1. Faktor Internal
a. Transmisi Intergenerasi
Perubahan bahasa terjadi karena ketidaksempurnaan transisi perolehan
bahasa ibu oleh generasi berikutnya. Ketika melakukan akuisisi bahasa
pertamanya cenderung melakukan penyimpangan, dan bentuk
penyimpangan-penyimpangan tersebut mempengaruhi proses berbahasa dan
mengakibatkan perubahan bahasa
Contoh :
Anak kecil yang melakukan akuisisi bahasa pertamanya seperti kata
“mamam”, yang seharusnya “makan”. Hal tersebut karena anak kecil masih
kesulitan berbicara bahasa sebenarnya sehingga terjadi penyimpangan
bahasa, padahal makna kedua kata tersebut sebenarnya sama.
b. Variasi
Perubahan bahasa terjadi disebabkan oleh masyarakat melalui komunikasi
sehari-hari yang mana dapat memberi inovasi terbaru dalam elemen bahasa
dan menerapkannya pada lingkungan atau golongan orang tersebut.
Contoh :
Kata “gosip” diganti “rumpi”.
c. Teleologi
Perubahan bahasa terjadi karena penuturnya memiliki tujuan yang ingin
dicapai.
Contoh :
Pengungkapan bahasa yang menunjukkan keadaan yang lain.
d. Ekonomisasi
Perubahan bahasa terjadi karena tujuan mempermudah pengucapan dan
mengurangi energi seseorang dalam mengucapkan kata-kata tersebut.
Contoh :
Kalimat “Aku ingin barang itu karena murah” menjadi “Barang itu diskon”.
2. Faktor Eksternal
Penyebab perubahan bahasa dari kontak antara dua orang atau kelompok
dengan dialek atau bahasa yang berbeda. Terdapat dua teori mengenai
perubahan secara eksternal yaitu perubahan karena kelompok minoritas dan
penyederhanaan bahasa.
Contoh :
Pengucapan kata “aku” atau “saya” menjadi penyebutan umum di wilayah
Indonesia. Sedangkan di daerah Jakarta biasanya menyebut diri sendiri dengan
kata “gue”.
Penggunaan istilah “PSK atau Pekerja Seks Komersil” juga kurang tepat
dan bias, karena profesi pekerjaan yang lain juga tidak diembel embeli kata
komersial, meskipun memang tujuan utamanya transaksi komersil. Karena
tidak ada istilah pekerja buruh komersil, pekerja kasar komersil, pengacara
komersil, dokter komersil, pekerja migran komersil, dll. Sebab yang namanya
pekerjaan atau profesi itu sesuai hukum ekonomi itu memang komersil. Untuk
kesetaraan, maka kata “komersil” dihilangkan dan tidak digunakan untuk
profesi pekerja seks.
Jadi, istilah ‘PS atau Pekerja Seks’ jauh lebih tepat dan lebih bermartabat
untuk profesi layanan seks ini. Sayangnya, penggunaan istilah PS atau Pekerja
Seks ini belum terlalu populer dan menyeluruh. Penggunaan terminologi yang
tepat, terutama terminologi yang bersifat sensitif, akan sangat bermanfaat bagi
banyak orang serta makin mencerdaskan masyarakat.