Lantai
Seorang pria muda tampak berdiri termanggu di hadapan cermin yang menempel di dinding
tembok kamar. Triad, demikan nama pemuda itu. Dia tampak rapih sekali dengan celana
jeans kecoklatan dan setelan jas abu-abu melapisi kaos biru tanpa ke arah. Sepasang sepatu
kulit warna kecoklatan dipilihnya untuk menunjang penampilannya yang walaupun tidak
terlampau formal namun tidak juga terlampau casual. Wangi parfum dengan aroma segar
khas lelaki menambah kemaskulinnannya di sore yang cerah ini.
Hidupku pasti akan berubah, hidupku pasti akan lebih berwarna sore ini! Kata pria itu
dengan optimisme yang tinggi.
Sore ini memang akan menjadi waktu yang paling bersejarah bagi Triad. Sore ini begitu
pentingnya di mata pemuda lajang ini. Sore ini menjadi sore yang paling istimewa sepanjang
hidupnya. Mungkin karena faktor inilah, Triad mendadak berubah menjadi pria yang
fashionable. Dia ingin penampilannya terkesan berbeda dari penampilan sebelumnya. Sayang
karena pengetahuannya di bidang mode adalah nol besar, membuatnya kesulitan untuk
mendapatkan penampilan terbaik. Beruntung pilihannya yang secara acak itu tidaklah terlalu
buruk. Penampilan busananya masih lumayan sedap dipandang.
Sebuah kotak mungil yang berisi cincin berlian diambilnya dari dalam laci lemarinya.
Dibukanya kotak itu, diamatinya cincin berlian yang berkilau. Triad tersenyum, sepertinya ia
sedang membayangkan hal-hal indah yang bakal ia temui nanti.
Karin, aku sudah tak sabar lagi melihat cicin ini berada di jari manismu Kata Triad
berkhayal seorang diri.
Hampir sepuluh tahun aku menunggu peristiwa ini, dan kau akan segera kumiliki Kembali
dia berkata dalam khayalannya sambil memandangi cicin berlian itu. Cincin berlian ini
sepertinya memang sengaja dipersiapkan sebagai Tanda Cinta dari Triad untuk seseorang
yang paling spesial dalam hidupnya.
Kenangan indah Triad tiba-tiba saja muncul kembali dalam pikirannya. Ya, Karina,
perempuan yang telah lama menjadikan dirinya narapidana cinta. Karina jugalah yang
membuat dirinya seperti orang yang kehilangan rasionalitas karena terjebak oleh indahnya
asmara. Namun Karina jugalah yang membuatnya sempat kehilangan semangat hidup. Karin
jugalah yang membuat hidupnya menjadi hampa. Karina memang sempat menoreh luka
dalam hati Triad, namun Karina juga yang membuat hidupnya bisa bahagia.
Karina dan Triad sebenarnya adalah dua orang sahabat akrab sejak kecil. Secara kebetulan
mereka selalu bersama sejak duduk di bangku sekolah dasar, SMP dan SMA.
Persahabatan mereka berdua yang terbina sejak kecil menjadi sedikit terganggu dengan
perubahan sikap Triad terhadap Karina. Seiring dengan usianya yang semakin tumbuh
menjadi remaja, benih-benih cinta mulai muncul pada diri Triad.
Cinta yang terpaksa hanya dipendamnya selama bertahun-tahun karena perbedaan status
sosial yang lebar antara dirinya dengan Karina. Triad menyadari Karina bakal berpikir ulang
untuk menerima cintanya dengan kondisinya saat itu, dan ia pun tak mau persahabatannya
terganggu gara-gara hal ini.
Jurnal Mama
Pagi ini aku membuka lemari tua ayahku, setelah kepindahan ku kemari, kepindahan kembali
tepatnya. Aku belum sempat melihat-lihat rumah tua ini, selain semak belukar di sekeliling
rumah yang berencana akan kupotong nanti. Aku masuk dalam rumahku yang telah lama aku
tinggalakan, entah kenapa ruang pertama yang ingin aku masuki adalah kamar Mamaku. Aku
melihat isi dalam lemari di dalam kamar mama, debu-debu membuat aku tak bisa bernafas
dengan baik. Kapan terakhir ayah membersihkan ini? huh, rumah sebagus ini kenapa
dibiarkan terbengkalai begitu saja? Dan saat ku tanya alasannya pasti sama, ayah akan
teringat mama saat kemari. Tapi mulai tahun ini kuputuskan untuk kemari, tidak peduli pada
ayah, aku rindu rumah ini, hal terakhir yang kuingat, adalah saat aku bermain dengan lumpur
di halaman belakang dengan Juno. Mungkin dia juga salah satu alasan kenapa aku kembali
kemari. aku selalu tersenyum sendiri jika mengingatnya.
Debu dalam lemari itu mulai beranjak turun tertarik gravitasi, dan aku juga mulai bisa
melihat bagian dalam lemari itu, beberapa benda-benda lama tertata di dalam lemari itu, ada
beberapa baju-baju lama, mungkin itu baju mama. Jika telah kucuci aku ingin memakainya.
patung, guci, mawar kering, cincin, buku diary berwarna biru, aku penasaran, apa yang ditulis
mama waktu muda?. Kisah cinta yang romantis, kencan pertama, atau bagaimana ayah
menyatakan perasaannya. Aku membuka halaman pertama diary itu.
2 juni 1995
Sebaris kata-kata itu terlalu memusingkanku.. sejak kapan aku tak bisa mengeja kata inspirasi
dengan benar dalam waktu 5 detik? Seorang dokter bilang gejala ini adalah awal dari sebuah
penyakit. Tapi penyakit apa yang membuat kita bodoh perlahan-lahan? Mengingatnya aku
ingin tertawa. Memang aku pernah menonton sebuah film, dimana tokoh utama yang berusia
lebih dari 60 tahun menderita alzeimer, sejenis penyakit kepikunan, yang pada akhirnya dia
menjadi bodoh perlahan-lahan, amnesia tahap demi tahap. Tapi bukankah itu hanya sebuah
film? Lagi pula aku 24 tahun. Apa yang kupikirkan aku hanya tak bisa mengeja inspirasi
dengan benar, bukankah itu hal biasa? Semua orang pernah mengalami hal yang seperti itu.
7 agustus 1995
Akhir-akhir ini aku sering membuat masalah, sebanyak 12 kali dalam seminggu aku mulai
sering melupakan sesuatu, meninggalakan kartu ujian di meja belajar, handphone, tugas, uang
saku di depan teras, menggunakan sandal saat ke kantor, meninggalkan dispenser yang masih
mengalir airnya, atau hal-hal lainnya. Aku benci dengan itu, aku benar-benar pikun melebihi
nenekku yang telah berumur lebih dari 60 tahun.. adikku sering mengkhawatirkanku tentang
itu. lebih baik dari sebelumnya yang selalu tak acuh padaku. Bebarapa teman memberi saran
agar aku sering mencatat jurnal, tapi itu pun aku sering lupa.
Aku menangis membaca jurnal mama ku ini, ada apa? Aku bahkan tak dapat berkomentar
saat membacanya. Aku mebisu, pikiranku terpaku dan kini air mataku mengalir, Tuhan jaga
ibuku disana. Hanya itu, apa yang harus kulakukan lagi aku tidak tahu. Yang jelas saat ini aku
ingin pulang dan minta maaf pada ayahku, lalu memeluknya erat.
Mama I miss you!
Pengkhianat
Hmmmm, pagi yang indah mentari pagi mulai menyinari indahnya dunia ini, kulihat semua
orang bersemangat awali hari yang indah ini. Setiap hari adalah hari baru bagiku dengan
semangat dan senyuman menjalani hari ini?.
O iya hari ini tanggal 20 ya? Aku jadi inget dengan nathan hmm iya, tebakan yang benar! Dia
memang mantanku, mantan yang pernah singgah dalam hatiku, sekaligus laki-laki penghianat
yang pernah kutemui.
Dia memang keren, ganteng, sweet dan pengertian tapi yang ku inginkan bukanlah itu tapi
kesetiaan. Hanya itu, emm waktu itu aku punya sahabat namanya natalia dia sahabat ku di
smp dulu dia yang selalu menemaniku disaat ku susah senang dan duka, sahabat yang selalu
ada buat ku tapi dia sahabat yang tak pernah kuduga kebusukkannya. Hari itu tepat tanggal 20
juli 2013 aku akan bikin surprise buat nathan. Kali ini kita bakal anniversary 1 month, ku ajak
nathan di sebuah resto tapi saat itu dia tak mau. Dia ingin kalau aku ajak natalia untuk makan
bersama tapi tak mungkin ku ajak natalia karena ini kan anniversary hubungan kita, yang first
lagi Mungkin nathan tak tahu kalau aku merencanakan ini spesial buat anniversary
hubungan kita. Tapi ya sudahlah aku tak jadi merayakannya dengan yang spesial aku hanya
mengirim surat pendek lewat sms hay nathan.. Pagi ini indah ya? Pasti kamu tak sadar kalau
hubungan kita udah 1 bulan aku senang sekali?. Emm semoga hubungan kita semakin
langgeng ya aku seneng banget! Morning Semangat hari ini! ku kirim pesan pendek itu ke
nathan tak lama dia hanya membalas pesanku dengan jawaban yang sangat singkat. Yaitu oh
y!! apa karena ngirit pulsa ya? Tapi gak mungkin deh! Atau main ps. Sudah gitu doang.. Apa
sibuknya coba?. Aku balas smsnya sekali lagi singkat banget sih?! Esemesnya? Emm, sibuk
ya? Oh ya udah deh maaf kalo ganggu! smsku segeraku kirim lewat hpku yang tak semahal
hpnya nathan yang bermerk nokia lumia 720! Wow! Amazing Memang nathan adalah anak
seorang yang cukup kaya. Anak satu-satunya dari keluarga verodena tapi ibu nathan sudah
gak ada sejak ia lahir emm, cukup memperhatinkan tapi dia masih banyak yang merawat ada
pembantu-pembantunya dan tante lani yang cukup dekat dengan om vero (papa nathan) tapi
kulihat selama tante lani dekat dengan om vero, nathan tak pernah suka dan tak pernah
respect dengan tante lani atau apa mungkin nathan tak pernah suka apabila ada pengganti
mamanya?
Dan sekarang aku sudah kelas xi aku sangat beruntung sekali ku punya sahabat yang sangat
baik denganku dan dibalik kebaikannya itu bukan ada kata nikung melainkan kesetiaan.
Cerpen Karangan: Ineke Yulia Margareta
Facebook: Https://www.facebook.com/margaretha.yulia.7
nama ku ineke yulia margareta . hobby ku menulis ini salah satu cerpen pertama ku yg ku
kirim ke blog ini .. ) semoga kalian suka, maaf kalau jelek aku hanya penulis pemula .
btw follow ya twitterku @inekeyuliam_ mention aja kalo ingin difollback GBU
Bintang Lapangan
Awas.. si buntung mau lewat, beri dia jalan teman teman teriak seorang anak
Hahaha dasar buntung lanjutnya sambil tertawa
Tak bosan bosannya mereka mengejekku, aku memang sudah terbiasa dengan ejekannya.
Tapi kadang aku merasa merasa menyesal di lahirkan dengan keadaan cacat begini. Aku iri
dengan mereka yang terlahir dengan kesempurnaan. Mereka bisa berlari kesana kemari
sepuasnya, tapi aku? berjalan saja lambat seperti seekor siput.
Namaku Amir, umurku 15 tahun. Aku duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama. Bapak
dan Ibuku adalah seorang petani, kehidupan kami bergantung pada lahan itu. Aku sangat
ingin kaki palsu tapi penghasilan orangtuaku yang pas pasan hanya cukup untuk kebutuhan
sehari hari, mana bisa beli kaki palsu? aku harus mememdan mimipiku dalam dalam.
Banyak anak anak di sekolah menjauhiku, alasanya mereka malu berteman denganku. Tapi
Lili dan Wandi berbeda, mereka mau menjadi temanku. Dengan di bantu tongkat kayu aku
berjalan menuju kelas, Amir amir tunggu sebuah suara yang tak asing lagi, ya Lili
memanggilku. Dengan napas terpenggal penggal, Lili berusaha untuk bicara.
Kenapa berlari seperti itu? tanyaku penasaran
Ah ngga penting, itu nama kamu ada di daftar pemain Sepak Bola untuk perlombaan
bulan depan katanya dengan napas yang masih terpenggal
Hahaha, kamu memang ahli bergurau jawabku sambil tertawa
Kamu tidak percaya? ayo ikut aku ke mading sekolah
Aku pun mengikuti langkahnya Lili menuju ke mading sekolah. Namaku tertera di daftar itu,
percaya tidak percaya ini sepeti bermimpi. Bagaimana aku bermain Sepak bola dengan
keadaanku yang seperti ini? Padahal aku tidak pandai bermain sepak bola.
Adzan zuhur menggema di telingaku, aku mengambil air wudhu untuk menenangkan
pikiranku yang kalut ini. Setelah melaksanakan sholat, ada kekuatan yang membuatku
percaya diri. 1 bulan aku mendapatkan berbagai macam latihan, awalnya terasa sangat sulit
aku mencoba dan terus mencoba. Hari ini perlombaan di mulai.
Keringat dingin bercucuran dari tubuhku, kedudukan kami 2 2 momen yang sangat
menegangkan. Waktu terus berjalan, detik detik terakhir kami mencetak gol dan akhirnya
team kami menang. Kami membawa pulang sebuah Piala dan Uang tunai. Kini aku tau, di
dunia ini tak ada kata tidak mungkin selama kita masih berjuang.
cerpen Karangan: Ambarnia
Facebook: Ambar Nia
Kritik dan saran bisa lewat @nia_ambar
Gila Ramalan
Menurut kalian salah gak sih kalau gue itu tergila-gila sama ramalan? Ehm engga kan ya?
Perkenalkan gue cika si ratu ramalan. Temen-temen gue ngasih julukan tersebut ke gue
karena setiap hari gue selalu baca ramalan yang ada di majalah, dan internet buat mengetahui
apa yang akan terjadi di hari-hari yang akan gue lewatin, hehe gimana gue pinter kan? Kata
sahabat gue si kikan gue itu gila. astaga masih waras begini dibilang gila. kata kikan gue gak
perlu baca-baca ramalan untuk tau apa yang akan terjadi di hari-hari gue. Gue sempet mikir
begitu juga sih tapi anehnya tiap gue baca ramalan mengenai kejadian di hari gue, ramalan itu
Wow banget kan kikan. Asik asik gak JOMLO lagi.. #ehh kikan mulai cemberut. trus
gue mesti bilang apa? Wow, wiw, wew, atau kopral 100x? ya ampun kan sebagai sahabat
yang baik lu gak perlu kok ngelakuin itu. hihi. Udah dong jangan cemberut gitu, tar jelek ih..
rayu ku. berarti selama ini gue cantik dong, asek.. kikan tampak bersemangat. Aku terdiam
lalu menjawab engga sih, orang pesek gitu cantik dari mana ya? Ledekku sambil berpikir.
yeee abg labil dasar.. eh cik lo inget gak hari ini kan ada pr mtk? tanyanya pr? Inget kok..
aku menjawab tanpa berpikir panjang trus lu udah ngerjain? kikan tampak bingung
belum kataku cuek dan masih membaca majalahnya. lo gak inget guru mtk kita killer?
aku terdiam dan seketika itu mukaku berubah menjadi panik.. astaga gue lupa pr mtk,
gimana ini gimana. Help help.. kan jangan diem gitu dong gue liat donggg! plissss kikan
tertawa melihat tingkah ku. Aku menutup majalah dan fokus dengan PR MTK nya. DASAR
LOLA LO CIK. HAHAHA kikan meledekku. bahagia kah kau kikan. hufft whatever you
say.. aku cemberut..
Jam pulang sekolah tiba tapi rio tak kunjung menemuiku. gue menunggu, menunggu rio
menemuiku tapi ia tak kunjung datang. gue cemberut. Mungkin rio benar-benar lebih
mementingkan basket dari padaku. gue kecewa dan mulai menangis.. Hari-hari berlalu gue
terus membaca ramalan tapi ramalan itu tak terjadi. Apa ramalan marah pada gue? Aneh, gue
hampir gila memikirkannya.. gak tau kenapa akhir-akhir ini gue lebih banyak diam dan
melamun. Kikan dan rio bahkan heran melihat tingkahku.. lo kenapa cik? Pasti karena
ramalan ya? Gue udah bilang jangan terlalu percaya sama ramalan. Kenapa sih lo gak mau
denger ucapan gue.? Kikan terlihat kesal. gue menoleh dan menghentikan lamunan gue.
kenapa ya ramalan gue kok sekarang gak pernah jadi nyata? ada apa ya kan? aku mulai
bersedih. tiba-tiba rio datang. oh jadi ini yang buat kamu berubah? kamu tuh aneh ya. coba
aku mau tanya kamu punya tuhan gak? rio terlihat kesal. punya lah! aku mencoba
menahan tangisku.. siapa tuhan kamu? RAMALAN hah? kamu tuh orang paling bodoh
karena percaya sama ramalan! rio mulai membentakku dan seketika itu aku mulai menangis.
nangis kan, udah sadar kalau kamu bodoh? rio menertawaiku tanpa memperdulikan
perasaanku. kikan hanya terdiam dan mulai berbicara. udah stop. rio lo gak boleh begitu,
harusnya lo bicara baik-baik jangan asal membentak, cika udah berhenti. jangan menangis,
lupakan tentang ramalan inget lo masih punya tuhan yang udah ngetakdirin jalan hidup lo.
kikan berusaha menenangkan aku dan rio. maafin gue ya, gue baru sadar selama ini gue
bodoh banget percaya sama ramalan. gue janji gue gak akan percaya sama ramalan lagi. aku
mengusap airmataku dan mencoba tersenyum. janji? kikan bertanya dan aku hanya
mengangguk. rio menoleh kearahku dan mulai tersenyum..Sejak saat itu gue udah gak
percaya ramalan lagi, gue lebih percaya sama tuhan, sahabat dan pacar gue. hidup itu ternyata
lebih indah kok kalau kita percaya tuhan bisa ngasih kita kebahagiaan. daripada percaya sama
ramalan, itu kan musyrik.
TAMAT
Sebatas Teman
Waktu berjalan bagitu cepat. Hingga dalam waktu 5 tahun rasanya sangat sulit untuk
melupakan semua masa laluku. Apalagi sosok seseorang yang pernah hadir dalam hidupku.
Pada suatu hari, aku bertemu dengan dia di suatu tempat yang mana pertemuan ini tanpa aku
duga sebelumnya.
Aku terus memandang ke arah dia, dan terus memperhatikan seakan-akan aku dia tak asing
lagi bagiku.
Sepertinya aku pernah lihat laki-laki itu? sambil terkejut. O iya, itu kan Revan, jawabku.
Revan Revan aku berteriak memanggil dia dari jauh.
Tapi dia tak tahu bahwa saat ini aku bertemu dengannya. Lalu aku mengejar dan mengikuti
dia di tengah keramaian orang-orang lalu lalang.
Revan Revan aku terus berteriak memanggil dia hingga akhirnya ia berhenti.
Siapa yang memanggilku? tanya dia dalam hati.
Kemudian dia membalikkan wajahnya ke belakang dan memandangiku.
Revan Ini aku Dilla. Kamu masih ingat aku? tanyaku sambil mendekati dia.
Semoga saja kau masih ingat denganku, kataku.
Dengan sedikit berfikir, dia mencoba untuk mengingat sedikit masa lalunya tentang aku.
Oow iya. Aku ingat, kata dia sambil terkejut.
Syukurlah kamu masih mengingatku, kataku.
Di tempat yang teduh, kami mengobrol dan sedikit mengulas tentang pengalaman masa lalu.
Aku minta maaf jika selama ini aku membuatmu kecewa. Aku ingin jika kita hanya sebatas
teman saja. Semoga disana ada seseorang yang lebih baik dariku, yang menanti
kehadiranmu.
Aku sudah berusaha untuk melupakan semua masa lalu itu. Bagiku 5 tahun itu sangat sulit
untuk melupakanmu. Aku bisa melepasmu, tapi aku masih belum bisa untuk melupakanmu.
Tapi jika memang itu keputusanmu, aku sanggup menerima dengan tulus keputusan ini,
kataku sambil meneteskan air mata.
Terima kasih kamu sudah menghargai keputusanku. Bagiku kamulah satu-satunya orang
yang terbaik dalam hidupku, katanya sambil merendah hati.
O ya aku punya kabar untukmu. Mungkin bulan depan aku akan menikah. Menikah dengan
seorang gadis yang baru 1 tahun aku kenal. Dia adalah gadis panti asuhan yang dibesarkan
oleh keluarga kaya. Suatu saat setelah aku menikah nanti, aku ingin memperkenalkanmu
dengannya.
Baiklah. Semoga saja gadis baik itu benar-benar jodoh untukmu, kataku bahagia.
Beberapa jam kemudian kami meninggalkan tempat untuk berpisah.
Semoga pertemuan yang singkat ini menjadi sesuatu yang berharga dalam hidupku. Aku
senang akhirnya dia bisa bahagia atas pilihannya. Sekarang aku baru bisa menyadari kalau
ternyata seseorang yang hadir dalam hidupku belum tentu dia menjadi jodoh untukku.
Mungkin Tuhan mempertemukan kami hanyalah sebatas teman dan tidak lebih dari itu.
Cerpen Karangan: Nurfi Laila
Facebook: Nurfi Laila
Sebelum Senja
Aku berjalan dengan sepatu tanpa tali dan terbang menyusuri ladang jagung, teh dan padi
yang mulai tunduk menguning. bersama hembusan angin teduh pagi itu. kemudian hinggap di
ranting pohon beringin yang amat ridang yang tampak tak di tumbuhi benalu sedikitpun. di
bawahnya terdapat aliran air yang mengalir jernih menuju lautan, di telingaku terngiang
nyanyian burung burung pagi ikut menyemarakan pagi itu. kemejaku menarikku untuk
menjelejah lebih jauh, aku kembali terbang menyusuri hutan lebih dalam dan sampailah di
sebuah perkampungan yang asing menurutku, sangat asing. aku susuri rumah rumah
penduduk, semua tampak tak beratap, hanya dinding dan lantai yang sudah di tumbuhi lumut.
Aku kembali meneruskan perjalanan, tepat di arah barat ada sesosok wanita muda sedang
menimba air di pinggir sumur, di sampingnya terdapat jeligen berukuran besar dan sebuang
corong tepat di lubangnya, di sebelahnya lagi ada sekotak bak yang terbuat dari marmer yang
di bentuk sedemikian rupa, indah memang sayangnya bak itu kosong, kering, tak berair. aku
perhatikan wanita muda itu, ia tarik tali yang terhubung dengan katrol di atasnya, tak lama
ember air muncul di hadapannya, ia ambil ember tersebut. dengan seketika ia siramkan air itu
ke seluruh tubuhnya, ia basah kuyup. entah sengaja atau tidak ia menoleh ke arah ku,
tatapannya kosong. dan ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan jeligen bercorong dan bak
marmer itu.
Aku lihat sopir tadi sedikit berbisik kepada salah seorang laki-laki berkumis, mungkin lakilaki itu pemilik toko tersebut. lelaki berkumis mengangguk seakan mengerti, ia berputar putar
mengelilingi toko dan menepuk pundak para pegawainya, dan ia mengambil pecut dari
lacinya, ia pecut para pegawai yang diam mematung di tempatnya berdiri.
Lelaki berkumis itu naik ke lantai atas dan berbicara dengan suara lantang di balik mimbar. ia
berbicara panjang lebar. kemudian ia terdiam dan memandang ke arah langit, ia
meninggalkan mimbar dan mengambil koper besar dengan roda yang menahan beban koper.
lelaki berkumis itu beranjak masuk ke pesawat yang telah ia booking. dengan serempak para
pegawai berjalan seperti robot menuju truk gandengan. lelaki berkumis melambaikan tangan
dari jendela pesawat sambil tersenyum ke arah para pegawai, penghuni gubuk, kepada lelaki
buncit, dan termasuk kepadaku yang masih tetap duduk di pangkuan kursi rotan para pegawai
masing-masing mengambil sekotak kardus dan pergi meninggalkan tempat itu.
Lelaki buncit itu kembali menghidupkan mesin truk dan di jalankan nya, semakin jauh dan
menghilanh di telan jarak. di sana hanya terlihat para penghuni gubuk yang masih menjeritjerit.
Aku beranjak dari tempat dudukku dengan hati bertanya-tanya ada apa dengan negeri ini?
meninggalkan para panghuni gubuk dan kembali melewati sumur, jeligen bercorong, dan bak
marmer juga kakek yang membuang sandal sebelah kirinya dan pohon beringin yang tadi
pagi aku hinggapi. aku kembali di waktu senja hari.
Cerpen Karangan: Casper
Facebook: Hilman Muhamad Fahlevi
maaf saya penulis amatir, ampuni dosa saya bila karya saya semrawut.
Arti Sahabat
Namaku altha. aku baru saja lulus SD. perkiraanku jadi anak smp itu asik dan seru. setelah
hari pertama aku masuk di smp. rasanya sih biasa saja. mungkin karena aku belum terlalu
akrab sama teman baruku kali ya.
Waktu istirahat pun tiba. karena aku tidak terlalu akrab aku hanya bisa duduk duduk saja di
lapangan sambil memakan makanan yang baru ku beli dari kantin. tidak lama kemudian ada
anak cewek yang mengajakku berkenalan, nama nya sekar.
hay. kok sendiriann sih.?
aku pun menjawabb hay juga. iya nih aku belum akrab sama teman baruku
oh iya. kamu suka foto gak?
suka banget. aku narsis banget kalau di foto.
hahah kita sehati dong.
Pada suatu hari, ada cowok ganteng yang bikin sekar jatuh hati. aku sih hanya bisa
tersenyum. ternyata cowok yang disukain sekar itu teman SD nya dia. tapi sekar baru punya
rasa semenjak di SMP. nama cowoknya adalah kevin.
sekar pun pdkt sama si kevin. dan akhirnya mereka pun jadian.tapi sekar sama kevin itu gak
berani ngomong berduaan. dan itu bikin sekar ilfil. dan ketika aku dan sekar sedang istirahat.
aku melihat anak yang ganteng banget. yang bikin aku suka pada pandangan pertama.
namanya riski. dan aku langsung memukul bahu sekar.
gila. tuh anak ganteng banget sih kar.
maksut kamu si riski?
ya mana aku tahu kar. aku aja baru lihat dia
oalahh. aku saranin kamu jangan suka sama dia.
lah.kok gitu sih kar?
soalnya aku suka sama si riski
kok gitu sih kar.? kan kamu udah punya si kevin?
udah diemm. pokoknya kalau kamu sampai suka sama si riski. kamu gak usah jadi sahabat
aku lagi
lah kok gitu sih kar? sekar langsung berlari meninggalkan aku
sekar. dengerin penjelasan aku dulu
apalagi yang mau dijelasin tha?
Aku gak akan suka sama si riski kar
loh emangnya kenapa tha?
karena aku sayang sama kamu sekar. aku nggak mau kehilangan sahabatku.
kamu yakin tha?
yakin lah.!!! aku lebih baik kehilangan riski daripada kehilangan sahabatku kar. masa garagara cowok persahabatan kita rusak?
kamu memang baik banget tha. makasih ya tha.
Setelah aku minta maaf kepada sekar. semuanya kembali seperti semula. aku seneng banget
bisa bersahabat lagi dengan sekar. karena aku gak mau persahabatan rusak hanya gara-gara
cowok.
Pertemuan Singkat
Hari ini hari sabtu, aku mendapat tugas yang menjenuhkan sekali, aku memutuskan untuk
keluar rumah sebentar mencari udara segar agar tidak stress, atau mungkin setelah jalan-jalan
aku bisa fresh lagi buat ngerjain tugas yang menjenuhkan ini. aku langsung menuju taman
komplek di rumah ku dengan mengendarai sepeda lipat ku. Aku duduk-duduk di taman
sambil memakan snack. Aku melihat orang dewasa, remaja dan anak-anak bermain ria di
taman itu. Tiba-tiba ada seorang lelaki tampan duduk di sebelah ku. Kemudian dia mengajak
ku bicara.
pagi, boleh aku duduk disini?
boleh saja, silahkan
Kalau dilihat sepertinya dia mahasiswa baru di kampus ITS. Kebetulan rumah ku di
perumahan ITS dekat dengan kampus ITS. Jadi setiap hari selalu bertemu mahasiswa atau
pun mahasiswi. Aku tahu kalau dia mahasiswa baru, karena bagi mahasiswa baru di kampus
tersebut laki-laki harus dipotong gundul agar terlihat lebih rapi, aku terus berusaha
meliriknya untuk memastikan perkiraan ku saja. Tanpa aku sadar dia juga lebih lama
meperhatikan ku.
Dia langsung memulai pembicaraan dan memecahkan lamunan ku
hay, kenapa kau terus memandang ku?
aku tidak memandang mu, aku melihat orang di sekitar mu mencoba mengelak
tapi, tak ada siapa pun di belakang ku? sambil menoleh ke belakang
Aku hanya bisa terdiam dan mencari-cari alasan,
kalau boleh tau nama kamu siapa?, aku Reza mahasiswa baru ITS ucapnya.
aku Riska jawab ku singkat, ternyata benar dugaan ku kalau dia mahasiswa baru ITS
kamu mahasiswi baru juga?
bukan, aku masih siswa SMP sambil tersenyum kecil
oh maaf, aku pikir kamu mahasisi baru juga, kok bisa ada disini
iya, rumah ku di sekitar sini, lagi bosen aja di rumah makannya pengen cari udara segar aja
memangnya rumah kamu dimana?
di komplek blok u
kamu habis dari mana? tanya kak Reza
dari rumah kok, kalau kamu?
aku habis dari kampus ngumpulin tugas harian ku, karena tadi aku jalan kaki ke kampus,
makannya aku disini buat istirahat sebentar. jelasnya
oh gitu, ngomong-ngomong udah agak siang nih. Aku harus segera pulang, soalnya aku
males kalau pulang nya kepanasan, entar haus. Papar ku
okey
Sesampainya di rumah aku langsung mencari ayah ku untuk menanyakan mengapa ia
mencari ku. Dan ku temukan ayah ku di ruang keluarga sedang menoton televisi. Aku
bertanya kepadanya ada apa yah kok tadi sms aku?. Dengan entengnya menjawab nggak,
ayah hanya mau menyuruh mu makan sebelum pergi. Rasa kecewa dan kesal terkumpul di
benak ku. Andaikan tadi tak ada sms dari ayah ku, mungkin aku bisa lebih lama mengobrol
dengan kak Rea di taman. Karena hanya hal itu yang ingin disampaikan oleh ayah ku, aku
langsung saja menuju kamar dan tidur, untuk meredakan lelah ku dan melupakan kesal agar
tak berkelanjutan.
Emmiline
Burung gagak mulai melantunkan suara menjengkelkannya di kala senja. Tunggu, kenapa ada
suara burung gagak di sini? Perasaanku tidak enak.
Kenapa Ayana, sahabat dekatku meninggal tragis secara tiba-tiba, Aku takut. Ini sangat
mengganjal dalam benakku. Sungguh.
Meitha! Cepet ke bawah! kata Melin, kakakku.
Aku pun segera turun ke bawah.
Ada apa, kak? tanyaku.
Teman sekelasmu kembali meninggal. katanya dengan khawatir.
Apaa? Siapa kak? Aku kaget setengah mati.
Icha. Dia ditemukan tak bernyawa di kolam renang sekolah tadi pagi. Sama seperti Ayana,
ada bekas darah di kaki yang bertuliskan Hell (neraka). Kakakku menunjukkan situs
sekolahku yang memaparkan berita kematian itu.
Aku sulit bernafas. Ada apa dengan sekolahku?
Keesokan harinya di sekolah..
Icha dan Ayana telah tewas. sorak anak-anak sekelasku.
Kematiannya selalu tragis.
Mungkin, ini murni pembunuhan. Berita ini seakan memanas di telingaku.
Tidak. Ini bukan pembunuhan. kata Sica, yang bisa merasakan hawa negatif di manapun ia
berada.
Kelas pun tersentak kaget.
Kalian akan tau, saat melihat korban selanjutnya. jawabnya pelan.
Apa maksudmu? tanyaku heran.
Korbannya akan terus bertambah, Mei. Bukan cuma Ayana ataupun Icha. sambung Sica.
Kenapa selalu ada tulisan darah Hell (neraka) di tubuh mereka? tanyaku.
Dia ingin, mereka yang telah menyakitinya, masuk ke neraka. jelas Sica.
Dia? Dia siapa? tanyaku.
Ssst! Jangan keras-keras! Dia tau, kalau kita sedang membicarakannya. jawab Sica. Dia
adalah Emmiline.
Aku kembali ke rumah dengan takut. Emmiline? Siapa itu?
Tiba-tiba..
Mrs. Vey jatuh, dan kepalanya menimpa lantai. Kepalanya mengalami pendarahan. Oh tidak,
dia tewas. Aku pun kembali ke rumah dengan Sica. Kakakku kaget bukan main, karena
kematian Mrs. Vey tadi siang.
Aku segera membersihkan buku Diary Emmiline, dan mengembalikannya ke tempat
seharusnya, di perpustakaan lama sekolahku.
Entah kenapa, setelah hari itu, tak ada lagi korban tewas karena Emm. Apa Emm sudah
kembali ke sisi Tuhan tanpa dendam di jiwanya?
Kuharap iya. Kini, kenangan berdarah di sekolahku, seakan hilang tak berbekas.
SELESAI
Penyesalan
Yola.. Ambilkan kakek minum Kakek berteriak dengan suara paraunya. Yola sedang asyik
menonton televisi menjadi terganggu. Kakek, suruh yang lain saja. Aku lagi asyik nih Yola
membantah. Sang kakek menatap Yola haru. Ya tuhan.. lirihnya. Setetes airmata jatuh.
Namun Yola tidak menggubris kakeknya itu.
Kakek Idris mengidap penyakit stroke dan tidak bisa berjalan sampai sekarang.
Kakek, Yola pulang dulu ya pamit Yola. Cium tangan kakek dong, nak suruh Papa.
Huuh, Yola kan ada acara sekarang. Telat gimana? Yola melangkah masuk mobil dan
mengacuhkan kakeknya. Pak, maafkan Yola ya maaf Papa Yola kepada Kakek. Kakek
hanya tersenyum. Saat itu memang Yola menginap sehari di rumah Kakeknya itu. Mobil Yola
segera melaju. Kakek menatap mobil Yola dan melambaikan tangan dari kursi rodanya. Yola
hanya menoleh sebentar dan kembali asyik dengan handphonenya.
Kriiinggg Kringgg Kringgg Telepon rumah Yola berdering. Yola tetap asyik menonton
televisi. Yola! Angkat teleponnya! Mama datang dan memarahi Yola. Mama aja deh. Yola
pegel sergah Yola sambil tiduran. Mama mengangkat telepon. Halo A.. Apa? Mama
kaget dan menjatuhkan gagang telpon. Kenapa Ma? Papa datang tergopoh gopoh. Bapak
pa.. Bapak.. Meninggal Mama terduduk lemas menangis. Papa sedikit syok dan langsung
berkata Yola!!! Cepat siap siap!! Kita ke rumah kakek!!
Mata Yola sembab. Kali ini ia tak dapat mendengar suara kakeknya lagi. Tak dapat bersenda
gurau seperti dulu. Sementara Mama hanya bisa diam sambil terus membacakan ayat ayat
suci untuk kakek. Tak sengaja, Yola menemukan sebuah foto di atas meja yang tampak penuh
debu. Yola mengambilnya dan menatap foto itu lekat lekat. Foto masa kecilnya yang
digendong kakeknya. Mereka tampak bahagia. Tak terasa, airmatanya kembali jatuh.
Menyesali kejadian kemarin. Saat dirinya acuh terhadap kakeknya yang sebetulnya sangat ia
sayangi itu. Kakek, Maafkan aku
TAMAT
Cerpen Karangan: Yurissa Romadhona
Facebook: Yurissa Romadhona Mumtaz
My New Sister
Hari ini adalah hari pertamaku menggunakan baju putih abu-abu. Aku merasa senang karena
pakaian putih abu-abu adalah pakaian kebanggaan setiap remaja. Dimana seorang remaja
akan benar-benar dinamakan remaja atau seseorang yang akan mengalami akhir balig. Dan
pakaian ini adalah pakaian terindah yang akan selalu diingat kami hingga tua nanti.
Lebih senangnya lagi, aku diterima di SMA favorit di kotaku. Aku senang sekali. Bukan
hanya diriku, tapi semua orang yang diterima di SMA ini pasti akan merasakan hal yang sama
dengan diriku. Kecuali dia.
Setelah beberapa hari aku masuk sekolah, aku sering melihatnya. Dia. Entah siapa. Dia
adalah seorang gadis manis yang pendiam dan selalu menyendiri. Aku melihat tidak ada
tanda-tanda kehidupan dalam dirinya.
Aku pikir, dia tidak senang diterima di sekolah ini. Tapi, jika tidak senang untuk apa daftar di
sekolah ini?
Aku melihat asal sekolahnya. SMP itu itu SMP favorit. Bahkah sudah Berstandar
Internasional. Mana mungkin dia alumni SMP itu?
Esok harinya, pada saat istirahat aku mencari info tentang Agnes dari teman-teman yang dulu
Ibuku meninggal saat aku menginjak kelas IX semester II. Saat itu, aku dan ibu sedang
bertengkar hebat. Tapi, ketika aku sedang sekolah, ada seorang tetanggaku yang
menjemputku untuk pulang padahal waktu itu jam KBM belum selesai. Setiba di rumah
aku melihat banyak orang di rumahku. Aku bingung. Dan betapa terkejutnya aku saat aku
masuk ke dalam rumah. Tubuhku langsung lemas tak bertenaga. Aku melihat ibu terbaring
tak bernyawa. Ibu tidur dengan tenang sambil tersenyum kepadaku. Padahal saat itu kami
sedang bertengkar. Kata Agnes menyela ucapanku. Sekarang, kamu udah tau, kan?
Aku terharu mendengar cerita Agnes. Mungkin ini peristiwa yang akan ia sesali seumur
hidupnya. Aku melihat Agnes berdiri dan bergegas pergi.
Tapi, tidak semudah itu aku membiarkannya pergi. Aku menahannya. Aku berdiri dan
berteriak.
Aku hanya ingin menjadi temanmu. Teriakku. Agnes berhenti, dia berdiri membelakangiku.
Aku pengen jadi teman kamu. Kataku mengulangi.
Sejak saat itu, kami berteman. Aku mengenalkannya pada ayahku.
Ternyata, Agnes adalah anak yang baik, pintar, manis dan sifat periang yang dulu hilang dan
selalu diinginkan teman-temannya telah kembali.
Bahkan Ayah ingin mengadopsi Agnes menjadi anaknya. Mungkin dia merasa aku sangat
cocok dengan Agnes. Karena aku anak tunggal dan ibu sudah berpisah dengan ayah, mungkin
dia ingin Agnes menemaniku ketika dia sedang pergi bekerja atau keluar kota.
Aku sangat senang sekali akhirnya aku memiliki kakak yang selalu aku inginkan.
SELESAI
Kedamaian
Petrus mulai menyadari perubahan pada wajah orang itu. Wajahnya berkerut-kerut seperti
orang menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya yang redup semakin terlihat gelap tanpa
harapan. Meski lelaki itu tetap berusaha berdiri dan menjalankan kewajibannya sebagai
pendeta, namun kali ini ia tampak tak lebih baik dari hari-hari kemarin. Petrus duduk di
deretan kursi belakang dekat pintu keluar gereja kecil itu, dan ia dapat melihat dengan jelas
penderitaan orang itu. Sangat menyedihkan, pikirnya. Seharusnya ia sudahi saja kothbah
minggu paginya. Dalam sekejap, Petrus mulai menebak apa yang akan terjadi pada orang itu.
Dua orang pria dan wanita tampak bergandengan tangan memisahkan diri dari lingkaran
orang-orang muda yang duduk mengelilingi api unggun. Kedua orang itu tertawa-tawa dan
tak peduli dengan sekeliling mereka sementara mereka semakin menjauh. Petrus mengamati
hingga keduanya menghilang di balik semak-semak yang gelap. Ia tak pernah punya
keberanian melakukan hal semacam itu. Seperti biasa, ia hanya terdiam dan menyimpan
pikiran itu dalam daftar panjang hal aneh yang ia jumpai. Lamunannya buyar ketika Franz,
teman satu kelasnya, mulai meracau. Alkohol menguasainya hingga ia melakukan hal yang
paling bodoh; menjerit-jerit sambil menceritakan pengalaman pertamanya berhubungan s*ks
dengan seorang pel*cur di rumah ayahnya dan ia bangga akan hal itu. Mendengar hal itu,
teman-teman yang lain tertawa terbahak-bahak. Petrus merasa muak. Ia ingin pergi dari
tempat itu. Ia benci menyaksikan kenapa semua orang tak bisa bersenang-senang tanpa
melakukan dosa. Ia merasa aneh dan tiba-tiba asing pada diri sendiri. Gadis pujaannya yang
sedari tadi duduk di hadapannya di seberang api, menatapnya, lengan kurus seorang pria
melingkar di pinggang gadis itu. Petrus tak peduli. Ia beranjak pergi.
Petrus berlari sekencang-kencangnya. Rumahnya masih jauh. Malam ini ia merasa begitu
berbeda. Ia berusaha melupakan wajah gadis itu yang selalu menghantuinya dan segala
tentang teman-temannya. Ia tak ingin pulang ke rumah, juga tak ingin berada di antara temantemannya itu Ia ingin bebas. Bebas seperti burung yang terbang menjelajahi angkasa tinggi.
Kegelisahannya berangsur menghilang, ia tak lagi berlari, tapi berjalan. Senyuman
terkembang di wajahnya yang tirus. Ia menuju sebuah pohon besar yang terletak di atas bukit
yang menaungi kota itu. Di sana ia menemukan kedamaian, ketika melepaskan pandangan
yang luas dan megah, serta kaki langit yang menyentuh permukaan laut. Seolah semua
pikiran yang memenuhi kepalanya menghilang begitu saja.
Petrus menyandarkan tubuhnya yang lelah dan menyeka keringat yang membasahi dahinya.
Ia tersenyum ketika sesosok bercahaya putih cemerlang duduk di sampingnya, ikut
menikmati pemandangan malam dari atas bukit. Petrus merasa tenang dan damai, bahkan
lebih dari yang bisa ia ungkapkan.
TAMAT
Cerpen Karangan: Patrick Andromeda
Facebook: Patrick Andromeda
Pacar Khayalan
Ting ting ting lonceng tanda pelajaran telah usai akhirnya berbunyi. Semua anak
langsung bergegas keluar kelas sambil merapikan peralatan tulis menulisnya. Seperti biasa,
setelah mendengar ceramah dari guru piket Sari langsung pulang ke rumah. Siang itu agak
mendung, sepertinya akan turun hujan. Sari mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai
di tempat pemberhentian mobil yang jaraknya kurang lebih 500 m dari sekolahnya.
Sari mengangkat jarinya pada sebuah mobil yang mengarah padanya. Mobil itu pun berhenti
tepat di samping Sari. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan kemudian pulang. Sari masuk
ke kamar, mengganti pakaiannya kemudian ia menuju ke ruang makan. Tiitt.. tiitt..
handphone Sari berbunyi. Namun ia tak menghiraukannya. Ia lebih memilih untuk
menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Dan byurrr akhirnya langit pun menangis.
Untung, Sari telah tiba di rumahnya.
Selesai makan, baru Sari melihat handphonenya. Nomor baru lagi kata Sari dalam hati.
Maaf, boleh tau ini dengan siapa? Balas Sari via Message. Ia kemudian menuggu balasan.
Tak berapa lama Hpnya berbunyi. Ternyata orang yang mengirim sms tadi adalah Alex kakak
kelasnya sendiri. Begitulah namanya. Alex adalah seorang siswa yang berbakat di sekolah.
Dia gemar sekali membuat puisi. Ia luga lebih senang menghabiskan waktu luangnya untuk
belajar dari pada bermain. Ia berasal dari keluarga yang tak berkecukupan. Ayahnya seorang
tukang ojek sedangkan ibunya hanya melakukan pekerjaan rumah tangga saja. Meskipun
begitu, Alex tak pernah mengeluh dengan keadaaan keluarganya. Mereka berdua ahirnya
berkenalan. Dapet nomerku dari mana kak? tanya Sari. Dari teman kelas kakak sendiri
balas Alex. Oh, gitu ya? tanya Sari lagi. Iya jawab Alex singkat.
Untuk beberapa saat suasana menjadi tenang. Tak ada yang berbicara. Tidak lagi kak
begitulah kata yang keluar dari bibir mungil Sari. Makasih banyak ya dik kata Alex dengan
girang. Ia ingin sekali memeluk Sari tapi ia lebih memilih untuk menahan emosinya. Masih
ada lagi yang diomongin lagi tidak kak? tanya Sari. Kalau tidak ada, aku pamit pulang ya
kak sambung Sari. Masih ada dik jawab Alex. Kita masih berteman kan? Masih bisa
seperti dulu lagi kan? kini giliran Alex yang bertanya. Masih kak balas Sari. Kamu
memang adik yang baik dan paling ku sayang ungkap pria baik hati ini. Setelah selesai
mengobrol, mereka berdua berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.
Sari harus menerima kenyataan bahwa selama ini Alex hanya menganggap dia sebagai adik
tersayang. Tidak lebih dari itu. Begitu sakit mendengar kata-kata itu saat pertemuan tadi. Ini
memang tak adil, tapi ini juga kenyataannya. Sulit sekali rasanya melepaskan orang yang dia
sayang pergi bersama dengan orang lain setelah dia merasa nyaman saat berada bersama
Alex. Jika memang semua harus begini, aku terima walau sakit hati. Kak, kau hanya pacar
khayalanku saja. Aku hanya bisa bertemu denganmu lewat angan-anganku aja. Semoga kau
bahagia dengan pilihan haitmu sendiri. Sudah cukup bagiku untuk melihatmu tersenyum. Ku
titip dia untukmu Nia seru Sari dalam hatinya.
Khayalan Terindah
TAMAT
Kisah Cintaku
Hai kenalkan nama aku marcella biasa di panggil cella atau marcel tapi lebih sering cella, aku
duduk di kelas IX walaupun aku tidak suka membuat cerpen tapi aku ingin mencobanya, ini
kisah nyata ku
Waktu aku kelas kelas 2 SMP aku bertemu dengan kakak kelas ku yang sudah masuk SMA
namanya rio aku sudah kenal dia saat aku kelas 1 SMP waktu itu aku bertemu dia di salah
satu eskul di sekolah ku, dia sebelumnya sudah pernah jujur kepada ku bahwa dia suka
dengan ku tapi aku belum yakin akan hal itu karena aku murid baru di situ.
Waktu pun berjalan begitu cepat sekarang dia duduk di bangku SMA dan aku naik ke kelas 2,
aku pernah bertanya kepadanya kak, kakak kenapa gak masuk smk? karena di sekolah ku
SMP dan SMA masuk siang pukul 13.00 dan SMK pagi, dia pun menjawab kakak gak mau
SMK, soalnya kakak mau ketemu kamu lagi
Ternyata itu menjadi kenyataan aku pun bertemu dia lagi, tak lama dia minta nomor telpon ku
dan kita pun sering smsan, seiringnya waktu berjalan dia menembakku melalui telpon aku
binggung harus menjawab apa, tapi akhirnya aku terima kita pun jadian, tepatnya tanggal 10
desember 2012 aku memulai kisah cinta yang sebenarnya dari dia dan berkat dia aku menjadi
lebih semangat.
Tatapi setelah ulang tahunku lewat kita putus aku sebenarnya sangat sedih, dan tuhan
menjawab doaku akhirnya kita balikan, kita sebenarnya sudah ke banyak tempat yang tempat
paling di kenang adalah bilabong atau sering di sebut bl tetapi sekarang itu sudah menjadi
mimpi dan hanya tinggal kenangan aku dan rio sudah putus tepatnya saat hubunganku sudah
8 bulan berpacaran.
Andai aku masih bersamanya pasti kita masih sering ke tempat itu, tapi ini cuma mimpi yang
menjadi punah
Mungkin hanya itu yang bisa aku sampaikan karena aku belum mahir membuat cerpen dan
baru belajar, terimakasih yang sudah membaca cerpen ku
salam manis ku marcella ardelia
TAMAT
Cerpen Karangan: Marcella Ardelia
Facebook: Chella Sieh Alovers
twitter @marcellaardeli2
Kumandang azan subuh berseru di cuaca pagi buta, matahari masih terselip di ujung ufuk
timur. Terdengar Suara ayam berkokok dari balik peraduannya, memberi semangat umat
manusia untuk menjalankan kewajibannya, yaitu menunaikan shalat subuh.
Rama terbangun, seketika bergegas mengambil air wudhu. Matanya masih lelah, menahan
kantuk yang menyiksanya. Namun bagi Rama itu adalah hal biasanya, karena menjalankan
kewajibannya itu lebih berharga dibandingkan menghabiskan waktu subuh dengan terbuang
sia-sia. Setelah dirasa semua sudah cukup bersih, Rama melangkahkan kakinya menuju
masjid terdekat. Terlihat orang-orang berbondong-bondong menghampiri masjid dengan
begitu antusias. Sejenak Rama terkejut tatkala melihat suasana masjid tidak seperti biasanya,
masjid yang hanya ramai ketika shalat jumat saja, kini penuh dan ramai. Tiap shaft terisi
penuh tanpa cela. Baris berjejer rapih sampai muka pintu masjid. biasanya hanya dua sampai
tiga shaft saja bisik Rama dengan ragunya.
Komado Imam sudah menghela, setelah muadzin menyelesaikan iqomahnya. Dalam hati
Rama masih merasa ada yang aneh, masya Allah, Kenapa harus memikirkan semua orangorang aneh ini bisiknya. Kembali Rama menghadapkan pandangannya pada kiblat di
hadapannya.Allahhu Akbar seru Rama mengangkat kedua tanganya, seraya terhanyut
dalam khusunya shalat.
Rama menepis semua pikiran-pikirannya itu dengan meraih sebuah Al-quran yang berada di
atas meja belajarnya. Mungkin dengan membaca Al-quran sejenak memberi ketenangan hati
untuk tidak memikirkan hal-hal yang sulit dijelaskan. Seketika Rama membuka tiap halaman
Al-quran dengan lembutnya. Ia terkaget. masya Allah ucapnya seketika melihat Al-quran
digenggamannya itu polos tanda ada bacaan sedikitpun yang tertinggal. Juz al-quran yang
berjumlah tiga puluh semuanya lenyap. Ayat yang berjumlah enam ribu enamratus enam
puluh enam ayat tak satu pun tertinggal. Surah pun yang berjumlah seratus empat belas juga
tak ada lagi. Semuanya menghilang. Rasanya ingin gila. Itulah yang dirasakan Rama seketika
melihat semua hal aneh itu.
Menyaksikan semua isi Al-quran menghilang. Rama hanya menyenderkan kepalanya di
tembok. sementara malam mulai larut. Rama masih tidak mengerti apa yang sesungguhnya
terjadi. Apakah semua yang telah berubah di desanya ini ada kaitannya dengan hilangnya ayat
dalam Al-quran. Sekali lagi rama berfikir, apakan mungkin warga desa sudah mengetahui
akan hilangnya ayat dalam Al-quran ini, sehingga mereka semua segera bertaubat. Tapi
apakah mungkin sifat-sifat buruk setiap manusia bisa menghilang begitu saja.
Atau mungkinkah sebuah sifat tercela itu adalah suratan dari Sang Khalik. Itulah maksud
Allah, raja alam semesta ini menurunkan firman-firmannya. Untuk menuntun umat manusia
di sisi jalan yang benar. jika, Allah hanya memciptakan sifat baik saja kepada manusia, maka
tidak bergunalah firman-firman Allah itu. begitu pula jika Allah hanya meciptakan sifat buruk
saja. Waallahualam hanya Allah yang mengetahui itu. namun Rama, sebagai seorang mahluk
tuhan yang tidak mengetahui apa-apa hanya bisa terus berasumsi seperti itu. hingga Rama
dipanggil di sisi tuhannya, ia tidak sedikitpun mengerti akah hal itu. Andai suatu saat Rama
mengerti, mungkin Tuhan pun sudah Tidak jadi Tuhan lagi.
Dream Death
Sore ini cuaca nampak muram. Semilir angin berhembus halus membelai pepohonan. Semua
hening, ketenangan menyelimuti dari balik jeritan isak tangis yang teriring.
Aku terbangun di antara keramaian, di antara orang tuaku, sanak saudara dan teman-teman
baikku. Aku mencoba berseru namun tak ada yang mampu menjawab bahkan mendengar.
Semua seperti membisu di balik tanda tanya di kepalaku. Dimanakah keberadaan diriku
sekarang?
Terkaget melihat tubuhku terbaring kaku dan pucat di hadapan ibuku. Tangan halusnya
membelai lembut keningku. Isak tangis mengiringinya, meski ia mencoba untuk menahan,
namun sesekali air matanya jatuh mengalir membasahi pipinya.
INALILLAHI WA INAILAIHI ROJIUN bisik lembut ayah di telinga tubuhku.
Lagi-lagi aku terkaget. Kali ini bagai tersambar petir. Apa benar aku telah meninggal. Kini
tubuhku di hadapan mereka adalah jasadku, dan aku yang menyaksiakan semua ini adalah
rohku. Roh terakhirku. lalu, kapankah aku merasakan shakaratul maut, apa mungkin karena
terlalu menyakitkannya sehingga aku lupa dengan kejadian itu. astagfirullah, kejadian ini
begitu cepat, bahkan aku belum sempat mengucap taubat. Terlebih banyak dosa yang telah
aku lakukan terhadap ibundaku.
Aku terbangun dari tidurku dalam tengah malam yang sunyi. Terpaksa terbangun karena
mimpi yang menakutkan diriku. Keringat mulai bercucuran di seluruh tubuhku. Mimpiitu
benar-benar terasa begitu nyata. Astagfirullah, aku mengucap istigfar berkali-kali.
Menyaksikan pemandangan mimpi. Mimpi kematian yang begitu cepat. Bukankah kematian
itu memang begitu dekat dengan diriku, bahkan lebih dekat dari nafasku sendiri. Bisa saja
Allah memanggil diriku kapan saja, tanpa diduga dan waktu yang direncanakan. Aku
tentunya tidak dapat mengelak dan memungkiri takdir itu, hanya saja mungkin aku belum
siap dengan dosa yang telah banyak aku lakukan. Tapi semua itu rahasia Allah, yang sama
sekali manusia tidak mengetahuinya. Huallah huallam..
Aku membangunkan diri, mimpi tadi membuatku teringat akan kematian yang akan datang.
Aku menggambil wudhu, segera melakukan shalat tahajud. Aku ingin berlama-lama
merenungi itu, bercinta dengan sang Khalik. Allah Subahanahu Wata Ala.
ya Allah, jika kau ingin mengambil hambamu ini. Semoga hamba mati dalam keadaan
bertaubat padamu, dan dalam keadaan mati yang khusnul khotimah. Amin ya Rabbal
alamin. Ucapku di penghujung sujudku.
Sesungguhnya tidak ada yang tahu akan datangannya kematian. Setiap orang akan
menghadapinya dan tidak diketahui kapan itu akan datang. Jangan sampai nantinya kita
termasuk orang-orang yang dipanggil Allah dalam keadaan Kafir. Nauzubillahi mindzalik..
semoga dalam keadaan yang khusnul khotimah dan berada pada jalan Allah. Amin,.. aminn,..
aminn ya Rabbal alamin.
Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, aku terbangun dari tidur pulasku, alarm yang ku
pasang malam tadi sudah sangat sukses membuatku terbangun dari mimpi yang menurutku
sangat indah untuk menjadi sebuah kenyataan.
Aku sekarang sudah beranjak berdiri di depan pintu kamar mandi yang tepat berada dalam
kamar yang identik dengan warna merah, kamarku. Segera aku bergegas masuk kamar mandi
dan sekitar 10 menit aku sudah selesai dengan tugasku di kamar mandi, dan seperti hari-hari
sebelumnya, setelah selesai mandi aku segera memakai seragam sekolah dan memasangkan
dasi yang di lingkarkan di sekitar kerah seragam sekolahku, rambut hitam sebahuku kini
kurapihkan dengan sisir berwarna merah milikku. Tak lupa wajah bulat putihku pun, aku
poles dengan sedikit bedak bermerek nellco yang beberapa minggu lalu aku beli di
supermarket dekat rumahku. Ada aroma harum yang tercium saat aku memoles bedak pada
wajahku, saking harumnya aku jadi ketagihan menghirup aroma bedaknya, dan di tambah
lagi dengan minyak wangi yang baru saja aku sebarkan ke tubuhku, aromanya harum, bahkan
sangat-sangat harum.
Ayunda, kamu sudah siap-siap untuk pergi ke sekolah teriakan mamahku dengan suara
yang cukup keras dari depan pintu kamarku.
sudah mah, Ayunda sudah siap-siap jawabku tak kalah keras dengan suara mamah.
Cepatlah keluar, kita sarapan dulu ya sayang, mamah tunggu di bawah
Baik mah
Tadi itu Naina sakit perut, makanya dia minta anter buat beli obat di koprasi Ay Jawab Zia
lagi.
Kenapa tidak dibawa ke uks saja
Naina tidak mau, dia bilang sakitnya tidak terlalu parah, jadi tidak usah di bawa ke Uks
jelas Zia padaku Nah tuh orangnya lanjut Zia sambil menunjuk ke arah Naina dan Safira
yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Ayunda sudah datang ya ucap Safira padaku.
Iya Ra, Naina tidak apa-apa berdiri menghampiri Naina dan Safira.
Tidak, aku sudah tidak apa-apa jawab Naina sambil melempar senyum padaku.
Sukurlah kalau kamu tidak apa-apa membalas senyum Naina.
Aku, Naina, dan Safira adalah sahabat yang sangat akrab dan tidak mudah untuk dipisahkan.
Kami berkenalan saat pertama kali masuk sekolah ini yaitu saat masa orientasi siswa atau
biasa di sebut mos, waktu itu Aku, Naina dan juga safira sedang dihukum oleh osis, karena
kesalahan kami masing-masing. Aku yang datang tidak tepat waktu, Naina yang lupa
membawa topi, dan safira yang lupa membawa dasi ke sekolah. Saat itu kami di hukum
bersamaan, hukuman yang kami terima adalah membersihkan wc perempuan dan harus
selesai tepat pada waktunya. kami pun saling berkenalan, dan tak terasa kami menjadi sangat
akrab, seperti orang yang sudah lama mengenal satu sama lain. Aku sangat senang bisa
mengenal Naina dan Safira, mereka adalah sahabat yang selalu ada untukku, selalu
menyemangatiku dan menyayangiku dengan sepenuh hati mereka, begitu pula denganku.
TAMAT
Aku menyibak tirai kamarku lalu kubuka jendela kamarku. Aku memandang ke luar, tepatnya
ke arah kamar Adin yang ada di seberang kamarku. Kami bertetangga sejak kecil. Dan.. aku
menyukainya sejak kami masih duduk di bangku sekolah dasar.
Walau bertetangga kami tidak pernah mengobrol. Bisa dibilang aku sama sekali tidak akrab
dengannya. Walaupun aku satu sekolah dengannya, tapi tetap saja.. rasanya aku tidak mampu
untuk menyapanya, berhadapan dengannya.
Tirai kamar Adin masih tertutup, sepertinya dia masih terlelap. Memang sih, ini masih pagi
sekali. Tapi aku sudah biasa bangun jam segini.
Ternyata dugaanku salah. Tirai kamar Adin tiba-tiba terbuka dan muncullah sosok cowok
yang kukagumi selama ini. Dia memakai kaus oblong berwarna coklat, rambutnya masih
berantakan dan dari ekspresi wajahnya aku tahu kalau dia masih ngantuk.
Dia menatap ke arahku sekilas. Jantungku berdebar-debar, dengan cepat kutup tirai kamarku.
Bodohnya aku muncul di hadapannya dengan penampilan yang masih berantakan karena baru
bangun tidur. Haah
Ada apa? tanyaku saat menemukan mama yang sedang memasak di dapur.
Itu.., mama menunjuk sebuah tas plastik yang lumayan besar. Aku menghampiri tas plastik
itu dan melihat apa yang dimaksud mama. Beberapa toples yang berisi kue kering ditumpuk
dengan rapi dan diberi pita warna-warni. Aku menyerngit heran.
Ma, untuk apa ini semua? tanyaku.
Ini untuk Bu Yanti.., jawab mama. Aku mengangguk-angguk. Lalu apa hubungannya
denganku?
Lalu apa hubungannya denganku? tanyaku persis dengan pikiranku.
Antarkan ini ke rumahnya.
HAAH? Maksudnya diantar ke rumah Bu Yanti, dengan kata lain ke rumah Adin?
Oh my
Tapi aku kan tidak kenal dengan Bu Yanti, aku mencoba menolak.
Makanya kenalan. Salah sendiri kau kuper, banyak yang tidak mengenalmu. Sekali-kali
cobalah berbaur dan menjalin hubungan dengan orang lain. Setiap manusia pasti
membutuhkan manusia lainnya. Kau harus ingat itu Ayu..
Great. Mama malah menceramahiku.
Aku hanya bisa mengangguk lesu dan menjawab. Oke, akan kuantarkan..
End Ayu POV
Pagi ini pagi yang sangat cerah, matahari bersinar begitu indahnya. Aku pun bersiap-siap
untuk berangkat sekolah, oh iya namaku Ayu tepatnya Anjani Ayu Widati aku kelas 3 SMP,
aku mempunyai sahabat namanya Nia Agustina biasa di panggil Tina. Setiap hari kami
berangkat sekolah bersama, Tina adalah sahabat yang sangat mengerti aku, dia selalu
menemaniku dalam suka maupun duka.
Selesai sarapan aku pamitan kepada ayah dan ibu untuk berangkat sekolah, sebelum menuju
ke sekolah seperti biasa aku menjemput Tina yang kebetulan rumahnya searah dengan arah
ke sekolah. Saat sampai di rumahnya aku melihat dia menungguku dengan wajah yang ceria,
saat di jalan kami selalu bercanda dan tertawa lepas, ada saja hal-hal lucu yang kami bahas.
Waktu pulang sekolah pun juga begitu, jalan yang kita lewati selalu ramai dengan tawaan
kami.
Sesampainya di rumah, aku langsung ganti baju dan makan, selesai makan aku minta izin
kepada ibu untuk main ke rumah Tina. Di rumah Tina tidak kalah ramai dari waktu kita di
jalan, karena di sana juga ada Elin, Elin adalah teman kami biasa bermain, dia juga tidak
kalah lucunya dibanding Tina. Rumah Tina menjadi ramai karena ulah kami bertiga.
Esoknya seperti biasa aku menjeput Tina untuk sekolah, tapi ternyata hari ini Tina tidak
sekolah karena sakit panas, aku pun langsung masuk ke dalam untuk melihat keadaan Tina.
Saat masuk kamar Tina aku melihat dia sedang tidur di atas ranjang dengan keadaan yang
lemas dan wajah yang pucat, aku pun langsung mendekat dan duduk di sampingnya sambil
bertanya Apakah kamu baik-baik saja? Aku tidak-apa ini hanya sakit panas biasa nanti
juga sembuh sendiri, setelah jawaban itu meyakinkanku aku langsung berpamitan untuk
berangkat sekolah.
Saat di jalan terasa sangat berbeda karena tidak ada Tina, jalanan menjadi sepi, yang
terdengar hanya suara kendaraan yang lalu lalang. Waktu pulang juga begitu, jalan yang
biasanya ramai karena suara tawaan kami kini menjadi sepi.
Sesampainya di rumah aku masih memikirkan keadaan Tina, selesai makan aku bergegas
pergi ke rumah Tina untuk menjenguknya. sesampainya di sana ku lihat rumah Tina terlihat
sepi, tidak seperti biasanya yang ramai dengan tawaan Tina dan juga Elin.
Saat aku mengetuk pintu rumahnya yang meyambutku adalah kakaknya Tina, tidak seperti
biasanya, biasanya Tina yang membukakan pintu dengan wajah yang ceria, waktu masuk ke
kamarnya aku melihat Elin sudah berada di situ. Suasana terasa sangat sepi, tanpa ada
candaan ataupun tawa, aku merasa sangat sedih. Esoknya ternyata Tina sudah sembuh, dia
sudah menantiku di depan rumahnya dengan wajah yang kembali ceria, aku merasa senang
sekali, sekarang jalanan yang kemarin sepi menjadi ramai kembali. Ternyata sahabat adalah
segala-galanya bagiku.
Cerpen Karangan: Anjani Ayu Widati
Facebook: Anjanie Ayu Widati
Penderitaan inilah yang tengah aku rasakan. Hidup dan dibesarkan dalam keluarga yang tak
pernah mengenal arti kasih sayang. Dan hal itulah yang membuat aku frustasi sekaligus yang
mendorongku untuk pergi jauh dari rumah agar aku bisa terbebas dari hiruk pikuk keluargaku
yang selalu kacau, di tambah dengan pacarku yang tega pergi meninggalkanku.
Tanggal 15 februari 2013
Tak terasa seminggu lagi aku akan genap berusia 17 tahun, tak sabar rasanya ingin segera
mendapatkan hadiah dari papah dan mamah. Kira-kira mamah dan papah ngasih aku kado
apa ya? ah aku harap mamah dan papah ngasih aku kado yang berkesan sehingga aku tidak
mudah lupa akan kado dari mereka. pikirku sembari duduk termenung di taman belakang.
Tak terasa aku duduk termenung disana sudah hampir setengah jam aku pun beranjak dan
pergi meninggalkan taman belakang.
Aku saat ini masih berstatus sebagai seorang pelajar di salah satu sekolah swasta di daerah
Jakarta pusat, sekarang aku duduk di kelas 3 SMA yang sedang sibuk sibuknya belajar untuk
menghadapi ujian Nasional beberapa bulan ke depan.
Malam ini kami bertiga (aku, papah dan mamah) bererencana untuk makan malam di luar
karena sudah lama sekali kami tidak makan di luar, sudah bosan rasanya aku makan masakan
bibi setiap hari. Saking semangatnya aku bersiap siap mulai dari pukul 7 malam karena tak
sabar ingin segera pergi. Seharusnya kami jalan jalan dulu sebelum makan tetapi
berhubungan mempunyai orangtua yang super sibuk dengan pekerjaannya masing masing,
akhirnya kami berjanji makan malam pada pukul 8. Jam menunjukan pukul 8 lebih 15 menit,
aku masih menunggu dengan tenang di ruang depan mungkin mereka terjebak macet
maklumlah ini kan Jakarta, jarang rasanya Jakarta terhindar dari yang namanya macet.
kataku dalam hati, namun setelah aku menunggu cukup lama dan jam pun sudah menunjukan
pukul 10, tetapi mereka tak kunjung tiba juga. Akhirnya kuputuskan pergi ke kamar untuk
tidur, karena percuma saja rasanya menungu mereka, toh jam makan malampun sudah
terlewat jauh ini.
yang berada jauh dari kota metropolitan. Karena aku frustasi dan stress aku pun terperosok
dalam pergaulan yang buruk. Aku mulai memakai nark*tika, menggambari tubuhku dengan
tato, bahkan aku menjadi wanita pengh*bur di salah satu club malam di daerah Jakarta pusat
umtuk menghidupi diriku sendiri. Sudah 2 tahun aku melakukan hal serupa, namun sampai
sekarang aku tidak tahu dan tidak mau tahu tentang kabar berita kedua orangtuaku, entah
mereka mencariku atau malah masih sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Begitu juga
dengan Hendry pacarku yang sampai saat ini tak ada kabar tentangnya. Mungkin aku akan
merasa bahagia apabila mereka semua (mamah, papah, dan Hendry) mati, walaupun hidupku
berujung seperti ini. Hidupku seperti ini karena kedua orangtuaku yang menuruti
keegoisaannya dan tidak pernah memberikanku kasih sayang. Mungkin menurut mereka aku
hanya sebagai hiasan rumah saja tanpa dirawat dan di perhatikan sedikitpun.
TAMAT
Sepeda Kecilku
Hai, nama ku Octya Celline, kalian dapat memanggilku Selin atau Line. Sekarang aku berada
di kelas X SMA Frater Don Bosco Banjarmasin. Dimasa SMP, sehari-harinya aku pergi ke
sekolah menggunakan sepeda. Sepeda ku menjadi teman sejati yang selalu setia
mengantarkan aku ke tempat mana pun yang ingin ku tuju. Masih teringat di benakku, saat
pertama kalinya ibu membelikan sepeda baru buatku. Saat itu diriku masih berumur 7 tahun,
ibu membelikan sepeda yang memiliki roda tambahan di sisi kiri dan kanan nya. Kalau
diingat lagi, diriku saat berusia 7 tahun sangat gigih dalam belajar bersepeda. Saat pertama
menaiki sepeda itu diriku merasa sangat takut, tetapi setelah kukayuh kedua pedalnya. Takut
ku berangsur-angsur menghilang dan tergantikan dengan rasa gembira. Betapa bodohnya
diriku saat itu, aku berpikir sudah mahir bersepeda. Padahal, sepeda itu bisa berjalan
seimbang karena ada 2 roda kecil yang terpasang disisi kiri dan kanan nya. Aku
menyombongkan kemahiran bersepedaku pada tetangga yang berada tepat di sebelah
rumahku. Tanpa mengetahui bahwa sepeda yang mahir ku naiki adalah sepeda yang beroda 4,
dia mempercayai semua cerita ku dan mengajakku untuk balapan sepeda dengannya. Aku
dengan senang hati menerima tantangan itu.
Hari minggu pun tiba, saat nya untuk balapan dimulai. Dan saat aku mendorong sepeda ku
keluar dari rumah, tetangga ku spontan tertawa terbahak-bahak. Aku bingung dan bertanya
padanya hei, mengapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu?. Dia menjawab dengan tertawa
hahaha, ku kira kau sangat cerdas hingga dapat mengendarai sepeda hanya dengan sekali
latihan. Ternyata sepeda yang kau kendarai memiliki roda tambahan, hahaha.
Sepulang dari bersepada, aku meniatkan diri untuk dapat mengendarai sepeda tanpa bantuan
2 roda kecil yang dimiliki sepedaku. Aku memohon pada ibu agar 2 roda kecil itu dilepaskan
dari sepeda ku, tapi ibu menolak dan menawarkan agar aku belajar secara bertahap. Ibu cuma
memperbolehkan sepedaku kehilangan 1 roda kecil. Akhirnya aku menurut, ternyata sepeda
roda 3 lebih mengasyikan daripada sepeda roda 4. Walau jalannya selalu condong ke arah
yang terdapat roda kecil, tapi cara ini sangat ampuh. Selama belajar bersepeda menggunakan
sepeda roda 3 aku tak pernah terjatuh, hingga roda ke 3 dilepaspun aku tetap tiada terjatuh.
teringat bahwa ban sepedaku kempis dan harus dipompa. Dengan wajah masam dan hati
marah ku dorong sepeda ku hingga menemukan sebuah bengkel. Untungnya, penambalan ban
sepedaku cuma memakan waktu 15 menit dan cuma mengocek uang sebesar Rp 3.000. Aku
kembali melajukan sepedaku. Ternyata kesialan masih berpihak pada ku, saat ingin
menyeberangkan sepeda ku ke seberang jalan tiba-tiba sebuah truk lewat dengan begitu cepat
dan membuat aku terkejut sehingga oleng dalam mengendalikan stang sepedaku. Yang lebih
sial lagi, ternyata di sisi jalan ada genangan air kotor dan aku terjatuh kedalam genangan itu.
Hatiku cuma dapat menggerutu tadi pagi kau tak mandi, lihatlah kini jalan memandikanmu.
TAMAT
Aku, Icha, Anisa, Endhita dan Leony adalah satu regu di ekstra kurikuler sekolahku. Aku dan
teman-teman sepakat untuk memberi nama kelompok kita dengan nama Melati. Setiap ada
kegiatan Pramuka di sekolah kita, kita tidak akan segan-segan untuk mengikutinya, bagi kita
Pramuka adalah segalanya.
Pada hari itu adalah hari terakhir kita untuk memasuki kelas 5 SD, karena memang pada hari
itu adalah hari untuk pengambilan rapor kenaikan kelas, dan syukurlah di kelas 5A naik
100% dengan nilai yang sangat memuaskan.
Mif! Aldi lho naik! Pacarmu itu, hehehehe, kata Endhita yang memang suka sekali
menggodaku dengan sebutan pacarnya Aldi, memang tidak apalah Endhita memanggilku
begitu karena memang aku sudah memiliki rasa ke salah satu laki-laki itu.
Loh? Kok penghinaan! Aldi ya pasti naik lah End! Itu loh Oktan?! Naik nggak?, kataku
sambil tidak mau kalah dari Endhita.
Hey End! Mif! Kalian ikut persami nggak?, tiba-tiba Icha datang dan menghentikan
ejekanku dengan Endhita, sebenarnya aku sedikit kesal! Berani-beraninya menghina Aldi?
Huh!
Pasti ikut Cha! Kamu?, tiba-tiba Leony datang dan menjawab pertanyaan Icha, aku
bertanya-tanya di dalam hati, sebenarnya siapa yang ditanyai Icha? Aku dan Endhita atau
Leony? Huh! Memang sifat Leony ini tidak bisa dihindari, memang sifatnya yang suka
memotong pembicaraan orang selalu dilakukannya.
Hey On! Ini sebenarnya siapa sih yang ditanyai?!, kataku sebal dengan mengerutkan wajah
dan meninggalkan kelas, mungkin empat sahabatku heran dengan kelakuanku.
Pada siang hari sekitar pukul 13:00, aku dan teman-teman datang ke sekolah untuk mengikuti
persami ke II yang kita ikuti. Pada siang hari kita masih bersiap-siap dan membersihkan kelas
yang akan kami gunakan untuk ruang tidur kita.
Nis! Tolong angkat meja ini yuk sama aku! Aku nggak kuat sendirian!, kataku sambil
merengek meminta tolong kepada Anisa, akhirnya Anisa menolongku.
Iya Mif!
Aku dan teman-teman mendegar celetuk Icha, yang berkata Dimana kertas Pos 2? Padahal
aku taruh di dalam kertas Pos ke-1?
Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa bayangan hitam besar yang menarikku? Dimana kertas
itu berada? Lalu, apa bunyi kelapa jatuh itu? Tidak mungkin sampai empat kali berturut-turut!
Sampai saat ini pun aku dan keempat temanku masih belum menemukan jawabannya.
Cerpen Karangan: Febbianti Mifta Salsabilla
Facebook: www.facebook.com/mitta.147
Seorang anak kecil yang ingin menjadi seorang penulis berbakat! Idolanya adalah Dee,
penulis novel PERAHU KERTAS. Tanggal lahir 14 Februari, masih menjalani SMP dan
masih fokus dengan hobby menulisnya! Semoga berhasil Febby!
O, Tuhanku, akan kuceritakan apa yang membuatku merasakan rindu pada pelangi selama
ini. Dengarlah aku karena sesungguhnya engkau Maha mendengar setiap keluh kesah
hambaMu.
Di ujung musim hujan, dimana antara cuaca dingin dengan angin yang menyiuhkan daun
dedaunan. Aku, betul-betul rindu melihat indahnya pelangi dan kini sudah tak kuat untuk
kutahan. Karena itu, aku ingin memecahkan awan, berperang dengan kilat. Tuhanku! Rindu
ini membakar nadi, sekujur tubuh dan jiwaku hingga meluap-luap!
Hatiku sungguh tak bisa kubohongi, Tuhanku. Aku ingin mengatakan, Aku ingin bertemu
pelangi, dengan cara apa pun! sebab dengan inilah rinduku menemukan tempat dan
kepuasan.
Salahkah ini Tuhanku? Karena aku tak kuat menahan rindu. O Tuhan lihatlah! Matahari
dan bulan silih berganti aku tak akan beranjak pergi. Aku akan selalu menyaksikan kejadian
bergantinya matahari menjadi senja dan menuju malam, dan saat itu pula malam menjadi
fajar, yang seakan kekal abadi, setia pada tugasnya.
Lihatlah Tuhanku dengan pandangan kasihMu. Aku terlanjur rindu! Dan maafkanlah aku.
Senja ini rinduku padamu ibu, yang begitu menggebu-ngebu. Aku rindu dengan dongeng
sebelum tidur dari ibu, cerita-cerita yang memberikan semangat. Kini aku tersadar, cerita itu
adalah nasihat-nasihat yang telah ibu kemas untuk bekal hidupku mencapai masa depan yang
cerah sesuai dengan ajaran agama. Aku selalu berusaha siap menikmati kesendirianku
bersama sepi, mungkin ini karena sudah terbiasa, jadi aku siap. Aku sendiri, memang sendiri.
Waktu menggelar malam. Menenggelamkan matahari di tempat lain. Kunang-kunang
berterbangan di bawah langit semesta. Membuat tiitik-titik cahaya di antara kegelapan. Udara
dingin menyeruak, menyusup ke tulang sum-sum. Pandanganku tertuju pada langit-langit
seakan ia menggambarkan wajah ibu. Aku teringat dongeng ibu pada aku dan kakak tentang
seorang gadis yang lucu berumur 7 tahun yang selalu duduk di samping telaga menunggu
datangnya pelangi ketika hujan turun hanya untuk kesenanganya yang tidak di dapat oleh
seorang anak.
Lima menit
Empat menit
Tiga menit
Dua menit
Satu menit
Pelangi telah menghilang, hari menuju senja.
Aku akan segera memberitahukan pada kakak, kepada keluarga, dan terutama pada penduduk
sekitar sini bahwa Hari ini ibu datang memenuhi kerinduanku bersama cakrawala ciptaan
Tuhan. Dengan tenang, aku menarik napas dan mengeluarkanya. Tuhanku, maafkanlah aku!
Dan terima kasih atas nikmat-Mu! Aku berteriak. Berharap udara menghantarkan suaraku.
Aku menunggumu di batas senja.
Cerpen Karangan: Alif Vidia Septiyani
Kota Kematian
Ia bergegas mati, meski istrinya minta untuk lima menit saja menundanya. Anaknya yang
kecil minta dibuatkan susu. Lelaki itu sudah tak sabar. Nanti saja kalau sudah pulang dari
kematian, katanya. Biarkan anak itu menangis, nanti akan diam kalau capai. Katakan saja,
nanti dioleh-olehi cincin Sulaiman dari surga. Dia akan diam. Dan istrinya menurut saja
perkataan suaminya itu. Benar juga, anak itu diam karena janji oleh-oleh itu. Cincin Sulaiman
memang menjadi impian anak itu. Dongeng yang selalu ia dengar dari emak-nya, membuat
keinginan untuk memiliki cincin itu membumbung tinggi. Membumbung tinggi, seperti
bapak dan emaknya yang kini sudah melesat ke angkasa menuju kematian.
Mereka berdua hampir saja tersesat. Jalan-jalan sudah berubah halus dan lebar. Di kiri kanan,
gedung-gedung bertingkat berdiri. Tak ada tanah lapang dan kosong lagi. Sepuluh tahun lalu,
terakhir dia pergi ke kematian, gedung-gedung itu belum ada. Hanya gubug kardus nampak di
sana; carut marut. Jalannya masih sempit dan berlubang. Tanah-tanah masih banyak tak
bertuan. Kota kematian itu kini sudah maju pesat. Kalau dulu hanya gerobak yang berlalu
lalang, kini kendaraan bermesin. Mewah lagi. Melihat semua itu, lelaki dan istrinya hampir
mengambil jalan menuju ke neraka. Kalau tidak membaca papan arah yang berdiri di
pertigaan tadi, mereka sudah tersesat ke kampung neraka.
Hampir saja kita tersesat, ujar lelaki itu sambil garuk-garuk kepalanya yang plontos itu.
Ya, Pak, aku juga tidak mengenali lagi kota ini, jawab istrinya tak kalah sengitnya.
Untungnya kita sampai juga di kampung surga ini.
Kita cari toko Sulaiman, Pak. Kita beli dulu cicin untuk si Kecil. Mumpung masih ingat.
Kata istrinya mengingatkan janji lelaki itu pada anaknya yang kecil tadi.
Kalau masih menjualnya. Barang itu diproduksi secara terbatas. Bahkan belinya juga harus
menunjukkan identitas diri. Kita kan tidak punya itu.
Kau kan mempunyai orang dalam. Kita sogok dia agar menjualnya pada kita.
Kalau dia masih menjadi karyawan. Kalau tidak
Semua karyawan sama, Pak. Mudah disogok. Biasanya mereka yang sok alim itu yang
mudah kita iming-iming sogokan. Tukas istrinya.
Itu cerita masa kecilku. Cerita yang begitu menenggelamkan aku ketika itu. Sekarang, semua
itu hanya menjadi bahan tertawaku. Pintar juga cara ibuku mendidikku. Dia tak banyak bicara
untuk menasehatiku. Dia tak banyak bekata-kata jika melarangku. Cukup menyebut Cincin
Sulaiman. Dan aku akan tahkluk dibuatnya. Dan aku akan semangat mendengarnya.
Tergantung apa yang ada dalam benakku. Kau mungkin juga mengalami hal yang sama.
Mungkin cerita itu tak masuk akal dalam pikiranmu sekarang. Memang, sebuah cerita mesti
tak masuk akal. Ia hanya imajinasi. Ua hanya fantasi. Angan-angan. Ia dibuat bukan dari
kenyataan. Ia muncul dari dalam ruang intuisi dari pembuatnya. Tapi kau harus
memahaminya dari sudut yang lain. Apa yang kau dengar, hanyalah yang tampak. Yang
tampak belum tentu nyata. Di balik fantasi itu ada makna. Di balik imajinasi ada yang nyata.
Kalau kau mau menemukan itu, cerita Cincin Sulaiman itu, masih sesuai untuk kita sekarang.
Bahkan hingga kita senja, cerita itu masih menjadi magnit dengan daya tarik luar biasa.
Bukankah sudah saya katakan sebelum aku bercerita tadi? Kau harus memilih dan memilah,
menimbang dan menentukan.
Cerpen Karangan: Suhariyadi
Permintaan Terakhirku
Ade tolong panggilin ka seno, cepat pinta mamaku dengan nada agak marah, iya mah
jawabku, lalu aku beranjak dari sofa dan berhenti baca komik kesukaanku dan mulai menaiki
anak tangga satu persatu
tok..tok..tok.. siapa..? tanya ka seno ini aku rachel, kakak dipanggil mamah di bawah tapi
kayanya mamah marah deh sama kakak kataku oh iya nanti aku ke bawah jawab ka seno,
cepat yah ka.. balasku lalu kembali ke bawah dan melanjutkan membaca komik tadi
ada apa mah..? tanya ka seno yang tiba-tiba muncul di sampingku, rachel kamu masuk ke
kamar dulu yah? pinta mamaku iya mah jawabku, hhmm.. sepertinya pembicaraan mamah
dan kakak serius deh, lebih baik aku masuk kamar sajalah
hufftt nyamanya kamarku aku suka dengan dekorasi kamarku dengan cat dinding warna
hijau, glow in the dark yang jumlahnya ada 15, kasur warna hijau dengan sprai hijau dan
boneka keropi dan kura-kura, rak coklat dengan isi beberapa buku pelajaran, novel, dongeng
dan komik, lemari coklat berkaca besar dan rak penyimpanan sepatu dan sandal, sambil asik
membaca komik, tiba-tiba terdengar suara gaduh seperti ada orang bertengkar, lebih baik aku
lanjutkan baca komik aja, tiba-tiba terdengar suara hentak kaki orang sedang berjalan, aku
mengintip dari pintu kamarku ternyata itu kak seno, sepertinya dia sedang marah lebih baik
aku samper dia
tok..tok..tok.. kak ini aku rachel aku masuk yah? kataku masuk aja jawab kak seno, aku
menghampiri kakak sulungku itu ada apa ka? kayanya tadi kakak bertengkar sama mamah
yah? tanyaku lembut kepada kakakku itu, enggak ada apa-apa kok chel, mending kamu
tidur sana ini udah malem, nanti besok kan kamu sekolah kata ka seno tapi bener kakak
enggak apa-apa? tanyaku lagi iya benar deh balas kakak ku oh ya udah deh aku ke kamar
yah ka mau tidur jawabku iya, sana tidur kata ka seno dan aku pergi ke kamarku.
kring.. kring.. kring suara alarm ku bunyi, dan aku beranjak dari tempat tidur dan bersiap
mandi, setelah itu ganti baju dan menuju ke bawah, kamu udah siap chel, kali ini kakak yah
yang anter kamu kata kakakku, tumben-tumbenan kakakku mau nganterin aku ke sekolah,
tumben kak lagi kenapa nih tiba-tiba mau nganterin aku ke sekolah biasanya juga kakak kan
paling ogah nganterin aku ke sekolah kataku enggak kok cuma lagi pengen nganterin kamu
aja balasnya, makasih yah kak kataku iya sama-sama kamu yang pinter yah sekolahnya
pesanya okey.. kak aku masuk dulu yah balasku dan memasuki gerbang sekolah dan masuk
kelas
semuanya duduk perintah bu maryam, hari ini saya akan mengumumkan bahwa teman
kita yang bernama rachel cornelia sinlae telah membawa nama baik sekolah kita dalam lomba
ips tingkat DKI dan mendapatkan juara 1, rachel kemari kamu pinta bu maryam selamat
yah chel kamu mendapatkan juara 1 tingkatkan terus prestasimu kata bu maryam sambil
menyerahkan piagam untuku terimaksih bu jawabku senang, silahkan duduk kembali
kata bu maryam, aku gak sabar mau kasih tau mamah.
Sahabat Pelangi
Hari ini aku pergi bareng kedua sahabat yang palng aku sayangi, yaitu JIHAN dan
PHELSCHA. Sebenarnya sih, gak hari ini saja aku pergi bareng mereka, tapi hampir tiap hari
kok. Aku sangat senang punya sahabat seperti mereka, udah cantik, baik, pintar lagi!. Mereka
berdua selalu memotivasi aku untuk belajar, maka dari itu aku sangat bangga punya sahabat
seperti mereka. JIHAN dan PHELSCHA sudah aku anggap seperti adik aku sendiri.
Dari mulai berangkat sekolah sampai tiba di sekolah hanya wajah Phelscha yang aku
pandangi. Terus dari jam pelararan pertama sampai mau yang terakhir hanya wajah Phelscha
yang cantik itu yang ku pikirkan, sampai-sampai guru matematika ku menerangkan
pelajarannya aja, gak ku perhatikan. Ya ALLAH..! apa jangan-jangan aku punya rasa sama
Phelscha? Oh, jangan! Jangan sampai itu terjadi, karena Phelscha itu sahabatku. Itu
namanya sama saja aku merusak persahabatan ini. Aku gak mau kalau sampai-sampai
SAHABAT PELANGI itu bubar. SAHABAT PELANGI itu adalah nama persahabatan
kami yang sudah kami bentuk sejak, kurang lebih sih! 1 tahun yang lalu. PELANGI itu
adalah singkatan nama kami bertiga yaitu, PhELscha_jihAN_eGI (aku). Terlepas dari
singkatan nama kami bertiga, PELANGI itu memiliki arti tersendiri loh! Yaitu,
PELANGI dapat membuat orang yang, melihatnya menjadi senang dan warnanya yang
bervariasi membuatnya menjadi indah. Begitu juga dengan kami, meskipun kami memiliki
perbedaan, tapi justu perbedaan itu membuat kami saling melengkapi.
Gimana keadaan Phelscha, Han? Tanya ku pada Jihan.
Tapi Jihan malah menjawab, Gak ada. Apa itu maksudnya? aku gak ngerti. Aku pun
mengulangi pertanyaan yang sama. Tapi Jihan malah menatapku dengan tatapan sinisnya
kemudian ia pun berdiri dan mendorongku ke dinding yang ada di samping ku, sambil
menarik kedua kerah seragamku memukuliku dan membenturkan ku hingga berkali-kali,
sambil mengatakan
Kembalikan Phelscha! berkali-kali.
Dan tiba-tiba saja ia pun ambruk ke lantai. Aku pun bergegas masuk ke ruangan dimana
Phelscha dirawat. Namun, ketika aku masuk ke ruangan tersebut, Dokter langsung
mengatakan
MAAF, KAMI SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK. NAMUN, APA DAYA TUHAN
BERKEHENDAK LAIN, JADI IKHLASKANLAH.
Aku pun tak percaya dengan semua keadaan ini, airmataku pun mulai memecahkan
kesedihanku. Aku terus memandangi Phelscha, yang sedang diselimuti kain putih nan bersih
dan terbaring lemah tak berdaya serta tak bernyawa lagi. Ku terus mencoba membangunkan
Phelscha, berharap sebuah Mukjizat datang. Tapi itu semua tak berguna lagi, Karena ALLAH
telah memberikan Phelscha tempat yang paling sempurna dari dunia ini, yaitu SURGA. Kini
orang yang selalu ada di tiap pagiku, telah pergi untuk selamanya menghadap YANG
MAHA ESA.
~ SELESAI ~
Gadis itu, mengapa bayangannya masih mengganggu setiap tidur malamku? Apakah ini
karena aku terlalu merasa bersalah padanya? Ataukah aku yang mulai menyesal karena
mengabaikannya? Entahlah.
Perkenalkan namaku davian, aku laki-laki yang kata orang sangat mempesona dengan apa
yang aku miliki sekarang, aku bukanlah pria kaya yang bergelimangan harta. Aku hanya pria
biasa dengan hidup yang berkecukupan dan memiliki tubuh yang bisa di bilang seperti aktor
korea (itu kata orang), yah aku sangat bersyukur dengan anugerah Tuhan yang sangat
sempurna untukku. Tentang cinta? Aku sering mengganti-ganti pasangan, walau sebenarnya
aku tak terlalu menginginkan mereka, yang ada di fikiranku hanyalah seorang laki-laki akan
merasa hebat jika memiliki banyak mantan pacar itu kata teman-temanku, hingga aku
memberanikan diri untuk berprilaku playb*y, dan sekarang mantan pacarku bahkan tak
mampu aku hitung banyaknya. Namun tak satu pun dari mereka yang mampu meraih cinta
tulusku, mungkin ini karena mereka memacariku hanya untuk popularitas semata, bukan
dengan hati mereka.
Seumur hidupku, sempat ada seseorang yang mampu menggetarkan hatiku, namun dia
bukanlah mantan pacarku melainkan seseorang yang sepertinya menyukaiku namun tak bisa
berprilaku sebagaimana seorang gadis memendam perasaan kepada seorang laki-laki, yang ia
lakukan malah menjauhiku, walau memang aku tak pernah berteman baik bahkan kami tak
pernah mengobrol sama sekali, entah apa penyebabnya aku tak tahu. Namanya erena, ku fikir
aku bisa melupakan dia seiring dengan berjalannya waktu namun hingga saat ini aku masih
tak mampu lepas dari bayangannya.
Astaga apa-apaan ini? Kenapa ia meniggalkan ku sendirian di tempat seperti ini? Seharusnya
aku menahannya lalu mengungkapkan isi hatiku kemudian dia menerimaku dan kami
berpacaran, tapi apa ini? Aish dia benar-benar tidak peka, bisakah ku katakan dia bodoh?.
Dan disinilah aku sekarang yang hanya bisa memperhatikannya dari jauh, rambut panjang
ikalnya terurai tertiup angin menambah kesan manis dirinya, dress tertutup yang sangat pas
cantik melekat di tubuhnya, senyum yang sedari tadi tak pernah pudar seolah-olah
menambahkan poin kesempurnan seorang putri.
Kini aku hanya duduk termangu tak tahu harus berbuat apa, aku sangat terkejut dengan apa
yang terjadi barusan. Dia, ediva irawati wanita yang telah mengunci hatiku beberapa tahun
belakangan ini kini tengah menggandeng tangan seorang laki-laki yang ku akui tak kalah
tampan dariku, dan dia adalah seorang pengusaha muda yang tengah sukses namanya amir
saqi, bagaimana bisa ini terjadi? Ini bukalah cerita di sebuah iklan sabun dan bukanlah drama
korea yang romantis, ini adalah hidupku yang sepertinya tak ada keberuntungan untuk ku
yang telah mengabaikan seseorang yang telah tulus mencintaiku dan yang ku lakukan adalah
menelantarkan cinta dan perasaan tulusnya. Ediva irawati, apakah apakah sekarang kamu
membalasku? Ataukah ini karma?.
The End
Smile
Tersenyum adalah cara termudah untuk bahagia. Aku mengerti konsep itu. Hanya butuh
sedikit tarikan simpul manis dari sudut bibirmu dan dunia akan menjadi sedikit lebih indah.
Yang tak ku mengerti hanyalah satu hal. Bagaimana cara melakukannya?
Setiap orang yang kutemui selalu punya cara untuk membuat senyum di wajahnya. Sekalipun
mereka memberikan senyuman itu pada orang yang tak dikenalnya sama sekali. Itu sesuatu
yang sulit, dan menurutku tidak masuk akal. Untuk apa memberikan senyuman pada orang
lain yang bahkan tidak kau ketahui asal-usulnya?
Entahlah.. semua masih teka-teki bagiku pribadi. Teman-temanku bilang aku harus hiburan.
Aku akui aku memang sangat membutuhkan hal itu. Aku ingat terakhir kali kapan aku pernah
bahagia. Tapi aku rasa itu sudah sangat lama.
Sebenarnya aku tak ingin mengingat hari itu. Aku selalu mencoba untuk melupakan hari
dimana semua pernah terjadi. Namun nyatanya ingatan dalam kenangan itu jauh lebih kuat
dari apa yang kuduga. Semua yang hanya bayang-bayang kelam menjadi semakin jelas
berupa kepingan gambar dan bersatu pada satu film berlatar masa lalu.
Film yang tak pernah bisa berhenti sebelum semuanya selesai diputar. Film yang sebenarnya
tak pernah ingin kutahu.
Semua dimulai sejak pagi itu di bulan Maret yang kelabu. Langit kota Bandung redup tanpa
cahaya matahari yang cerah sebagaimana mestinya. Semua kegiatan manusia seperti lumpuh
pada satu titik saat sedikit demi sedikit rinai hujan turun di bumi Bandung.
Semua manusia, Kecuali aku dan dia. Kami berjanji akan pergi hari itu apapun yang terjadi.
Entah kenapa, dia sangat memaksa. Tak seperti biasanya. Aku juga tak curiga sekalipun
kalutan batinku mengatakan ada sesuatu yang salah.
Nyaris dua bulan dia menghilang. Seperti kabut yang cepat datang dan lenyap tanpa jejak.
Dia tak pernah menghubungi aku atau siapapun yang bisa memberikan berita tentangnya.
Sosial media yang ia miliki pun tak punya pembaharuan yang pasti. Semua masih sama
seperti beberapa minggu sebelumnya.
Dan salah satu kenangannya ada disini. Di kursi dalam bus ini. Dia pernah duduk tepat di
samping kiriku. Dengan senyumannya dan gengaman erat jemarinya di jariku. Kini yang ada
hanya seorang pemuda etnis cina. Dia juga tersenyum dan menggenggam tanganku, tapi dia
bukan orang yang sama. Bukan orang yang aku harapkan ada.
Jangan ngelamun mulu Lu. Mending dengerin lagu. Dia memberiku sebuah headset yang
mengalunkan melodi kecil. Lagu yang indah tapi menyakitkan. Lagu tentang kenyataan dan
keadaanku saat ini.
You know i cant smile without you.. cant smile without you. I cant live and i cant breath..
finally hard to do anything.. you see i feel glad when youre glad. Feel sad when youre sad..
you only knew, when im going through.. i just cant smile without you..
Cerpen Karangan: Lukman N.R
Blog: hwanglulu.blogspot.com
Aku melangkah menelusuri jalan setapak yang setiap hari kulewati. Aku menatap rumputrumput kecil yang melambai-lambai tertiup angin. Jadi teringat pada puisi yang kutulis di
diary. Ngomong-ngomong masalah diary. Aku sedikit memutar tubuh dan kulepaskan salah
satu penyandang ranselku. Kucari diary-ku di sana, namun aku tak menemukan apa-apa.
khawatir, kulepaskan ranselku dan kuletakkan di hadapanku, kali ini aku duduk di tengah
jalan setapak yang sepi itu. kucari diary-ku di setiap tempat. Namun lagi-lagi aku tak
menemukan apa-apa.
Aku terdiam, sedikitpun tak menikmati degup jantungku yang terasa lebih cepat dari
biasanya. Aku mencoba mengingat setiap kegiatan yang aku lakukan tadi di sekolah. hari ini
aku memang sengaja membawa diary kecilku itu. karena aku tahu, hari ini tidak ada
pelajaran. Aku ingat, seharian di sekolah aku hanya nangkring di perpus menulis diary dan
membaca buku. Setelah itu ingatanku tentang diary semakin kabur. Kali ini aku yakin diaryku tertinggal di perpus.
mampus! keluhku pelan. Aku yakin malam ini, aku tidak akan mimpi indah. Tuhan, siapa
pun yang menemukan diary-ku. Aku harap orang itu bisa menjaga rahasiaku.
Aku berlari pontang-panting melewati jalan setapak. Tidak peduli dengan penampilanku yang
mulai berantakan, tidak peduli dengan tubuhku yang penuh dengan keringat. Yang ada dalam
otakku kali ini hanyalah nasib diary kecilku.
Tap-tap-tap!
Suara langkahku menggema di koridor sekolah yang lengang. Memang masih sepi, karena
aku berangkat terlalu pagi. Begitu tiba di bawah tangga perpus. Sejenak aku menarik napasnapas dalam-dalam sambil menatap tangga yang haru kunaiki. Begitu tubuhku kembali
berenergi. Aku langsung berlari menaiki tangga. Betapa terkejutnya aku saat kulihat
perpustakaan sekolah masih tutup. Aku duduk di kuris panjang tepat di depan pintu perpus.
Sekitar satu setengah jam aku menunggu di sana. Bahkan aku rela telat demi menemukan
diary itu.
Saat pintu perpus terbuka. Aku langsung menerobos masuk, hanya menyapa Bu Ina dengan
senyuman. Lalu melangkah ke ruang belakang. Tempat aku bersantai kemarin. Dan aku tak
percaya saat tiba di sana aku tak menemukan apa-apa. aku ternganga. Lama hanya diam,
akhirnya aku memaksakan diriku untuk bertanya pada Bu Ina.
permisi, Bu. Kataku pelan.
Bu Ina mendongak menatapku. ada apa?
ibu ngeliat Diary warna biru kecil nggak?
Kulihat Bu Ina mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian matanya melebar. oh, diary?
Cerpen Karangan: Ulfa Nurul Hidayah
Facebook: Ulfachan Paul/ulfa Chan Ga Sukida
Raut wajah Nabila, sesaat tertampak seperti monster imut saat ia terbangun dari mimpinya di
atas susunan karakter-karakter yang begitu empuk, saat pagi menyapa
Ah, pagi ini tak berbeda dengan kemarin.. sambutnya tanpa semangat,
Sesaat teringat olehnya kejadian tadi malam, ketika semua orang sedang berbagi cokelat,
ketika semua orang berbicara tentang cinta melebihi kapasitas normalnya, ia justru
mendapatkan hal yang bahkan semua orang tak ingin, di saat ia mengharap sebuah kejutan
manis, di saat ia merindukan pelukan hangat itu, kenyataan menjawab dengan modus
inversnya, Tak terasa, cairan itu pun meleleh lagi di wajahnya, mewakili kesedihannya yang
mendalam, di dalam hatinya berkata..
Mengapa harus ditemukan, bila akhirnya terpisah?.
Namun begitu, Nabila tetap berharap cintanya kembali. Hari-hari tetap dilalui Nabila dengan
senyuman, sekilas tak tampak aksen sedih di wajahnya
Di kelas Tasya sahabat Nabila mengambil buku lalu duduk di samping Nabila
Lho, Bil kamu kok fine-fine aja, gak galau nih? tanyanya sambil menyalin jawaban
matematika Nabila,
Ah, ndak Sya, aku yakin dia pasti balik ucapnya dengan penuh semangat sambil menghirup
spray yang dipegangnya,
Em, yakin bener, semangat ya say, kagak usah galau
Pastinya dong Sya.
Bel pun berdering tanda waktu istirahat telah usai, satu persatu kawan Nabila pun masuk ke
kelas, senyuman Nabila tak lepas dari seorang yang baru saja masuk itu, sorotan
senyumannya buyar, ketika seorang itu meliriknya balik dengan wajah cuek, terbesit perih di
hatinya, tapi ia anggap ini adalah cobaan untuk dia dan hatinya, seberapa kuat cinta yang
dimilikinya, pelajaran pun berjalan seperti biasa, lambat laun Nabila merasa tak nyaman, tapi
ia lagi-lagi bersabar, menanti waktu yang diharapnya mungkin terjadi
Woi, Did tu Nabila lu cuekin gitu sih, bantu dong gak kompak ah, 1 kelompok juga Teriak
Tasya ke Dida yang sedang ngobrol dengan teman-temannya, bermaksud mendekatkan Dida
dengan Nabila kembali..
Lu aja Sya, gue sibuk Teriak Dida balik.
Ah elu, kagak asyik ah,.
Udah Sya, aku bisa sendiri kok, sini, kamu aja yang bantu aku ucap Nabila sambil
mengambilkan kursi untuk Tasya,
Maaf Bil, aku nggak bisa bawain Dida ke kamu
Its ok Sya, gak papa.. ayo kita kerjain tugasnya
Setelah pelajaran usai, mereka pun menuju tempat parkir untuk bersiap,
Udah, lu ikut mobil gue aja, ntar mobil lu biar ngikut di belakang mobil gue dibawa supir
gue aja ucap Tasya sinis,
iye dahh.. iye
Dalam perjalanan pulang .
TAMAT
Makmur. memang nama yang lucu dan aneh untuk sebuah desa. Feby dan Via ini adalah
teman akrab sejak mereka masih kecil. mereka adalah sahabat yang setia. walau sifat feby
yang tomboy dan sifat Via yang agak feminim gitu tapi mereka tak pernah bertengkar.
Saat feby sedang berlari mengejar via, ia menemukan sebuah arloji yang indah. vi.. sini
bentar deh.. aku nemuin sesuatu nih.. ujar feby. apaan.. jangan bohong ya.. nanti kamu
bohong saja untuk menangkapku. ujar via. ih.. ini gak bohong. sini deh.. ujar feby lagi. via
pun menghampiri feby. apa? tanyanya. ni lihat aku nemuin arloji yang indah dan cool
nih. Jawab feby. mana mana? tanyanya. sabar bro.. lalu feby memperlihatkan arloji itu
kepada via. wih.. cantik banget nih arloji.. ujar via sambil mengedip ngedipkan matanya.
gak, gak cantik tapi cool.. ujar feby. cantik! cool! cantik! cool! ih.. oh, gimana
kalau cantik dan cool? ujar via. ya ujar feby.
Mereka pun membawa arloji yang dibalut warna kuning keemasan itu ke rumah pohon yang
dibuat oleh ayah feby. buka dong.. ujar via. ia ini juga mau dibuka ujar feby. ayo buka..
sabar dong bro.. saat febi mebuka penutup arloji itu dan keluarlah dua orang yang cukup
cantik. mereka pun sempat kaget. dimana kita? ujar perempuan yang menggunakan
mahkota. entahlah. sepertinya kita ada di dimensi lain putri. ujar seorang yang satunyas
sambil celingak celinguk. eh.. eh.. sepertinya itu putri deh.. ujar feby sambil menyenggol
tangan via. iya.. mungkin. jawab via. caktik ya.. ujar feby berbisik. ah.. enggak ah..
lebih cantikkan aku kali.. ujar via. huu.. dasar... tiba tiba seseorang yang memakai
mahkota itu bertanya dengan sedikit berteriak dan mengagetkan feby dan via yang sedang
berbisik. siapa kalian? tanya orang itu. lah kamu siapa terus ngapain di markas rahasia
kami? tanya via balik. kami datang kesini karena arloji ajaibku memanggilku. ujar orang
itu. ohh.. salam kenal aku feby dan ini temanku via yang.. yah.. agak centil dan sok imut.
ujar feby memperkenalkan diri. oh.. apakah kalian ini manusia dan kami sekarang sedang
ada di bumi? tanya orang yang tidak memakai mahkota itu. lah, kamu kira kita ini apa?
hewan? ya jelas kami manusia! Memangnya kalian apa hah? ujar via sedikit sewot. sabar
vi.. ujar feby. kami ini peri. jawab mereka serempak. hahahahaha feby dan via pun
tertawa. kenapa kalian tertawa? apa ada yang lucu? tanya orang yang memakai mahkota
itu. hehe.. gak kok.. oh iya kalian belum memperkenalkan diri kalian. ujar feby. hhmm
Saat hari sudah mulai sore, mereka pun berpisah. hhm.. feby, via terima kasih kalian sudah
mengajak kami melihat lihat dimensi kalian. ujar putri stevhani. ya putri. oh ya ini arloji
punya putri. ujar feby. hhmm putri, icha apa kalian akan pergi.? tanya via yang nampak
sedih. oh.. arloji ini, simpan saja. siapa tau kita akan bertemu kembali. ujar putri stevhani.
bener nih? makasih ya putri. ujar feby. oh ya satu hal lagi, jangan penggil aku putri dong.
panggil aja stevhani. ujar stevhani. oh oke put.. eh stevhani. Jawab via. mereka pun
berpisah di pantai itu.
Cerpen Karangan: Febriska Ditiea Utami
Facebook: Https://www.facebook.com/feby.febyutami
Saatku mulai membuka mata, tanda akan memulai hal-hal baru yang tidak dapat ku ketebak.
Namaku Nia Augustina Valeri. Aku melihat ke jam bekerku, What, udah jam 6?!, teriakku.
Aku segera bergegas berlari ke wc dan mengambil seragam, dan handukku. Setelah mandi
dan berseragam, aku mengambil roti dan selai strawberry. Lalu mengoleskan selai strawberry
ke atas roti. Setelah itu, aku pun bergegas pergi ke sekolah menggunakan angkot.
Sekarang aku sudah memasuki kelas 7. Selama hidupku ini aku tidak pernah diantar jemput
oleh orang tua ku, orang tua ku sudah meninggal sejak aku masih umur 2 tahun, mereka
meninggal akibat tabrakan yang tragis, ahhh, sudahlah lupakan saja cerita itu, aku ingin
melupakannya, bantah ku. Tring tring, aku segera berlari menuju pintu gerbang.
Terlihat pak satpam segera menutup pintu gerbang, Tunggu, tunggu pak!, teriakku.
Akhirnya !sampai juga di sekolah, mari melakukan hal-hal yang menyenangkan. Nia..
Nia.., sini-sini, cepetan. Ada apa sih?, tanya ku. Untung aja kamu gak terlambat, mana
papan namamu, hari ini kan kita mos?, tanya temanku, Silvia Audrey. Aku berteriak,
Mampus gue, lupa bawa, sial banget gue hari ini, udah terlambat bangun, gak bawa papan
nama lagi. Haizzz, temani gue bilang ke kakak osis, we, please, gumam ku. owwwhhh,
baik lah, kata Silvia.
Sampai di ruang osis aku mengatakan ke kakak osis, lalu meminta maaf ke kakak osis karena
tidak membawa papan nama, tapi kakak osis itu malah menghukumku, haizzz. Kakak osis itu
menyuruhku push-up 100 kali, tapi tidak apa-apa lah yang penting itu kan salahku, siapa
suruh aku gak bawa ya, hahaha. Setelah kami semua mos dan minta tanda tangan dari para
guru dan kakak-kakak kelas, kami semua pulang. Keesokannya, aku segera berlari ke sekolah
supaya tidak terlambat lagi, mau tau kenapa? Kemarin ada pengumuman dari guru-guru,
kalau terlambat masuk sekolah, harus memungut sampah, dan masuk ke buku pelanggaran.
Aku sekolah karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Di Sd aku mendapat juara
umum 1, sampai di kelas, aku termenung, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan ku dari
belakang. ohhh, hebat ya Mario, suka banget sih jahilin orang!, teriakku di kuping Mario.
Mario adalah teman lamaku dari SD. Sorry, katanya.
Aku dan Silvia sampai bolos dari sekolah karena mengikuti Daniel. Astaga saat kami sampai
di halaman rumah Daniel, olala dia diberikan uang oleh kawan-kawannya, Aktingmu sangat
bagus, Raynald, kata temannya sambil menepuk bahu Raynald. Aku terkejut ternyata ia
membohongi kami satu kelas dengan senyum palsunya itu, Ternyata nama Daniel yang
sebenarnya itu adalah Raynald, jadi dia membohongi aku. Sabar ya Nia, memang laki-laki
itu semua BUAYA DARAT, ucap Silvia untuk menenangkanku. maaf ya Sil, aku tuh bego
banget sampe nggak tau kalau dia membohongiku, kataku. Tidak apa-apa, aku juga minta
maaf Nia, sebenarnya waktu aku SD di Surabaya, aku tuh sebenarnya mantan si Raynald,
tanpa kusadari esok harinya dia bilang kepadaku bahwa ia ingin putus denganku, ucap
Silvia. Ooo jadi begitu ya, ceritanya, Sebaiknya besok aku duluan yang minta putus
dengannya, biar dia tau betapa sedihnya perempuan yang sudah dikhianatinya, teriakku.
The Ent
dilihatnya surat itu dengan seksama namun tiba-tiba air matanya mengalir deras. Oralda gadis
yang malang dia harus rela melepaskan kekasihnya yang bernama Sisiliano cinta pertamanya
sampai saat ini jadi yang menghadiahkan gaun putih nan cantik itu adalah Sisiliano. Sisiliano
pemuda malang itu harus menikah dengan seorang gadis kaya untuk melunasi utang
ayahnnya dengan ayah gadis itu.
Perayaan ulang tahun Oralda begitu meriah seluruh keluarga dan juga teman-teman Oralda
datang dan disaat itulah sang ayah dan ibu Oralda mengenalkan jodoh untuk Oralda
Oralda sekarang kamu sudah berumur 25 tahun maka ayah ingin kamu cepat menikah. Maka
ayah akan mengenalkan calon yang cocok untukmu. Ayo Ferdi
Hai aku Ferdi. Dia sangat ramah senyumnya begitu memukau
Oralda. Jawab Oralda singkat
Nah sekarang kalian ngobrol-ngobrol dulu sana. Ibu yakin kalian berdua bisa cepat akrab.
Ibu Orlada begitu antusias
Terjadilah percakapan di antara mereka namun Oralda belum dapat melupakan Sisiliano. Hari
berganti hari bulan berganti bulan mereka pun menikah namun entah mengapa Oralda belum
dapat melupakan Sisiliano.
Oralda, kamu sedang memikirkan apa? Tanya Ferdi dia begitu lembut
Oh tidak apa apa Jawab Oralda berbohong
Kalau ada masalah cerita saja. Jangan dipendam aku mau kok, dengar keluh kesahmu
Ferdi. ya Ferdi dia adalah suami yang baik
Oralda terdiam. Dia sudah berusaha untuk melupakan Sisiliano namun belum dapat. Ah,
Sisiliano dimanakah kau sekarang?Hari berganti hari bulan berganti bulan tahun berganti
tahun hari-hari Oralda begitu bahagia apalagi saat ini buah cinta mereka sudah lahir dan
mereka memberi nama Erick. Apalagi saat ini Erick sedang lucu-lucunya hal itu membuat
Oralda semakin melupakan Sisiliano.
Lain halnya dengan pemuda malang bernama Sisiliano. Hari-harinya diwarnai dengan
pertengkaran bahkan Tina menceraikan Sisiliano karena ternyata Tina adalah l*sbian. Tina
mempunyai teman l*sbi bernama Sonya. Pemuda itu begitu malang hatinya pedih tidak
terkira. Ia kembali mengingat Oralda gadis cinta pertamanya. Oralda, dimanakah kau
Oralda dan Sisiliano sepasang kekasih yang telah berpisah dan saat ini Oralda sudah menjadi
milik orang yaitu Ferdi suami yang sangat baik. Oralda dan Sisiliano mantan sepasang
kekasih yang harus menerima kenyataan hidup yang berbeda.
Oralda dan Sisiliano mantan sepasang kekasih yang harus menjalani kisah hidup yang
berbeda
Love or Friends
Hoaaaammm.. Aku terbangun seiring dengan bunyi alarm. Aku bangun dengan langkah
sempoyongan dan bergegas berjalan ke kamar mandi. Hari ini adalah hari pertamaku masuk
sekolah ke jenjang berikutnya, SMA, yang berarti menandakan sudah berlalunya proses MOS
yang mengerikan itu. Horeee seruku dalam hati. Saking bersemangatnya, aku memakai baju
secepat kilat hingga membuat kegaduhan. Tapi karena aku anak tunggal, tidak ada yang
mengomeliku karena kegaduhan itu.
Sesampainya di depan gerbang sekolah baruku itu, aku masih tidak percaya kalau aku dapat
bersekolah di sekolah yang terkenal elite ini. Ya tentu saja aku bersekolah di SMA Angkasa
yang sangat populer dan elite. Dengan langkah perlahan-lahan, aku mulai memasuki area
lapangan sekolah yang luas. Aku berjalan ke arah seorang guru yang tampaknya mengetahui
denah kelas-kelas dan bertanya dimana ruangan kelasku dengan muka yang kuharap terlihat
sopan. Dengan hati yang deg-degan aku melangkah menuju sebuah kelas yang ditunjuk guru
itu. Dengan kepala yang ditundukkan, aku mulai melangkah memasuki kelas. Aku berharap
tidak menabrak siapa pun dengan kepala ku yang sedang tertunduk ini. Tetapi, harapanku
tidak terkabulkan. Aku menabrak tubuh seseorang, dan orang itu hampir terjatuh kalau dia
tidak berpegangan dengan meja terdekat.
Maaf.. Maaf..
Tenang aja. Tidak apa-apa kok, Orang yang kutabrak itu pun terdiam sejenak sebelum
melanjutkan kata-katanya. Ehmm.. Haloo nama gue Oci. Lo Ella kan?, pertanyaannya
membuatku melihat ke arahnya sambil menelengkan kepalaku ke kanan. Darimana dia tahu
namaku?
Seakan dia dapat mengetahui apa yang berputar di otakku dia menjawab, Lo gak kenal gue?
Gue yang duduk di belakang lo pas MOS kemarin..
Sesaat aku tertegun, Kenapa gue bisa lupa ya? Ckck, Oh iya.. Maaf maaf. Saking buruburunya otak gue jadi nge-blank. Hehe maap yak, ucapku sambil tersenyum kikuk.
Udah enggak apa-apa, Oci terdiam sesaat. Emmm, lo nanti duduk sebangku sama siapa?
Mmm gue belum tau. Gimana kalo kita duduk sebangku aja? ucapku antusias.
Ooh oke. ucapnya girang.
Sedangkan hubunganku dengan Giri
Kami sempat bertengkar karena perbedaan pendapat. Tapi kami balikkan lagi, karena kami
berdua sama-sama tidak tahan untuk marahan lama. Setelah menyelesaikan S1 ku disini, aku
pergi menyusul Giri yang sedang kuliah jurusan musik di Harvard.
Dan pada akhirnya seperti inilah DOREMI, terpecah belah. Menurut kalian, apabila kalian
mendapat kejadian yang sama dengan yang dialami sahabatku, kalian akan memilih yang
mana? Cinta atau Persahabatan?
Cerpen Karangan: Yuka Erawati