Anda di halaman 1dari 7

CANTIK ITU LUKA

Putri Ayudia Kara seorang gadis cantik dengan hati yang lembut dan penyayang. Biasa
dipanggil Kara. Dia memiliki adik laki-laki bernama Zidan . Seperti halnya saudara pada
umumnya sering bertengkar namun saling menyayangi. Zidan memiliki sifat keterbalikan dari
Kara.Zidan memiliki sifat yang terkesan dingin dan tidak suka bertele-tele. Zidan juga memiliki
sifat protektif terhadap Kara. Karena memiliki wajah yang cantik bak bidadari kayangan
membuat Kara sering digoda oleh para lelaki hidung belang. Seperti hari itu saat Zidan sedang
berjalan berdua dengan Kara untuk membeli baju disebuah mall.

Kara yang saat itu mengenakan switer lengan panjang warna putih dan rok berwarna
moka, dengan rambut hitam legam sebahu membuat Kara semakin terlihat cantik. Sedangkan
Zidan mengenakan celana jeans dengan kaos hitam yang sederhana. Saat mereka berhenti
sejenak setelah membeli minum tiba-tiba ada seorang laki-laki mengarahkan gawainya ke arah
Kara seperti memotret Kara. Kara merasa ada yang memperhatikan merasa tidak nyaman dan
mulai bergerak gelisah. Zidan yang mneyadarinya langsung mencari penyebabnya dan
menghampiri laki-laki itu.

“ Permisi mas, tolong hapus foto kakak saya dihp masnya” Ucap Zidan langsung pada intinya,
tipikal Zidan sekali

“Foto apa saya tidak melakukan apapun” Jawab laki-laki itu

“ Kalau begitu berikan hpnya”

“Zidan udah, ayok pulang aja”. Ucap Kara kepada Zidan untuk mengakhiri aksinya

“Apaan sih, ini hp saya privasi saya. Lagian mbaknya juga gak ngerasa terganggu tuh”

“Kak minta hpnya dia” Zidan menatap Kara dengan tatapan menuntut

“Maaf mas boleh saya lihat hpnya?” Pinta Kara pada laki-laki itu dengan sopan. Walaupun berat
akhirnya laki-laki itu memberikan hpnya. Kara langsung memeriksa galeri pada hp lelaki itu, dan
ternyata benar terdapat beberapa foto Kara disana. Kara langsung menghapusnya kemudian
mengembalikan hp tersebut. Zidan yang geram langsung mengambil hpnya dan memotret laki-
laki itu. Sontak saja membuat laki-laki itu terkejur.

“ Apa mau marah? Itu juga yang kakak saya rasakan!. Sampai saya menemukan foto kakak saya
dipergunakan untuk hal yang negatif selesai hidup anda” Setelah mengucapkan kalimat ancaan
itu Zidan menyeret Kara keluar dari mall.

“Kenapa diem ada diperlakui kayak gitu?, kalo sadar ya tegur dong kak” Tanya Zidan kepada
Kara

“Sudah biasa ini zidan”


“ Justru itu jangan dibiasain gimana sih”

“ Kakak bisa apa selain nyembunyiin wajah kakak pas kejadian gitu, lupa kamu kakak pernah
dilabrak satu mall gara-gara kejadian model kayak gitu hem”. Yup Kara tidak sekali dua kali
mengalami hal seperti itu, sudah sering kali. Pernah dulu saat Kara masih SMA dia difoto oleh
kakak kelasnya, Kara meminta kakak kelasnya itu menghapus fotonya dengan cara baik-baik.
Tapi yang terjadi malah dia jadi bahan marah-marah dan olok-olokan teman-teman kakak
kelasnya itu. “mentang-mentang cantik bisa seenaknya ya”, “Cantik sih makanya PD, siapa juga
yang foto dia”, “Modal cantik doang sih otaknya kosong”. Kalimat-kalimat seperti itu sudah
menjadi makanan sehari-hari untuk Kara.

Cantik itu gak selalu baik. Banyak hal yang disesali Kara saat terlahir cantik. Sering kali
orang sekitar menganggap kalau cantik itu harus sempurna dalam bidang apapun. Padahal kan
tidak ada manusia yang sempurna. Begitupun Kara juga memiliki kekurangan. Kekurangan Kara
adalah tidak pandai dalam bidang seni. Pernah saat itu Kara mengumpulkan lukisannya untuk
tugas dikantor. Ada saja yang bilang “Eh ini gambarnya kak Kara ya, gila sih jelek banget. Gak
sesuai gitu sama wajahnya”. Lah emang kalau cantik gambarnya harus bagus. Kara yang
mendengarnya hanya bisa diam dan sabar.

Kara yang berhati lembut dan paras yang cantik memiliki kekasih bernama Reihan. Salah
satu anak organisasi kampus yang banyak digandrungi para mahasiswi. Awalnya Reihan terlihat
seperti anak kalem, baik dan berpendidikan seperti halnya idaman para gadis. Tetapi anggapan
itu hilang setelah malam menyakitkan itu terjadi.

“Kamu tunggu dikontakanku aja ya sampek hujan reda, nanti aku anterin pulang” Ucap Raihan
kepada Kara. Malam itu memang Raihan minta ditemani mengerjakan tugas oleh Kara. Awalnya
mereka mengerjakan siang tapi waktu berlalu begitu cepat. Kemudian turun hujan deras dan
berakhirlah seperti ini. “Aku mandi dulu ya” lanjut Reihan. Kara hanya mengangguk sebagai
jawaban. Karena menunggu Reihan cukup lama dan tubuhnya sudah letih tanpa sadar Kara
tertidur dikontrakan Reihan. Saat Reihan keluar selesai dengan rutinitas mandinya dia kembali
ke ruangan tempat mereka mengerjakan tugas. Reihan melihat Kara yang tertidur pulas pun
membiarkannya. Namun entah bisikan dari mana Reihan melakukan hal yang seharusnya tidak
dia lakukan. Dan terjadilah malam berdosa itu.

Saat pagi tiba Kara bangun dengan perasaan hancur. Menangis sesenggukan meyesali
segalanya. Bagaimana kekasih yang dicintainya yang dipercayainya malah merusak dirinya.
Kara merasa marah kecewa, sedih semuanya bercampur aduk namun yang mendominasi adalah
dia merasa kotor merasa sangat berdosa. Terlebih setelah kejadian itu Reihan tiba-tiba
menghilang tanpa jejak. Kara berusaha selalu menghubuginya namun semuanya nihil tak ada
kabar baik. Hingga suatu hari Kara memberanikan diri untuk pergi ke gedung jurusan Reihan.
Kara bertanya kepada teman-temannya, dan kabar yang tak terdugapun didengarnya. Teman
Reihan mengatakan Reihan telah pindah kampus. Dan tidak ada yang tau Reihan pindah kemana.
Temannya hanya mengatakan Reihan sempat berpamitan dengan teman-temannya untuk pindah
kampus. Dan semenjak itu mereka tidak lagi mendengar kabar Reihan bahkan nomor ponselnya
sudah tidak bisa dihubungi. Kara semakin hancur. Bagaimana ini apa yang harus Kara lakukan?.

Semenjak kejadian itu Kara menjadi sosok yang pendiam, sering melamun bahkan
menangis tiba-tiba. Kara juga menjadi trauma berdekatan dengan laki-laki. Kara seperti hidup
dalam kematian. Zidan yang menyaksikan cara hidup kakaknya sudah tidak tahan lagi. Ya benar
Zidan dan seluruh keluarga Kara sudah mengetahuinya. Tepatnya mereka tahu dari Zidan
tepatnya saat pagi setelah kejadian itu Kara pulang sambil menangis dan menceritakan semuanya
pada Zidan.Zidan ingin membunuh Reihan saat itu juga namun tiba-tiba Reihan hilang bak
ditelan bumi. Yah semuanya terjadi begitu saja hingga hari ini Zidan tidak bisa menahan
amarahnya lagi. Ia menyeret Kara untuk pergi ke kantor polisi guna melaporkan perbuatan bejat
Reihan. Namun sampai disana bukan cahaya yang ditemui mereka namun jelaga yang kian gelap
menerpa.

“Bagaimana sepasang kekasih melakukan hal seperti itu dikatakan kekerasan, mereka sama-sama
suka melakukannya” Ucap polisi yang berada dihadapan Zidan dan Kara

“Kakak saya tidak pernah menhendakinya pak, lelaki itu melakukannya saat kakak saya tidak
dalam kesadaran yang sepenuhnya” Bantah Zidan

“ Bagaimana kamu bisa yakin kejadiannya seperti itu?, Bagaimana jika memang kakakmu yang
menggoda kekasihnya namun dia bertindak seolah-olah dia korban” Ucap pak polisi itu dengan
menatap Kara penuh intimidasi Tangan Zidan mengepal kuat menahan emosi yang bergejolak
dihatinya. Sedangkan Kara hanya bisa menangis mendengar segala tuduhan pak polisi
didepannya ini.” Lagipun kakakmu ini cantik apa saja dapat dilakukannya” lanjutnya dengan
tatapan meremehkan.

BRAKKK

Zidan mengebrak meja. Cukup sudah ia sudah tidak dapat menahannya lagi “BIADAP” ucapnya
sambil mencengkarap seragam pak polisi tadi seketika ruangan agak gaduh karna prilaku Zidan.
“Tolong sikapnya mas, ini di kantor polisi” ucap salah satu polisi yang menghampiri mereka.
Kara mencoba menenangkan adiknya sambil terisak. Zidanpun melepaskan cengkaram pada
polisi tadi. Kemudian polisi itu berujar “ Kejadiannya juga sudah lama akan susah jika diusut,
terlebih tidak ada bukti yang dapat mendukung. Kenapa juga baru melapor sekarang!”. Tanpa
berucap apapun Zidan menyeret Kara untuk pergi dari kantor polisi. Dalam perjalanan pulang
Zidan masih mencoba menahan emosi sedangkan Kara masih menangis sesenggukan tanpa henti.
Zidan miris melihat kakaknya semakin hancur saja jiwa kakaknya. Tak lama mereka pun sampai
dirumah.

Saat masuk rumah Kara langsung Kembali ke kamarnya tapi barang-barang Kara sudah
dimasukkan semua kedalam koper. Kara bingung melihanya, disana juga ada ibunya yang duduk
diranjang. Ibunya menghampiri Kara yang terdiam diambang pintu menggenggam tangan Kara
dan menganjakknya duduk ditepi ranjang. “Kara anakku, pergilah nak kerumah nenekmu didesa
tenangkan pikiranmu, murnikan jiwamu. Bagi ibuk apapun yang terjadi kamu tetap anak ibuk
yang suci. Jangan menyerah nak Tuhan tidak pernah tidur”. Ucap ibu Kara sambil mengelus
rambut Kara dengan lembut dan menanhan tangis. Kara yang mendengarnya tidak bisa lagi
menahan tangisnya. Ia langsung memeluk ibunya tangisnya saat itu juga. Menangis sesenggukan,
tangis yang begitu menyayat hati orang yang mendengarnya. Kara masih setia menangis
dipelukan malaikatnya sambil terus bergumam ‘ibu’ tanpa henti. Ibunya menangkup kedua pipi
Kara seraya berkata “ Besok saat fajar tiba, pamanmu akan menjemputmu. Kamu anak gadis
ibuk yang paling kuat nak, doa ibu akan selalu mengiringmu”.

Keesokan harinya paman Kara menjemput Kara untuk ke rumah neneknya. Setelah
berpamitan Kara pun barangkat. Setelah perjalanan jauh yang ditempuh sampailah Kara dirumah
neneknya. Kara disambut oleh neneknya didepan rumah. “Selamat datang cucu gadisku yang
cantik”. Ucap nenek Kara seraya memeluk Kara, Kara hanya bisa tersenyum dan membalas
pelukan sang nenek. Kara mulai membaik dirumah nenek yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
Tapi Kara masih belum berani keluar rumah. Hingga suatu hari anak dari bibiknya yang tinggal
Bersama nenek mengajaknya pergi. Jadi nenek tinggal bersama adik bungsu ayah Kara setelah
kakek meninggal beberapa tahun lalu.

“Mbak Kala ayo pelgi ke masjid belsama kiya dan umi”. Ucap keponakan Kara sekaligus anak
bibinya itu. Kiya memang masih kecil jadi ya masih agak cadel. Kara hanya mengangguk dan
mengikuti Kiya ke masjid. Ternyata disana sedang ada diskusi dan ngaji bersama yang biasa
dilakukan oleh penduduk setempat. Kiya masuk kedalam masjid sedangkan Kara menunggu
diluar. Tak lama kemudian acaranya selesai Kiya dan bibi Kara pergi menghampiri Kara yang
duduk didepan masjid. “Umi kenapa mbak Kala tidak memakai kerudung sepelti kiya dan umi?”
Tanya polos Kiya kepada ibunya saat sudah berada didepan Kara. Ibunya dan Kara pun hanya
tersenyum menanggapi Kiya. Kemudian bibi kara berucap “Kiya pergi main bersama teman-
teman dulu ya, nanti umi akan menyusul bersama mbak Kara”, Kiya mengangguk dan
melenggang pergi tidak lupa mengucapkan salam sebelumnya.

Bibi dan Kara sekarang duduk berdua diteras masjid.

“Kenapa Kara?, ada yang mengganggu pikiranmu?” Tanya Bibi kepada Kara

“Tidak bi, hanya kepikiran omongan Kiya tadi” Kara menghela nafas dan melajutkan ucapannya.
“Bi bolehkan orang sepertiku mengenakan penutup aurat?, apa Tuhanku mau menerima orang
kotor sepertiku?, rasanya malu bi. Apa aku juga berhak untuk mendapat kasih sayang-Nya” Kara
menagis mengingat kejadian menyakitkan itu

“Kara” panggil bibi kemudian menyampirkan kerudung ke kepala Kara. Kemudian berujar
sambil tersenyum “cantik sekali, Kara Tuhan kita begitu baik DIA maha pengampun, tidak ada
kata terlambat Kara sebelum ajal menjemput. Tuhan kita akan memafkan segala kesalahan kita,
asalkan kita meminta ampun dengan bersungguh-sungguh dan berjanji tidak akan
mengulanginya. Mengapa kamu ragu Kara, mari belajar menjadi lebih baik bersama”. Kara yang
mendengar itu semakin sesenggukan. Sejauh apa dia sebenarnya selama ini dengan Tuhannya.

***

Waktu terus berlalu, Kara Kembali ke rumah ibunya dan juga mulai berkuliah lagi. Sejak
percakapan bersama bibi diteras masjid itu Kara memutuskan mulai memakai jilbab hingga saat
ini.. Teman-teman kampus Kara agak terkejut dengan perubahan Kara, namun sebagian lagi
merasa biasa saja. Walaupun Kara tidak berjilbab tapi Kara selalu mengenakan pakaian yang
tertutup. Kara juga menjalankan kuliah dengan baik hingga akhirnya lulus dengan baik. Kara
semakin hari semakin baik dia selalu tersenyum ceria, bertutur kata halus. Banyak juga yang
ingin mempersunting Kara salah satunya putra salah satu tokoh masyarakat disekitar kota rumah
Kara. Lalaki itu bernama Farhan. Farhan tertarik kepada Kara kemudian memberanikan diri
untuk mengenal Kara lebih dekat. Semua berlalu begitu saja Farhan dan Kara semakin dekat dan
akhirnya Farhan memutuskan untuk melamar Kara. Dan ternyata Kara juga menaruh hati kepada
Farhan, Kara pun menerima lamaran Farhan dan direstui oleh kedua orang tua Kara. Kedua belah
pihak mulai mempersiapakan pernikahan Kara dan Farhan.

Waktu terasa berlalu begitu cepat tak terasa hari pernikahan Kara dan Farhan kurang satu
minggu. Semakin dekat hari pernikahan semakin membuat Kara gelisah karena Kara belum
menceritakan masa lalu kelamnya kepada Farhan. Awalnya Kara ingin menyembunyikannya
hingga saat setelah menikah nanti. Namun rasanya Farhan juga berhak tahu atas kesalahan masa
lalunya sebelum semunya terlanjur. Hingga akhirnya hari ini Kara mengajak Farhan bertemu
dirumahnya untuk membicarakan masa lalunya.

“Ada apa ra?, tiba-tiba kamu mengajak saya berbicara” Tanya Farhan kepada Kara

“Ada yang ingin ku sampaikan padamu mas, terkait masa laluku”. Kemudian Kars menceritakan
semuanya kepada Farhan dari awal dia ke kontrakan manatan kekasihnya hingga dia berakhir
dengan sekarang secara detail tanpa ada yang ditutupi lagi. Kara sudah pasrah dengan semuanya.
“Setelah ini terserah mas Farhan ingin memutuskan seperti apa, ingsaAllah saya ikhlas mas”.
Farhan cukup terkejut dengan apa yang didengarnya, setelah termenung cukup lama akhirnya
Farhan memutuskan untuk pulang dan berfikir apa yang akan dilakukannya.

Hari pernikahan semakin dekat tetapi Farhan malah hilang dan tidak bisa dihubungi.
Keluarga cukup bingung dan juga khawatir sebenarnya apa yang terjadi. Farhan tiba-tiba seperti
orang yang asing.

“Sebenarnya apa yang kalian bicarakan tempo hari lalu Kara, kenapa Farhan tiba-tiba seperti
orang yang enggan dengan pernikahan ini?” Tanya sang ibu kepada anak sulungnya. Mereka
sekarang berada di kamar tidur Kara. Sang ibu sangat resah hingga menanyakan hal ini langsung
kepada Kara.
“Kara menceritakan segalanya kepada mas Farhan buk, tentang masa kelam Kara”

“Kara! Kamu ingin membuat malu keluarga? Bagaimana bisa kamu menceritakan hal itu kepada
Farhan?” Sang ibu murka dengan penuturan Kara yang mengungkapnya segalanya. Sambil
menangis Kara menjawab “ Sama sekali tidak ada niatan Kara untuk mempermalukan keluarga
buk, tapi mas Farhan itu calon suami Kara, pendamping hidup Kara. Mas Farhan berhak tahu apa
saja yang menjadi kejelakan dan kebagusan Kara buk” Kara menangis tersedu didepan sang ibu
begitupun ibu menangis bersama Kara. “Lagipun ibuk sendiri yang bilang kara tetaplah anak
gadis ibuk apapun yang terjadi” Lanjut Kara. Sang ibu semakin tergugu benar kata Kara, sudah
cukup nelangsa hidup Kara selama ini Kara tetaplah anak gadisnya dan selalu akan begitu. “ Iya
Kara kamu anak gadis ibuk, mari kita hadapi semuanya. Jikalau nanti Farhan tak bisa
menerimamu, hidup saja bersama ibuk selamanya. Tidak perduli akan ada lelaki yang
meminangmu atau tidak. Kamu tetap Kara anak gadis ibuk”. Ujar sang ibu sambil memeluk
Kara. Sekali lagi dua wanita beda generasi itu tergugu bersama.

****

Sementara di rumah Farhan ada seorang tamu yang berbincang serius dengan Farhan.
Tamu itu adalah Reihan mantan kekasih Kara. Entah bagaimana Reihan mendengar desas desus
pernikahan Kara dan Farhan terancam batal karena masa lalu kelam Kara.

“Dia gadis yang suci Farhan, Aku yang bejat”. Ujar Reihan kepada Farhan. “Aku yang memiliki
keyakin berbeda dengannya malah melakukan hal yang tidak seharusnya. Padahal aku tahu, aku
tak mungkin meminangnya”. Lanjut Reihan menjelaskan apa yang telah terjadi. Reihan juga
menceritakan segalanya dengan detail, dengan sudut pandang Reihan.

“Tetapi tetap saja itu adalah kesalahan besar bagi seorang gadis. Bagaimana bisa aku membeli
pisau pahat yang telah dicoba.” Jawab Farhan

“Bukankah manusia tempat salah Farhan, kepercayaanmu juga mengatakan itu kan. Namun
setiap manusia juga berhak atas pengampunan” ujar Reihan. “Setelah ini terserahmu tapi aku
harap kamu tidak melepaskan bidadari macam Kara” Lanjutnya. “Saya pamit permisi”. Reihan
melenggang pergi keluar dari rumah Farhan. Meninggalkan Farhan yang masih termenung.

***

Hari pernikahan tiba di rumah Kara sudah ramai akan menyambut mempelai laki-laki
namun setelah dua jam meninggu mempelai laki-laki tidak datang-datang tidak bisa juga
dihubungi. Semua hadirin mulai berbisik-bisik, berspekulasi yang tidak-tidak. Zidan sampai
panas mendengarnya.

“Kara, kamu tidak sendiri nak. Ibuk disini selalu disampingmu” Ujar ibu Kara dengan mengelus
bahu Kara. Kara yang siap dengan baju pengantin dan riasannya ingin menengis dihadapan ibu.
Ah rasanya Kara berdosa sekali sudah berulang kali menjatihkan air mata malaikatnya.
“Maafkan Kara ya buk”. Ujar Kara kepada sang ibu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh didepan
rumah. Alangkah terkejutnya Kara dan sang ibu melihat rombongan pengatin datang. Farhan
datang bersama sanak keluarganya. Farhan bebalut jas putih nampak terlihat gagah didepan.
Keluarga Kara pun menyambutnya dengan suka cita juga merasa lega. Pernikahan pun berjalan
dengan khidmad. Sekarang Kara dan Farhan telah resmi menjadi pasangan suami istri. Farhan
telah memantapkan hatinya masa lalu biar berlalu sekarang waktunya menatap masa depan yang
lebih baik.

Ibuk benar Tuhan tidak pernah tidur. Bibi juga benar setiap manusia berhak
pengampunan atas kesalahannya. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi umatnya dan Kara meyakini
hal itu. Kara juga percaya Tuhan tidak mungkin memberikan ujian diatas batas kemampuan
umuatnya. Terbukti Kara begitu kuat menghadi segala cobaanya.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai