Anda di halaman 1dari 3

CERPEN

"PERPISAHAN DENGAN SAHABAT SEJATI "

Aku disini bukan untuk mengganggu waktumu,


Namaku Rania, aku hanya ingin berbagi cerita
kepadamu, tentang apa yang telah ku rasakan saat
itu, saat saat terakhir aku bergelar siswi SMP.

#####

Sinar mentari pagi minggu itu menerobos jendela


kamarku dan jatuh tepat di atas kelopak mataku.
Aku terbangun, meski setengah sadar, aku berdiri
untuk membuka tirai jendela, dan membiarkan
cahaya matahari itu sepenuhnya masuk ke dalam
kamar mungil bernuansa girly ku ini.

Aku melirik sebuah foto yang tergantung rapi di


samping jendela kamarku. Di dalam foto itu,
terdapat seorang remaja cewek dan seorang lagi
remaja cowok. Tampak kegembiraan dan
kebahagiaaan saat itu, membuat mereka lupa akan
masalah-masalah yang ada. Ya! itu aku, dan
cewek itu.. Huft! Dia sahabatku. Nur Aini
namanya. Aku tumbuh bersamanya, mengawali
hari bersamanya. Kami selalu bersama. Tak
terhitung suka dan duka yang telah kami lalui.
Meski ada pertengkaran kecil yang seringkali
terjadi akibat perselisih pahaman, kami selalu dapat
melerainya dengan tawa dan candaan. Dia lucu
dan suka melawak. Ia tak pernah gagal membuat
gelak tawaku muncul. Dia selalu menasihati saat
aku salah dan mensupport apa yang aku ingin dan
aku impi-impikan. Dia ada dan selalu ada.

Ah, sudahlah. Aku berjalan meninggalkan foto itu


tergantung. Balkon! Disanalah aku mencurahkan
segala isi hatiku. Tentang apapun.

“Krieekk”

Engsel pintu kaca kecil berbunyi. Ku tumpukan


siku ku ke pagar balkon, sambil memandang
padang rumput luas di hadapanku. Mulutku mulai
terbuka,

“Kuatkan aku menghadapi hari esok, Tuhan! Hari


yang akan membuat beribu butiran air mataku
jatuh. Kuatkan aku Tuhan.”

Kau pasti penasaran tentang hari yang ku


takutkan? Sebenarnya itu tak menakutkan, namun
mungkin aku terlalu lebay berkata bahwa hari itu
menakutkan. Hari Perpisahan.

#####

Aku siap, aku siap untuk melepasnya.


Aku pasti siap.
Aku berjalan ke dalam Aula sekolah. Ternyata
sudah banyak juga yang datang. Hampir semua
wajah mereka murung, entah apa yang ada di
pikiran mereka kala itu. Mataku mencari
seseorang, nah itu dia!

“Aini.” Teriakku lalu berlari kearahnya.


“Sudah siap untuk hari ini Ran?” Tanya nya
tersenyum.
“A..Ak..ku.. siap.” jawabku ragu, senyuman ku
memudar.
“Tak usah sedih, setiap pertemuan pasti ada
Perpisahan.”

Dia merangkulku masih terpasang senyum


menghiasi wajahnya. Aku kembali menarik sudut
bibirku, berusaha tersenyum.

“Aku mengerti.” balasku.

Ia menarik tanganku untuk duduk. Acara akan


dimulai, seperti ada berjuta kupu-kupu memenuhi
perutku saat itu. Aku merinding, jantungku
berdegup kencang. Aku menatap mata Aini.
Dia mengangguk pelan, memberiku kepastian. Aku
tersenyum. Sepanjang acara berlangsung, Aini
merangkulku dan menghiburku.

Tibalah penghujung acara, kami semua berdiri,


sudah ada yang menangis tersedu. Semua murid
murid SMP kelas 9 menyanyikan lagu Hymne
Guru. Disusul penampilan dari 2 orang siswi.
Mereka menyanyikan lagu Peterpan berjudul
Semua Tentang Kita. Air mataku mengalir saat itu.
Aku kembali menatap mata Aini dalam dalam.
Airmataku tak berhenti keluar, seperti tiada rem.
Aini membalas tatapan mataku.

“Sudahlah jangan menangis, tak ada gunanya


kau menangis.” katanya.
“Aku tak ingin kehilangan seorang sahabat
sepertimu.” aku menunduk.

Ia menaikkan wajahku, “Dengarkan aku Ran. Aku


ada untukmu, untuk menjagamu. Aku ada
untukmu, untuk melindungimu. Kau tak akan
kehilanganku Ran. Aku ada di dalam hatimu, aku
selalu ada disana. Aku menjagamu dari sana.
Zaman sudah canggih, kau bisa menghubungiku
nanti. Pasti, aku pasti kembali kesini, ke
hadapanmu Ran. Aku ingatkan, kau harus terus
bermimpi untuk meraih cita citamu walau aku tak
ada di sampingmu saat itu. Aku disana juga akan
berusaha meraih cita-citaku. Kau bisa, aku bisa,
kita bisa! Satu lagi, Jangan pernah terlintas di
pikiranmu, bahwa aku akan melupakanmu dan
mendapatkan sahabat yang lebih baik darimu. Ku
yakinkan, tak ada! Ingat, kita 3 tahun bersama, kau
tahu apa kelemahanku, kelebihanku, begitu juga
sebaliknya. Dari kecil kita sama, mengawali hari
bersama. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah
ada.”

Aku semakin menangis, ia begitu tahu, dan


mengerti isi hati terdalamku, dan apa yang aku
takutkan jika kami jauh. Aini memelukku erat,
aku tak mau lepas, aku ingin selalu dipelukannya.
“Ini hari terakhir aku disini, nanti malam aku sudah berangkat ke Jerman.” Katanya
lagi.
“Secepat itu kah, ai?” tanyaku memastikan.
“Maafkan aku Ran, aku tak tahu tentang ini.”
“Aku mengerti ai.”
“Terimakasih ran.”
“Jaga dirimu baik-baik di sana. Lanjutkan apa
yang kau impikan. Raih citamu, aku ada di dalam
hatimu, dan akan selalu tersimpan disana.”

“Jaga diri juga disini Ran, walau aku tak ada, kau
harus rajin. Aku support kau dari sana. Aku juga
tersimpan di dalam hatimu.”
“Ini, simpan baik baik, jika kau rindu aku, kau
cukup memutar video ini, aku ada disana.” Aku
menyerahkan setumpuk kaset video. Itu sudah
jauh jauh hari kusiapkan.
“Terimakasih, kau juga harus menyimpan ini,
putar saja kuncinya.” katanya sambil
menyerahkan pula sebuah kotak berwarna pink
muda. Aku menerimanya dengan senang hati.

Aku berjalan keluar dengan langkah pasti. Pasti


aku tidak akan melupakannya. Pasti aku akan terus
bermimpi dan meraih cita meski tak ada dia di
sampingku. Pasti aku akan bertemunya lagi suatu
saat nanti, ketika Aku dan Aini sudah menjadi
apa yang kami inginkan.

Kau Aini, akan selalu ada dan tersimpan di


dalam hati ini.
Aku Rania, akan selalu ada dan tersimpan di dalam
hati nya

Anda mungkin juga menyukai