Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam
bahasa Indonesia, berdasarkan garis besar nya sastra berarti bahasa yang
indah atau tertata dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga
berkesan di hati pembaca nya. Namun sering kali kita tidak mengerti apa
yang di maksud dengan sasta, kebanyakan orang menyamakan antara sastra
dan bahasa.
Dalam sastra Indonesia sendiri, benyak sekali bagian-bagianya. Secara
garis besar sastra indonesia terbagi menjadi dua yaitu sastra lama dan sastra
baru/modern. Dari sekian banyak sastra contoh nya seperti puisi, cerprn,
novel,pantun,gurindam prosa dan sebagai nya dan di anatara jenis-jenis karya
sastra tersebut memiliki ciri masing-masing, dan tidak bisa di kataka sama.
Maka untuk lebih jelas nya di sini akan kita bahas mengenai defenisi nya
masing-masing.
B. Rumusan masalah
Untuk memudahkannya ada beberapa komponen yang akan dibahas,
diantaranya.
a. Apakah yang di maksud dengan sastra?
b. Apa sajakan jenis-jenis karya sastra?
c. Apa yang dimaksud dengan puisi, prosa dan drama?
C. Tujuan
a. Untuk membantu kita belajar membedakan dan memahami, serta
membuat bagian-bagian dari sastra Indonesia.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis karya ekspresif.
c. Untuk mengetahui pengertaian dari puisi, prosa dan drama.
BAB II
SASTRA EKSPRESIF (PUISI, PROSA DAN DRAMA)
A. Pengertian Sastra

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 1

Sastra berasal dari bahasa sansekerta shastra merupakan kata serapan


dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau
pedoman. Cikal bakal lahirnya sastra adalah ketika filosof Yunani, Aristoteles,
menulis karyanya yang berjudul Poetika yang mengemukakan teori sastra
mengenai drama tragedi yang dalam sastra Yunani Klasik ditulis dalam
bentuk puisi lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Istilah sastra dalam bahasa Indonesia mempunyai pengertian sas
yang berarti mengajar, mengarahkan, member petunjuk dan tra berarti
sarana, alat. Maka sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk,
buku instruksi atau pengajaran. (Teeuw. 1984: 23)
Secara singkat dan sederhana dapatlah dikatakan bahwa sastra adalah
pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif kedalam
bentuk-bentuk dan struktur-struktur bahasa.
Wilayah sastra meliputi kondisi insani atau manusia, yaitu kehidupan
dengan segala perasaan, pikiran, dan wawasannya. Selanjutnya dapat pula
kita katakan bahwa sastra menerangi serta memperjelas kondisi insani
dengan cara membayangkan atau melukiskan wawasan-wawasan kita .
( Tarigan, H., G., 1995 : 3 ).

B. Pengertian Ekspresif
Ekspresif menurut KBBI adalah adjektiva (kata sifat) tepat (mampu)
memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan.
Pengertian lain ekspresif adalah arti yang diperoleh dari konteks-konteks
yang menyatakan, dan karena itu mendatangkan hal seperti suasana batin atau
mood, perasaan, emosi, nilai-nilai. Contoh ekspresif tersebut ialah arti yang di
peroleh

dalam

puisi,

perintah,

penghinaan,

kata

seru,

pembelaan

(Laksono:2016)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 2

C. Sastra Ekspresif Dalam Puisi


1. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari
poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata
puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan -poem.
Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan
bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta.
Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai
dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang
berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan,

guru,

orang

yang

dapat

menebak

kebenaran

yang

tersembunyi.
2. Unsur-Unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa
unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling
mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan
sebagai berikut.
a. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata
(diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsurunsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah
larik.
b. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat
dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula
seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah
larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
c. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait
inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik
dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak
dibatasi.
d. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyibunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 3

Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang


pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan
oleh perulang perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi
(misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifatsifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama,
namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun
irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang
membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa
dilagukan.
e. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik
dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui
makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan
menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin
puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna
tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya
dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata,
rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung
pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 4

c. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga


berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari
sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
3. Jenis-Jenis Puisi
a. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturanaturan itu antara lain :
1) Jumlah kata dalam 1 baris
2)

Jumlah baris dalam 1 bait

3)

Persajakan (rima)

4)

Banyak suku kata tiap baris

5)

Irama

Ciri puisi lama:


1) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait,
jumlah suku kata maupun rima.

Jenis-jenis puisi lama


1) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki
kekuatan gaib.
2) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4
baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 5

sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun


menurut

isinya

terdiri

dari

pantun

anak,

muda-mudi,

agama/nasihat, teka-teki, jenaka.


3) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
4) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap
bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
5) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8,
ataupun 10 baris.
b. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam
segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru:


1) Bentuknya rapi, simetris;
2) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
3) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
4) Sebagian besar puisi empat seuntai;
5) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
6) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :

1) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri


dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik
dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima
berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul
Balada Matinya Seorang Pemberontak.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 6

2) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau


pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati
seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau
almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian
himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang
dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati
(guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
3) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun,
membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik
terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
4) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti
unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran
untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
5) Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan
perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra.
6) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi
sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah
karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
7) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari
bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam
terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke
atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara
lain:

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 7

1) Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris
(puisi dua seuntai).
2) Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga
seuntai).
3) Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai).
4) Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris
(puisi lima seuntai).
5) Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris
(puisi enam seuntai).
6) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris
(tujuh seuntai).
7) Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan
baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
8) Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang
terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat
baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta
berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata
sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.
4. Teknik Pembuatan Puisi
Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang
dipublikasikan di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap
mengendap di tangan penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana
rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat
puisi, mulai dari kehidupan sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu
saja tentang cinta yang banyak sekali ditemukan, khususnya puisi yang
dituliskan oleh kaum remaja. Tentu, puisi-puisi ini dilahirkan dari
berbagai macam proses kelahiran. Sebenarnya, jika dicermati, menurut
pengalaman, puisi itu merupakan ungkapan kata bermakna yang

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 8

dihasilkan dari berbagai macam proses kelahiran masing-masing. Proses


kelahiran ini ada beberapa tahap, antara lain :
1.

TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI


Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi
pada sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik. Misalnya pada
saat berkaca.

2.

TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA DIRI


Pada tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan
rasa atau perasaan diri sendiri atas obyek yang bersinggungan atau
berinteraksi. Perasaan yang terungkap bisa berupa sedih, senang,
benci, cinta, patah hati, dan lain-lain, misalnya tatkala melihat meja,
akan bisa lahir sebuah puisi.

3.

TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN


Pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar
diri dan dituliskan begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata
bersayap atau metafora, misalnya tatkala melihat meja, kemudian
muncul gagasan untuk menulis puisi.

4.

TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN


Pada

tahap

ini

penulis

puisi

mencoba

berusaha

mengungkapkan perasaan suatu obyek, baik perasaan orang lain


maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma
menjadi manusia. Misalnya tatkala melihat orang muda bersandar di
bawah pohon rindang, dapat sebuah terlahir puisi.
5. TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM
HADIR
Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang
sangat mendalam atas segala fakta, rasa dan analisa menuju
jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian di
masa depan. Mengungkapkan Kehadiran yang belum hadir artinya
melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan
gagasan dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 9

yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang


lain. Misalnya cita-cita anak manusia, budaya dan gaya hidup
masyarakat di masa depan, dan lain-lain. Salah satu contoh yang
menarik adalah lahirnya puisi paling tegas dari para pemuda
Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, atas prakarsa
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dalam Sumpah
Pemuda.
5. Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai
sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang
Penyair? Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang
pembaca puisi, antara lain:
a. Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam
menafsirkan dan membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah
upaya awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk
mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang
tersurat.
b. Vocal
c. Artikulasi
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
d. Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
e. Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di
mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
f. Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton,
terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu
dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya
volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni
di saat naik turunnya nada suara.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 10

g. Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
h. Intonasi
Tekanan dan laju kalimat.
i. Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
j. Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan
perut.
k. Penampilan
Salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah
kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan
tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa dan meyakinkan (tidak
demam panggung).
l. Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari
puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
m. Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan,
bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
n. Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas
dengan ekspresi yang pas dan wajar.
o. Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.

D. Prosa
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya
memiliki pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang
digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti artikel,
esai, dan sebagainya. Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa ini
dibatasi pada prosa sebagai genre sastra.
Prosa menurut KBBI adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yg
terdapat dalam puisi).

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 11

Kajian kesusastraan sering mengistilahkan prosa sebagai fiksi (fiction),


teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Prosa
yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat diartikan karya naratif
yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh
terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner.
Hal ini berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh, peristiwa, dan
latar bersifat faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata (secara empiris).
(Gusmawan, T : 2015).
Jenis-jenis prosa terdiri dari:
1. Prosa lama: prosa lama umumnya tidak diketahui nama pengarangnya.
Prosa lama merupakan warisan leluhur yang diturunkan dari generasi ke
generasi. Prosa lama berisi petuah atau nasehat dalam kehidupan seharihari. Yang termasuk ke dalam jenis prosa lama antara lain: Dongeng,
cerita rakyat, kisah, riwayat, dan hikayat.
2. Prosa baru: prosa baru adalah prosa yang diciptakan pada masa
sekarang. Umumnya prosa baru diketahui secara pasti nama penulis
aslinya. Yang termasuk ke dalam jenis prosa baru antara lain: novel,
roman, biografi, dan cerpen.

Unsur Intrinsik Prosa


Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur
ekstrinsik. Keterikatan yang erat antarunsur tersebut dinamakan struktur
pembangun karya sastra.Unsur intrinsik ialah unsur yang secara langsung
membangun cerita dari dalam karya itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik
ialah unsur yang turut membangun cerita dari luar karya sastra.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi, prosa, dan drama memiliki
perbedaan, sesuai dengan ciri dan hakikat dari ketiga genre tersebut.
Namun unsur ekstrinsik pada semua jenis karya sastra memiliki
kesamaan.Unsur intrinsik sebuah puisi terdiri dari tema, amanat, sikap atau
nada, perasaan, tipografi, enjambemen, akulirik, rima, citraan, dan gaya
bahasa. Unsur ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain:
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 12

unsur biografi, unsur kesejarahan, serta unsur kemasyarakatan.Yang


dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsurunsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya
sastra itu sendiri.
Untuk karya sastra dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan
cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada tujuh: 1) tema, 2) amanat, 3) tokoh, 4)
alur (plot), 5) latar (setting), 6) sudut pandang, dan 7) gaya bahasa.
(Gusmawan, T : 2015).
1. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya
sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang
menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang
menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari
seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan
seluruh cerita.
Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran atau
ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula
berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema ada yang dinyatakan secara
eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit
(tanpa disebutkan tetapi dipahami). Dalam menentukan tema,
pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat
pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa. Dalam
sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula
tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat
seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan
adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
2.

Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan disimpan rapi dan
disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita. Amanat adalah
ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 13

melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan


secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan
dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang
cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu
dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau
larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
3.

Tokoh
Penokohan adalah : Pemberian watak terhadap pelaku-pelaku
cerita dalam sebuah karya sastra. Tokoh Cerita terdiri atas :
a. Tokoh Protagonis : tokoh dalam karya sastra yang memegang
peranan baik.
b. Tokoh Antagonis : tokoh dalam karya sastra yang merupakan
penantang dari tokoh utama,biasanya memegang peranan jahat.
c. Tokoh Tambahan : tokoh yang tidak memegang peranan dan tidak
mengucapkan sepatah katapun, bahkan dianggap tidak penting
sebagai individu.
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang
mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa
cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula
berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh
sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan

yang

bertentangan

dengan

protagonis

atau

menyampaikan nilai-nilai negatif.


Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau
membantu tokoh sentral. (Lisa : 2016) Tokoh bawahan dibedakan
menjadi tiga, yaitu:

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 14

a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi


kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali
memegang peran dalam peristiwa cerita.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian
atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu:
a. Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh
dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak
tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang
disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya
serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara
menyajikan watak tokoh, yaitu:
a. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama
bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui
apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau

4.

pria, kasar atau halus.


c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung
Alur (plot)
Alur : rangkaian peristiwa / jalinan cerita dari awal sampai kimaks
serta penyelesaian. Macam-macam Alur :
a. Alur mundur : jalinan peristiwa dari masa kini ke masa lalu.
b. Alur maju : jalinan peristiwa dari masa lalu ke masa kini.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 15

c. Alur gabungan : gabungan dari alur maju dan alur mundur secara
bersama-sama.
Dan secara umum Alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut;
a. Pengenalan situasi : memperkenalkan para tokoh, menata adegan,
dan hubungan antar tokoh.
b. Pengungkapan peristiwa

mengungkap

peristiwa

yang

menimbulakan berbagai masalah.


c. Menuju adanya konflik : terjadi peningkatan perhatian ataupun
keterlibatan situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh.
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur
dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
a. Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang
demikian disebut alur linear.
b. Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian
disebut alur kausal.
c. Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik.
Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah
berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut
masih dapat dipahami.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
a. Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan
(inciting moment), dan 3) gawatan (rising action).
b. Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan
(complication), dan 6) klimaks.
c. Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8selesaian (denouement).
Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut
adalah:
a. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita
sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 16

b. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak


dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi,
secara kebetulan terjadi.
Kombinasi

atau

variasi

ketiga

faktor

tersebutlah

yang

menyebabkan alur menjadi dinamis. Adapun hal yang harus dihindari


dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau
episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang
dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
5.

Latar (setting)
Latar / setting : bagian dari sebuah prosa yang isinya melukiskan
tempat cerita terjadi dan menjeaskan kapan cerita itu berlaku. Macammacam Setting :
a. Tempat : di rumah, di sekolah, di jalan.
b. Waktu : pagi hari, siang hari, sore hari.
c. Suasana : sedih, senang, tegang.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya
peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok:
a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, serta status sosial.

6.

Sudut pandang (point of view)


Sudut pandang : pandangan pengarang untuk melihat suatu
kejadian cerita. Macam-macam sudut pandang :

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 17

a. Orang pertama : pengarang menjadi pelaku utama dan memakai


istilah Aku dan Saya.
b. Orang ketiga : pengarang yang menceritakan ceritanya atau
berperan sebagai pengamat dan menggunakan itilah Dia,Ia,atau
nama orang.
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokohtokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam
hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut
pandang orang pertama, aku, narator adalah seseorang yang ikut
terlibat dalam cerita. Ia adalah si aku tokoh yang berkisah,
mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa
atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan
dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada
pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara
terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si aku tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi
dua:
1) Aku tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si aku
mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang
dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri,
maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar
dirinya. Si aku menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita.
Segala sesuatu yang di luar diri si aku, peristiwa, tindakan, dan
orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di
samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah
yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si aku
menjadi tokoh utama (first person central).
2) Aku tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh aku
muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh
tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh aku hadir untuk
membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 18

yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan


sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama,
sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai
peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
Setelah cerita tokoh utama habis, si aku tambahan tampil
kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si
aku hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap
berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si aku
pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang
ketiga, dia, narator adalah seorang yang berada di luar cerita,
yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau
kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya
yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi
dipergunakan kata ganti. Sudut pandang dia dapat dibedakan ke
dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan
pengarang terhadap bahan ceritanya:
a. Dia mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat
menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh dia
tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu
(omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh,
peristiwa,

dan

tindakan,

termasuk

motivasi

yang

melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa


saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah
dari tokoh dia yang satu ke dia yang lain, menceritakan atau
sebaliknya menyembunyikan ucapan dan tindakan tokoh,
bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan,
dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan
tindakan nyata.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 19

b. Dia terbatas (dia sebagai pengamat). Dalam sudut pandang


ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita
yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya
(hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).
7.

Gaya bahasa
Gaya bahasa : bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis
cerita yang berfungsi untuk menciptakan hubungan antara sesama
tokoh dan dapat menimbulkan suasana yang tepat guna, adegan seram,
cinta ataupun peperangan maupun harapan. Gaya bahasa adalah teknik
pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya
sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh
diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya
hal yang membentuk gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara
pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang.
Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan
dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu
menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya
dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya. Gaya
bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus
terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya.
Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram,

8.

adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.


Unsur Ekstrinsik Prosa
Unsur Ekstrinsik : Unsur yang terdapat di luar karya sastra. Unsur
Ekstrinsik Prosa meliputi :
a. Norma : aturan yang digunakan si pengarang dalam menulis Prosa.
b. Biografi Pengarang : daftar riwayat hidup si pengarang.

E. Drama
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang
mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 20

umum. Drama adalah karya sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan
untuk di pentaskan atau di pertunjukkan.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, drama adalah komposisi
syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak
melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.
Cerita atau kisah, terutama yg melibatkan konflik atau emosi, yg khusus
disusun untuk pertunjukan teater. Drama juga dapat di beri pengertian ceritra
atau karangan yang berbentuk skenario lengkap, dimana semuanya telah
diuraikan secara rinci oleh penulis drama, misalnya kalimat-kalimat yang
harus diucapkan oleh pemain, sikap dan gerak-gerik yang harus dimainkan
oleh pemain juga tempat adegan dalam cerita drama diuraikan secara rinci
oleh penulisnya.
Bahasa yang dipakai disesuaikan dengan bahasa golongan pelaku.
Bahasa jongos berbeda dengan bahasa majikan, guru, dokter, pujangga dan
lain-lain. (Ambarwati, Sri : 2006)
Unsur-Unsur Drama Dalam Karya Sastra
Drama dalam bentuk karya sastra yang melukiskan kehidupan
manusia melalui lakuan atau dialog. Drama diproyeksikan di atas pentas
sebagai seni pertunjukan. Hakikat drama adalah dialog dan konflik yang
bersifat hakiki. Dialog adalah percakapan tokoh dengan tokoh lainnya.
Adapun macam-macam drama adalah:
a. Tragedi adalah drama yang diwarnai kesedihan.
b. Komedi adalah drama yang diwarnai kegembiraan.
c. Tragedi-komedi adalah drama gabungan antara drama tragedi dan
komedi.
d. Pantonim adalah drama yang hanya menampilkan mimik dan gerakan
Adapun unsur-unsur drama antara lain:
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah drama di dalam
drama itu sendiri. Berikut adalah uraian unsur intrinsik drama:
1) Tokoh
Tokoh adalah orang yang berperan dalam suatu drama. Dalam
drama tokoh diperankan oleh seorang actor.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 21

Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita tokoh dibedakan


menjadi tiga sebagai berikut:
a) Tokoh protagonis Adalah tokoh yang membangun cerita, biasanya
ada satu atau dua figure tokoh protagonist utamayang dibantu
oleh tokoh-rokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung
cerita.
b) Tokoh antagonis Adalah tokoh penentang cerita. Biasanya ada
seorang tokoh utama yang menentang cerita beberapa figure
pembantu yang ikut menentang cerita
c) Tokoh tritagonis Adalah tokoh pembantu, baikuntuk tokoh
protagonist maupun untuk tokoh antagonis. Watak seorang tokoh
dalam drama dapat dilihat dari ucapan-ucapan. Seorang tokoh
dapat diketahui usia, latar belakang sosial, moral dan suasana
kejiwaan. (Ambarwati, Sri : 2006)
2) Judul
Merupakan nama suatu drama, atau hal apapun. Dalam karya
seni, judul memiliki peranan penting yang dapat menunjukkan isi
cerita secara singkat. Selain itu, dengan melihat judul, kita akan
mengetahui beberapa hal atau jalan cerita dari suatu drama.
Judul dapat menunjukkan siapa tokoh utama dalam drama
tersebut, alur cerita, dan sebagainya. Sebagai contoh suatu drama
berjudul si manis jembatan ancol, dari judul drama tersebut kita
dapat mengetahui tokoh utama dalam tersebut ialah si manis
penghuni jembatan ancol. Setidaknya, dari judul mampu membuat
penasaran (red: rasa ketertarikan) penonton meningkat. Oleh karena
itu, judul merupakan unsur kunci dalam suatu drama atau seni ainnya
(buku, novel, dan lain-lain).
3) Tema
Tema merupakan keseluruhan dari cerita yang dibuat tema
adalah ide pokok yang menjadi dasar atau pokok utama dari drama.
Dapat dikatakan tema sebagai akar pada suatu drama. Dengan
bertolakkan dari tema, unsur-unsur instrinsik drama dikembangkan
dan dikarang sedemikian rupa mengikuti tema yang telah ditentukan,
seperti alur, pertokohan, latar, gaya bahasa, judul, dan lainya.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 22

4) Plot
Plot atau Alur disebut juga sebagai jalan cerita yang disusun
sedemikian rupa dari tahapan-tahaapan peristiwa sehingga membentuk
rangkaian cerita. Tahapan-tahapan dalam alur meliputi:
1. Tahapan awal, pada tahapan awal ini merupakan tahapan
pengenalan tokoh- tokoh cerita serta perwatakan, latar, dan lain
sebaginya.
2. Pemunculan konflik, tahap selanjutnya penonton diajak pada
pengenalan konflik. Pada tahap ini, konflik yang merupakan
bumbu agar suatu drama lebih menarik akan terjadi. Konflikkonflik ini tentunya melibatkan semua pemain (tokoh). Dalam
tahap ini pula penonton akan mengenal alur dari cerita yang
dibuat.
3. Komplikasi, tahap komplikasi atau tahap peningkatan konflik,
semaki

banyak

insiden-insiden

terjadi.

Beberapa

konflik

pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada


alur cerita.
4. Klimaks, merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada.
Ditahapan ini merupakan tahap puncak dari ketegangan yang
terjadi mulai dari awal cerita.
5. Resolusi, merupakan tahap yang menujukan jalan keluar dari
setiap konflik yang ada. Teka teki pada setiap konflik yang terjadi
pada awal- awal cerita akan terungkap pada tahap ini. Sering kali,
perwatakan yang aseli dari setiap tokoh akan muncul di tahapan
ini.
6. Akhir, pada tahap ini adalahbagian the ending of the story, dalam
tahap ini semua konfiks telah terpecahkan dan merupakan akhir
dari cerita.
Macam-macam plot dalam suatu cerita yaitu:
1. Alur maju (prograsif), set cerita berjalan maju, mulai dari masa
kini ke masa yang akan datang.
2. Alur mundur (regreasif), kebalikan dari alur progresif. Set cerita
berjalan mundur, yang mana masa kini adalah sebuah hasil dari
konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 23

3. Alur campuran, alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan


masa lalu dan juga dengan masa depan. Di sebut juga alur bolakbalik. Cerita dengan alur ini mengungkakpakn konflik yang belum
selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa
depan. Saling terkait satu sama lain.
5) Dialog
Dialog merupakan serangkaian percakapan dalam cerita. Teknik
dialog amat penting bagi sebuah cerita. Masing-masing tokoh sangat
dikuatkan denga dialog yang diucapkan serta gaya atau mimik wajah.
6) Konflik
Konflik merupakan masalah, pertikaian, pertentangan yang
terjadi pada suatu drama. Konflik ini dialami oleh tokoh utama dengan
dibantu oleh tokoh-tokoh penunjang. Setiap drama atau cerita memliki
konflik yang berbeda- beda. Konflik sebuah drama akan menambah
ketertarikan para penonton. Bahkan sebaiknya mampu mengajak
penonton seolah-olah larut dalam pertikaian yang terjadi antar tokoh
(red: merasakan). Konflik antar tokoh menyimpan teka-teki yang
membuat penonton semakin pensaran dengan kelanjutan cerita dan
bagaimana endingnya.
7) Latar atau Setting
Merupakan tempat terjadinya setiap peristiwa yang berlangsung
dalam alur cerita. Tak hanya itu, latar mencakup peralatan, waktu,
pakaian, budaya, serta yang berhubungan dengan kehidupan para
tokoh dalam cerita.
8) Amanat
Tentu dalam sebuah cerita ingin menyampaikan sebuah pesanpesan moral kepada penonton. Amanat ini disampaikan secara tersirat
artinya tidak tertulis dalam naskah namun dapat diambil hikmah dari
alur, konflik cerita. Ini merupakan bagian amat penting dan tidak
boleh dilupakan dalam sebuah drama.
9) Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam sebuah drama memiliki kekhasan
yang mengacu pada budaya, kehidupan sehari-hari, sosial budaya,

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 24

serta pendidikan. Bahasa digunakan untuk menghidupkan cerita, agar


cerita senantiasa komunikatif.
b. Unsur Ekstrinsik
Merupakan unsur yang datang dari luar namun mempengaruhi
sebuah cerita yang disajikan. Artinya, unsur-unsur ekstrinsik tidak
terlibat pada jalannya certa, namun keberadaan unsur ini sangat
mempengaruhi perkembangan sebuah cerita. Oleh karena itu, dapat
dijumpai kasus sebuah drama yang terbengkalai dikarenakan oleh
faktor ini. Yang termasuk unsur ekstrinsik sebuah drama yaitu:
1) Faktor ekonomi,
2) Faktor politik
3) Faktor sosial- budaya
4) Faktor pendidikan
5) Faktor kesehatan
6) Faktor psikologis pemain dan kru
7) Kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.

Cara Mengekspresikan Dialog


a. Penghayatan Watak
Naskah drama berisi dialog antar tokoh. Tokoh tersebut
memiliki watak yang berbeda satu sama lain. Ada yang berwatak
pemalu, pemarah, pendiam dsb. Untuk dapat mengekspresikan dialog
drama dengan baik, anda harus memahami dan menghayati watak
tokoh. Watak para tokoh tersebut dapat anda analisis dari tiga dimensi,
yakni keadaan fisik, psikis, dan sosial.
1) Keadaan Fisik
Keadaan fisik ini meliputi umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh,
cacat jasmaniah, cirri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut
muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk dan sebagainya.
2) Keadaan Psikis
Keadaan psikis tokoh meliputi watak, kegemaran, mentalitas,
standar

moral,

tempramen,

ambisi,

keadaan

emosi,

dan

sebagainya.
3) Keadaan Sosiologis
Yang termasuk keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan,
pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, iedologi dan sebagainya.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 25

b. Mengekspresikan Dialog
Dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan percakapan
dalam kehidupan sehari-hari. Bedanya, dialog dalam drama sudah
diatur sebelumnya oleh penulis scenario. Anda harus menekspresikan
dialog

tersebut

dengan

wajar

dan

alamiah.Anda

dapat

mengekspresikannya dengan memperhatikan beberapa hal, yakni:


Penggunaan bahasa, baik cara pelafalan maupun intonasi harus
relevan. Logat yang diucapkan disesuaikan dengan asal suku atau
daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan. Contohnya,
anda memerankan tokoh yang berasal dari Medan, maka anda harus
menyesuaikan logatnya.
1) Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog.
Sebagai contoh, dialog yang menyatakan kemarahan maka
ekspresi tubuh dan mimik muka pun harus menunjukkan
kemarahan.
2) Anda dapat berimprovisasi diluar naskah agar suasana menjadi
hidup dan dialog lebih wajar dan alamiah.

BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran
imajinatif kedalam bentuk-bentuk dan struktur-struktur bahasa.Ekspresif
menurut KBBI adalah adjektiva (kata sifat) tepat (mampu) memberikan
(mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan.
Puisi adalah suatu karya sastra hasil ungkapan pemikiran dan perasaan
manusia yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, penyusunan lirik dan
bait serta penuh dengan makna.
Prosa menurut KBBI adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah
yg terdapat dalam puisi). Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 26

dapat diartikan karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,
tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata.
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang
mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan
umum. Drama adalah karya sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan
untuk di pentaskan atau di pertunjukkan.
C. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pokok bahasan
dari makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini.
Dan semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, H., G (lusi : 2006 ). (1995). Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung:
Angkasa.[online].

Tersedia

di:

http://www.berpendidikan.com/2015/11/

pengertian-contoh-dan-cara-membaca-intensif-untuk-menemukan-kesimpulan
-dari-sebuah-bacaan.html [ 18 Desember 2016]
Laksono, W. (2016). Definisi pengertian mengenai Ekspresif . [Online] Tersedia :
http://www.wahsmart.blogspot.co.id/2016/10/definisi-pengertian-mengenai-eks
presif.html?m=1 [18 Desember 2016]
Tarigan, H.,G (Sulaimansyah :2011), (1986) Pengertian Puisi [Online] Tersedia :
http://www.wahanapendidikan.blogspot.co.id/2011/11/makalah-tentang-puisi.
html?m=1 [18 Desember 2016]

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 27

Hana.(2013).
Jenis-jenis
Puisi
[Online]
Tersedia
http://www.hunhaunahanah2nj.wordpress.com/2013/03/12/jenis-jenis-puisi/
Desember 2016]

:
[18

Gusmawan, T.(2015) Makalah Prosa, Fiksi dan Drama. (Online) Terseia:


http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/09/makalah-prosa-fiksi-dan-drama.html
[20 Desember 2016]
Ambarwati, Sri. (Gusmawan, T : 2015). Kreative (Bahasa Indonesia XII B).
(Online) Tersedia: http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/09/makalah-prosafiksi-dan-drama.html [20 Desember 2016]
Lisa, (2016), Penokohan drama, jenis dan tokoh drama.[Online].Tersedia:
http://www.materipraktis.com/2016/03/penokohan-drama-jenis-tokoh-dramadan.html [21 Desember 2016].
Kelas Indonesia, (2016), Unsur Unsur Drama Intrinsik dan Ekstrinsik [Online].
Tersedia:http://www.kelasindonesia.com/2015/05/unsur-unsur-drama-intrinsikdan-ekstrinsik-lengkap.html [21 Desember 2106].
WordPress. (2015). Mengekspresikan Dialog yang Baik dan Benar. (Online)
Tersedia: http://www.seputarpengetahuan.com/20 15/09/mengekspresikan-dialogdrama-yang-baik-dan-benar.html [20 Desember 2016]

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi | 28

Anda mungkin juga menyukai