Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kajian Stilistika

Puisi “Sajadah Panjang” Karya “Taufik Ismail”

Berdasarkan Gaya Bunyi dan Gaya Bahasa

Isma Aliyah Rahmawati

18020074034

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Surabaya

Surel : isma.18034@mhs.unesa.ac.id

Abstract

The analysis of the poetry Sajadah Panjang by Taufiq Ismail aims to determine the
language style and sound style contained in the poem. The analysis of the poem
Sajadah Panjang by Taufiq Ismail uses a qualitative descriptive method because it is
used to describe and analyze the content, which is described descriptively by utilizing
qualitative data. This analysis is expected to provide an overview for readers to better
understand literary works in the form of poetry, especially in aspects of sound style and
language style, so that the aspects expressed by the author through literary works can
be understood by readers.

Keywords: Poetry, language style, sound style

Abstrak

Analisis puisi Sajadah Panjang karya Taufiq Ismail bertujuan untuk mengetahui gaya
bahasa dan gaya bunyi yang terdapat pada puisi tersebut. Analisis puisi Sajadah Panjang
karya Taufiq Ismail ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena digunakan
untuk menggambarkan dan menganalisis isi, yang dijabarkan secara deskriptif dengan
memanfaatkan data kualitatif. Analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada pembaca agar lebih memahami karya sastra berupa puisi terutama pada aspek
gaya bunyi dan gaya bahasa, sehingga aspek-aspek yang diungkapakan oleh pengarang
melalui karya sastra dapat dipahami oleh para pembaca.

Kata kunci : Puisi, gaya bahasa, gaya bunyi


A. Pendahuluan

Sastra menjadi sarana pengungkapan pikiran yang dekat dengan masyarakat. Hal
tersebut karena penulisan yang biasanya dalam bentuk cerita atau prosa karena sastra
dapat dinikmati, diamati dan diapresiasi. Salah satunya puisi yang terus mengalami
perkembangan dari masa ke masa dan menyesuaikan dengan pertumbuhan yang ada di
masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi merupakan gubahan dalam


bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam
kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus melalui
penataan bunyi, irama dan makna khusus. Puisi biasanya tercipta berdsarkan keluh
kesah atau hal-hal yang dirasakan pengarang terkait lingkungan sekitarnya.Puisi ditulis
menggunakan pilihan kata yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang maknanya.
Sehingga membutuhkan proses menganalisis puisi secara tepat untuk memproleh
pemahaman dari suatu puisi, baik yang tersurat ataupun tersirat. Menurut KBBI, analisis
merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaam sebenarnya.

Pada puisi tentunya terdapat unsur fisik dan unsur batin didalamnya yang
membuat puisi memiliki kesan dan makna saat dibaca oleh pembaca. Puisi umumnya
lebih menekankan keindahan bahasanya. Bahasa yang diolah sedemikian rupa hingga
menghasilkan puisi yang indah. Gaya bahasa, diksi, majas, gaya bunyi dll dalam puisi
dapat dianalisis menggunakan stilistika.Stilistika adalah salah satu ilmu yang menjadi
penghubung antara kajian linguistik dan juga karya sastra dengan mengkaji aspek gaya
bahasa, gaya bunyi yang digunakan untuk menganalisis karya sastra berupa puisi.
Stilistika mengkaji tentang gaya yang digunakan oleh pengarang melalui bahasa yang
dipakai dalam memaparkan gagasan atau ide dalam suatu karya sastra.

B. Kajian Teori

Puisi merupakan ungkapan hati, gagasan ide, bahkan luapan emosi dari
penulis. Ada banyak pendapat tentang puisi. menurut Mathew Arnold dalam Tarigan
(1984:3) puisi merupakan satu-satunya cara yang paling indah, impresif dan paling
efektif untuk mendendangkan sesuatu. Hal ini juga sependapat dengan Larousse
(1933:796) yang meyatakan Puisi merupakan seni dalam mengkombinasikan suara,
irama, kata dalam bahasa untuk menghidupkan khayalan, ingatan kesan, luapan
perasaan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia puisi adalah ragam sastra
yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Sehingga dapat disimpulkan puisi merupakan cara seseoranh mengungkapakan
perasaanya dengan bahasa yang indah. Salah satu cabang ilmu yang dapat
menganalisis puisi adalah stilistika. Ada beberapa pendapat tentang stilistika,
Menurut Pradopo (2000: 264) menyatakan stilistika sebagai ilmu yang mempelajari
gaya bahasa. Kemudian menurut Hartoko dan Rahmanto (1986: 138) stilistika
merupakan cabang ilmu sastra yang memiliki style atau gaya bahasa. Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Ratna (2007:236) yang menyatakan stilistika adalah ilmu
yang menyelidiki penggunaan bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan
keindahan aspek-aspeknya. Dalam menganalisis puisi menggunakan stilistika dapat
memeperhatikan gaya bahasa dan gaya bunyinya.

Gaya bunyi merupakan salah satu unsur yang membentuk puisi, bunyi
tersebut menambah dan menciptkan keindahan. Menurut pendapat Pradopo, gaya
bunyi alam sebuah puisi dapat memperdalam sebuah ucapan, dapat juga
menimbulkan rasa, serta dapat menimbulkan suasana yang indah. Gaya bunyi
dibedakan menjadi dua macam yaitu kakofoni dan efoni. . kakofoni adalah suatu
kombinasi bunyi dengan hasil yang tidak merdu. Kakofoni dapat memperkuat
suasana menjadi tidak menyenangkan atau tidak merdu. Sedangkan Efoni yakni
kombinasi bunyi yang sangat merdu dan memiliki irama serta dapat menggambarkan
perasaan mesra, cinta dan kasih sayang, atau hal-hal yang menggembirakan. Gaya
bunyi dapat meliputi penggunaan bunyi tertentu yang digunakan untuk mendapatkan
efek tertentu. Gayaa bunyi dapat juga berupa gaya ulangan bunyi seperti asonansi,
persajakan : sajak awal, sajak tengah, sajak akhir dan sajak dalam, aliterasi. Dari
semua pola-pola bunyi tersebut membuat sajak menjadi merdu.

Gaya Bahasa merupakan suatu gaya bahasa yang digunakan penulis/penyair


melalui kata-kata dalam puisi atau pengungkapan perasaan atau pikiran penyair
secara tersirat. Gaya bahasa terdiri dari majas dan pilihan kata. Majas adalah bentuk
bahasa yang memiliki pengimajinasian yang tinggi karena mampu untuk
merangkaikan satu kata dengan kaya yang lainnya sehingga dapat memunculkan
makna di luar batas yang ditentukan. Gaya bahasa adalah sebuah alat yang digunakan
untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan ide dalam bentuk bahasa dengan
gaya yang sangat menarik. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan yang sering
digunakan pada sebuah karya sastra seperti pada puisi. Adapum beberapa jenis majas
antara lain : Perbandingan, Metafora dan Repitisi.
C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena data yang


bersifat deskriptif tersebut dianalisis untuk membuat generalisasi atau kesimpulan
umum yang merupakan sistem atau kaidah yang bersifat mengatur atau gambaran
dari objek penelitian (Subroto, 1992:7). Yang menjadi data dalam penelitian ini yaitu
data deskriptif gaya bunyi dan gaya bahasa dalam puisi “Sajadah Panjang” karya
Taufik Ismail. sumber data dalam analisis ini puisi berjudul ”Sajadah Panjang”
dengan menggunakan teknik catat pada proses pengumpulan datanya yang berupa
teks. Langkah yang dilakukan dalam proses pengumpulan data meliputi membaca
kumpulan puisi Sajadah Panjamg”, mencatat kalimat-kalimat yang menggunakan
gaya bunyi dan gaya bahasa. Teknik deskriptif kualitatif sendiri bertujuan untuk
mengungkap semua masalah yang telah diungkapkan dalam rumusan masalah yaitu
penggunaan gaya bunyi dan gaya bahasa pada puisi karya Taufik Ismail tersebut
yang usai di dokumentasikan selanjutnya dianalisis dan menjadi topik penelitian.

D. Hasil Pembahasan

Sajadah Panjang
Karya Taufik Ismail

Ada sajadah panjang terbentang


Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu


Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.

Puisi yang berjudul ‘Sajadah Panjang’ karya Taufik Ismail ini secara
keseluruhan menceritakan tentang hubungan hamba dengan Tuhannya. Hambanya yang
taat beribadah bagaimanapun keadaannya. Walaupun ia sedang mencari ilmu, bekerja
ataupun yang lainnya jika terdengar Adzan berkumandang ia akan segera menunaikan
kewajibannya. Ibadah yang terus dilakukan dari ia lahir hingga ia meninggal. Hamba
yang taat pada penciptaannya. Pengungkapan bentuk rasa taat kepada penciptanya.
Tiada tempat paling sempurna untuk bersandar hanya kepada Tuhannya. Pada analisis
puisi ini, gaya bahasa juga sering disebut sebagai majas. Majas merupakan bagian dari
gaya bahasa. Penggunaan lebih sering tampak pada puisi. Untuk memahami dan lebih
mengenal puisi terlebih dulu harus memahami bahasa yang digunakan. majas
merupakan suatu gaya bahasa berupa tulisan maupun lisan yang digunakan dalam
sebuah karangan yang merupakan cerminan dari perasaan dan pikiran penulis.

Analisis Gaya Bahasa:

Gaya bahasa atau majas dalam puisi “Sajadah Panjang” antara lain:

1. Majas Metafora

Majas metafora merupakan majas yang menggambarkan tentang sesuatu hal


dengan adanya perbandingan langsung pada dasarnya terdapat sifat yang hampir sama
atau bahkan dapat juga dikatakan sama. Majas ini juga disebut majas perbandingan atau
persamaan. Majas ini terlihat pada data yakni bait pertama :

Ada sajadah panjang terbentang


Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Pada bait ini perumpamaan sajadah panjang bermakna ibadah. Jika secara
makna denotasi tidak mungkin ada sajadah yang membentang sepanjang dari kaki
buaian atau rumah hingga ke kuburan. Oleh karena itu perumpamaan ‘sajadah panjang’
disini adalah ibadah yang harus dilakukan dari lahir hingga ia meninggal.

2. Majas Repetisi
Majas Repitisi adalah sebuah perangkat sastra yang mengulang kata atau frasa
beberapa kali dengan tujuan untuk membuat tulisan yang terdapat pada puisi itu menjadi
lebih jelas dan mudah untuk dingat. Majas repitisi pada puisi ini terdapat pada larik
awal bait pertama, ketiga, dan terakhir:

Ada sajadah panjang terbentang

Pada larik ini menerangkan bahwa seseorang yang mengetahui sajadah panjang
yang bermakna ibadah yang harus dilakukan sepanjang hidupnya. Ketaatan yang harus
ada antara hamba kepada Penciptanya.

Analisis Gaya Bunyi

Pada puisi ini terdapat Asonansi dan Aliterasi. Asonansi merupakan ulangan
bunyi vokal dalam baris sajak. Sedangkan Aliterasi adalah ulangan konsonan dalam
baris sajak, aliterasi juga disebut sajak rangka. Asonansi dan aliterasi yang terdapat
pada puisi ini antara lain:

Bait pertama terdapat asonansi a dan i kemudian alitersinya adalah s, b, dan k

Ada sajadah panjang terbentang


Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Bait kedua didominasi asonansi a,e, dan i kemudian aliterasinya adalah s,p,d dan t
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Bait ke tiga didominasi asonansi a,e, u dan i kemudian aliterasinya adalah m, dan s

Mencari rezeki, mencari ilmu


Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Bait ke empat didominasi asonansi a, u dan i kemudian aliterasinya adalah m, k, g dan
s

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.

Pola yang terdapat pada puisi berjudul ‘Sajadah panjan’ ini bebas , karena setiap
baitnya tidak terikat pada akhir suku kata. Seperti pada bait pertama polanya adalah a-b-
c-d atau pada bait ke tiga yakni polanya adalah a-b-b-c.

E. Kesimpulan

Analisis Puisi “Sajadah Panjang” Karya Taufiq Ismail berdasarkan gaya bahasa
dan gaya bunyi dapat disimpulkan bahwa karya sastra berupa puisi merupakan sebuah
bentuk teks karangan yang mengungkapkan perasaan atau fikiran penulis dengan
mengutamakan keindahan kata-kata yang dituangkan dalam bentuk tulisan serta
memiliki pesan yang terkandung di dalamnya. Gaya bahasa yang muncul pada puisi
“Sajadah Panjang” yaitu majas metafora, dan repetisi. Adapun gaya bunyi yang
terdapat pada puisi tersebut adalah terdapat pola bebas disetiap baitnya, juga terdapat
asonansi serta aliterasi yang dapat membuat puisi tersebut memiliki keindahan tersendiri
pada puisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hartoko, Dick & B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses 06 April 2021

Pradopo, Djoko Rachmat. 2000. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra Dan
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran

Tarigan, H. Guntur. 1984, Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai