'Silahkan turun duluan kak!' ucap salah satu dari mereka. Sekilas
kulihat mereka berdua tersenyum hangat ke arahku.
Aku pun membalas senyuman mereka dan segera beranjak turun dari
taksi. Tidak lupa pula ku ucapkan terimakasih kepada mereka. Adik
kelas yang baik, fikirku.
'Hai Dina, tumben telat?' sapa nita. Dari nada suaranya saja aku sudah
dapat memastikan kalau memang ada sesuatu yang sudah terjadi.
'Telat bangun, hehe. Ngapain kalian pagi-pagi sudah ngumpul disini?'
tanyaku mencoba mencari tahu.
'Din, udah buka facebook pagi ini?' tanya eny dan Ieya hampir
bersamaan.
Aku hanya menggeleng pelan. Kebingungan ku mulai mecuat
kepermukaan.
'Buka sekarang!!' perintah Ainah sambil menyerahkan handphonenya
kepadaku.
'Aku bawa Hp kho,' tolakku pelan.
Tanpa menunggu lama aku segera membuka akun facebook ku. Entah
karena apa, saat itu tanganku berubah menjadi lemas dan Hp ku pun
tanpa sadar terlepas dari tanganku. Duuppp, hatiku mulai merasa
terusik.
Icha yang melihat ponsel ku jatuh, segera mengambilnya. Aku hanya
diam sambil memperhatikan icha mengotak atik ponselku dengan
didampingi Ainah dan Ieya.
'Yap, sudah kuduga. Bukan cuma kita, tapi Dina juga..' ucap icha
setelah sekian menit terlewati.
Semua mata memandang ke arahku, bukan tatapan dingin yang
kudapat, melainkan tatapan kekecewaan mereka.
Aku mengernyitkan dahi. Apa yang terjadi?
'Ada apa?' tanyaku dan segera mengambil kembali ponselku dari
tangan icha.
'Kita hancur Din,' Eny akhirnya membuka suara.
Yahh, akhirnya aku mengerti maksud dari semua ini. Ku amati layar hp
ku dengan seksama seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja
aku lihat.
'Kita sudah tidak berteman dengannya di facebook. Kemungkinan kita
semua di blokir, karena satupun dari kita tidak ada yang bisa melihat
profilnya. Sepertinya dia benar-benar marah,' jelas Ainah.
'Tapi apa salah kita? Gak bisa dong dia seenaknya memutuskan tali
persahabatan secara sepihak begini,' Icha mulai tampak emosi.
Aku hanya diam dalam tundukanku. Hati kecilku merintih, berharap ini
tidak benar-benar terjadi.
Bel tanda jam pelajaran akan dimulai sudah dibunyikan. Aku pun
melangkah kembali ke kelas ku. Baru satu langkah kakiku masuk ke
dalam kelas, aku melihat tas nya sudah tidak ada di samping mejaku.
Baguslah kalau dia pindah duduk, bisik hatiku.
Gelak tawa teman-temanku yang duduk di barisan belakang
membuatku membalikkan badan, menoleh ke arah mereka. Kudapati
dirinya sedang berbaur dengan teman-teman yang lain. Kutatap tajam
wajahnya, sepertinya tidak ada rasa bersalah sedikitpun di sana.
Sebenarnya kau anggap apa kami ini?
Kami (aku, eny, nita, ieya, icha, ainah, ana dan mira) baru beberapa
bulan sepakat untuk membangun persahabatan. Tapi ternyata tidak
cukup hanya dengan kebersamaan agar persahabatan itu masih bisa
terjaga. Ketidakbisaan kami dalam mengendalikan ego, ternyata
mampu menghancurkan ikatan kami.
Tapi aku sadar, tidak ada gunanya menyesali apa yang telah terjadi.
Hidup masih berjalan dan tidak akan berhenti hanya karena masalah
seperti ini. Meski membutuhkan waktu yang tidak sedikit, aku yakin
aku dan sahabatku yang lain pasti bisa bangkit lagi. Mencoba
melupakan yang lalu dan memaafkan segala kesalahannya yang telah
membuat kami semua kecewa. Meskipun terkadang aku kembali
teringat kenangan yang menyakitkan itu, aku hanya menganggapnya
sebagai klimaks dalam cerita ku.
Aku dan yang lain mulai mencoba melepas semuanya dan memulai
yang baru. Semuanya serba baru. Dan yang terpenting kami akan
selalu mencoba untuk menerapkan rasa saling mengerti satu sama lain
agar persahabatan kami tidak lagi mengalami
perpecahan.