Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT. atas rahmat
dan karunia Nya, sehingga Novelet ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Tidak lupa pula shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW. Karena beliaulah yang merubah zaman
kelam menjadi zaman yang yang terang yakni
Addinul Islam.
Novelet yang berjudul “Andai” bercerita
tentang kisah seorang wanita yang memiliki
perasaan tidak biasa kepada laki-laki yang sudah
menganggapnya sebagai adik sendiri. Wanita ini
memendam perasaan nya di balik topeng
senyuman yang setiap hari selalu ia suguhkan.
Saya sadar bahwa karya saya masih jauh
dari sempurna, untuk itu saya berharap kepada
para pembaca yang budiman, agar bersedia
memberikan masukan kepada saya demi
meningkatkan kualitas kepenulisan saya, sehingga
saya lebih semangat dan selanjutnya bisa
menghasilkan karya-karya yang lebih baik lagi serta
dapat membuat para pembaca semakin menikmati
hasil karya saya.
Demikian novelet yang saya buat, semoga dapat
memberikan inspirasi, motivasi dan manfaat untuk
i
para pembaca yang memiliki kegemaran
membaca.
ii
Daftar Isi
iii
Prolog
1
waktunya memulai hubungan percintaan dengan
keseriusan.
Aku terlahir menjadi sosok yang
sederhana, ramah dan murah senyum. Mungkin
karena itu aku sering di juluki teman-teman sebagai
orang yang mudah bergaul dengan masyarakat
sekitar baik laki-laki maupun perempuan.
Namun, jika ada laki-laki yang berterus
terang ingin mendapatkan hatiku, entah kenapa
sikapku berubah menjadi dingin dan sangat cuek
kepada mereka, sekalipun mereka adalah teman
dekatku.
Mungkin karena sikap dinginku kepada
laki-laki yang seperti itu, membuat mereka para
laki-laki bersembunyi di balik topeng pertemanan
Entah itu karena memang sayang atau hanya
sekadar penasaran.
Aku mempunyai kakak laki-laki. Namun
aku jarang sekali meminta bantuan kepada
kakakku jika ada tugas kuliah, karena aku sadar
kalau kakak pasti punya kesibukan sendiri, terlebih
lagi kakak sudah berkeluarga. Jadi, aku memilih
untuk tidak merepotkannya.
Sebelum kakakku menikah, kakak pernah
berpesan kepadaku. “Adira, jadilah wanita yang
2
tidak mudah di dapat, namun beruntung jika di
miliki. Jadi, jika memang ada laki-laki yang serius
sayang sama kamu, maka setidaknya biarkan ia
berjuang terlebih dahulu, jangan mudah terbawa
perasaan oleh rayuan gombal laki-laki, jika kamu
tidak ingin sering sakit hati.” Pesan kakak
kepadaku.
Jika dipikir-pikir memang ada benarnya
juga nasihat dari kakakku, tapi sebenarnya aku
sedikit heran karena baru kali ini aku melihat sisi
bijak dari seorang Romi, kakakku. Padahal
biasanya aku dan kakak selalu saja bertengkar
meski hanya karena masalah sepele, seperti kucing
dan tikus.
Aku memang wanita yang benar-benar
teguh dalam menutup pintu hati, sulit sekal bagiku
percaya kepada laki-laki yang baru saja datang
dalam hidupku dan langsung menyatakan
perasaannya kepadaku.
Aku sangat sulit membuka pintu hati
kepada mereka yang tidak jelas kehadirannya,
karena dalam kamus percintaanku, dia yang benar-
benar ingin memiliki, pasti perjuangannya tidak
akan terhenti. Alasan lain kenapa aku lebih memilih
untuk menutup hati adalah Dia. Iya, dia yang aku
cintai dalam diam, dia yang selalu menemaniku,
3
membantuku, menasehatiku, memperdulikanku,
dan dia yang selalu menganggapku sebagai
adiknya.
Namanya Fairuz. Biasanya aku
memanggilnya dengan sebutan Mas Fairuz. Dia
adalah satu-satunya laki-laki yang menguasai
hatiku. Sosok laki-laki yang sangat cuek kepada
perempuan lain. Namun begitu peduli kepada ku.
Sayangnya, rasa peduli itu sama sekali tidak seperti
yang aku harapkan.
Bahkan untuk semua waktu yang telah
kami habiskan, aku hanya tetap menjadi aku.
wanita yang sulit membuka pintu hati kepada laki-
laki, meskipun telah tersakiti berulang kali. .
4
~1~
Bukan Orang Lain
Matahari muncul begitu cerahnya, seperti
halnya Adira yang siap memulai hari dengan wajah
cerianya. Wanita yang lahir di kota Gresik ini
memang memiliki wajah yang ceria sekalipun ia
sedang bersedih.
“Apapun keadaanmu, tetaplah tersenyum.”
Begitulah prinsip Adira selama ini. Apapun yang
terjadi harus di hadapi dengan senyuman.
Adira adalah aktivis yang sangat menyukai
organisasi. Sudah banyak organsasi yang telah ia
ikuti, baik tingkat desa, kecamatan maupun
kabupaten.
Adira berkuliah di salah satu universitas
yang ada di Surabaya. Dengan jarak yang lumayan
jauh dari kota kelahirannya, ia memilih untuk tinggal
di kos yang ada di dekat kampusnya.
Keluarga Adira awalnya tidak setuju kalau
Adira tinggal di kos, namun karena ada yang
membantu Adira untuk meyakinkan, sehingga
orang tua Adira menyetujui permintaan Adira
tersebut.
5
Adira bisa dibilang gadis yang mandiri, ia
sudah bisa memasak saat masih kelas 6 SD.
Meskipun saat itu ia masih belepotan masaknya,
tapi sekarang ia sudah bisa masak seperti seorang
ibu rumah tangga pada umumnya. Karena kalau
ibunya sedang sakit, ialah yang menggantikan
ibunya sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Sekarang ia sudah hidup sebagai
mahasiswa kos yang semua harus dilakukan
sendiri, dengan adanya pengalaman dari rumah,
orang tua Adira tidak khawatir lagi dengan
kesehariannya.
Pagi itu Adira tidak sempat memasak,
karena ia telat bangun. Biasanya Adira bangun
sebelum subuh, namun karena sekarang ia sedang
masa haid, jadi ia sedikit bermalas-malasan dan
tidak sempat untuk memasak.
Adira memilih untuk sarapan di kantin
dengan temannya. Ia bersiap-siap untuk pergi ke
kampus. Biasanya ia selalu pergi bersama teman-
temannya satu gang kos. Namun hari inikarena
Adira telat bangun, maka teman-temannya di minta
Adira untuk berangkat terlebih dahulu.
Setelah sampai kampus, ia mengikuti mata
kuliah dengan baik seperti biasanya. Saat
6
memasuki mata kuliah jam ke 2, tiba-tiba ada kabar
dari teman sekelasnya kalau dosen pengampunya
tidak bisa datang. Jadi ia dan teman-temannya
memilih untuk pergi ke kantin mengisi perut
kosongnya.
Setelah makan bersama teman-temannya,
Adira ingat kalau ada janji dengan kakak seniornya
di kedai kopi dekat kampus, ia langsung pamit
kepada teman-temannya dan berangkat menuju
kedai kopi tersebut.
Setelah sampai di kedai kopi, ia melihat
mbak Ani sudah menunggunya di meja nomor 8. Ia
langsung menuju meja tersebut.
Basa-basi adalah kebiasaan wanita saat
bertemu, setelah lama basa-basi tiba-tiba Adira
dikagetkan dengan apa yang di sampaikan mbak
Ani.
“Duh gustii.. mbaaaaaak.. (setengah
berteriak) jangan aku dong, plis.. yang lain aja
yaaa... ya ya ya..” rengek Adira sedikit keras saat ia
di tunjuk sebagai penerus seniornya sebagai
komandan atau ketua di organisasinya. Saking
terkejutnya ditawari menjadi ketua, ia sampai lupa
kalau ia sekarang sedang ada di kedai kopi yang
banyak pengunjungnya. Bagi Adira, amanah
7
menjadi ketua adalah hal yang sangat berat,
terlebih ini adalah tingkat kabupaten. Sebab itulah
ia langsung menolak tawaran dari seniornya.
“Adiraaa.. ga boleh gitu dong, kamu itu
sudah dipercaya sama mbak mas mu. Seperti
semboyan organisasi kita, siap ga siap, pokoknya
harus siap. Jadi, mbak minta tolooong banget sama
kamu, kamu mau ya menerima amanah ini? Ini
bukan hanya keputusan mbak saja Adira, tapi ini
keputtusan dari semua pengurus lama, ayolah
Adiraaa.. mau ya?.” Ucap mbak Ani dengan nada
memohon.
“Hmmmm, haduh mbak, makin mumet aja
nih kepaalaku mbak huhuhu. Aku kan sudah jadi
ketua organisasi lain di kecamatan mbak, masa aku
harus jadi ketua di sini juga huhuhu” Adira yang
terus saja meregek karena memang tidak mau
dijadikan ketua oleh mbak dan mas seniornya.
“Adira, dengerin mbak, kamu katanya mau
jadi orang yang bermanfaat, tapi di kasih amanah
kaya gini saja kamu langsung menolak mentah-
mentah tanpa mencobanya terlebih dahulu, mbak
yakin kok kamu pasti bisa ngehandle semuanya.
Plis Adira, disini tidak ditemukan agi kriteria selain
kamu, kamu mau ya..?” mbak ani terus memohon
8
kepada Adira, kali ini kata-kata dia sedikit
membuatnya berpikir.
Usai memikirkannya, akhirnya Adira
menerima tawaran mbak Ani. Setelah mendengar
kata-katanya Adira menjadi berubah pikiran dan
merasa tidak enak dengan senior-seniorya kalau ia
terus menolak tawaran mereka.
Setelah ia menerima tawarannya, mbk Ani
sangat lega dan mohon izin untuk pamit lebih dulu
dari kedai kopi itu karena mbk Ani ada janji dengan
teman lainnya.
Mbak Ani adalah kakak tingkat Adira, dia
sekarang sudah memasuki tahap skripsi, jadi ia
berencana melepas jabatan yang menurutnya
sedikit lebih berat dari yang lainnya.
Kebetulan kedai kopi yang ditempati
mereka adalah kedai kopi yang lumayan dekat
dengan kampus. Jadi, Adira tidak terlalu buru-buru
kembali ke kampus dan lebih memilih untuk
mengerjakan tugas di kedai kopi itu.
Saat Adira sedang serius mengerjakan
tugas, tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki yang
tidak begitu asing di telinganya. Posisinya saat itu
memang bisa di bilang sangat dekat dengan meja
9
kasir. Jadi, ia bisa mendengar jelas suara orang
yang membayar tagihannya.
“Bro, ini sekalian sama meja nomer 8,
berapa jadinya?.” Ucap laki-laki itu dengan mas-
mas penjaga kasir sambil jarinya menunjuk ke arah
Adira. Saat dia bilang meja 8 sekalian, Adira
langsung menoleh ke arah kasir, dan benar saja, itu
adalah suara Fairuz yang akrab ia panggil dengan
Mas Fairuz, orang yang berhasil membantunya
meyakinkan orang tuanya dulu untuk ngekos di
dekat kampus.
Saat itu mata mereka sempat bertemu
sekejab dan Mas Fairuz langsung melempar
senyuman kepada Adira, ia yakin wajahnya saat itu
sedang memerah. Namun, ia tidak menghiraukan
wajahnya dan langsung membalas senyuman mas
Fairuz serta berusaha bersikap seperti ia yang
biasanya. Meskipun hatinya dag dig dug seer hehe.
Usai membayar, mas Fairuz menghampiri
mejanya, semakin mas Fairuz mendekat,
jantungnya semakin sulit di kendalikan. Namun,
bukan Adira kalau tidak pandai berpura-pura biasa
saja di depannya.
“Tadi sempat lihat kamu debat sama mbak-
mbak. Ada apa?” tanya mas Fairuz dengan
10
ekspresi wajah penasaran ketika sudah sampai di
mejanya dan langsung duduk di kursi yang ada di
depan Adira.
“Loh, ternyata mas Fairuz dari tadi disini
toh. Eh mas, kok di bayarin lagi sih. Hemmm
kebiasaan deh kaan aku jadi gaenak” Jawab Adira
seakan mengalihkan pertanyaan dia tadi. “Kalau
mas Fairuz tau aku menerima tawaran jadi ketua,
dia pasti bakalan ngoceh panjang lebar nih, duh
jangan sampai ketahuan.” (kata Adira dalam hati).
“Dih, kaya aku orang lain aja. Biasanya
juga seneng kalau di bayarin. Huuuu” kata mas
Fairuz sambil mencubit hidung Adira dengan
ekspresi greget. Perlakuannya selalu sukses
membuat jantung Adira ingin pergi dari tubuhnya.
Meskipun ia sudah sering mendapatkan perlakuan
seperti itu dari Mas Fairuz.
11
~2~
Tenang, Ada Aku
Seperti biasa, Adira hanya bisa berpura-
pura biasa saja dengan perlakuan Mas Fairuz yang
selalu membuat jantungnya nyaris pindah dari
tubuhnya.
“Ih mas Fairuz mah, malu tuh di lihat
banyak orang.” Kata Adira dengan nada sedikit
bete sambil telapaknya memukul tangan Mas
Fairuz yang masih menempel di hidung mungilnya.
Adira memang merasa kurang nyaman di
lihat banyak wanita yang ada di kedai kopi itu,
karena Adira tau kalau Mas Fairuz adalah Laki-laki
yang cukup populer di kalangan kampusnya.
Bagaimana tidak? Mas Fairuz bukan hanya punya
wajah yang tampan, namun ia juga berhasil meraih
julukan Dosen termuda di jurusan Adira. Tidak
sedikit teman-teman Adira yang menyatakan
perasaannya terang-terangan di depan Mas Fairuz.
Namun, meskipun banyak fans, tapi Mas
Fairuz tetap memasang wajah dingin di depan
wanita-wanita yang ada di kampus, mungkin karna
memang ia sudah mempunyai kekasih yang ada di
kampus yang berbeda.
12
Akan tetapi, meskipun Mas Fairuz bersikap
cuek kepada semua wanita yang ada di kampus,
namun ia berbeda terhadap Adira. Itulah yang
membuat teman-teman Adira iri dengannya.
“Hmm.. Iya deh.. sekarang udah besar,
udah bisa protes yaa.” Ucap mas Fairuz seraya
menghentikan tangannya dengan bibir sedikit
terangkat.
Begitulah mas Fairuz, perlakuannya selalu
saja membuat jantung Adira berdegub kencang,
Adira tidak menanggapi perkataannya, Adira
kembali fokus ke laptop untuk mengerjakan
beberapa tugas yang sangat membuat pusing
kepala.
Adira tidak menanggapi perkataan Mas
Fairuz karena ia takut jika perasaan yang sudah
lama ia pendam akan semakin bertumbuh besar
kepadanya.
Adira tidak mau hal itu terjadi, karena Mas
Fairuz sudah memiliki kekasih dan ia hanya
mengaggap Adira sebagai Adiknya saja.
“Ngerjain apa sih dek, aku di cuekin gini.”
Protes mas Fairuz saat Adira tidak menanggapi
perkataannya dan memilih untuk fokus ke
laptopnya.
13
Adira hanya menanggapi dengan
mengangkat alisnya tanpa menjawab pertanyaan
dari mas Fairuz sambil terus fokus ke laptop. Saat
ia fokus ke laptop, tiba-tiba mas Fairuz sudah ada
di belakang Adira dan melihat apa yang sedang
Adira kerjakan.
“Apa sih maaaas, udah sana kembali
duduk. Aku pusing nih, hmmmm.” Kata Adira sambil
menghela nafas dan menggerakkan tangannya ke
atas kepalanya sambil memejamkan mata.
“Apa sih? Kenapa? apa yang bikin pusing?
Sini coba aku lihat.” Kata mas Fairuz yang sudah
mengambil posisi duduk di kursi samping Adira.
Tangannya dengan cepat mengambil alih laptop
Adira dan dengan wajah serius ia melihat tugas
yang ada di layar laptop Adira.
Adirra hanya diam sambil sesekali
memperhatikan wajah mas Fairuz yang sedang
serius menghadap layar laptop.
“Orang Cuma di suruh buat poster aja
ngeluhnya udah kaya di tinggal nikah, uu dasar
adek jelek.” Ejek mas fairuz sambil tangannya
mencubit kecil hidung mungil Adira lagi.
14
“Mas.. sakit tau.. hih kok.” Adira yang
mengeluh karena perlakuan Mas Fairuz yang terus
saja mencubit hidungnya.
“hahaha.. yaudah ga usah bingung, ntar
aku kerjain. Tugas dari mata kuliah apa sih emang?
Kok pake bikin poster segala? Ha?” tanya mas
Fairuz kepada Adira.
Adira yang baru saja mendengar kata “Aku
kerjain” langsung girangnya minta ampun.
Bagaimana tidak, ia memang sangat lemah dalam
hal edit mengedit, dan Mas Fairuz adalah orang
yang paling ahli dalam hal mengedit. Jadi, ia
bersyukur banget ada mas Fairuz yang mau
membantunya.
Selalu saja begitu, Mas Fairuz memang
benar-benar seperti kakak kandung Adira. Ia selalu
ada saat Adira butuh apapun.
15
hingga depan gerbang kosnya, sudah menjadi
kebiasaannya kalau sedang keluar bersama.
16
rasa kangennya dan permintaan agar Adira
mengunjunginya.
Wassalamualaikum.
17
Begitulah isi surat Alya kepada Adira yang
mengungkapkan rasa kangennya dengan Adira.
memang mereka terbilang sangat akrab.
18
Hal tersebut sangat berbeda dengan Adira
yang super supel dengan semua orang. Bahkan
Adira juga di kenal di kalangan pesantren Alya.
Karena dulu sering kesana, jadi Alya
memperkenalkan Adira kepada teman-teman kelas
atau teman kamarnya.
19
~3~
20
rumah di bonceng sama Mas Fairuz. Namun kali ini
karena Mas Fairuz tidak pulang, maka Adira pulang
sendiri memakai sepeda motornya yang ada di kos.
21
dengan pesantrennya Alya. karena disana jarang
sekali ada bengkel dan kalauopun ada itu
tempatnya juga sangat jaauh. Karena pesantren
Alya ada di daerah pedesaan.
22
membuat Adira meraa tidak kuat untuk menahan isi
yang ada di perutnya. Namun ia masih berusaha
kuat untuk menahannya.
23
Adira yang dari tadi tidak kuasa menahan
isi yang ada dalam perutnya, langsung
memuntahkan semua isi perutnya di samping Mas
Fairuz.
24
Setelah mengingat kejadian itu, Adira
senyum-senyum sendiri sambil bersiap-siap untuk
pulang ke rumahnya.
25
~4~
26
berpamitan untuk menghadiri acara kondangan
bersama bu lek dan anaknya.
27
berpikir kalau itu adalah Mas Fairuz. Lalu ia
melangkah menuju dapur dan ia tidak melihat Mas
Fairuz disana.
28
deh hemmmm... hihhhhh...” kata Adira dengan
mencubit lengan mas Fairuz.
29
setelah sampai di meja makan ia lagsung duduk
dan memakan mie yang ada di meja denga
lahapnya. Mas Fairuz melihat Adira makan sampai
ia melongo dan menggelengkan kepala.
30
padanya. Lalu ia melanjutkan makannya yang
tinggakl atu suapan,
31
sepertinya keluarga mereka berusaha
mdendekatkan mereka berdua.
(Flashback berakhir)
32
~5~
33
di kos, Adira sudah jarang sekali makan masakan
Ibu.
34
kecil, tujuannya agar persahabatannya terus
langgeng dan berubah menjadi sebuah keluarga.
35
Namun, meskipun belum mendapatkan
restu dari Orang tua Mas Fairuz tetap melanjutkan
hubungannya dengan prinsip “kalau memang itu
jodoh orang tua bisa apa” itulah prinsip yang di
pegang oleh Mas fairuz dan kekasihnya.
36
Pernah juga saat di suruh pak lik membeli
sate untuk acarapengajian, disitu mas Fairuz
padahal sedang sibuk-sibuknya mengurus ujian
skripsi. Tapi ia meninggalkan skripsinya dmi
mengantarkan Adira sebentar untuk membeli sate.
37
~6~
38
ini tidak ada acara apaapun. Jadi ia memilih untuk
tetap bersantai di rumah saja.
39
Mas, kenapa?” jawab Adira dengan cepat, emang
dasar tangan Adira tidak bisa di kontrol banget,
selalu saja ingin cepat-cepat membalas chat dari
Mas Fairuz. Setelah ia menjawab dengan cepat,
Mas Fairuz pun membalas chat Adira dengan cepat
pula. “kalau ga sibuk, ikut aku yuk.. cari kue dan
kado buat Alya. terus besok ayo kesana bareng.
Ntar tak jemput, sekarang siap-siap o dulu, ntar tak
izinkan ke bapak ibuk.” Balas mas Fairuz.
40
Adira mendengar percakapan singkat
antara Mas Fairuz dan Ibunya. Lalu Adira bergegas
mengenakan kerudung sambil senyum-senyum
sendiri di depan cermin. Hanya butuh waktu 2 menit
saja ia sudah siap dan keluar. Lalu mereka berdua
berpamitan untuk berangkat, seperti biasa pesan
ibu adalah hati-hati di jalan.
41
Setelah sampai di toko kue kedua akhirnya
tidak tutup lagi, mereka membeli kue untuk Alya.
Mas Fairuz meminta Adira untuk memilihkan yang
cocok untuk Alya. setelah Adira memilih kue Adira
memutuskan untuk menunggu di luar. Mas Fairuz
membeli Kue yang dipilih oleh Adira. bukan hanya
kue saja, mas Fairuz juga membeli sepotong roti.
42
waktu aku membayar ke kasir tadi aku lihat ada roti
itu, terus keinget kamu, yaudah aku beli.” Jawab
Mas Fairuz dengan santainya.
43
maka Adira menyarankan untuk ngado gamis
muslimah aja, terus Adira yang ngado hijabnya.
44
kamera aja, kalau malem bagus atau ga
kameranya. Adira hanya mengangguk saja. Mas
Fairuz hanya mengambil 2 jepret foto saja lalu
menutup kamera gawainya dan menimpannya kagi.
Lalu Adira minta fotonya agar dikirim ke wa nya,
dan di iyakan oleh Mas Fairuz.
45
Karena Adira menolak, jadi mas Fairuz
hanya mampir membelikan oleh-oleh bakso kepada
orang tua adira dan orang tuanya. Lalu mereka
melanjutkan perjalanan sampai ke rumah. Mereka
sampai di rumah pukul setengah sepuluh malam.
46
~7~
47
karena takut Mas Fairuz akan datang dan
menunggunya lama.
48
Setelah melihat itu Mas Fairuz berhenti
bicara dan mempercepat laju kendaraannya,
sampai Adira tidak bisa bernafas dan kettakutan.
Mas Fairuz melihat ekspresi Adira hanya tertawa
jahat dan terus melaju dengan kecepatan tinggi.
49
saja, maka ia hanya membeli dua jus alpukat. Yang
satu untuk Alya dan satunya untuk mereka berdua.
50
kamu pegang, Aku juga mau, dahaga nih.” Jawab
Mas Fairuz.
51
memeluknya dengan erat. Mas Fairuz yang
membawa kue dan jus untuk Alya sampai terheran
dengan adiknya yang begitu kegirangan melihat
Adira. “Adeek.. padahal yang kakak kandung kamu
itu Aku, kenapa yang kamu peluk malah Mbak Adira
dek?” Ucap Mas Fairuz dengan raut wajah
keheranan. Namun Alya tetap tidak menggubris
perkataan kakanya itu dan masih saja memeluk
Adira.
52
Di tenagh perjalanan Mas Fairuz mengajak
Adira mampir ke butik, Adira pun bertanya-tanya
untuk apa mampir ke butik. Lalu setelah ia ingat-
ingat kembali, bahwa saat inilah ia harus
memilihkan kado untuk kekasih Mas Fairuz itu.
53
Mas Fairuz selalu berusaha meyakinkan
orang tuanya tentang pilihan hatinya. Namun
hasilnya selalu saja nihil.
54
menghilang dari hadapannya ia langsung masuk ke
kamar. Kebetulan orang tuanya tidak ada di rumah
saat itu, meteeka masih bekerja dan belum puang.
Jadi Adira dengaan leluaasa menumpahkan segala
kesedihannya di dalam kamar.
55
~8~
56
dan Mbak Aliza dengan caption “Setiap perjuangan
ada Hasilnya, semoga lancar sampai hari H ya Mas
Fairuz dan Mbak Aliza”.
57
Adira masih menangis tak karuan. Ia masih
berusaha menenagkan hatinya seorang diri. Saat ia
sudah sedikit tenang, ia membuka pesan wa dari
mas Fairuz yang isinya foto dan sebuah tulisan.
58
dalam diam, sehingga membuat Adira menjadi
orang yang benar-benar seperti kehilangan Arah.
59
Selama satu minggu setelah kabar dari
Mas Fairuz, ia fokus menyiapkan diri saat bertemu
dengan Mas Fairuz. Ia merancang bagimana
sikapnya dan apa yang harus ia keluarkan dari
mulutnya. Adira takut kalau ia bertemu Mas Fairuz
air matanya tidak bisa dibendung.
60
“Heleh.. gaya pake kangen segala. Acara
lamaranku pun kamu ga ada. Ayo sinio bantu aku
nulis undangan. Aku bingung siapa aja yang harus
aku undang. Kamu kan kenal cewek2 desa sih ya..
kamu aja ya yang nulis nama-nama undangannya.
Terserah kamu deh mau ngundang siapa.” Ucap
mas Fairuz kepada Adira. Kini ia semakin
mendekat ke arah Adira dan menyerahkan
beberapa lembar undangan untuk Adira.
61
dan memintanya untuk meengundangi siapa saja
wanita yang ada di desa.
62
Begitulah risikonya jika kita mencintai
dalam diam. Kita harus pandai menyembunyikan
perasaan dan mengikhlaskan segalanya dengan
senyuman. Selesai
63
Epilog
Sampai saat ini Adira belum mengetahui
bagaimana orang tua Mas Fairuz bisa merestui
hubungan mas Fairuz dengan istrinya. Namun,
Adira percaya kalau memang jodoh tidak akan
kemana. Biarpun orang tua berkata tidak, jika allah
sudah berkehendak, maka tidak akan ada yang
bisa mengelak.
Setelah kejadian itu, Adira melakukan
aktiviats sehaari-hari seperti biasanya. Seaakan
tidak pernah terjadi apa-apa. ia sudah mulai masuk
kuliah dan mas Fairuz juga sudaah mulai
melanjutkan aktivitasnya sebagai dosen di
kampusnya.
64
Adira selalu terlibat dalam keluarga Mas
Faairuz. Jika ia hendak liburam, Adira selalu di ajak
olehnya. Dan Adira pun tidak pernah bisa menolaak
tawarannya. Ia hanya bisa berpura-pura seperti
tidak terjadi apa-apa.
65
Ikhlas dan terus berusaha memperbaiki
diri, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.
Seamnagt untuk kalian yang masih berusaha
menyimpan perasaan dalam diam, pahami dulu
risikonya, sebelum terjebak dalam situasi yang
sama, seperti Adira.
66
Tentang Penulis
Isma Aliyah Rahmawati, lahir di Gresik, 02
September 2000. Sekarang sedang menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Surabaya, jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5.
Membaca, Menulis, dan Memasak adalah hobinya
sejak duduk di bangku sekolah dasar.
(@isma_aliyah_rahmawati @secret_admirer.ia)
Email (ismaaliyahrahmawati@gmail.com)
Fb (IsMa Aliyah)
67
68