresi puas dengan
sikapnya.

“Tau ah.. Males sama kamu Mas, aku udah


selesai nugasnya mas, aku pulang dulu ya. Kamu
disini aja nunggu pak lik dan bu lik pulang.. okeee”
ucap Adira yang masih manyun dan beranjak
meninggalkan mas Fairuz.

Namun, saat Adirra membalikkan badan,


tangannya di raih oleh mas Fairuz dan ia spontan
berbalik arah dengan wajah bingung.

“kenapa Mas?” tanya Adira dengan


polosnya. “jangan pulang dulu, nih udah aku buatin
mie tadi. Sayang tauk kalau ga dimakan. Tuh ayo
dimakan dulu.” Ucap mas Fairuz sambil menarik
tangan Adira mnuju meja makan.

Mendengar ucapan mas Fairuz Adira


langsung senyum sumringah karena memang dari
tadi ia menahan lapar untuk menyelesaikan
tugasnya. Adira nurut saja di tarik tangannya dan

29
setelah sampai di meja makan ia lagsung duduk
dan memakan mie yang ada di meja denga
lahapnya. Mas Fairuz melihat Adira makan sampai
ia melongo dan menggelengkan kepala.

“Hee pelan-pelan dong dek, gak akan aku


ambil hemmmm” ucap Mas Fairuz dengan
tersenyum sambil mengusap kepala Adira.

“wkwkkw.. laper akutuh mas” ucap Adira


sambil tertawa geli.

Mas Fairuz menggelengkan kepala melihat


Adira yang masih asyik melahap mie buatannya.
Lalu ia bertanya pada Adira. “Dek, kamu tau ga
kalau kita di jodohkan?” mendengar pertanyaan itu
Adira yang masih mengunyah makanan langsung
teredak hingga mengeluarrkan air mata.

“Pelan-pelan dong makanya kalau makan,


jadi tersedak kan, nih minum dulu.” Ucap Mas
Fairuz dengan menyodorkan minuman ke Adira.

“Habisnya Mas sih.. ngomong kek gitu saat


aku makan, ya aku jadi tersedak dong, emang mas
Fairuz tahu dari mana Mas? Gausah bercanda gitu
deh.” Jawab Adira dengan santainya karena ia
mengira kalau Mas Fairuz sedang bercanda

30
padanya. Lalu ia melanjutkan makannya yang
tinggakl atu suapan,

“lohh... siapa coba yang bercanda, aku


serius nanya ini dek” jawab mas Fairuz dengan
serius.

Pada saat itu Adira langsung diam sambil


mengunyah makanan yang masih ada di mulutnya.
Ia mencerna laginkata-katta mas Fairuz sambil
memandang wajah Mas Fairuz yang terlihat seirus.
Ia melihat tidak ada tanda-tanda bercanda, lalu ia
pun menggelengkan kepala “Aku ga tau Mas,
emang mas Fairuz dapat kabar gitu darimana?
Tanya Adira dengan serius.

“Aku denger pembicaraan Bapakku dan


Bapak kamu kemarin saat di rumahku. Waktu
mereka menghitung uang kotak amal masjid di
rumah.” Jawab Mas Fairuz. “Aku kira kamu tahu,
tapi aku udah ngira sih kalau kita di jodohkan,
karena mengingat hubungan keluarga kita yang
sangat dekat dan kita selalu saja di suruh untuk
bareng-bareng kan.” Lanjut Mas Fairuz.

Adira masih tidak percaya dengan


perkataan Mas Fairuz, tpi dipikir-pikir benar juga
yang dikatakan Mas Fairuz kalau selama ini

31
sepertinya keluarga mereka berusaha
mdendekatkan mereka berdua.

“Yaudahlah dijalani aja, gausah dipikir


terlalu dalam, kalau memang kita jodoh kita pasti
bersama, meskipun tanpa perjodohan. Sekarang
kita fokus sama kekasih pilihan masing-masing saja
dulu, kalau memang nantinya kita benar0benar
jodoh kita pasti akan bersatu dengan sendirinya.”
Ucap mas Fairuz dengan serius.

Adira masih dengan wajah tidak percaya


menganggukan kepala seakan setuju dengan
pendapat Mas Fairuz.

Sejak saat itu, Adira kini mulai menjaga


jarak dengan Mas Fairuz, namun tetap saja
keadaan mendekatkan mereka.

Menurutnya bukan hanya keadaan yang


mendekatkan mereka, namun orang tua mereka
juga berusaha keras untuk menyatukan mereka
menjadi pasangan yang sah.

(Flashback berakhir)

32
~5~

Hubungan Dua Keluarga

Sore hari sekitar pukul 17.00 Adira sampai


di rumahnya. Setelah sampai rumah, Adira
bersalaman dengan bapak ibuk.

Seperti biasa, karena Adira saat ini menjadi


anak satu-satunya, karena kakaknya sudah
meninggalkan rumah dengan istrinya. Maka orang
tua Adira sangat senang saat Adira pulang.

Mungkin karena orang tua Adira sangat


kesepian tanpa adanya Adira. sebab itulah wajah
ibu dan bapaknya Adira selalu senyum sumriingah
saat menyambut kedatangan Adira.

Setelah berbincang-bincang sedikit


dengan bapak Ibu, Adira masuk ke kamar dan
membersihkan diri. Bapak dan Ibu melanjutkan
menonton TV di ruang tamu. karena memang kalau
sore hari mereka sudah waktunya bersantai.

Saat Adira sudah membersihkan diri, Adira


langsung makan dengan lahap masakan ibunya,
karena Adira sangat rindu masakan beliau’, selama

33
di kos, Adira sudah jarang sekali makan masakan
Ibu.

Setelah makan Adira menuju ruang TV dan


menonton TV bersama Bapak dan Ibu. Saat itu, Ibu
bertanya pada Adira “Kenapa tdak bareng sama
Mas Fairuz?” dengan sedikit menghela nafas Adira
menjawab, “Hmmmm Ibuk.. kebiasaan deh yang
ditanyakan selalu Mas Fairuz.”

Ibu memang begitu, selalu yang ditanyakan


saat Adira pulang sendiri adalah Mas Fairuz.
Mungkin karena biasanya bareng kali ya.

Mungkin juga karena memang orang tua


Adira dan Orang tua Mas Fairuz bekerja sama
untuk menjodohkan mereka. Jadi, orang tua
mereka mengusahakan agar Adira dan Mas Fairuz
selalu bareng dalam hal apapun.

Dari Adira kelas 9 sampai sudah menjadi


Mahasiswa orang tua mereka memang berusaha
mendekatkan mereka.

Keluarga Adirra dan Keluarga Mas Fairuz


memang mempunyai hubungan persahabatan
yang kekl abadi katanya. Karena itulah mereka
berniat menyatukan putra dan putri mereka sejak

34
kecil, tujuannya agar persahabatannya terus
langgeng dan berubah menjadi sebuah keluarga.

Dulu saat Adira masih kelas 9, Bapak Adira


dan Bapak Mas Fairuz pernah mengobrol tentang
perjodohan mereka. Namun hal ini tidak dilakukan
hanya sekali itu saja. Perbincangan tersebut sudah
sering terjadi.

Mereka berniat untuk diam-diam


menjodohkan dan mendekatkan tanpa
sepengetahuan putra-putrinya.

Namun mereka tidak tahu kalau salah satu


percakapannya saat itu terdengar oleh Mas Fairuz.
Mas Fairuz tidak pernh menyangka kalau ia dan
Adira di jodohkan, karena memang Mas Fairuz
telah menganggap dira sebagai Adik kandungnya
sendiri.

Padahal keluarga Adira dan Keluarga Mas


Fairuz tahu kalau Mas Fairuz sudah memiliki
kekasih, namun keluarga Mas Fairuz tidak pernah
menyetujui Mas Fairuz dengan kekasihnya itu,
padahal mereka sudah menjalin hubungan selama
5 tahun an.

35
Namun, meskipun belum mendapatkan
restu dari Orang tua Mas Fairuz tetap melanjutkan
hubungannya dengan prinsip “kalau memang itu
jodoh orang tua bisa apa” itulah prinsip yang di
pegang oleh Mas fairuz dan kekasihnya.

Adira yang tadinya berniat untuk menonton


TV bersama keluarga mengurungkan niatnya
karena di tanyai hal seperti itu oleh ibunya. Padahal
ia juga merasa kecewa karena tidak bisa pulang
bareng sama Mas Fairuz.

Adira sudah terbiasa dengan Mas Fairuz.


Setiap kali Adira butuh apapun Mas Fairuz selalu
ada untuknya.

Bahkan pernah pada suatu ketika saat ia


sedang bingung mencari teman untuk membeli
gawai baru, Mas Fairuz tiba-tiba datang untuk
menawarkan diri mengantarkan Adira membeli
gawai tersebut, saat itu musim hujan untung saja ia
membawa jas hujan, mereka tetap pergi bersama
dengan memakai jas hujan, padahal bisa di tunda
besok pagi, namun kata mas Fairuz ia besok pagi
tidak bisa mengantarkan karena ada suatu hal, jadi
ia bersikeras mengantarkan hari itu.

36
Pernah juga saat di suruh pak lik membeli
sate untuk acarapengajian, disitu mas Fairuz
padahal sedang sibuk-sibuknya mengurus ujian
skripsi. Tapi ia meninggalkan skripsinya dmi
mengantarkan Adira sebentar untuk membeli sate.

Entah kenapa Mas Fairuz selalu peduli


degan Adira, padahal tidak ada yang memaksanya
untuk mengantarkan Adira, namun ia sendiri
memilih meniggalkan garapan skripsinya hanya
untuk mengantarkan Adira.

Tidak hanya itu, kalau Mas Fairuz butuh


teman juga mengajak Adira untuk pergi. Padahal ia
punya kekasih, namun ia memilih mengajak Adira
daripada mengajak kekasihnya. Entah karena ia
takut keluarganya atau apa.

Dari perlakuan Mas Fairuz yang seperti


itulah yang membuat hati Adira tumbuh bibit-bibit
cinta. Namun ia selalu memendamnya tanpa ada
yang mengetahuinya kecuali ia sang pencipta.

Karena memang Adira tidak mau


mengumbar perasaannya kepada Mas Fairuz. Dan
memilih menyembunyikannya dan bersikap biasa
saja.

37
~6~

Tercipta Lagi Kenangan

Waktu semakin cepat berlalu, seminggu


yang lalu Adira baru saja di rumah dan sekarang ia
sudah kembali ke kampus untuk melaksanakan
Ujain Akhri Semester.

Ujian akhir semester akan di akadakan


selama 5 hari. Dan setelah itu semua mahasiswa
akan menjumpai liburan semester yang sudah
ditunggu-tunggu selama berkuliah.

Setelah melaksanakan ujian akhir


semester para mahasiswa biasanya tidak langsung
pulang ke rumah, mereka berljalan-jalan sebentar
mengelilingi PTC salah satu mal yang ada di
Surabaya. Adira pun demikian, ia di ajak oleh
teman-temannya untuk berjalan-jalan karena sudah
berhasil menyelesaikan semua ujian Akhir
semester.

Setelah jalan-jalan bersama teman-teman


Adira memilih untuk langsung pulang ke rumah dan
bersantaai di rumah. Biasanya liburan semester ia
gunakan sebagai mengabsi dalam organisasi yang
ada di desa, kecamatan dan kotanya. Namun kali

38
ini tidak ada acara apaapun. Jadi ia memilih untuk
tetap bersantai di rumah saja.

Berbeda dengan Adira, Mas Fairuz yang


staatusnya sebagai Dosen maka tidak bisa
langsung pulang baareng Adira. ia harus mengecek
semua tuags dan nilai mahasiswa serta
mengerjakan transkip nilai mahasiswanya. Ia baru
bisa pulang ke rumah setelah semua tugasnya
selesai.

Sebelum Adira pulang, Adira sempat


bertemu dengan Mas Fairuz saat di kampus,
mereka berbincang sebentar. Dan saat itu mas
Fairuz bilang pada Adira agar menunggunya
pulang kalau hendakmengunjungi Alya di
pesantren.

Adira mengiyakan saja, dengan hati yang


sangat senang namun ia sembunyikan. Adira
hanya mengangguk dan tangannya memberikan
kode oke.

Setelah itu Adira pulang dan bersantai di


rumahnya. Selang beberapa hari ia pulang, setelah
sholat maghrib Mas Fairuz tiba-tiba ngechat Adira
dan ia tanya apakah Adira sibuk atau tidak. “Dek,
sibuk ga?” tanya Mas Fairuz dalam chat wa. “Ga

39
Mas, kenapa?” jawab Adira dengan cepat, emang
dasar tangan Adira tidak bisa di kontrol banget,
selalu saja ingin cepat-cepat membalas chat dari
Mas Fairuz. Setelah ia menjawab dengan cepat,
Mas Fairuz pun membalas chat Adira dengan cepat
pula. “kalau ga sibuk, ikut aku yuk.. cari kue dan
kado buat Alya. terus besok ayo kesana bareng.
Ntar tak jemput, sekarang siap-siap o dulu, ntar tak
izinkan ke bapak ibuk.” Balas mas Fairuz.

Adira yang tadinya sedang malas ngapa-


ngapain, sekarang kaa setan kegirangan loncat-
loncat sendiri dalam kamar. Karena memang akhir-
akhir ini ia sudah jarang keluar berdua sama Mas
Fairuz, jadi menurutnya itu adalah hal yang sangat
menyenangkan.

Adira langsung siap-siap. Adira tidak


membutuhkan waktu lama dalam bersiap-siap.
Karena menang Adira anaknya simpel dan
sederhana, saat ia mengeakan kerudung, ia sudah
mendengar sepeda Mas Fairuz di depan rumahnya.
Lalu mendengar suara Mas Fairuz mengucapkan
salam dan di jawab oleh Ibu Adira. kebetulan Ibu
Adira ada di ruang tamu, dan Bapaknya sedang di
masjid.

40
Adira mendengar percakapan singkat
antara Mas Fairuz dan Ibunya. Lalu Adira bergegas
mengenakan kerudung sambil senyum-senyum
sendiri di depan cermin. Hanya butuh waktu 2 menit
saja ia sudah siap dan keluar. Lalu mereka berdua
berpamitan untuk berangkat, seperti biasa pesan
ibu adalah hati-hati di jalan.

Lalu mereka berdua berangkat dari rumah


Adira. Mas Fairuz mengendarai sepeda sangat
lambat sekali, sambil mengendarai sepeda ia
mengajak Adira mengobrol dan bercerita sana sini,
pokonya di atas sepeda penuh dengan canda tawa.

Akhirnya sampai di toko kue yang mereka


tuju, namun apesnya toko kue terdekat yang
mereka tuju sudah tutup. Akhirnya mereka mencari
toko kue lain. Dan itu membuat Adira semakin
senang. Karena memang itu yang ia harapkan.

Adira dan Mas Fairuz terus berkeliling


mencari toko kue sambil berbincang santaidan
tertawa kecil. Mungkin orang lain melihat mereka
seperti pasangan kekasih yang bahagia. Karena di
atas sepeda tidak ada henti-hentinya bercanda dan
wajah mereka memang sangat sumringah.

41
Setelah sampai di toko kue kedua akhirnya
tidak tutup lagi, mereka membeli kue untuk Alya.
Mas Fairuz meminta Adira untuk memilihkan yang
cocok untuk Alya. setelah Adira memilih kue Adira
memutuskan untuk menunggu di luar. Mas Fairuz
membeli Kue yang dipilih oleh Adira. bukan hanya
kue saja, mas Fairuz juga membeli sepotong roti.

Setelah keluar dari toko kue, dan kebetulan


toko kuenya dekat dengan Indomaret, jadi mereka
mampir ke indomaret untuk istirahat dan membeli
minuman dingin.

Saat sudah duduk di kursi depan


Indomaret, Mas fairuz memberikan sepotong roti itu
kepada Adira. karena ia taahu kaalau itu adalah
kesukaan Adira.

Adira tadi tidak tahu kalau Mas Fairuz


membeli sepotong roti. Karena ia tadi menunggu di
luar. Akhirnya dengan perasaan yang sangat
senang namun tetap ia simpan dalam hati, ia
menerima roti tersebut.

Lalu ia tanya ke Mas Fairuz, “Kenapa


mmbeli roti ini mas? Cuma satu lagi” tanya Adira
dengan wajah yang penasaran. “Iya, kan itu roti
faforit kamu, tadinya aku gatau kaalau da roti itu,

42
waktu aku membayar ke kasir tadi aku lihat ada roti
itu, terus keinget kamu, yaudah aku beli.” Jawab
Mas Fairuz dengan santainya.

“Widih baik banget bos wkwk” puji Adira


dengan tertawa. “Idih.. udah sana dimakan dulu,
tadi kata ibuk kamu males makan nasi, makanya
sekarang makan aja rotinya.” Kata mas Fairuz
sambil menasehati Adira. “Eh.. Ibu pake ngadu
segala.. Nih aku bagi dua ya sama Mas, kan ini
besar Mas.. Ntar ga habis-habis trus kemaleman
pulangnya.. kita kan belum cari kado untuk Alya
juga” kata Adira seraya mebagi roti menjadi dua
bagian dan menyodorkan ke Mas Fairuz. “Yaudah
sini aku bantu ngehabisin” jawab mas Fairuz sambil
menerima roti yang di berikan Adira. “Halah sok-sok
an ngebantuin, padahal aslinya pengen juga kan..
wkwkkw” goda Adira. “Dasar ya kamu, udah di
bantuin malah ngejek lagi” ucap mas Fairuz sambil
tangan kirinya mencubit hidung Adia yang sudah
menjadi kebiasaan lama.

Mereka berdua menikmati roti dan air putih


dingin di depan Indomaret. Lalu setelah roti habis,
mereka melanjutkan perjalanan ke toko baju.
karena Mas Fairuz bingung mau ngasih kado apa,

43
maka Adira menyarankan untuk ngado gamis
muslimah aja, terus Adira yang ngado hijabnya.

Akhirnya Mas Fairuz setuju dan setelah


pencarian kado selesai mereka hendak pulang,
namun ternyata ban sepeda Mas Fairuz kempes
kena paku pinggir jalan, jadi mereka mencari
tambal ban dulu baru bisa pulang ke rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.


Biasanya jam segini kalau Adira tidak di rumah
orang tuanya langsung menelfon dia.

Tapi kalau perginya sama Mas Fairuz, tidak


ada panggilan dari orang tuanya yang masuk.
Bahakan chat wa aja tidak. Emang dasar orang tua,
batin Adira.

Saat menunggu ban sepeda di tambal,


mereka berbincang seperti biasa, bercanda
bersama dan curhat-curhat ria sambil selfie. Entah
kesambet apa mas Fairuz tiba-tiba menyalakan
kamera gawainya dan mengajak Adira selfi
bersama. padahal biasanya Mas Fairuz tidak
pernah suka selfie.

Saat ditanya oleh Adira, tumben tiba-tiba


ngajak selfie, Mas Fairuz hanya menjawab nyobak

44
kamera aja, kalau malem bagus atau ga
kameranya. Adira hanya mengangguk saja. Mas
Fairuz hanya mengambil 2 jepret foto saja lalu
menutup kamera gawainya dan menimpannya kagi.
Lalu Adira minta fotonya agar dikirim ke wa nya,
dan di iyakan oleh Mas Fairuz.

Setelah itu mereka lanjut curhat-curhatan,


Mas Fairuz curhat tentang kekasihnya yang
sebentar lagi akan ulang tahun, dan dia mengajak
Adira untuk menemaninya mencari kado lagi.

Bayangkan saja bagaimana perasaan


Adira saat orang yang dicintainya meminta ia untuk
mencarikan kado kekasihnya.

Namun, karena Adira sangat pandai


menyimpan perasaanya, maka Adira mengiyakan
permintaan Mas Fairuz dengan wajah yang
berusaha ceria seperti biasanya.

Setelah curhat beberapa episode, sepeda


pun sudah siap untuk di kendarai lagi. Mas Fairuz
berniat mengajak Adira makan, namun Adira
menolak karena ia sudah tidak tahan lagi untuk
mengeluarkan air matanya di dalam kamar.
Dengan alasan sudah kemaleman Adira menolak
ajakan Mas Fairuz.

45
Karena Adira menolak, jadi mas Fairuz
hanya mampir membelikan oleh-oleh bakso kepada
orang tua adira dan orang tuanya. Lalu mereka
melanjutkan perjalanan sampai ke rumah. Mereka
sampai di rumah pukul setengah sepuluh malam.

Setelah sampai rumah mas Fairuz mampir


sebentar untuk meminta maaf dan menjelaskan
keterlambatan pulangnya. Sesudah menjelaskan
semuanya, Mas Fairuz pamit pulang dan
mengingatkan lagi kepada Adira kalau besok ia
mengajaknya pergi ke pesantren Alya pukul
setengah 7 pagi. Adira pun mengiyakan ajakan Mas
Fairuz,

Setelah Mas Fairuz sudah benar-benar


pergi dari rumah, Adira pamit ke orang tuanya untuk
masuk ke kamar. Sebelum masuk kamar Adira
mengambil wudhu dan sholat isya’. Dalam
sholatnya ia menangis tersedu mengadu kepada
Allah dan menyesali atas apa yang sudah tumbuh
dalam hatinya.

Namun, semakin ia berusaha untuk


melupa, keadaan semakin sering mempertemukan
mereka sehingga rasa yang tidak seharusnya ada
semakin berkembang dalam hatinya.

46
~7~

Semakin Sulit diSembunyikan

Malam berlalu begitu saja. Adira bangun


pagi dengan keadaan mata yang sembap. Setelah
ia menunaikan ibadah subuh, ia melakukan tugas
rutinnya yaitu membantu ibu memasak dan
melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Setelah beres semua, Adira melihat jam


yang menunjukkan pukul 6 pagi. Adira memilih
untuk bersantai dan menyetel musik. Saat Adira
hendak mengganti pilihan musiknya, ia melihat ada
panggilan masuk dari Mas Fairuz, ia segera
mengangkat telpon tersebut dan dalam telpon Mas
Fairuz mengatakan kalau 15 menit lagi ia
menjemput Adira.

Spontan Adira teringat kalau pagi ini ia di


ajak oleh Mas fairuz pergi ke pesantren Alya. efek
semalam nangis jadi paginya ia lupa ajakan mas
Fairuz. Malah ia memilih duduk santai sambil
dengerin musik.

Setelah mendapat telpon itu Adira langsug


bersiap-siap untuk mandi. Ia tidak sempat sarapan

47
karena takut Mas Fairuz akan datang dan
menunggunya lama.

Setelah Mandi dan gati baju Adira


menunggu Mas Fairuz datang. Adira memang
wanita yang sangat simpel, tidak perlu memakai
skinkcare, bedak atau lipstik. Ia benar-benar sangat
polos dalam hal make up. Jadi, ia hanya memakai
pelembab saja tanpa lipstik dan bedak apapun.
Jadi, pesiapannya juga terbilang cepat daripada
wanita lainnya.

Setelah Mas Fairuz datang, mereka


langsung pamit pada orang tua Adira dan
berangkat ke pesantren Alya.

Saat di jalan, seperti biasa Mas Fairuz


selalu mengajak ngobrol Adira. namun, karena
suasana hati Adira kurang baik akibat nangis
semalam, ia kurang semangat menanggapi ocehan
Mas Fairuz. Ia hanya menanggapi dengan
senyuman dan tawa kecil saja.

Melihat perubahan itu, Mas Fairuz merasa


Adira tidak seperti biasanya dan ia mengubah
posisi spion untuk mengarah ke wajah Adira. dan
benar saja, Mas Fairuz melihat mata Adira yang
sembab dan wajah yang kurang ceria.

48
Setelah melihat itu Mas Fairuz berhenti
bicara dan mempercepat laju kendaraannya,
sampai Adira tidak bisa bernafas dan kettakutan.
Mas Fairuz melihat ekspresi Adira hanya tertawa
jahat dan terus melaju dengan kecepatan tinggi.

Adira yang tidak suka dibonceng cepat


terus memukul punggung Mas Fairuz sambil
wajahnya di benamkan di punggung laki-laki itu.
Meskipun biasanya Adira mengendari sepeda
dengan kecepatan tinggi, namun ia tidak suka bila
di bonceng dengan kecepatakan tinggi, dan hal itu
sudah di ketahui oleh Mas Fairuz. Namun kali ini
Mas Fairuz sengaja mempercepat lajunya dengan
tujuan agar Adira bisa melupakan masalahnya.

Mas Fairuz sudah puas membuat Adira


ketakutan, kini ia menghentikan mobilnya di depan
pedagang jus. Adira yang daritadi ketakutan kini
memilih untuk tetap di atas motor dengan wajah
manyun ke arah Mas Fairuz.

Melihat hal itu Mas Fairuz tertawa kecil dan


ia lanjutkan untuk memesan jus Alpukat yang
merupakan jus favorit mereka bertiga. Karena stok
jus alpukat hanya cukup menjadi 2 bungkus alpukat

49
saja, maka ia hanya membeli dua jus alpukat. Yang
satu untuk Alya dan satunya untuk mereka berdua.

Adira yang daritadi manyun melihhat mas


Fairuz menyodorkan Jus ke bibir Adira. sikap Mas
Fairuz selalu berhasil membuat jantungAdira
berdegub kencang. Perlakuannya mengundang
perhatian orang yang membeli jus disana. Sampai
ada yang bilang mereka adalah pasangan yang
romantis dan sebagainya.

Mendengar perkataan itu, Adira langsung


mengambil jus yang ada di tangan Mas Fairuz dan
meminumnya sendiri. Lalu Mas Fairuz melanjutkan
perjalanaannya ke pesantren Alya. dalam
perjalanan ia kembali menggunakan laju sepeda
yang normal kkarena ia sudah melihat Adira
nampak sudah lebih baik.

Saat Adira sedang asyik menikmati jus, ia


tiba-tiba mendengar orang berbicara. Dan ternyata
itu suara Mas Fairuz yang meminta Jus. “Dek, minta
jusnya dong, dahaga nih.” Ucap Mas Fairuz. “Hah
Apa mas?” balas Adira, bukannya Adira tidak
dengar, tapi masa iya bekas Adira Mas Fairuz mau.
Makanya Adira memastikan lagi. “Itu loh Jus yang

50
kamu pegang, Aku juga mau, dahaga nih.” Jawab
Mas Fairuz.

Memang saat itu lagi musim panas, jadi


udara surabaya yang sangat panas membuat
tenggorokaan semakin gurih gurih nyoi.

Mendengar jawaban Mas Fairuz tadi, Adira


lengsung menyodorkan jus ke depan. Posisinya
saat ini di bonceng Mas Fairuz dan Tangannya
berada di depan menyodoran jus kepada Mas
Fairuz.

Karena Mas Fairuz sedang menyetir, maka


Mas Fairuz langsung meminum jus yang masih ada
di tangan Adira dengan memegang tangan Adira.

Jantung Adira tidak berdegub dengan


normal, bagaimana tidak, perlakuan Mas Fairuz
selalu saja membuatnya sulit mengendalikan diri.
Akhirnya ia menarik nafas dalam dan
menghembuskannya secara perlahan agar tidak
ketahuan.

Setelah sampai di pesantren Alya, mereka


berdua masuk dan benar saja, belum juga
memasuki area pondok pesantren putri, Alya yang
tadi ada di serambi langsung berlari ke Adira dan

51
memeluknya dengan erat. Mas Fairuz yang
membawa kue dan jus untuk Alya sampai terheran
dengan adiknya yang begitu kegirangan melihat
Adira. “Adeek.. padahal yang kakak kandung kamu
itu Aku, kenapa yang kamu peluk malah Mbak Adira
dek?” Ucap Mas Fairuz dengan raut wajah
keheranan. Namun Alya tetap tidak menggubris
perkataan kakanya itu dan masih saja memeluk
Adira.

“Oh iya mas, kadonya tadi tertinggal di jok


sepeda.” Adira melepaskan pelukan Alya saat
teringat kalau kadonya tertinggal di jok sepeda.
Mendengar itu Mas Fairuz bergegas mengambil
kado yang tertinggal dan meminta mereka untuk
menunggunya sebentar.

Setelah Mas Fairuz kembali, mereka


bertiga masuk ke Area serambi dan berbincang ria.
Adira dan Mas Fairuz di pesantren hingga
menjelang dzuhur. Lalu mereka berpamitan ke Alya
untuk pulang ke rumah.

Akhirnya Adira bisa menjenguk Alya,


setelah sekian lama tidak mengunjunginya. Adira
pun pulang dengan wajah yang sumringah.

52
Di tenagh perjalanan Mas Fairuz mengajak
Adira mampir ke butik, Adira pun bertanya-tanya
untuk apa mampir ke butik. Lalu setelah ia ingat-
ingat kembali, bahwa saat inilah ia harus
memilihkan kado untuk kekasih Mas Fairuz itu.

Adira berusaha menampilkan wajah seperti


biasanya dan menyembunyikan segala
perasaannya. Mas Fairuz meminta Adira untuk
masuk dan memilihkan kado yang cocok untuk
kekasihnya.

Tanpa banyak bicara Adira memilih baju


yang cocok dan sesuai untuk kekasih Mas Fairuz.
Kebetulan ia juga mengenalnya. Karena kalau
mereka bertemu kadang mas Fairuz mengajak
Adira sebagai alasan keluar rumah.

Aliza, nama kekasihnya. Wanita berparas


cantik dan berkacamata, sama seperti Adira.
bedanya Aliza suka bermake up dan Adira tidak.

Aliza adalah teman sekelas Mas fairuz


sekaligus kekasihnya. Namun orang tua Mas fairuz
tidak menyetujui hubungan mereka karena umur
Aliza lebih tua 4 bulan daripada Mas Fairuz.

53
Mas Fairuz selalu berusaha meyakinkan
orang tuanya tentang pilihan hatinya. Namun
hasilnya selalu saja nihil.

Setelah Adira memilihkan kado untuk Aliza,


Adira pamit ke kamar mandi yang ada dibutik
tersebut. Adira merasa tidak kuat lagi
menyembunyikan perasaannya. Namun ia takut
kalau perasaanyya terbongkar, ia akan malu sendiri
dan suasana seperti ini takut tidak ia dapatkan lagi.
Jadi, ia memilih untuk terus menyembunyikan
perasaannya seorang diri tanpa ada teman atau
punkeluarganya yang mengetahuinya.

Setelah puas menangis di kamar mandi, ia


bergegas membersihkan airmatanya agar tidak
ketahuan. Lalu ia mengajak mas fairuz untuk
langsung pulang saja dengan alasan masih ada
Tugas yang harus ia selesikan. Padahal saat itu
liburan semester. Adira memang mencari Alasan
seadanya. Namun Mas Fairuz percaya saja dan
menuruti kata Adira.

Setelah sampai rumah, Mas Fairuz pamit


pulang kepada Adira. Dengan wajah tersenyum
mas Fairuz berpamitan, senyum Adira jugaa harus
dipaksakan untuk keluar. Setelah mas fairuz

54
menghilang dari hadapannya ia langsung masuk ke
kamar. Kebetulan orang tuanya tidak ada di rumah
saat itu, meteeka masih bekerja dan belum puang.
Jadi Adira dengaan leluaasa menumpahkan segala
kesedihannya di dalam kamar.

Adira merenungi nasibnya dan berusaha


membuang jauh rasa cemburunya. Karena untuk
cemburu sebenarnya ia sangat tidak berhak.

55
~8~

Bukan Mimpi [End]

Liburan semester memang terbilang cukup


lama. Karena bosan di rumah, maka Adira
menerima tawaran temannya untuk kerja sebagai
guru pengganti sementara di salah satu sekolah
yang ada di ponorogo. Adira dan temannya fokus
mengajar menjadi guru pengganti sementara di
sekolahan tersebut.

Sudah hampir 2 minggu ia berada di


ponorogo, orang tua Adira mengizinkan karena
memang daripada liburan di rumah tidak ngapa-
ngapain mending mencari pengalaman.

Saat hari minggu dan sekolahan libur,


Adira sangat bosan, hingga memutuskan untuk
melihat-lihat story wa. Biasanya ia jarang sekali
melihat story teman-teman watshapnya, namun kali
ini entah kenapa ia tiba-tiba ingin saja melihat story
teman-temannya yang ada di wa. Dengan asal
pencet saja ia melihatnya.

Namun, betapa kagetnya Adira saat


melihat story WA Bu lek nya Mas Fairuz (istri pak lik
Adira) mengunggah story foto lamaran Mas Fairuz

56
dan Mbak Aliza dengan caption “Setiap perjuangan
ada Hasilnya, semoga lancar sampai hari H ya Mas
Fairuz dan Mbak Aliza”.

Melihat hal itu, tangan Adira langsung


gemetar tergulai lemas, gawai yang tadinya ia
pegang kini sudah lepas dari tangannya. Air mata
sudah bercucuran membasahi pipinya.

Hatinya benar-benar telah hancur.


Bagaimana tidak? Orang yang selama ini ia cintai
dalam diam tiba-tiba melangsungkan acara
lamaran tanpa sepengetahuannya.

Adira benar-benar tidak tau lagi harus


berkata apa. Tidak ada yang mengetahui perasaan
Adira. hanya ia dan tuhan yang tahu bagaimana
hancurnya hati kecil itu.

Tangisnya semakin menjadi saat tiba-tiba


ada panggilan masuk dari Mas Fairuz. Ia tidak
sanggup mengangkat telponnya. Lidahnya keluh
tak bisa bicara. Tangannya lemas tak bisa berbuat
apa-apa. Matanya hanya bisa mengeluarkan air
mata. Adira selalu menyalahkan hatinya, kenapa ia
bisa menyimpan perasaan sucinya kepada orang
yang menaruh perasaannya kepada orang lain.

57
Adira masih menangis tak karuan. Ia masih
berusaha menenagkan hatinya seorang diri. Saat ia
sudah sedikit tenang, ia membuka pesan wa dari
mas Fairuz yang isinya foto dan sebuah tulisan.

“Dek, kamu kapan bisa pulang? padahal


aku ingin sekali kamu menyaksikan pertunanganku.
Kamu adalah salah satu orang yang menemaniku
memperjuangkan restu dari Orang tuaku.
Alhamdulillah sekarang perjuanganku
membuahkan hasil yang baik dek, orang tuaku
sudah setuju aku dengan mbak Aliza. Terima kasih
banyak dek ya sudah menemaniku berjuang
selama ini. Sudah mau mendengarkan curhatanku.
Cepat pulang dek, insya Allah bulan depan akad
nikah nya. Pokoknya kamu harus pulang loh ya..
Sehat selalu ya adekku.. semangaat..”

Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh


Mas Fairuz untuk Adira. Air mata yang tadinya
sudah sedikit berkurang kini mengalir lagi dengan
derasnya. Rasanya ingin berteriaak sekeras-
kerasnya. Namun ia tidak bisa melakukan itu.

Yang harus Adira lakukan saat ini


hanyalah mengikhlaskan. begitu sakitnya cinta

58
dalam diam, sehingga membuat Adira menjadi
orang yang benar-benar seperti kehilangan Arah.

Adira yang selama ini berhasil


menyembunyikan perasaannya dari semua orang
dibalik wajah secianya. Kini bukan seperti Adira.

Dengan tangan yang masih gemetar, Adira


memaksakaan jarinyaa untuk membalas pesan dari
mas Fairuz.

“Alhamdulilah mas, aku ikut senang


dengernya.. sayang banget ya mas aaku ga bisa
lihat langsung acara pertunangannya, andai saja
aku disna pasti aku ada juga di foto itu. Hehe...
semohga lancar sampai hari H ya mas..
barakallah.. sekali lagi.. selamaat yaaa ”

Balas Adira kepada Mas Fairuz. Adira


memang sangat pandai menyembunyikan
perasaannya. Ia masih bisa mengetik dengan nada
ceria seperti ia sebelumnya, padahal naytanyaa
saat ini ia sedang terpuruk parah merenungi
nasibnya.

Waktu Adira dan temannya menjadi guru


pengganti hanya tinggal satu minggu saja. Setelah
itu ia akan pulang ke rumah.

59
Selama satu minggu setelah kabar dari
Mas Fairuz, ia fokus menyiapkan diri saat bertemu
dengan Mas Fairuz. Ia merancang bagimana
sikapnya dan apa yang harus ia keluarkan dari
mulutnya. Adira takut kalau ia bertemu Mas Fairuz
air matanya tidak bisa dibendung.

Tibalah saatnya pulang ke rumah.


Pernikahan mas Fairuz kurang 2 minggu lagi. Baru
saja Adira sampai di depan rumah, tiba-tiba ia
mendngar suara laki-laki yang memanggilnya. Ia
sadar kalau itu suara mas Fairuz. Ternyata mas
Fairuz sedang berada di rumah pak liknya. Sedang
menyiapkan undangan pernikahannya.

‘Akhirrnyaa pulang juga kamu yaa..” teriak


mas Fairuz dari rumah pak lik. Adira benar-benar
menyiapkan mentalnya untuk menunjukkan wajah
cerianya. Lalu Adira pun menoleh ke arah mas
Fairuz dan menyuguhkan senyuman khas Adira
biasanya.

Namun kali ini Adira benar-benar tidak bisa


menatap mata Mas Fairuz. Ia hanya menoleh
sebentar dan tersenyum lalu berkata “Iya mas..
udah capek disana.. kangen yang dirumah heehe.”
Sambil melepaskan helem ia berkata demikian.

60
“Heleh.. gaya pake kangen segala. Acara
lamaranku pun kamu ga ada. Ayo sinio bantu aku
nulis undangan. Aku bingung siapa aja yang harus
aku undang. Kamu kan kenal cewek2 desa sih ya..
kamu aja ya yang nulis nama-nama undangannya.
Terserah kamu deh mau ngundang siapa.” Ucap
mas Fairuz kepada Adira. Kini ia semakin
mendekat ke arah Adira dan menyerahkan
beberapa lembar undangan untuk Adira.

Adira menarik nafas dalam-dalam


berusaha mencegah air mata yang sepertinya
sudah ingin memberontak keluar. Namun ia tetap
berusaha untuk tersenyum sumringah dengan
tangan sedikit gemetar saat menerima undangan
dari mas Fairuz. “Kenapa gemeteran gitu.. kaya
mau nikah aja gemeteran. Aku yang mau nikah aja
ga gemeteran gitu. Wkwk” ucap mas Fairuz
menggoda Adira.

Adira yang mendengar ucapan Mas fairuz


berusaha tertawa pelan dan ia langsung izin pamit
ke dalam untuk membersihkan dirinya. Adira masih
tidak menyangka kalau ia akan menjadi seperti ini.
Mas Fairuz orang yang sangat ia cintai dalam diam
tiba-tiba menghampirinya memberikaan undangan

61
dan memintanya untuk meengundangi siapa saja
wanita yang ada di desa.

Waktu berlalu begitu cepat, saatnya Mas


Fairuz dan Mbak Aliza melangsungkan ijab qabul
perikahan. Mereka menikah di masjid desa.
Dengan mengenakan kebaya dan jas putih mereka
terlihat sangat serasi.

Adira dan keluarganya turut menyaksikan


pernikahan mereka. Saat pak penghulu
mengucapkan Ijab. Adira menarik nafas dalam dan
berusaha untuk tegar setegar-tegarnya.

Apalagi saat Mas Fairuz berucap “Saya


terima nikah dan kawinnya Aliza Fitriyana binti
Suryadi dengan Mas kawin tersebut dibayar Tunai.”
Setelah itu disusul ucapan “SAH” dari para hadirin
yang ada disana.

Adira benar-benar tidak bisa lagi


membendung air matanya. Kini air matanya sudah
membasahi seluruh wajahnya. namun meski air
mata nya keluar tapi bibirnya ia paksakan untuk
tersenyum seraya menunjukkan kalau ia juga
bahagia atas pernikahan mereka.

62
Begitulah risikonya jika kita mencintai
dalam diam. Kita harus pandai menyembunyikan
perasaan dan mengikhlaskan segalanya dengan
senyuman. Selesai

63
Epilog
Sampai saat ini Adira belum mengetahui
bagaimana orang tua Mas Fairuz bisa merestui
hubungan mas Fairuz dengan istrinya. Namun,
Adira percaya kalau memang jodoh tidak akan
kemana. Biarpun orang tua berkata tidak, jika allah
sudah berkehendak, maka tidak akan ada yang
bisa mengelak.
Setelah kejadian itu, Adira melakukan
aktiviats sehaari-hari seperti biasanya. Seaakan
tidak pernah terjadi apa-apa. ia sudah mulai masuk
kuliah dan mas Fairuz juga sudaah mulai
melanjutkan aktivitasnya sebagai dosen di
kampusnya.

Bertemu setiap hari? Iya.. kami bertemu


setiap hari. Daan mas Fairuz tidak berubah, ia
masih tetap seperti sebelumnya. Namun Adira
sedikit menghindar. Karena Adira sadar, Mas
Fairuz adalah jodohnya orang.

Meskipun mas Fairuz menganggap ia


sebaagaai adik kandungnya, tapi tetap saja,
perasaan Adira untuknya sulit sekali untk di
padamkan.

64
Adira selalu terlibat dalam keluarga Mas
Faairuz. Jika ia hendak liburam, Adira selalu di ajak
olehnya. Dan Adira pun tidak pernah bisa menolaak
tawarannya. Ia hanya bisa berpura-pura seperti
tidak terjadi apa-apa.

Alya, Adik mas Fairuz kini sudah keluar dari


pesantren. Mas Fairuz dan Mbak Aliza sekarang
Alhamdulillah sudah dikaruniai anak laki-laki yang
sangat lucu.

Adira biasanya menggendong anak


mereeka dan kadang jika Adira di rumah, anak
mereka dititipkan kepada Adira.

Anak Mas Fairuz dan Mbak Aliza sanat


lengket dengaan Adira. mungkin karena sama-
sama mengenakan kacamata. Jadi, si anak
menganggap kalau Adira itu mamanya.

Sama saat ini, peraasaan Adira kepada


mas Fairuz ia pendam tanpa diketahui oleh Mas
Fairuz dan keluarga. Adira ingin sekali membuka
hati untuk laki-laki yang mendekatinya. Namun,
hasilnya nihil. Ia benar-benar belum bisa membuka
hati kepada siapapun.

65
Ikhlas dan terus berusaha memperbaiki
diri, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.
Seamnagt untuk kalian yang masih berusaha
menyimpan perasaan dalam diam, pahami dulu
risikonya, sebelum terjebak dalam situasi yang
sama, seperti Adira.

66
Tentang Penulis
Isma Aliyah Rahmawati, lahir di Gresik, 02
September 2000. Sekarang sedang menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Surabaya, jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5.
Membaca, Menulis, dan Memasak adalah hobinya
sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Menulis Novelet adalah hal baru yang


dilakukan setelah sebelumnya hanya terbatas pada
penulisan cerita pendek, puisi dan quotes. Seiring
berjalannya waktu, akhirnya di penghujung tahun
ini dapat menyelesaikan novelet pertamanya yang
berjudul “Andai”. Semoga bisa menjadi kebiasaan
yang akan terus dijalani.

Isma Aliyah Rahmawati dapat disapa dalam


beberapa rumah maya :

Instagram

(@isma_aliyah_rahmawati @secret_admirer.ia)

Email (ismaaliyahrahmawati@gmail.com)

Fb (IsMa Aliyah)

67
68

Anda mungkin juga menyukai