Anda di halaman 1dari 28

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahhirabbil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah yang berlimpah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan buku ini, walaupun
masih banyak sekali kesalahan yang ada di dalam buku ini.

Ini merupakan buku yang saya tulis berdasarkan kenangan masa lalu saya. Alasan saya membuat
buku ini tentu saja karna salah satu syarat untuk mengikuti UAS mata kuliah Bahasa Indonesia adalah
membuat buku ini. Sejujur nya saya bingung ingin menuliskan apa di dalam buku ini, masi ragu antara
menuliskan cerita masa lalu saya atau tidak. Setelah saya berfikir panjang, lebih baik saya menuliskannya
saja. Karna yang paling saya takuti tidak bisa mengikuti UAS / nilai saya jelek, hehe...

Saya harap kalian yang membaca buku saya ini bisa menikmati alur cerita saya ini, mohon maaf jika
dalam buku ini masi banyak kesalahan dalam penulisan dan berbahasa. Tanpa berlama-lama, langsung aja
deh yu kita mulai... enjoyyyyy

Bogor, 20 Desember 2020

Penulis
Prolog

Hai.. sebelumnya perkenalkan nama ku Shelina Listyaning Pangestu. Aku biasa dipanggil
“Shelina/linah/sheli/elina/boncel/mba chel” banyak ya nama panggilan ku. Semua teman yang dekat
dengan ku pasti mempunyai nama panggilan khusus. Tapi, aku tidak pernah mempermasalahkan dengan
nama panggilan yang berbeda itu, asal masi sopan.

Tempat dan tanggal lahir ku, Depok, 10 Mei 2000, yang artinya sekarang umurku menginjak kepala
2. Alhamdulillah, sudah 20 tahun aku di beri nikmat hidup di dunia ini sampai sekarang. Aku selalu
bersyukur karna memiliki keluarga yang sangat menyayangiku. Karna mereka aku bisa bangkit dari hari itu,
hari dimana aku benar benar jatuh dan lumpuh dalam segala hal. Hari dimana hanya ada air mata yang aku
punya, kosong, gelap tanpa cahaya. Memang terdengar lebay, tapi ya itu yang aku rasakan hihi..

Jika mengingat dulu, akupun rasanya ingin sekali tertawa sekencang kencangnya. Sampai detik ini
yang aku fikirkan “ ko bisa si? gue dulu begitu.. “ sambil memberi emot tertawa geli yang ada di whats’ap..
Namun, lagi-lagi aku tetap bersyukur atas kejadian itu. Karna, dari kejadian itu menambahkan pengalamn
baru dalam hidup ku ini. Dan, paling penting membuat aku lebih menghargai orang orang yang disekitarku
dan lebih menyayangiku.

Sorry.. epilog ku sepertinya terlalu banyak, hihi... sudah ya kita lanjut lagi ke inti cerita ku.

Selamat membaca
SD Kartika Jaya

Dengan baju putih lengan pendek dan rok merah diatas lutut, aku berjalan bersama 4 teman ku.
Warung bu Irma adalah tujuan kami. Sesampainya kami di warung bu Irma, baru juga duduk di bangku
panjang. Tiba tiba, adik kelas ku dari jauh datang sambil berbisik kepadaku “ka shelina di panggil ka Devi di
kelas nya”. Aku yang baru saja duduk di bangku panjang itu, merasa kesal dan mengeluh “etdah... ngapain
si, emang dia gabisa kesini sendiri gitu” ucapku spontan dengan suara lantang. Ke 4 teman ku seketika
terkejut karna suara ku yang cukup kencang “ shel kenapa?” ucap Afifah. Aku yang sudah tidak memiliki
mood tidak menjawab pertanyaan teman ku dan langsung berjalan menuju kelas 6B. Kelas 6B tepat
disamping kelas ku yaitu kelas 5A.

Sampainya aku di kelas Devi, aku menghampirinya yang sedang duduk dengan teman temannya
“kenapa?” ucapku. Entah apa yang di fikirkannya, dari raut wajahnya seperti kaget aku di sini. “kenapa si
Devi, cepet deh” ucapku ulang. Aku memang adik kelas yang tidak punya sopan santun jika di banding
dengan teman teman ku yang sangat takut dengan perempuan itu. Prinsipku “sikap ku bagaimana sikap
mu”, kaka kelas ku yang satu itu termasuk kedalam golongan antagonis jika di sinetron. Seenaknya kepada
adik kelas, gila hormat, tidak peduli sekitar, dan paling parah caper ke guru hadeuhhh..

“Devi, cepet !! Buang waktu gua aja lu” ucapku.

“Gua mau lu jauhin Dimas” ucap Devi.

Aku yang kaget dan merasa geli spontan tertawa sekencang kencangnya.

“Apaan si gajelas banget dah, kenal aja ngak !! ini lagi suru jauhin” ucapku.

“Gua denger Dimas suka lu, jadi gua mau lu jauhin Dimas. Jangan deket dia” ucap Devi.

Aku yang sudah muak dengan sikap Devi yang sok ngatur ini memutuskan untuk mengakhiri perbincangan
tidak jelas ini.

“Yaudah.. iya iya.. tuan putri siap” ucapku sambil meledek lalu pergi meninggalkan kelas itu.

Tujuan ku saat itu warung bu Irma, dengan lari2 kecil aku menuju warung bu Irma. Tettt.... tetttt....
suara bel masuk berbunyi, jam istirahat telah habis. Aku menyesali sekali dengan pergi ke kelas itu,
akhirnya aku balik arah dan pergi kelas 5A. Sampainya aku di kelas, “ni makan” ucap temanku Amelia
sambil memberika seplastik batagor. “serius ? baik banget makasi ya” ucapku. Seketika ke 4 teman ku
langsung berkumpul dimeja ku dan Amel.

“Buruan ceritain, sebelum pak saipul masuk” ucap icha.

“Mau ceritain apa si? Gaada yang seru “ ucapku.

“Devi suru lu apa? Pasti dia suru sesuatu, mau gue laporin tu ke guru” ucap Afifah, terlihat berani
sebenarnya tidak :D
Aku yang masi berfikir untuk di ceritakan atau tidak, akhirnya memutuskan untuk ku ceritakan saja kepada
teman teman ku ini.

“Kalian kenal Dimas ? dia suru gue jauhin Dimas. Tapi gue gatau Dimas itu siapa” ucapku.

“Lah, Dimas tu anak kelas 5B. Dia kan anak pramuka” ucap Rifa.

“Iya bener shel, lu gatau ?” ucap Afifah.

Suara pintu terbuka, menandakan pak saiful sudah tiba. Teman teman ku semua kembali ke tempat duduk
masing masing. Ucapan Rifa dan Afiah terakhir kali menari nari di fikiran ku. Semuanya kenal dimas? Ko
gue ngak ... sepanjang pelajaran aku masi saja tidak fokus memikirkan siapa Dimas itu, kenapa Devi bisa
bilang Dimas suka aku.

.......

Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah dengan menggunakan baju pramuka dan rok pramuka
berwarna coklat pendek. Pagi hari itu jadwal kelas 5 untuk pramuka, kami seluruh kelas 5 berkumpul di
lapangan. “Itu Dimas !!” ucap Amel yang berbaris tepat di belakangku. Mata ku langsung tertuju kepada
seseorang itu, orang yang membuat ku di panggil kemrin oleh Devi. Dimas berdiri di samping pak Eka.
Karna Dimas, sudah dari awal mengikuti ekskul pramuka, Dimas di percaya oleh pak Eka untuk memimpin
teman temannya yang tidak mengikuti ekskul tersebut. Karena, kelas 5 akan mengadakan persami di
sekolah pekan nanti. Pak Eka menyuruh kami untuk membagi kelompok per kelas nya. 1 kelompok berisi 5
anggota, kebetulan sekali aku dan teman teman ku berjumlah ganjil. Pak Eka mempercayai Dimas memilih
ketua regu di setiap kelompok untuk di breafing terlebih dahulu mengenai roundown persami nanti.

Saat teman teman ku kembali ke kelas, aku terpaksa harus tinggal di lapangan sementara. Karna,
aku terpilih untuk menjadi ketua regu. Awalnya aku benar benar menolak menjadi ketua regu, tapi entah
kenapa teman teman ku seakan bekerja sama dengan Dimas ini, sampai akhirnya aku di paksa dan ada di
sini. Dimas mulai breafing tentang roundown persami. 1 jam breafing selesai, pak Eka menyuruh kami
istirahat terlebih dahulu. Dari jauh sana aku melihat Dimas menuju ke arah ku dengan membawa es tea jus
di plastik .. minuman anak sd ya, tea jus yang di plastik...:D

“Ini minum” ucap Dimas

“Makasi” ucapku, sambil meraih minuman itu. Karna, aku benar benar haus.

.....

Bermula dari tea jus plastik, aku semakin dekat dengan Dimas. Aku semakin yakin, kenapa Devi suka
Dimas. Karna Dimas asik, baik, dan tampan hehe.. sampai akhirnya aku pun juga sedikit menyukai Dimas,
dan aku pun yakin Dimas juga menyukai ku. Aku sering main ke rumah Dimas, dengan teman teman ku dan
teman nya. Mama Dimas baik sekali dengan ku, mama Dimas bercerita kalo anak nya itu selalu
membicarakan ku. Dan saat itu pipiku mulai memerah karna malu.

Seiring berjalannya waktu, aku sudah kelas 6, menjadi kaka kelas paling atas di sekolah ini. Entah
bagaimana ceritanya, teman laki laki ku menjadi semakin berani kepada ku. Dia mengajak ku berpacaran,
aku yang masi bingung apa itu pacaran, ku iyakan saja. Setelah ku iyakan, berita itu menyebar dengan
cepat seakan tembok bisa berbicara. Semua orang tau aku berpacaran sama Dwi, yang bisa dibilang
pentolan sekolah kami. Dimas pun tahu berita itu, dan Dimas mengirimi ku surat yang aku baca dan ku
simpulkan Dimas sakit hati akan kabar itu. Perasaan ku sama Dimas memang perasaan sesaat, yang kalo
kata orang cinta monyet. Aku yang merasa tidak enak dengan Dimas, akhirnya meminta maaf jika aku
melukai hatinya.

...

Di kelas 6 ini pertama kalinya aku menjalin hubungan, awalnya aku tidak mengerti bagaimana harus
menjalani ini. Tapi Dwi benar benar membuat aku menyukai status ini, Dwi laki laki yang baik menurut ku,
banyak yang menyukainya tapi dia tetap memilih ku. Padahal jika dibanding dengan yang lain, mereka jauh
lebih cantik dari ku. Saat itu, aku merasa menjadi perempuan bahagia hihi.. Kami saling bertukar pesan jika
sampai rumah menggunakan hp Nokia kami, HP leagend untuk kalangan ku saat itu. Saat hari sabtu, seperti
biasa sekolah ku selalu kerja bakti. Dwi dan teman teman nya mengajak ku dan teman ku untuk kabur saja,
dan menikmati hari Sabtu itu dengan jalan jalan di taman. Dwi dan teman teman nya sudah hafal tempat
mana yang bagus di sekitar sekolah kami.

“wahhh... bagus banget dah” ucap teman ku Icha.

“Iyaaaa ihhhhhh” seru teaman teman ku yang lain.

Walau aku dengan dwi menjalin hubungan tetapi kita masi saja seperti anak kecil pada umumnya, bermain
bersama dengan teman teman lain. Kami memainkan sebuah permainan di taman itu, yang jika tidak salah
kami memainkan permainan galaksi. Kami menghabiskan hari itu bersama teman teman kami dengan
sangat gembira, tertawa bersama. Sampai akhirnya kami semua lelah dan memutuskan untuk beristirahat.

Teman dwi mengeluarkan 2 bengbeng dari tas nya.

“Ada yang mau ga ?” ucap aqil.

“mauuuu..” ucap ku, dwi, dan Rifa.

Aku yang spotan langsung bertatap muka dengan Dwi, lalu tertawa bersama. Entah apa yang aku fikirkan,
kenapa harus tertawa padahal cuman kebetulan aja. Dan dengan bangganya aku bilang ke beberapa
sahabatku sambil berbisik

“Jangan jangan gue jodoh lagi sama dia” ucapku sambil tersipu.

Setelah itu aku terdiam, dan aku sudah tidak terlalu menginginkan bengbeng itu. Dan, Dwi langsung
memotek bengbeng yang ada di tangannya. “Dibagi dua aja ya shel” ucap Dwi. Sungguh jika kalian melihat
aku disana, kalian pasti akan tertawa geli melihat ekspresi salting ku hahaha.

...

Waktu terus berjalan, aku pun masi menjalin hubungan dengan Dwi. Tanpa, disadar aku sudah
berada di ujung perjalanan ku semasa SD ini. Dan, aku pun sudah lebih menyukai Dwi. Sampai akhirnya aku
takut untuk kehilangannya. Tetapi, 1 bulan terakhirku di SD. Aku harus memberi kabar yang menurt ku
tidak bagus untuk hubungan ku dengan Dwi. Aku di kabarkan akan melanjutkan sekolah ku di pondok
pesantren. Aku benar benar menolak akan itu, tetapi ke dua orang tua ku benar benar keras kepala. Yang
jika ku ceritakan kepada teman teman ku, mereka akan menjawab “maklumin aja shelina, ibu bapak mu
kan jawa tulen. Pasti keras kepala, awal bilang A sampai akhir pun seperti itu”. Aku yang saat itu benar
benar bingung bagaimana cara ku memberi tahu Dwi? Apa yang harus aku lakukan jika Dwi memutuskan
hubungan?, aku benar benar bingung.
Sampai akhirnya entah dari mana Dwi tahu masalahku, dia menghampiriku dan berkata “ikutin aja
kata ibu sama bapak, aku gaush kamu fikirin. Aku bakal tunggu sampai kamu pulang ko, santai aja kaya
gakenal aku aja”. Aku yang mendengar Dwi berbicara seperti itu benar benar membuat ku tenang dan
tersenyum.

“kamu ga marah kah ?” ucapku.

“alasan aku marah apa ?” ucap Dwi.

“aku fikir kamu bakal memutuskan hubungan, kan disana gabisa main hp” ucapku.

“kaga shelina, santai aja si” ucap Dwi dengan gaya nya yang slengean.

Dari hari itu, aku dan Dwi benar benar menghabiskan waktu SD kita bersama teman teman ku dan teman
teman Dwi. Kami selalu pergi ke taman, main ke rumah teman yang dekat dari sekolah, makan bareng di
rumah Wanul yang orang tua nya sangat baik dan wellcome banget jika kami datang. Sampai tiba waktu
perpisahan sekolah itu datang, kami hanya bisa tersenyum dan menangis terharu karna harus berpisah di
masa SD itu. Kami memutuskan untuk selalu berkirim pesan, dan berjanji sehabis aku pulang dari
pesantren kami akan berkumpul kembali.
Darussalam

“mba chel, sudah menghafal mahfudzot yang di berikan ustd Samsul kemrin belum?” ucap teman
ku, ami. Ami salah satu teman dekat ku, dia yang pertama kali ku kenal saat baru datang. Ya, sekarang
disini lah jalan cerita SMP ku di mulai. Aku masuk ke salah satu pondok pesantren dekat daerah rumah ku,
Bogor. Beradaptasi dengan suasana pesantren adalah tugas ku sekarang, aku masi harus banyak belajar
tentang beradaptasi dengan semuanya. “Sulit” itu yang aku rasakan saat itu, karena bisa dibilang
kehidupan pesantren ini benar benar 180⁰ jauh berbeda dengan kehidupan ku sebelumnya di masa SD.
Sudah 6 bulan aku di pesantren itu, aku cukup terbiasa. Ya mungkin, kata kata ajaib “bisa karna terbiasa”
itu memang nyata.

“in syaa Allah sudah hafal ami” ucapku.

“alhamdulillah” ucap ami.

Sesampainya kami di kelas, kami duduk di bangku kami masing masing. Karna kami tidak satu meja,
aku lupa bagaimana ceritanya ketika kita tidak satu meja. Padahal, kami terlihat sangat dekat. Aku duduk
tepat di belakang ami, teman sebangku ami yaitu rifka, dan teman sebangku ku yaitu Devi. Btw,bukan devi
yang waktu SD ya hihih..

Kami mulai sibuk dengan kegiatan kami masing masing, ada yang saling mengobrol, ada yang
menyalin PR, menghafal, makan,dll. Aku termasuk golongan nyemil sambil nulis, apa yang aku tulis ? buku
curhatan hihi. Di pondok ku, buku tebal menjadi buku wajib untuk kami. Disebut buku curhatan, buku yang
hanya bole di baca si pemilik, buku privasi. Kami tau aturan untuk buku itu, tidak ada yang berani baca
buku curhatan orang lain, tanpa persetujuannya. Kecuali,orang yang tidak bertanggung jawab dan kepo.

Aku menuliskan rasa yang aku rasakan sejak subuh, aku menuliskan bahwa aku rindu seseorang.
Seseorang yang aku temui saat SD, ya Dwi. Kalian masi inget kan ? aku rindu manusia itu, manusia yang
berhasil membuat aku menjadi perempuan bahagia. Aku rindu dan aku tidak sabar untuk bertemu
denganya.

Hari itu benar benar aku jalani dengan kegiatan pesantren full. Kalian yang pernah hidup di
pesantren pasti bisa merasakan, rasanya kekurangan tidur dan sellau mengantuk di setiap kegiatan. Aku
bangun tidur jam 04.00, langsung pergi ke aula untuk shalat tahajud. Dan membaca al Quran sambil
menunggu subuh. Sehabis shalat subuh aku bersiap puntuk mengaji di kelas sampai jam 6.00. setelah itu
sarapan dan melaksanakan piket, masuk sekolah jam 7.30, jam 9.00 wajib shalat dhuha, setelah itu
istirahat sampai jam 10.00, jam 12.00 kami ke asrama dan siap shalat dzuhur di aula, sehabis shalat kami
makan siang terlebih dahulu, jam 13.00 harus sudah ada di aula untuk ngaji kitab, sampai jam 14.00. kami
di beri waktu senggang sampai jam 15.00, biasanya kami menggunakan waktu senggang itu untuk menyuci
baju atau tidur siang, jam 15.00 kami sudah harus berada di aula untuk shalat ashar dan membaca ratib,
sehabis itu kami di wajibkan berganti pakaian untuk ngaji kitab kuning di kelas. jam 17.00 kami kembali ke
asrama dan di beri waktu makan/mandi, jam 17.30 kami di wajibkan harus sudah ada di aula untuk
membaca surat al-waqiah terlebih dahulu sambil menunggu adzan magrib, kami di aula sampai isya.
Sehabis shalat isya kami, harus siap siap untuk ngaji kembali di kelas, sampai jam 22.00, kami di berikan
waktu senggang selama 1 jam untuk mengobrol dan jajan di kantin.
Kami di tuntun untuk bisa mengatur waktu kami sendiri. Bahkan kami sempat tidak mandi,
dikarenakan kami harus mengantri dan waktu sudah habis. Kami juga sering tertidur di kelas karna waktu
tidur kami benar benar kurang. Ya, seperti itu lah kurang lebih kegiatan ku selama di pesantren itu. Walau
dengan begitu, cerita ku selama di pesantren memang tidak bisa aku lupakan.

....

Hari perpulangan santri telah tiba. Hari itu banyak para orang tua menjemput anak kesyaanganya
untuk pulang ke rumah, sebelum kami pulang ke rumah para orang tua di wajibkan untuk bertemu wali
kelas kami dalam rangka pembagian rapot dan evaluasi anak. Bagaimana hasil rapot ku ? ya, rapot pondok
ku lebih banyak berwarna merah. Namun, rapot sekolah ku alhamdulillah tertulis tinta hitam. Aku sedikit
kecewa dan sedih pada diriku, aku malu kepada orang tua ku. “Ngak papa ka, ibu masukin kamu ke
pesantren bukan menuntut kamu untuk pintar. Yang penting kamu sehat dan akhlak mu bagus” ucap
ibuku. Setelah mendengar ucapan ibuku, spontan senyum ku melebar. Beruntung sekali aku mempunyai
orang tua seperti ibu. Lagi lagi, aku bersyukur atas nikmat Allah swt.

Sampai nya aku di rumah, kalian bisa tebak tidak apa yang pertama kali aku lakukan ? ya, jika kalian
berfikir aku menghubungi Dwi, kalian benar benar hebat. Aku langsung meraih hp ibuku, waktu itu jaman
sudah semakin canggih. Hp yang ada di tangan ku bukan NOKIA lagi, melainkan android. Bergegas aku
membuka facebook dan menghubungi teman teman ku dan Dwi. Teman teman ku memberikan pin BBM
mereka. BBM, aplikasi chating yang baru aku tahu setelah keluar dari pesantren. Sekarang sudah jarang
orang menggunakan BBM. Setelah aku mempelajari cara kerja aplikasi BBM. Aku mulai menghubungi
teman teman ku, mengobrol di satu grup yang sama. Walau hanya dengan via phone, mereka sangat
senang dan menunggu cerita ceritaku di pesantren, begitu pun sebaliknya mereka bercerita apapun yang
mereka alami selama SMP. Rasanya bahagia sekali liburan pertama ini, mereka seperti sudah lama
menunggu kedatangan ku.

Setelah berbincang dengan teman teman ku, pesan messanger masuk ke hp yang sedang aku
pegang. Pesan masuk dari Dwi, “haii.. sudah pulang?apa kabar?”kira kira begitu bunyi pesannya. Apa yang
aku rasakan ? tentu saja melayang di udara aku sangat senang dan rindu dengan manusia itu. Kami saling
bertukar cerita selama 6 bulan kebelakang. Sejauh itu Dwi masi sama seperti dulu, lembut, perhatian,
penyayang, sabar. Sampai aku berniat melanjutkan perbincangan ku di BBM, tapi Dwi tidak mengizinkan
pindah ke BBM. “Kita inbox an di facebook aja ya shelina” begtiu pesan yang Dwi kirim. Kira kira kenapa
Dwi seperti itu? Aku yang tidak terfikirkan apapun mengabaikan nya, yang aku fikirkan dimanapun
komunikasinya yang penting kan sama manusia ini.

....

“Boncel......kangen bangen” ucap Rifka, sambil berteriak dan memeluk ku.

“Aduhhhhh... rifka ahhahah iya sama gua juga, tapi gabisa nafas” ucapku.

Ya, hari itu aku kembali lagi ke pesantren, perjalanan dan petualangan ku di pesantren masi panjang.
Setelah chat ku dengan Dwi hari itu, keesokan harinya Dwi tidak pernah membalas pesan ku lagi. Menurut
kalian Dwi kemana ? kenapa tidak membalas pesan ku lagi? Aku masi belum menemukan jawaban yang
masuk akal saat itu. Aku tetap menjalankan kewajiban ku sebagai seorang santri belajar dan mengaji ya
hanya itu kawajiban ku saat itu, meski misteri Dwi belum terpecahkan hehe..
Saat itu di dalam kelas, seperti biasa kelas tanpa guru kalian pasti tau bagaimana jadinya. Walau
aku tinggal di pondok pesantren tetapi untuk kelas santri putra dan santri putri berada dalam satu kelas
yang sama. Aku sedang membaca buku novel yang aku pinjam di perpus, tiba tiba teman teman ku dengan
tergesa gesa berlari keluar jendela.

“ada apa?” ucapku

“tu ada santri baru sepertinya, pindahan” ucap temanku entah siapa aku lupa.

Aku yang tidak tertarik dengan itu, melanjutkan duduk kembali dengan tenang sambil membaca buku ku.

....

Singkat cerita, ternyata seseorang santri putra yang baru saja pindah itu adalah teman kelasku.
Nama nya, Alfari Putra Ridwan. Seorang anak dari ustd kondang yang tinggal di Jakarta Selatan. Dan
pindahan dari pesantren Gontor, Jawa Timur. Teman teman ku dikelas selalu membicarakan santri putra
itu, yang aku dengar di perbincangan mereka saat itu Alfari lelaki yang tampan dan berkharisma, ia jago
sekali berbahasa Arab, ia pintar, anak kiyai terkenal, menawan, tetapi ia masi belum ingin pergi ke kelas
untuk berkenalan dan belajar. Teman teman ku semua sudah pernah melihat Alfari saat dikantin dan saat
shalat di aula. Lagi lagi, hanya aku sendiri yang belum kenal orang itu. Kalian ingat kan ? waktu aku SD, aku
juga tidak mengenali Dimas, teman teman ku sudah sangat tahu tentang Dimas.

Saat aku sedang duduk di kantin, aku melihat seseorang yang mirip sekali dengan Dwi saat itu. Aku
kaget, masa si Dwi mondok di sini. Alasan Dwi tidak membalas pesan ku apakah karna ini? Karna dia
sedang mempersiapkan kejutan? “ah masa si” batin ku. Setelah aku tatap lagi, aku semakin sadar bahwa
seseorang itu serupa tapi tak sama dengan Dwi. Ternyata setelah ku pertegas yang ku lihat yaitu Alfari
Putra Ridwan. Kesal? Tentu, aku sangat kesal entah mengapa benar benar sangat kesal padanya. Karna aku
merasa tertipu dengan wajahnya.

Entah bagaimana cerita awal nya, aku mulai menyukainya. Memang si, aku sadar aku salah,
menyukai seseorang padahal sudah punya hubungan dengan seseorang. Tetapi Alfari ini berbeda dengan
Dwi, ku harap kalian yang membaca bisa mengerti maksud ku. Aku hanya mengagumi Alfari tanpa
berharap bisa bersamanya. Aku menyukainya hanya karna Alfari mirip sekali dengan Dwi di masa lalu ku.
Aku mulai mengaguminya, saat adzan pertama nya yang iya lantunkan di aula, suara adzan yang baru aku
dengar itu sangat merdu. Sampai sekarang aku masi ingat sekali bagaimana suara adzan yang iya lantunkan
saat itu. Aku mulai menuliskan nama dia di dalam buku tebal ku, buku privasi yang seharusnya hanya aku
yang boleh melihat buku itu. Hari demi hari, hanya aku yang tahu isi hati ku kepada Alfari. Aku memendam
rasa itu sampai liburan berikutnya.

....

Liburan ke dua ku tidak ada yang istimewa, teman temanku semakin susah untuk dihubungi, pesan
yang aku kirim terakhir kali kepada Dwi pun tidak pernah di balas lagi olehnya. Saat itu, aku merasa kecewa
dan aku memutuskan untuk melupakan Dwi yang aku bangga bangga kan. Sampai akhirnya salah satu
teman ku Ameli, memberikan ku ucapan selamat berlibur. Hanya Amelia yang masi ku punya kontak nya
sampai sekarang, Amelia menanyakan kabar ku. Setelah berbasa basi tentang cerita kami, aku
memutuskan untuk mennanyakan kabar Dwi kepada Amelia.
“Mel, si Dwi kemana dah ? gua kepo aja si, lu tau ga?” ucap ku.

“Emang lu masi pacaran sama Dwi?” ucap Amel.

Jujur aku sangat bingung sekali ketika Amel memberikan ku pertanyaan itu.

“Emm, gatau si. Dwi udh gaada kabar lagi, liburan kemaren dia masi chat gue. Tapi, cuman sekali
abis itu ngilang sampe skrng, ya gue si kepo aja. Kalo emng Dwi udh punya yang lain gue ga
masalah” ucap ku dengan tersenyum tipis.

Amel yang sepertinya ragu untuk memberitahuku, akhirnya memutuskan untuk memberi tahu
kebenarannya.

“Udah shel lupain aja, Dwi udah punya cewe lagi si kayanya, kemren gue liat postingan fb nya” ucap
Amel

Aku yang sadar belum membuka beranda facebook Dwi, langsung membuka nya. Awal nya aku
senang, entah mengapa melihat status Dwi seperti dia sedang menjali hubungan LDR dengan seseorang,
dia menuliskan nama singkat ku “S.L.P”. Itu artinya dia masi menganggapku ada, lalu setelah ku scrool
terus menerus aku merasa sakit. Foto postingan di beranda Dwi membuat hati ku sakit, aku melihat
seorang perempuan dengan seragam sekolah yang sama dengan Dwi kenakan. Mereka foto berdua sambil
memegang kue ulang tahun, ternyata perempuan yang di dalam foto itu sedang berulang tahun, ku baca
capsion nya “selamat ulang tahun milik ku” huft.. aku kesal sekali. Aku merasa di permainkan, dia
seharusnya bisa untuk memberi tahu ku tentang ini. Dia seharusnya bisa, bilang dengan ku baik baik.
Setelah itu aku biarkan saja Dwi, dan aku memutuskan detik itu juga aku tidak memiliki hubungan dengan
nya lagi, kuputuskan hubungan itu sepihak. Kalian jika membaca bagian ini, pasti merasa aku lebay? Ya kita
sama, jika aku mengingat masa laluku. Aku juga menganggap diri ku di masa lalu benar benar lebay hihihi.
Tetapi, “tidak ada yang lebay jika tentang cinta”, entah kalimat dari status siapa yang aku ambil barusan :D

....

Waktu memang tidak pernah berhenti, terus berjalan bagaikan bumi yang sellau berputar. Tak
terasa sudah 1 tahun aku tinggal di pondok pesantren itu. Kelas 2 MTS,adalah kelas ku saat itu. Di kelas 2
itu aku mempunyai banyak cerita, tapi pastinya tidak akan ku ceritakan semua hanya beberapa saja.

Saat itu aku sedang menuliskan rasa senang ku kepada Alfari di buku privasiku, senang bisa melihat
dia kembali. Senang bisa memandang dia lagi, aku memutuskan melupakan Dwi dan mulai mengagumi
Alfari, aku berharap Alfari jauh lebih baik dari Dwi dan jauh lebih menghargai ku. Saat aku sedang asik
menulis, teman laki laki ku merebut buku ku.

“Astagfirullah, apaan si!! Balikin ga, kepo banget si sini buku gue!!” ucap ku sambil meraih buku itu.

“Pelit banget si, mau liat doang ko hahaha” ucap Dinar.

Saat itu beberapa teman laki laki Dinar, mulai bekerja sama untuk meraih buku privasiku. Aku yang mulai
panik, karna Alfari juga memegang buku ku saat itu. Spontan berteriak.

“aaaaaaaaa...... jangannnnnnnn !!! siniin ih” ucapku

“gaes bantuin.....!!” ucapku ulang, berbicara kepada Ami dan teman teman lain.
Ami dan Rifka ikut membantu aku, tetapi buku yang sedang di pegang Alfari itu sedikit demi sedikit dibuka
dan di baca satu per satu lembar kertas itu. Panik? Tentu saja aku sangat panik, jantung ku seperti habis
lari maraton, berkilo kilo meter. Aku pasti akan merasa malu jika Alfari membaca buku itu, bodoh nya aku
menuliskan nama Alfari dengan jelas.Dari jauh teman laki laki yang merebut buku itu, mencoba meraih dari
Alfari, aku merasa lega sekali tetapi aku masi saja kesal dan panik karna buku itu ingin di baca oleh nya.

“Assalamualaikum” ucap ustad samsul.

Kami semua langsung duduk di bangku kami masing masing.

Sepanjang pelajaran aku masi saja tidak tenang, ku lihat Dinar sedang membaca buku privasiku.
Aggghhh,, jika ku ingat kembali aku sangat kesal sekali. Jika Dinar tidak mencoba merebut buku itu,
mungkin aku tidak akan pernah merasakan rasa sesal saat aku menulis ini.

“Habis lah aku” batin ku dalam hati.

Selesai pelajaran kami langsung di perintahkan untuk balik ke kamar masing masing. Sebelum pulang ke
kamar, Dinar mengembalikan buku itu kepadaku. Dia meledek ku habis habisan, dan aku bilang kepadanya
tolong jangan beri tahu orangnya, Dinar pun mengiyakan.

....

Setelah kejadian Dinar tahu kebenarannya, aku menceritakan perasaan ku kepada Ami dan Rifka,
mereka cukup kaget mendengar berita itu. Yang mereka tahu, aku benar benar tidak suka Alfari karna
sombong dan sok ganteng. Tapi tenyata aku kemakan omongan ku sendiri.

Keesokan harinya aku dan teman teman ku, pergi ke kelas bersama. Aku melihat Dinar senyum
senyum meledek kepadaku.

“Apalu!!” ucap ku.

“Gapapa shelina hahah” ucap Dinar sambil tertawa kecil.

Saat teman laki laki ku melewati ku dari belakang mereka berbisik.

“ciee.. Alfari lelaki mengagumkan” ucap teman ku, entah aku lupa siapa.

Aku yang kaget dan merasa malu, langsung melihat ke arah Dinar.

“katanya gaakan kasi tau” ucapku sambil berbisik.

“lo kan bilang ga kasi tau Alfari, ya gue kasi tau yang lain. Mungkin yang lain kasi tau si Al” ucapnya.

Aku merasa kesal dan membodohi diriku sendiri, kenapa aku bilang seperti itu ya. Haduuhhhhh....

Spontan aku melihat Alfari,kalian tahu apa yang aku lihat? Alfari tersenyum tipis kepadaku. Saat itu
adalah pertama kalinya dia tersenyum kepada ku, aku benar benar merasa malu melihat senyumnya. Aku
rasa semua orang dikelas ini tahu aku menyukai Alfari.

...

Selama kelas 2, semster awal itu aku menjalani PDKT dengan Alfari, kalian tau PDKTnya santri
seperti apa? Kami sering diam diam saling melempar senyuman, Alfari sering memberikan ku suatu
makanan ringan, Alfari sering menitipkan salam untuk ku lewat teman teman ku yang bertemu dengannya,
aku yang tidak pernah mengerti pelajaran pondok selalu di bantu Alfari, begitupun sebaliknya aku sering
membantu Alfari jika dia tidak mengerti pelajaran matematika,dll. Begitu banyak hal hal kecil yang kami
lakukan selama di pondok, tentu saja kami melakukan secara diam diam agar tidak ketahuan.

Alfari berhasil merebut hati ku, dia sudah berada di posisi Dwi saat itu, aku mulai menyukainya
lebih dari Dwi. Aku mulai berfikir Alfari jauh beda dari Dwi, Alfari lebih baik dari Dwi, aku benar benar
selalu membanggakan Alfari kepada teman teman ku.

Saat aku mulai mempercayai Alfari, dan membanggakan dia. Salah satu teman lelaki ku memberi
kabar bahwa Alfari hanya mempermainkan ku saja, Alfari bersekongkol dengan teman teman yang lain
untuk bisa merebut hati ku dan membuat aku percaya bahwa Alfari benar benar menyukaiku. Kecewa?
Tentu saja aku sangat kecewa dengan kabar itu, aku sungguh membenci kabar itu, aku sangat takut kabar
itu memang nyata bukan hanya angin lewat.

Setelah ku pastikan dengan Alfari, ternyata kabar itu benar, bukan hanya angin lewat tetapi kabar
itu memang ada. Dan Alfari, memberitahu bahwa ia menang dalam misinya membuat aku menyukainya.
Aku benar benar merasa sakit hati, tak pernah aku bayangkan bahwa Alfari bisa sekejam itu kepada ku.
Lebih parahnya Alfari mengaku bahwa Alfari menyukai salah satu teman ku. Teman yang disukai Alfari
yaitu Bila, Alfari menyukai Bila. Dan aku di perintahkan Alfari, untuk tidak mengganggu Bila...nge labrak bila
maksudnya...seperti jatuh tertimpa tangga.

...

Ku persingkat saja cerita ini, setelah kejadian Alfari mengaku semua, aku mencoba menerima
semuanya, aku mencoba untuk biasa. Alhamdulillah, teman temanku mengerti akan itu, dan Bila tahu
tentang Alfari yang menyukainya, aku mencoba bersikap biasa walau selalu di ledek dengan Dinar dan
teman teman. Selama aku berada di semester 2, aku selalu melihat Alfari yang terus menggoda Bila, dan
selalu merasa sakit saat itu juga. Tetapi, teman teman ku mencoba untuk memberikan ku kesabaran, Alfari
yang acuh dan tak perduli dengan ku selalu saja menggoda dan terus memberikan sesuatu ke pada Bila,
seperti Alfari sengaja karna aku ada disitu, dia seperti senang melihat aku sakit.

Sampai tiba hari saat Alfari ingin mengajak ku berbicara sebentar sebelum kami pulang ke asrama
masing masing.

“shel, gue mau ngomong dulu ya sebentar” ucap Alfari.

“ah, iya Al” ucap ku dengan nada kaget.

Aku meminta tolong kepada temanku Ami, untuk menunggu ku sebentar saat aku sedang berbicara
dengan Al.

“Shelina, tolong banget bisa ga si jangan ganggu Bila. Bila tu nangis karna dia bilang di labrak sama
lo, gue kasi tau ya shelina, gue suka Bila itu takdir bukan salah Bila, itu salah perasaan gue. Oke yang
dulu itu, salah gue ngasi harapan palsu maaf ya” ucap Alfari.

Kalian tau tidak rasanya saat itu? Aku benar benar kaget dan syok, ditambah lagi aku merasa sakit hati
mendengar seseorang yang masi aku sukai membela perempuan lain. Tapi jujur, aku tidak pernah sama
sekali mengganggu Bila, dikamar maupun dimanapun. Karna aku sadar siapa yang bisa mengatur rasa ?
tidak ada yang bisa mengubah rasa, tidak ada yang bisa menyalahkan seseorang menyukai orang lain. Aku
sadar akan itu.

“gue ga pernah ganggu Bila, lo tenang aja. Udah selesai belum ngomongnya? Gue mau ke asrama”
ucapku.

Tanpa berbasa basi aku pun langsung bergegas menuju asrama dengan Ami, sesampainya aku di asrama
langsung ku tumpahkan air mata yang ku bendung selama di perjalanan ke asrama saat itu.

....

Aku sedang duduk santai sambil menikmati pemandangan pondok ku yang asri, di jauh sana aku
melihat Bila yang sedang berjalan ke arah ku. Aku mencoba untuk bersikap biasa dan mencoba tidak terjadi
apa apa, walau sebenarnya aku ingin sekali mengetahui alasan dari Alfari berbicara seperti itu denganku.
Bila tersenyum dan melewati aku, aku pun membalas senyumnya. Aku bersyukur Bila bisa bersikap biasa
denganku, jika tidak aku pasti akan terlewat batas. Karna aku salah satu insan yang tidak bisa manahan
emosi jika ada yang memancing. Kalian penasaran tidak siapa yang memfitnah ku saat itu? Sama .. sampai
sekarang aku pun masi penasaran. Karna selama aku di pesantren aku dan Bila bersikap seolah biasa tidak
terjadi apa apa, dan Bila sudah mengaku kepada ku dari awal Bila tidak menyukai Alfari.

Masa kelas 2 MTS ku sudah selesai, ya seperti itu tidak ada yang menarik di kelas 2 MTS.
Perpulangan santi ada pada hari ini, sebelum pulang seperti biasa para orang tua diminta berkumpul
terlebih dahulu untuk membagikan rapot. Saat aku menunggu ibu ku di dalam kelas, aku di luar sedang
foto foto bersama teman temanku, anak santri ketemu hp membludag pasti hihihih.. saat aku sedang asik
tiba tiba teman laki laki ku memberikan surat. Setelah aku baca, aku mengetahui siapa pengirim surat itu,
Alfari mengirimkan ku surat. Aneh ? ya tentu itu yang aku fikir kan saat itu, tetapi lebih tepatnya aku sangat
takut untuk membuka surat itu, aku sangat takut jika Alfari berkata kasar lagi dengan ku seperti waktu itu
di kelas. Aku yang tidak berani membuka surat itu, ku persilhkan Ami teman ku yang membukanya, karna
hanya dia yang tau cerita ku dari awal.

“aneh’’ ucap Ami.

Aku yang juga aneh mendengar komentar Ami, menjadi penasaran.

“kenapa?” ucapku.

“Alfari minta maaf dan dia nyuru lo hubungin no ini” ucap Ami.

Senang, aneh, takut, hanya itu yang aku rasakan saat mendengar jawaban Ami. Aku langsung meraih surat
yang Ami pegang, dan aku menahan suara teriak kegirangan, aku takut banyak yang mendengar aku
berteriak jika ku lepaskan suara itu.

....

Sesampainya aku di rumah, ku letakan barang barang ku di kamar dan langsung membereskan nya.
Setelah semua rapih, langsung ku raih hand phone ku dan membuka Facebook, ku lihat pesan pesan masuk
dari facebook itu, sama sekali tidak ada yang menarik. Sampai aku melihat nama pengguna “ALFARI PUTRA
RIDWAN”, langsung ku buka pesan Alfari saat itu juga, kalian tahu? Pesan yang dia ketikan saat itu kira kira
begini isnya “shel sudah dapat surat dari Fauzi belum?” aku yang baru saja ingat akan surat itu langsung ku
ambil dari meja belajar ku dan ku fotokan surat itu kepada Alfari.
“ini ?” pesan ku untuk Alfari sambil mengirim foto surat itu.

“iya itu, SMS gue dong” balas Alfari.

Aku langsung mengirim pesan ke nomor itu, dan kalian tau? Alfari langsung menelfonku tanpa basa basi.

Krinnnngggggg....krinnggggggg.....

Alfari : Assalamualaikum

Shelina: Wa’alaikumssalam

Alfari :Sudah sampai rumah?

Shelina: Sudah

Aku dan Alfari mulai mengobrol santai tanpa merasa canggung.

Liburan ku kali itu di habiskan dengan Alfari, aku di buat baper kembali oleh anak itu. Aku tidak
habis fikir, bagaimana bisa aku segampang itu memberikan hati ku lagi kepada lelaki yang pernah
membuat aku patah hati? Setiap hari aku selalu telponan dengan Alfari, ku ceritakan kisah ku juga kepada
sahabat ku Ami. Ami selalu mewanti wanti dan selalu menyadarkan ku untuk jangan terlau percaya kepada
Alfari. Tetapi, aku yang sudah buta akan rasa suka itu ku tak perdulikan apa yang Ami katakan.

Alfari mengajak ku menonton bioskop, aku yang sangat takut sekali izin kepada orang tua ku
akhirnya memberanikan izin kepada mereka. Aku salah satu anak yang susah sekali keluar rumah bahkan
sangat jarang bagiku, aku tidak pernah tau tempat tempat anak milenial biasa bermain. Saat itu orang tua
ku memberikan izin dengan senang hati, mungkin mereka berfikir aku cukup bosan di pesantren dan
membutuhkan hiburan di luar.

Untuk pertama kalinya aku ke bioskop, aku ingat sekali pertama kali film yang aku tonton yaitu
“Assalamualaikum Beijing” kalian tau film itu? Film yang sampai sekarang aku masi ingat bagaimana
alurnya. Aku benar benar senang, hari itu adalah hari pertama aku pergi ke bioskop, aku baru tau
bagaiamana bentuk bioskop ya karena Alfari. Aku berterimakasi kepadanya, dia bilang dia sudah pernah ke
bioskop bersama sepupu dan teman nya, emm mungkin hanya aku yang baru tau bagaimana bioskop saat
itu.

Hari itu waktu ku benar benar dihabiskan untuk Alfari, dari siang sampai larut malam. Sampainya
aku di rumah, aku di beri peringatan kepada orang tua ku, “anak perempuan itu tidak bole keluar sampai
jam segini, maksimal jam 5 sore sudah ada di rumah” kira kira begitu isi kalimatnya, kalimat yang sampai
sekarang masi aku dengar selalu jika aku pulang telat. Aku hanya mengiyakan tanpa membalas dengan
kata. Setelah ku bersih bersih tubuhku, aku kembali ketempat tidur ku, ku mulai kembali rutinitasku untuk
berteleponan dengan Alfari.

Waktu liburan ku telah berakhir, saat itu artinya aku mulai kelas 3 MTS . aku sangat excited sekali
mengingat aku dan Alfari sudah dekat dan sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya, di pesantren jika
kalian mempunyai lelaki idaman segalanya terasa santai dan mungkin tidak terlalu ingin cepat pulang ke
rumah.

Aneh nya saat aku berpapakan dengan Alfari, aku merasa dia aneh, aneh sekali, berbeda dari yang
aku temui saat liburan kemrin. Aku berfikir apakah dia mempunyai saudara kembar? Mengapa seperti
memiliki 2 sifat yang berbeda . Dia sungguh sangat jutek dan tidak sama sekali memerdulikanku, selalu
membuang muka jika melihatku, apa salah ku? Itu yang ada di fikiran ku. Aku merasa terakhir kali kami
berkomunikasi masi baik baik saja, tapi kali ini ada apa ? aku bingung benar benar bingung.

Aku melihat Alfari dari jauh sana, dia tersenyum dengan seorang peempuan yang belum jelas aku
lihat. Aku kaget sekali setelah mengetahui siapa perempuan itu, ia tersenyum dengan Bila, Bila yang tidak
melihat aku memperhatikannya dari jauh, ternyata membalas senyum Alfari. Aku kaget sekali saat itu,
sebenarnya ada apa? Mengapa Bila membalas senyum Alfari dengan sangat lebar. Aku berusaha tenang
dan tidak terbawa emosi, aku akan bersikap seolah olah aku tidak melihat pemandangan itu.

Aku hanya berani menceritakan kisah yang baru saja aku lihat kepada sahabat ku Ami dan buku
privasiku, Ami sudah ku putuskan untuk ku jadikan sahabat terdekatku di pondok itu. Karena, Ami pun juga
selalu menceritakan kisahnya dengan seorang yang dia suka di pondok, apapun yang kami alami tidak
pernah kami sembunyikan, kami selalu menceritakan kisah kami masing masing.

...

Singkatnya ku lalui semseter pertama di kelas 3 MTS itu dengan rasa sakit hati, Alfari benar benar
berubah saat kembali ke pondok, aku benar benar tidak mengerti mengapa hati Alfari mudah sekali
berubah seperti itu. Dipondok dia masi mengejar Bila, dia masi mencoba untuk mendekati Bila tap jika saat
liburan Alfari sangat perduli terhadap ku. Alfari seperti menjadikan ku satu satunya, di hatinya.

Aku sedang melipat baju di depan lemari, saat itu aku melihat ada adik kelasku menghampiri Bila
dan adik kelas ku berkata sambil berbisik yang masi terdengar jelas dengan ku.

“Ka, ini dari ka Alfari katanya suru minum, biar sehat” ucap adik kelasku kepada Bila.

“makasi ya” ucap Bila sambil meraih seplastik susu putih itu dengan tersenyum.

Sakit rasanya, apa arti senyum Bila? Apakah Bila juga menyukai Alfari? Mengapa Bila seperti itu? Mengapa
dia diam diam memendam rasa kepada Alfari tanpa memberi tahuku terlebih dahulu. Ya, aku tahu itu hak
Bila untuk menyukai seseorang, tetapi Bila tau aku menyukai Alfari. Aku tidak melarang mereka jika
mereka saling suka, tapi apa salahnya Bila berbicara dengan ku terlebih dahulu? Seperti di tusuk dari
belakang.

Di kelas maupun di aula dan di asrama, Bila selalu diledek dengan kaka kelas atau adik kelas ku.
mereka selalu meledek Bila, “cieeee... sama Alfari cie....” ucap mereka. Tetapi Bila selalu mengelak dan
tidak suka seperti dia menjatuhkan nama Alfari di kalangan santri putri. “apaan si, ga suka dia ihhhh.
Dianya aja yang deketin mulu, aku gasuka, risih tau ka di deketin Alfari gitu” ucap Bila. Aku yang
mendengar Bila berbicara seperti itu merasa sangat muak sekali. Karna jelas jelas aku bisa melihat
bagaimana ekspresi Bila saat mendapat sesuatu dari Alfari, merasa senang sekali. Tetapi teman ku Ami
selalu melindungiku agar aku tidak terbawa suasana.

Kurang lebihnya masa ku di pondok saat itu benar benar masa yang tidak menyenangkan jika
masalah percintaan, namun aku masi mempunyai teman teman yang selalu memberikan ku semngat dan
mengerti bagaimana hatiku. Mereka selalu membuat ku tertawa lepas sehingga aku lupa akan masalah
masalah apapun. Sampai sekarang aku masi selalu bersyukur bisa bertemu teman teman MTS ku.

Saat itu aku sedang siap siap untuk tidur malam, saat aku mencoba untuk menutup mata, teman ku
yang bernama Alma memanggil nama ku.
“mba chel masi bangun ga?” ucap Alma dari arah pintu luar.

“kenapa Al?” ucap ku.

Alma mencoba menghampiriku.

“ni mba, dari Alfari” ucap Alma.

Alma memberikan ku sekantong plastik yang berisi susu coklat hangat, aku memang sangat suka rasa
coklat, Alfari tau itu saat kami pergi ke bioskop dan membeli eskrim rasa coklat.

“Dari siapa? Ga salah” ucapku.

“Dari Alfari.. hihihi’ ucapnya.

Aku yang tiba tiba merasa malu mencoba untuk terlihat santai dan biasa saja, padahal dalam hati ku
rasanya ingin berteriak dan tertawa sekencang kencangnya, hari itu walau hanya susu coklat hangat namun
itu berhasil membuat hati berbunga bunga.

“Makasi ya Al” ucap ku.

“Sama sama mba, diminum ya” ucap Alma.

Tapi tunggu, apakah kalian berfikir susu itu benar dari Alfari? Ya jelas dong dari Alfari haha. Aku juga sama
tidak percaya Alfari benar benar memberikan susu itu pada ku, ohiya saat Alma sudah pergi, tiba tiba dia
kembali lagi dan memberitahuku pesan yang tertinggal, pesan dari Alfari khusus untuk ku. GOOD NIGHT,
itu pesan Alfari untuk ku. Namanya hati perempuan walau diberikan sesuatu yang kecil seperti itu pasti
merasa senang luar biasa dong, aku langsung menceritakan kisah ku kepada sahabat ku Ami, dan Ami masi
saja tidak percaya akan hal itu. Ami selalu menganggap Alfari tidak tulus, setelah ami berfikir lagi liburan
semester sebentar lagi tiba, ami berfikir Alfari sengaja hanya untuk jadikan aku pelampiasan saat liburan
tiba, agar Alfari mempunya teman wanita untuk bisa diajak jalan jalan keliling kota.

Aku yang mendengar alasan Ami barusan mulai berfikir juga, alasan yang di berikan Ami saat itu
benar benar masuk akal. Tetapi hal itu tidak terlalu aku fikirkan, yang aku fikirkan jalani saja dulu, yang
penting bahagia dulu, masalah sakit atau tidak urussan nanti.. bucin akut mah gitu ngeyel :(.

Esoknya aku benar benar mengalami perubahan dari Alfari, dia selalu tersenyum kepadaku, sangat
berbeda sekali. Senyum yang dia berikan saat itu benar benar seperti tulis, seperti senyum yang selalu dia
berikan kepada Bila, ohiya semenjak saat itu juga aku tidak pernah melihat Alfari tersenyum lagi ke arah
Bila, saat itu senyum Alfari masi selalu tertuju kepada ku.

Pernah saat itu, aku berada di kantin sehabis pulang ngaji malam, aku dan Ami sedang jalan ke arah
asrama, saat itu kami melewati kantin laki laki, tanpa ku sadar di sana ada Alfari dan teman sekolah kami.
Dari jauh aku mendengar suara Alfari yang aku dengar “selamat tidur, selamat mimpi indah” spontan saja
aku melihat ke arah Alfari dan dia berhasil membuat aku malu, saat aku melihat Alfari, dia juga sedang
melihat ke arah ku dan tersenyum. Ah manis nya senyuman itu, sampai membuat aku terbawa mimpi
selalu hihi.

....
Liburan semester ku yang bisa dibilang liburan terakhir selama aku di pondok itu di temani dengan
Alfari dan teman teman lain, aku dan teman teman sekelas pergi bertamasya. Saat itu kami pergi ke rumah
Alma, aku di jemput dengan Alfari. Semua insan yang ada disitu berhasil meledek ku, aku benar benar
sangat malu dan Alfari hanya tersenyum. Setelah kamu berkumpul semua di rumah Alma, kami bergegas
untuk pergi ke salah satu mal dekat dengan rumah Alma. Kami menikmati hari itu bersama sama, kami
pergi ke bioskop 3 dimensi, tame zone, foto foto, setelah cukup lelah kami kembali di rumah Alma dan
makan di sana. Pulang dari rumah Alma, aku di antar pulang dengan Alfari.Setelah itu tidak ada yang
menarik lagi kecuali, aku dan Alfari menjadi semakin dekat, Alfari berhasil merebut hati ku lagi dan
membuat aku jatuh cinta lagi dan berharap dengan nya lagi lagi dan lagi.

Liburan telah usai, aku kembali lagi ke pondok tercintaku saat itu, hati ku benar benar takut sekali
jika melihat Alfari. Aku takut, semisal Alfari berubah kembali menjadi seperti yang lalu. Saat aku melihat
Alfari dari jauh sana Alfari mulai tersenyum lebar dan melambaikan tangan, aku yang kaget dengan siapa
dia seperti itu langsung menoleh ke arah belakang yang ku lihat diarah belakang tidak ada sama sekali
orang disana. Aku kaget ternya dengan diriku dia melambaikan tangan, akhirnya ku balas juga
lambaiannya. Kali itu aku sangat yakin Alfari sudah berubah.

Sejak saat Alma memberikan ku titipan dari Alfari, aku dan Alma menjadi semakin dekat karna aku
berfikir Alma adalah yang dikirim Tuhan agar cinta ku terwujud. Berkat Alma, aku menjadi semakin dekat
dengan Alfari, tetapi aku bukanlah kacang lupa kulitnya, Ami masi menjadi sahabat terbaik ku sampai hari
ini, ku masi mendengarkan cerita ami dan bergitupun sebaliknya .

Alma juga jadi semakin dekat dengan Alfari, aku tidak pernah cemburu jika Alma mengobrol dengan
Alfari entah mengapa karna Alma adalah teman baik ku dan sudah ku anggap sebagi adik ku sendiri
begitupun Alfari menganggap Alma sebagai adiknya, sampai aku dan Alfari memanggil Alma dengan
sebutan ‘de’ untuk Alma yang tingginya sangat pendek dari aku dan Alfari.

Hari demi hari di semester itu ku lalui, setiap ada masalah dengan Alfari, Alma lah yang selalu
membantu meluruskan. Aku menjadi sayang kepada Alma, Alma memang seperti adik ku sendiri walau
kenyataanya kami sekelas bareng dan seangkatan. Aku pernah ketahuan pacaran dengan Alfari,
hukumanku di siram air kotoran manusia, dan Alfari di botak. Kalian yang pernah menjadi santri pasti
pernah mendegar hukuman itu kan? Tidak asing jika ketahuan pacaran hukuman nya pasti siram air koya
dan botak untuk laki lakinya.

Banyak yang aku lalui di semster itu dengan Alfari, Alfari terlihat sangat tulus sekali dengan ku. Kami
sering mengirimkan surat, tersenyum di pondok, bertukar sajadah, membantu mengerjakan tugas
bersama, saling bertukar makanan, dll. Bahagiaku berada di semester itu.. mungkin☺

Hari hari kita lalui sampai tiba masanya detik detik kami akan ujian nasional, waktu itu setelah kami
selesai ujian nasional kami tidak di perbolehkan untuk pulang ke rumah masing masing. Kami di tugaskan
untuk mengabdi terlebih dahulu untuk pondok, dan tetap mengaji di pondok sampai perpulangan santri
tiba. Yang berbeda dari hari hari sebelumnya, kami setelah ujian nasional tidak sama sekali melakukan
aktifitas di dalam kelas, sehingga membuat aku dan Alfari renggang dan jarang bertemu, kecuali kami
kadang bertemu di kantin pondok.

Saat itu aku di kabarkan jika Alfari pulang ke rumah, aku di kabarkan oleh adik kelas ku yang
bertemu Alfari saat di kantin. Adik kelas ku menyampaikan pesan dari Alfari untuk ku, “bilang ka shelina, ka
Al pulang dulu ya ada urusan” kira kira pesan nya seperti itu. Aku yang cukup sedih ya hanya bisa
mengiyakan adik kelas ku itu. Aku sedih, karna beberapa hari kedepan mungkin tidak bisa bertemu Al dulu.

...

Saat aku berada di aula untuk menunggu shalat magrib, aku melihat Alfari dari pintu gerbang
menuju ke asrama putra membawa tas besar yang sedang ia kenakan. Aku sangat senang sekali, aku benar
benar rindu laki laki itu setelah beberapa hari tidak bertemu dengannya. Namun, sangat disayangkan dia
tidak melihat ku memperhatikannya, “yasudah lah tak apa” batinku.

Sehabis itu aku dan Alfari masi terlihat biasa saja seperti pasangan pada umumnya, kami masi
bertemu di kantin dan saling melempar kan senyuman seperti tidak terjadi apa apa. Sampai aku
mendengar kabar dari ustad muda ku, beliau selalu meledek ku dengan Alfari “kemarin kan si Al pulang
buat ketemu cewe lain shel, hayu lu” sambil nada meledek. Aku yang hanya bisa tersenyum tanpa
membalas, membuat ku kepikiran akan perkataan ustd ku itu.

Keesokannya, kelas kami ada acara perpisahan ke pelabuhan ratu. Aku duduk dengan Ami saat itu,
di belakang ku Rehan dan Fauzan, Rehan adalah pacar Ami saat itu. Dan aku mempunyai ide, kenapa
Fauzan tidak bertukar tempat saja dengan Alfari, agar aku dan Alfari juga berdekatan. Tapi ternyata Alfari
tidak minat untuk bertukar posisi, entah apa alasannya. Saat itu kami di perbolehkan untuk membawa hp,
sampai ustdadzah kami mengumumkan bahwa hp dikumpulkan. Aku dan teman teman lain tidak merasa
keberatan akan peraturan itu, karna kami sudah cukup terbiasa tanpa hp. Tapi sepertinya tidak dengan
Aldari, dia sangat keberatan akan peraturan itu sampai sampai dia marah marah dengan teman temannya,
dia sangat kesal sampai melampiaskan amarahnya.

Aku melihat Alfari seperti sedikit berbeda dengan biasanya, kami jadi seperti orang yang tidak saling
kenal, Alfari sangat jutek kepadaku, aku berfikir mungkin karna dia kesal tentang peraturan tanpa hp
sehingga melampiaskannya dengan ku. Tetapi, mengapa harus berlebihan ? aku juga tidak masalah kan
kami masi bisa bertemu dan saling melihat seperti biasanya, tidak harus berkomunikasi dengan hp. Aku
yang semakin curiga akan itu, mencoba untuk bersikap biasa saja.

Sampai kita tiba di penginapan khusus untuk kami semua, aku sekamar berdua dengan Ami saat itu.
Aku dan Ami saat itu membuat rencana yang jika di ingat ingat sangat tidak patut untuk di contoh ☺, aku
dan Ami berencana untuk jalan jalan malam dengan Rehan dan Alfari, kabur dari penginapan. Saat malam
tiba, awalnya semua berjalan sesuai rencana tentu saja di bantu dengan teman laki laki kami, tapi entah
mengapa semua jadi runyam saat teman perempuan kami entah siapa saat itu, yang aku dengar dia
mengadu kepada ustadzah sampai ustadzah mengadakan kumpul dadakan. Sampai sekarang aku tidak
tahu siapa pelakunya.

Akhirnya aku, Ami, Rehan, dan Alfari di sidang bersama ustad dan ustadzah, kami mencoba
berusaha mengeles sebisa mungkin, dan akhirnya kami lolos tanpa hukuman, walau di beri peringatan
terlebih dahulu selama lebih dari 1 jam. Setelah itu, kami berempat kembali ke kamar kami masing masing.

Keesokannya kami mengikuti segala kegiatan acara yang di berikan dari para asatidz, hingga sore
tiba kami bergegas untuk pulang ke pesantren, ya acara hanya di lakukan 2 hari 1 malam. Saat perpulangan
kami sudah di perbolehkan menggunakan hp kami masing masing. Di bus kami, aku melihat bangku
belakang ternyata Rehan sedang memainkan hp Alfari di tangannya, lalu aku mencoba meminjamnya, dan
Rehan berusaha seperti menyembunyikan sesuatu. Hp Alfari yang di pegang Rehan, di oper ke Dinar terus
seperti itu oper operan sampai hp itu berhasil ada di tanganku. Aku benar benar mencari tahu, sebenarnya
apa yang mereka sembunyikan, salah satu teman laki laki ku langsung buru buru keluar bus, untuk
memberi tahu Alfari.

Sakit sekali saat aku melihat foto Alfari bersama perempuan lain di galeri nya, foto yang di ambil
berbeda beda bajunya, dan lumayan banyak. Aku benar benar berfikir kapan foto ini diambil, setelah aku
mencari tahu tanggal foto itu diambil ternyata, foto itu di ambil saat Alfari pulang minggu lalu sampai
sebulan. Pantas saja manusia itu betah di rumah, ternyata dia sudah mempunyai teman bermain di rumah.
Aku yang sangat sakit hati melihat itu, akhirnya memberikan hp Alfari kepada teman laki laki ku, dan aku
hanya bisa menangis di dalam bus itu, hanya Ami yang berusaha menenangkan ku karna hanya dia yang
tahu masalah ku sebenarnya.

Aku berpura pura tidur saat Alfari mencoba untuk membujuk ku, dan dia mencoba untuk
menjelaskannya, dia bilang itu sodaranya, aku masi tidak percaya dan dia masi terus mencoba untuk
meyakinkan ku. Saat itu bus kami berhenti di temapt souvenir, kami di beri kesempatan untuk membeli
souvenir yang ada di tempat itu. Aku yang sudah tidak mempunyai mood untuk berbelanja hanya diam diri
di bus, Ami dan teman teman lain semua turun dari bus untuk berbelanja, hanya aku dan beberapa teman
laki laki yang tidak berbelanja. Aku berfikir ini saat yang tepat untuk mendengar penjelasan Alfari, tetapi
aku tidak melihat Alfari di dalam bus itu. Kesal sekali, sampai teman laki laki ku mencoba meyakin kan ku
juga. Mereka bilang foto itu adalah sodara Alfari, aku masi ragu tetapi sedikit ku yakinkan hati ku.

Setelah semua sudah berada di dalam bus, Alma memberikan ku bantal dan guling keropi yang masi
di bungkus plastik, saat itu aku sangat menyukai karakter keropi dan aku sangat senang melihat bantal dan
guling keropi itu. Aku sangat kegirangan sampai aku tidak bertanya terlebih dahulu, punya siapa bantal itu.
“Dari Alfari” ucap Alma, aku yang kaget mendengar itu dari Alfari langsung menoleh kebelakang tanpa ku
sadar ternyata Alfari sudah berdiri tepat di samping bangku ku. Alfari langsung menjelaskan bahwa yang
aku lihat foto itu adalah sodaranya, dia benar benar terlihat tulus dan tidak mau aku salah paham. Akhirnya
aku percaya kepada laki laki itu.

....

Saat itu aku dan Alfari ada kesempatan mengobrol berdua tentang bagaiman kelanjutan hubungan
ini, karna sebentar lagi kami akan LDR, aku belum memutuskan melanjutkan pendidikan dimana setelah
lulus dari pesantren itu. Kami mengobrol di rumah salah satu teman kami, yang ada di luar pesantren. dan
Alfari bilang, dia akan meneruskan mondoknya di pesantren yang berbeda. Itu artinya kami harus LDR,
sejujurnya aku juga ingin mondok di pesantren yang sama dengan Alfari, tetapi karna ekonomi yang tidak
memungkinkan jadi aku tidak bisa mondok di pesantren yang Alfari pilih itu.

Aku memutuskan untuk sekolah di luar, artinya aku tidak akan mondok lagi. Alfari yang mendengar
itu, dia akhirnya sangat marah. Sampai dia mengancam, jika aku sekolah di luar pesantren dia akan
memutuskan aku, dia tidak akan mau berhubungan dengan ku lagi karna statusku bukan santri. Aku yang
kaget mendengar ancaman itu berusaha meyakinkan nya, bukan berarti orang yang sekolah di luar
peantren akan berakhir menjadi cewe buruk. Bukannya aku tidak ingin melanjutkan menjadi santri, tetapi
itu semua sudah menjadi keputusan orang tua ku, mau tidak mau ya harus dilaksanakan.

Sampai akhirnya kami wisuda, aku dan teman teman semua saling foto foto, aku dan Alfari juga
foto berdua. Ibuku sudah mulai mengenal Alfari, ibuku tidak masalah melihat aku bersama Alfari. Alfari
mulai menanyaiku kembali, bagaimana keputusanku, mau melanjutkan kemana aku setelah lulus dari
pesantren. Aku masi diam saja tidak menjawab, lalu memberi alasan bahwa aku harus cepat pulang.
Sesampainya aku di rumah, aku langsung memberi kabar lewat messenger kepada Alfari bahwa aku
sudah sampai di rumah dan menanyakan apakah dia juga sudah sampai? lama sekali dia membalas pesan
dari ku. Sampai akhirnya pesan ku di balas olehnya tetapi dengan suasana berbeda. Alfari sudah tahu sekali
bagaimana aku, aku tidak suka jika di balas singkat oleh nya, tetapi saat itu Alfari membalas pesan ku selalu
singkat seperti dia marah kepadaku. Berjalannya waktu, aku sudah memutuskan untuk bersekolah di salah
satu SMK yang ada di Bogor dan ibu pun setuju akan hal itu. Aku memberitahu Alfari akan itu, dan Alfari
mengajak aku bertemu keesokannya.

Saat aku bertemu Alfari keesokannya, aku merasa perasaan ku tidak enak sekali. Entah apa yang
aku rasakana aku sangat takut, seperti dia akan memberitahuku sesuatu. Dan benar saja, setelah kami
menonton bioskop dan makan di Mcd, Alfari mengajak ku mengobrol.

“Kayanya hubungan kita cukup sampai di sini aja deh” ucap Alfari.

“Hah? Kenapa?” jawab ku, sambil menahan tangis.

“Aku gabisa ldr, apalagi kamu bakal sekolah luar, aku gabisa bayangin kalo kamu sekolah luar.
Mungkin kamu bakal seperti perempuan yang duduk di bangku itu” ucapnya, sambil menyuruhku
melihat yang dia tunjuk.

Perempuan yang di tunjuk Alfari yaitu, seorang gadis para remaja yang sedang berkumpul dengan teman
temannya tetapi memakai pakaian ketat dan kurang bahan.

“Gila kali ya? Ya ngak lah, mana berani” ucapku dengan sedikit nada tinggi.

“Maaf ya, belum bisa jadi yang terbaik. Kita masi bisa jadi temen ko” ucapnya.

Setelah perbincangan itu, aku diantar pulang sambil menahan nangis. Aku tidak ingin menangis di
hadapannya. Aku tidak ingin terlihat lemah di depannya, walau kenyataanya aku rapuh dan lemah.
ANALIS KIMIA NUSA BANGSA

Setelah aku putus dengan Alfari hari itu, aku menjadi anak yang murung seperti tidak memiliki
semangat untuk melanjutkan semuanya. Aku sudah dibutakan akan cinta yang seharusnya belum aku
rasakan, karena masi di bawah umur. Untuk memulai dunia baru di tempat baru, aku harus beradaptasi
kembali dengan sekitar, di sekolah itu aku mulai memiliki banyak teman dekat, aku memang anak yang
mudah bergaul dengan teman baru. Ohiya, sahabat ku Ami saat itu meneruskan pendidikannya di salah
satu pondok pesantren di Banten, dan aku disini SMK ANALIS KIMIS NUSA BANGSA.

Selama aku berada di SMK itu, apa yang Alfari katakan tentang sekolah di luar sama sekali tidak
benar, semua salah. Selama aku sekolah di SMK itu, aku benar benar dibuat sibuk akan tugas sehingga
tidak kenal main atau fashion. Begitu pun teman teman ku selama di SMK, tidak ada baju yang ketat,
kekurangan bahan, rok di span dll, karena peraturan di sekolah ku sungguh sangat tertib. Ku jalanin
aktifitasku selama sekolah di SMK itu, berangkat gelap pulangpun gelap. Etsss, pulang gelap bukan karna
main, tetapi karna sekolah ku memang selalu pulang sore sehingga kami memang tidak ada kesempatan
main sehabis pulang sekolah.Semester awal ku di SMK itu, sama sekali tidak ada yang menarik kecuali
teman teman yang seru dan buat aku lupa akan tugas yang numpuk. Kami saling bekerja sama setiap ada
laporan dan tugas yang di berikan bapak/ibu guru kami.

Aku sempat mendengar kabar bahwa ternyata Alfari sudah memiliki pacar baru yang bernama
Anna, dan kalian tahu? Perempuan yang Alfari sebut sodaranya ternyata itu adalah Anna. Mereka bertemu
saat Alfari mengikuti study tour yang diadakan sekolah tempat umi Alfari bekerja. Ya, umi Alfari adalah
seorang guru, dan saat Alfari pulang sebulan saat di pondok ternyata untuk mengikuti study tour di sekolah
umi nya, tapi pulang study tour Alfari malah dapet cewe..hufttt dasar buaya. Dan kalian tau? Ternyata
sebelum aku putus dengan Alfari, mereka sudah menjalin status terlebih dahulu. Pantas saja, waktu itu
Alfari berani sekali memutuskan hubungan, orang dia sudah ada penggantinya.. huft :( . Aku yang
mendengar kabar itu dari teman ku, merasa kesal dan tidak terima, tapi jujur saja aku pun masi
menyimpan rasa padanya. Aku masi menyukainya walau sakit saat melihat postingan instagramnya
bersama perempuan lain.

Saat di pertengahan semster awal, aku mendapat telepon dari salah satu teman perempuan ku di
pondok Darussalam, teman ku itu juga meneruskan pendidikan di sekolah luar. Dia memberikan ku kabar
bahwa Alfari meminta no telepon ku pada dirinya. Aku cukup kaget, teman ku bilang saat itu Alfari sedang
di jenguk orang tuanya dan menelpon teman perempuan ku itu, dan Alfari meminta no ku. Untuk apa ya?
Batin ku mulai bertanya tanya, dan terntu saja aku sangat merasa senang mendengar Alfari menanyakan
no ku. Semenjak saat itu aku mulai berharap kembali dengan manusia itu, aku berharap Alfari akan
menghubungiku dan kembali dengan ku, tapi ku tunggu sampai larut malam tidak ada sama sekali pesan
masuk dari Alfari.

....

Liburan semester pertama ku di sekolah itu sudah di mulai, aku dan keluarga sedang berada di
dalam mobil untuk mengunjungi rumah nenek ku yang ada di Jawa Tengah. Saat di perjalanan ku menuju
rumah nenek, handphone ku bergetar menandakan ada yang menelpon ke nomor ku. Sontak aku berteriak
kegirangan, aku sangat terkejut setelah melihat nama di ponsel ku. Aku memang masi menyimpan no itu,
dan masi menamainya, jadi aku langsung mengetahui siapa pemilik nomor itu. Alfari menelpon ku, dan aku
benar benar salting saat itu, langsung ku angkat dan betapa terkejutnya aku mendengar suaranya kembali.
Aku berpura pura tidak mengenali suara tersebut dan tidak mengetahui siapa yang menelpon ku, sehingga
ku matikan telpon tersebut. Sampai akhirnya Alfari menelpon ku kembali, ah betapa senangnya aku. Aku
memberi tahu Alfari untuk menelpon ku saat aku sudah sampai tujuan karena aku sangat pusing jika
memainkan hp di dalam mobil.

Sesampainya aku di rumah nenek, aku memberi tahu Alfari bahwa aku sudah tiba di tujuan. Alfari
menyuruhku untuk beristirahat terlebih dahulu, namun aku yang sangat merindukannya mencoba
mengelak bahwa aku sudah cukup tidur selama di dalam mobil. Sampai akhirnya, Alfari menelpon ku
terlebih dahulu, lalu kami berbincang di telpon seperti biasa. Alfari menceritakan bahwa dia sudah
memutuskan Anna, dikarenakan Anna yang memiliki laki laki lain selama Alfari dan Anna ldr. Aku yang masi
belum bisa move on dengan Alfari entah mengapa mendengar mereka sudah tidak ada hubungan, aku pun
merasa senang. Berhari hari setelah malam itu kami telponan, aku dan Alfari masi saja berkomunikasi
seperti biasanya, sampai tiba malam dimana Alfari menembak ku kembali dia berjanji bahwa tidak akan
mengulanginya lagi. Kalian tahu apa yang aku lakukan saat itu? Tanpa berfikir panjang aku langsung
menenrima tawaran balikan tersebut, aku langsung menerima Alfari untuk balik kembali padaku. Karna aku
sangat yakin, dia tidak akan melakukan kesalahan lagi.

Saat aku pulang dari rumah nenek, keesokan hari nya aku bertemu Alfari untuk main bersama nya,
kami pergi ke puncak untuk bertamsya sekalian perpisahan karena Alfari kembali ke pondok. Alfari
mengaku bahwa pernyataan dia tentang sekolah luar itu sangat salah, tidak semua orang yang bersekolah
di luar menjadi liar. Setelah aku berpisah dengan Alfari hari itu keesokannya aku dan Alfari memulai
perjalanan ldr kami. Alfari kembali ke pondok, aku kembali sekolah di SMK ku saat itu, kami menjalani
hubungan kami tanpa berkomunikasi kecuali saat Alfari bisa memegang hp Alfari langsung
menghubungiku. Aku pernah di ajak orang tua Alfari untuk pergi bersama menjenguk Alfari di pondoknya,
ohiya sejak aku kembali bersama Alfari, Alfari mengenalkan ku pada orang tuanya, dan orang tua ku pun
sudah mengenal Alfari. Aku seperti orang terdekat di keluarga Alfari begitupun sebaliknya, Alfari sudah di
anggap orang terdekat oleh keluarga ku.

Sejak saat itu aku tetap menunggu Alfari pulang dari pesantren, menunggunya liburan pondok
tetap setia dengan satu pria. Hari hari sampai bisa terhitung tahun, aku bersama Alfari. Saat Alfari sudah
liburan pondok aku dan Alfari sering bermain bersama kemanapun tujuanku pasti dengan Alfari, Alfari
adalah satu satunya orang yang selalu membawa ku ke tempat wisata baru yang belum aku tahu.

Sampai aku dan Alfari naik ke kelas 3, Alfari memutuskan untuk pindah sekolah. Dia memutuskan
untuk pindah sekolah di luar pondok, sekolah yang di pilih keluarga Alfari dan di setujui Alfari adalah
sekolah yang lebih mendominan keagamaanya. Walau, sekolah luar tetapi sekolah Alfari adalah sekolah
terpadu akan agama. Namun, selama Alfari bersekolah di situ aku merasa Alfari berubah. Jujur aku sangat
sedih saat itu, ternyata Alfari mengaku bahwa dia menyukai seseorang di sekolah itu, aku yang sangat kesal
tetapi mewajari itu semua karna hubungan kita yang sudah cukup lama. Aku tidak ingin memutuskan
hubungan ku dengan Alfari, mungkin karna aku bodoh. Aku membiarkan Alfari menyukai perempuan itu
dan Alfari mencoba mendekati perempuan itu sampai akhirnya perempuan itu pun mau menerima Alfari.
Aku yang sangat tidak kuat dengan keadaan seperti itu, meminta Alfari memutuskan hubungan yang
sedang kami jalani. Betapa kagetnya aku saat mendengar jawaban Alfari yang menyetuji keputusan ku.

Lagi dan lagi aku merasakan patah hati dengan orang yang sama, Alfari memang selalu berhasil
membuat hatiku selalu patah. Aku benar benar sangat kecewa saat itu, teman teman ku yang mengetahui
aku putus dengan Alfari mereka hanya bisa memberikan aku suport, aku tidak pernah menceritakan kisah
ku dengan Alfari sebelumnya, tentang bagaimana cara Alfari selalu menggoreskan luka dan
menyembuhkannya. Aku benar benar kecewa denga laki laki itu. Pernah, aku yang tidak tahu apa apa, tiba
tiba saja perempuan yang di sukai Alfari selalu menggangguku, kalian jika menjadi aku kesal tidak? Semisal
perempuan yang merebut kekasih kita selalu kepo dan menyindir kita di sosmednya. Bahkan pernah aku
melihat isi instagramnya, dan dia menjelek jelekan nama ku, dia bilang aku penggoda hubungannya dengan
Alfari. Padahal, sudah jelas sekali orang ke 3 dalam hubungan ku dengan Alfari adalah perempuan itu. Aku
yang tidak bisa menahan emosi ku, langsung saja ku beri pesan pribadi kepada perempuan itu, aku
mengeluarkan emosiku sampai akhirnya aku di telpon Alfari. Kalian tahu tidak, apa yang Alfari katakan
padaku? Aku dibilang cewe yang tidak tahu diri dan cewe bodoh, Alfari lagi lagi membentak ku hanya untuk
membela perempuan lain. Aku yang tidak bisa berkata kata, spontan meneteskan air mata, banyak teman
teman ku yang menghampiriku dan bertanya ada apa ? Tetapi hanya bisa ku balas, aku hanya menjawab
bahwa aku mengantuk sampai meneteskan air mata.

3 bulan sudah ku jalani hari hari ku tanpa Alfari, pelajaran di kelas 3 SMK ku saat itu berhasil
membuat aku bisa langsung melupakanya, aku sudah tidak memikir kan sedang apa dan bagaimana
kabarnya lagi. Tetapi rasa yang aku miliki untuk Alfari saat itu masi rasa lama, perasaan ku dengan Alfari
saat itu masi rasa yang aku temui saat kami MTS. Bodoh ya? Ya begitulah aku dimasa lalu ku

Saat aku sedang mengobrol dengan teman teman ku di kantin sekolah. Tiba tiba saja, nomor yang
sudah 3 bulan tidak ada di layar ponsel ku muncul kembali. Kalian tau apa yang aku rasakan saat itu? Tentu
saja hati ku kembali berdetak kencang, aku sangat senang dan excited untuk membalas pesan yang di
berikan Alfari. Ya, nomor yang memberikan aku pesan saat itu nomor Alfari. Saat itu Alfari
memberitahukan bahwa dia putus dengan perempuan itu. Rasa senang yang mengalir begitu saja di
tubuhku, membuat aku langsung berteriak kencang.

Aku meceritakan kepada teman SMK ku saat itu, dan teman temanku saat itu juga ikut senang
mendengarnya. Beberapa hari berikutnya, aku masi terus berhubungan baik dengan Alfari seperti dulu lagi,
kami saling mengirim pesan setiap pagi, siang, sore, malam bahkan sampai sering berteleponan.maklum
bucin bund xiixxi…weekend di minggu itu kami mengadakan janji bertemu untuk main ke puncak Bogor, ku
iyakan karna sejujurnya aku pun merindukannya. Setelah kami menikmati hari kami saat itu, Alfari
menembak ku kembali untuk menjadi kekasihnya lagi. Jujur aku sangat senang sekali mendapat tawaran
seperti itu, namun rasa trauma dan takut juga ada pada ku saat itu. Setelah ku fikir berulang kali, aku
mempercayainya lagi, aku memberi peringatan kepada dirinya untuk menjaga kepercayaan ku saat itu dan
tolong jangan buat ku kecewa untuk kesekian kalinya lagi.

Sehabis Alfari mengajak ku memulai kisah kembali, seperti biasa kami menjalani hari hari kami
seperti saat kami memiliki status sebelumnya. Hanya saja yang membedakan saat itu, kami bisa
berkomunikasi dengan cara bebas karna Alfari sudah tidak sekolah di pondok lagi. Kami juga sempat
berlibur bersama teman teman ku ke pantai, Alfari tidak masalah jika aku mengajak teman teman ku saat
itu. Kami sungguh bersenang senang, dan teman teman ku sungguh sangat menyukai Alfari, karna Alfari
sangat humble dengan mereka.

….

Satu tahun telah berlalu sejauh itu aku dan Alfari sama sekali tidak memiliki masalah dalam
hubungan kami. Saat itu saat wisuda Alfari, aku pun dating ke sekolahnya bersama ke dua orang tua Alfari.
Karna sekolah Alfari adalah sekolah menjurus ke agamaan, awalnya aku ragu jika banyak yang menanyakan
siapa aku untuk Alfari, tetapi saat itu orang tua Alfari memperkenalkan ku sebagai sepupu Alfari agar
semua tidak salah paham. Tetapi beberapa teman Alfari memang sudah tahu aku adalah kekasihnya, aku
bertemu perempuan yang dulu menyukai Alfari dan memiliki masalah dengan ku, namun perempuan itu
akhirnya mengakui kealahannya dan meminta aaf kepaaku. Ohiya, alasan Alfari putus dengan nya karna
Alfari memergoki perempuan itu sedang menjelek jelekan nama ku di depan teman teman nya. Itu pun
salah satu alasa kuat aku bisa menerima Alfari kembali. Selesai di acara wisuda Alfari, aku di ajak ke rumah
Alfari. Aku dan keluarga Alfari memang sudah lumayan dekat saat itu.

Ohiya, sekolah ku memiliki Pendidikan 4 tahun. Untuk lulus dari SMK itu aku membutuhkan waktu
selama 4 tahun. Jadi saat Alfari wisuda dan lulus, aku masi harus menjalani Pendidikan ku selama 1 tahun
kedepan.

….

Sebelum tahun ajaran baru di mulai, Alfari sedang sibuk menentukan universitas yang cocok
untuknya. Sampai saat itu dia sedang mencoba mendaftarkan dirinya di salah satu universitas negri di
Jakarta, saat sedang mencoba mengikuti test untuk menentukan lolos atau tidak calon mahasiswa baru
disana. Lagi lagi aku cemburu, aku mulai kesal saat tahu ada perempuan baru lagi yang mencoba
mendekati Alfari saat itu. Aku sangat kesal tapi yang lebih ku kesal kan saat itu adalah, Alfari sangat jelas
memperlihatkan bahwa dia tidak mempunyai kekasih. Aku tahu itu karna aku melihat pesan yang di
berikan perempuan itu kepada Alfari, dan aku pun melihat bagaimana cara Alfari membalas pesan itu.

Aku mengetahui dibelakang ku Alfari mulai bermain belakang lagi, tetapi karna rasa ku yang
sungguh menyukai Alfari aku memutuskan untuk tidak ikut campur dengan urusan mereka, selama emosi
saat itu masi bisa ku tahan. Beberapa minggu telah berlalu, pengumuman kelulusan Alfari di universitasnya
sudah keluar, saat itu Alfari dan perempuan itu tidak lolos dalam seleksi mahasiswa baru. Aku berusaha
menguatkan Alfari akan itu, dan Alfari tidak mempemaslahkannya. Aku mulai membicarakan hubungan
Alfari dengan perempuan itu, aku sangat ingin mereka memutuskan hubungan nya, aku sangat ingin
kembali Bahagia dengan Alfari. tapi nyatanya, Alfari selalu memberikan ku bertubi tubi alasan agar aku
tidak membahas perempuan itu.

Sampai akhirnya aku sudah mulai lelah dengan sikap Alfari saat itu, aku meminta Alfari putus
hubungan kembali. Tetapi, entah apa yang di otak Alfari, dia tidak ingin memutuskan hubungan denganku
dan dia juga tidak ingin memutuskan hubungan dengan perempuan itu juga. Egois bukan? Aku yang tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan Alfari, ku iyakan saja apa yang dia inginkan. Sampai aku memutuskan
sendiri jalan ku, ku block semua sosmed nya. Aku hanya ingin, melihat bagaimana reaksinya saat aku tidak
ada di setikarnya lagi.

Sampai beberapa hari setelah ku block semua sosmednya, dia menghubungi teman ku. Aku yang
mulai tersipu dan sedikit luluh akan kata katanya yang tidak bisa tanpaku, ku mulai membuka semua
sosmed nya dari daftar block. Sejak saat itu, kami mulai berhubungan baik kembali walau aku lebih banyak
curiga dan cemburu kepadanya. Wajar bukan, jika aku begitu?

….

4 bulan berlalu, sejak saat itu memang sudah banyak sekali cerita yang kami ukir dan kenang yang
kami ciptakan untuk memperindah hubungan itu. Sampai akhirnya, laki laki yang sudah menemaniku
beberpa tahun terakhir mengajak ku menikah. Aku sangat kaget sekali mendengar itu, ku fikir itu hanya
canda. Tetapi dia benar benar ingin menikah, entah apa yang ada di otak dia saat itu. Menikah tanpa
persiapan? sudah gila mungkin. Sejak saat itu aku menjadi punya beban pikiran, aku menyuruhnya untuk
menunggu diriku lulus SMK terlebih dahulu, tetapi dia bilang tidak bisa menunggu dia ingin menikah saat 2
atau 3 bulan lagi, sedangkan aku masi harus menjalani beberapa bulan lagi di SMK. Aku sama sekali tidak
punya keinginan untuk menikah muda, tetapi aku sangat takut jika laki laki yang sedang bersama ku ini
menikah dengan orang lain.

Sejak saat itu aku seperti mempunyai beban, aku tidak bisa berfikir bebas, aku ingin menerima
tawaran menikah dengan nya tetapai sekolah ku tidak mengizinkan aku menikah sebelum resmi lulus dari
sekoalh itu. Saat itu aku memang sudah tidak mempunyai akal sehat, sampai aku melawan dengan kedua
orang tua ku dan keluarga ku. Mereka memberikan ku saran menikah sehabis aku lulus dari sekolah,
perlahan mereka akan membantu menyiapkan segala perlengkapan pernikahan ku. Tetapi di lain sisi Alfari
selalu mendesak ku, untuk menikah cepat, jika tidak Alfari ingin menikah dengan orang lain entah siapa itu
aku tidak tahu.

Aku selalu membayangkan bagaimana jika perkataan Alfari saat itu benar, sampai orang tua dari
Alfari sudah dating kerumah ku untuk menyampaikan niat baiknya. Ingat perkataan teman ku dahulu
semasa SD? Begini bunyinya, “nama nya juga orang Jawa, sekalinya bilang A ya sampai akhir tetap A” ya
begitulah istilah yang tepat untuk keluarga ku, mereka tetap kekeh untuk menikahkan ku saat aku benar
benar sudah lulus dari sekolah, artinya masi membutuhkan waktu beberapa bulan lagi untuk aku lulus
sekolah. Aku sangat pasrah akan keputusan itu, begitupun Alfari.

….

Setelah perdebatan tentang pernikahan ku saat itu, aku dan Alfari masi tetap menjalin hubungan
seperti biasa. Tidak ada yang mengganggu hubungan kami lagi saat itu, aku berfikir mungkin keputusan
Alfari saat mengajak ku menikah muda hanya keinginan sesaat. Tetapi ternyata tidak seperti itu, sebulan
terakhir masa ku di SMK hamper usai, aku di ajak Alfari untuk ke rumah nya, aku bertemu keluarga Alfari
disna. Dan apakah kalian tahu tujuan Alfari mengajak ku ke rumahnya? Alfari ternyata membahas
pernikahan lagi, tetapi beda versi, kali itu pembahasan yang disampai kan Alfari berhasil membuat benteng
kebahagiaan hancur.

….

Hari hari setelah bertemu Alfari terakhir kali saat itu sungguh tidak ada yang mengasyikan, benar
benar semua nya gelap, aku sudah tidak punya cahaya untuk menerangi jalan hidupku kembali, aku selalu
mengurung diri di kamar, semua keluarga berusaha untuk membuat aku bangkit. Kalian ingat di prolog ku
sebelumnya? Aku bertemu hari yang benar benar membuat dunia seakan hancur, hari dimana aku benar
benar jatuh dan lumpuh dalam segala hal. Hari dimana hanya ada air mata yang aku punya, kosong, gelap
tanpa cahaya. Ya, hari yang ku maksud di prolog yaitu hari saat Alfari memberi kabar bahwa dia akan
menikahi seseorang, bulan depan. Kalian penasaran siapa yang di nikahi Alfari? seseorang yang sangat ku
kenal, bahkan aku yakin kalian pun pasti mengenal perempuan itu.

Alma, dia menikahi Alma teman ku di MTS tempo dulu. Bagaimana bisa? Takdir mungkin, sampai
saat ini aku pun masi selalu meyakinkan bahwa semua takdir. Ya, walau kenyataannya aku masi tidak
percaya jika semua takdir. Mengapa tidak prcaya? Tentu saja bagiku, menikah itu pilihan takdir hanya
dijadikan alasan belaka dan kenyataan ke dua sampai hari ini saat aku menulis buku ini, aku masi belum
mempercayai bahwa perempuan yang bersamanya Alma.

….
Tahun sudah berganti, aku bisa kembali menjalani hidupku dengan kegembiraan lagi. Semua karna
keluarga dan teman teman terdekat ku saat itu, semua saling memberi support sehingga aku bisa terus
menjalani hari hari ku kembali. Entah apa jadinya, aku sekarang jika bukan karna keluarga dan teman
teman ku sat itu. Sampai akhirnya aku sedikit demi sedikit bisa menerima takdir yang tidak sesau
ekspetasiku, para ustd dan ustdz ku di pondok juga selalu memberikan ku support dan dukungan, aku
merasa beruntung sekali berada di antara kalangan orang orang baik saat itu.

Aku datang di acara pernikahannya? Tentu tidak, jujur saja aku tidak akan sanggup jika aku harus
datang langsung saat itu. Aku terlihat jahat? Biar saja bagaimana pendapat kalian tentang ku, tetapi itu
adalah jalan terbaik ku untuk bisa melupakan semuanya. Aku butuh waktu untuk melihat mereka kembali.
Jadi, maaf untuk kali itu aku menjadi perempuan jahat karna tidak hadir di acara bahagia mereka saat itu.

Setelah badai kesedihan berlalu, aku mulai bangkit dan mulai menjalani hidupku kembali. Lulus dari
SMK itu, aku tidak langsung kuliah. Karena, aku ingin sekali merasaka bagaimana bekerja. Aku bekerja di
salah satu pabrik di Cibinong. Selama 6 bulan aku bekerja di sana, kontrak kerja ku sudah habis. Akhirnya
aku mencoba melamar menjadi guru di salah satu PAUD terdekat dari rumah.

Ya, sampai sekarang aku bekerja di PAUD, sambil meneruskan pendidikan ku di UNIVERSITAS
PAMULANG mengambil jurusan matematika murni regular B. Aku sangat bersyukur dengan hidupku
sekarang, rasa ikhlas itu sudah aku rasakan di hati kecilku. Aku sudah tidak sakit melihat foto foto mereka,
bahkan jika harus berpapakan dengan mereka, aku sangat yakin hati ku sudah bisa menerima dengan
ikhlas tanpa rasa sakit.
Epilog

Manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan baik buruk nya rencana tersebut. Tidak ada
yang salah dengan menyukai seseorang, tetapi sebelum kalian menyukai seseorang tolong sayangilah diri
kalian terlebih dahulu. Dari cerita ku kali ini, aku harap bisa memberi reverensi kepada kalian semua.
Bahwa, jangan lah terlalu berharap kepada manusia karna beberapa manusia adalah ladang janji tanpa
bukti. Etss, bukan berarti semua manusia sama dengan Alfari ya … tetapi, kita harus tetap selalu berhati
hati dalam menaruh hati. Aku harap kalian bisa lebih bijak dan bertemu seseorang yang bisa menghargai
kalian.

Good bye….

Anda mungkin juga menyukai