Anda di halaman 1dari 5

Terima Kasih Cinta

Cerpen Karangan: Alda Febriana Oscar

Kategori: Cerpen Cinta Romantis

Lolos moderasi pada: 23 September 2018

Sebelumnya perkenalkan Namaku Syiffa Anasthasyya atau lebih akrabnya dipanggil Tasya. Kini aku
berumur 19 tahun dan sedang menjalani jenjang pendidikanku di Universitas Indonesia yang lebih
dikenal dengan UI fakultas kedokteran, Mengejar cita-citaku untuk menjadi seorang dokter.

Pagi ini aku terbangun, seperti biasa aku melakukan rutinitasku mulai dari membantu mama memasak di
pagi hari sampai berangkat kampus tak ada yang berbeda menurutku.

Berhubung hari ini tak ada dosen aku pulang terlebih dahulu, dengaan terburu-buru aku meninggalkan
tempatku merajut ilmu itu tiba-tiba saja “Bruggg…” aku menabrak seseorang dan bukunyaa berceceran.

“Maaf.. maaf” kataku sambil membantunya mengumpulkan buku-buku yang kini terhambur di lantai.

“Tasya…?” tanyanya. Aku mengangkat kepala meghadap ke wajahnya saat dia menyebut namaku.

“iya… Bagas..?” tanyaku memastikan.

Kulihat seperti wajah yang kukenal dan benar saja ia mengangguk pelan, aku segera berdiri sambil
menyondorkan buku-buku yang kini ada di genggamanku.

“Maaf gas, tadi aku gak sengaja” ucapku

“iya” balas bagas

“oh.. kalau gitu aku duluan ya!!” ucapku kemudian melangkah pergi, tapi tangannya menahanku.

“kamu mau ke mana Tas.. buru-buru banget? ngopi dulu yuk” ajaknya sambil melemparkan senyuman
manisnya, Senyuman yang sangat aku rindukan.
Aku segera membalas ajakannya dengan anggukan pelan yang mengisyaratkan iya, dan dia membalasnya
dengan senyuman lagi.

Bagas, dia sahabatku semasa aku masih menempuh pendidikan di sekolah menengah rumah kami
berdekatan dan hampir setiap harinya waktuku kuhabiskan dengannya entah mungkin kebersamaan itu
yang menimbulkan benih cinta di hatiku. Bayangkan sudah 7 tahun aku memendam perasaanku ini
padanya. sudah setahun ini kami tidak bertemu dan “rindu” itu adalah kata pertama yang ingin aku
katakan kepadanya.

“Gimana kabar Mama kamu?” tanyanya.

“baik..” jawabku singkat.

“dan kamu kecil..?” tanyanya sambil menggodaku seperti hal yang biasa ia lakukan beberapa tahun yang
lalu.

“iya, dan hentikan aku sudah besar sekarang” ucapku dengan melempar wajah jengkel kepadanya tapi
lagi-lagi ia hanya membalasnya dengan senyuman.

“bukankah sekarang saatnya kamu mengatakan aku merindukanku?” tanyanya mengejutanku aku
terdiam beberapa saat kemudian dia mulai angkat bicara.

“aku bercanda kecil…” katanya sambil mengacak acak rambutku yang terurai panjang dan diiringi dengan
tawa kecilnya yang mengejek itu.

Tidak terasa pulang cepatku hari ini gagal karena bagas, aku menghabiskan waktuku denganya hari ini
dan beberapa hari setelahnya juga. Tampaknya hubungan kaami kembali seperti sebelumnya saat masih
duduk di bangku sekolah.

Malam ini Bagas mengajakku ke ulang tahun salah seorang temannya dan aku menyanggupinya. Aku
menggenakan gaun berwarna biru muda dan berdandan sealami mungkin. Beberapa menit kemudian
Bagas datang menjemputku bahagianya rasanya saat ini. Aku berjalan menuruni tangga menghampirinya
dan Kami akhirnya berjalan menuju lokasi pesta.

Beberapa menit kemudian akhirnya kami smpai di lokasi pesta, pesta yang mewah dan sangat ramai
Melelahkan. Setelah berhasil melewati banyak orang akhirnya kami sampai, tiba-tiba seorang wanita
datang menghampiri kami dan langsung mencium kedua pipi Bagas, sontak saja hatiku terasa ingin
meledak menjadi serpihan-serpihan kecil, tapi segera kutepis dan kuaggap itu hanya sebagai salam biasa.

Sampai di puncak acara ini yang dari tadi ditunggu tunggu semua oraang bernyanyi lagu selamat ulang
tahun gadis yaang tadi mencium kedua pipi Bagas segera meniup lilin “Oh ternyata itu yang ulang tahun”
gumanku. Aku penasaran siapa orang pertama yang akan ia berikan potongan cake itu “Bagas..”
panggilnya semua orang terdiam dan dengan santainya Bagas maju ke depan menerima potongan cake “I
Love you Bagus” ucap gadis itu. Tiba tiba Hatiku terasa pecah menjadi ribuan bagian perasaanku hancur
berkeping-keping. Orang-orang bersorak ramai sedaangkan Bagas masih berdiri dengan senyum
manisnya yang kukagumi itu menatap gadis yang baru saja melakukan pengakuan kepadanya, Aku tak
sanggup melihatnya.

Aku pergi meninggalkan kerumunan orang dengan air mata yang bercucuran berjalan entah tak tahu
arah, karena yang aku tahu sekarang hanya satu aku sakit. Perasaanku mengatakan 7 tahun sudah cukup
lama bagiku menyembunyikan perasaan ini. Aku berhenti di sebuah bangku sambil terus terisak, aku
ingin berhenti tapi hatiku mengatakan “jangan ini saatnya untukmu melepaskan seluruh bebanmu” Dan
tampaknya semesta mengerti perasaanku diturunkannya hujan karena itu yang aku butuhkan saat ini Tak
peduli dingin “aku tak peduli” ucapku pada diriku sendiri yang terus menagis.

“Tasya..” sebuah suara yang aku kenal Bagas, yaah dia Bagas dia datang dia yang baru saja memporak-
poradakan hatiku. tapi aku tak memedulikannya lagi kutepis tangannya yang hendak memakaikan aku
jaket “mungkin aku terlihat menyedihkan” kataku di dalam hati. aku melangkah meninggalkannya
menuju tempat yang jauh untuk menata hatiku kembali.

“Tasya.. kamu gak papa?” tanyanya sambil menahan gerak langkahku dengan tangannya, “bodoh”
pertanyaan macam apa itu kutukku di dalam hati.

“I’m Okey,” jawabku berbohong tampa menatap matanya kulepas gengamannya kulanjutkan langkahku.
tapi, lagi-lagi langkahku terhenti

“Aku tahu kamu menyukaiku” ucapnya dari kejauhan yang hampir saja tidak terdengar karena derasnya
hujan.

“Dan aku juga menyukaimu” lanjutnya

“Untuk apa lagi kamu mengatakannya….” jawabku


“Untuk apa?? tentu saja untuk memberitahumu bahwa perasaamu itu terbalas” ucapnya dengan suara
yang sedikit berteriak

“Berhenti menyiksaku, aku lelah. Aku baru saja ingin menata hatiku” ucapku dengan nada sedikit terisak

“maafkan aku.. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. aku sangat menyayangimu sejak awal. kamu salah
paham” ucap panjang lebar tapi tak pernah aku pedulikan aku tak ingin melihatnya.

“Baiklah kalau kamu marah padaku aku tahu, dan aku tahu kamu butuh waktu. aku akan pergi
tenangkanlah fikiranmu tapi jangan di sini jangan di bawah hujan ini. Jangan sakit karena itu akan
menyakitiku juga. Aku mencintaimu Tasya” ucapnya membuatku semakin terisak.

Dia berbalik pergi dan sekarang aku yang mengejarnya. kupeluk ia dari belakang kemudian dia berbalik
memelukku aku membenamkan tubuhku didalam pelukannya. Ini pertama kalinya aku merasa hangat
sejak hujan mengguyurku tadi.

“Aku mencintaimu” bisiknya di telingaku yang membuat aku terasa ingin melayang atau bahkan ingin
meleleh seperti lilin yang dibakar. Ia mengecup keningku daan sekarang aku membalasnya kubisikkan
kata yang telah lama aku pendam di dalam hatiku “Aku juga mencintaimu dan sangat-sangat
mencintaimu” ucapku lirih

“Terima kasih Hujan” ucapku di dalam hati “Terima kasih karena sudah menjadi saksi”

Bagas mengeringkan rambutku yang basah dengan handuk, dan aku merasakan kehangataannya.
Kutatap wajah yang telah kukagumi sejak 7 tahun yaang lalu yang kini menjadi milikku sambil tersenyum.

“Sebesar itukah rasa cintamu kepadaku?” tanyanya yang ternyata dari tadi memperhatikanku.

“Tidak lebih besar lagi” jawabku meyakinkan

Kini dia tersenyum menatapku, dikecupnya keningku aku tersenyum menatapnya.

“lalu siapa wanita itu?” tanyaku penasaran

“kenapa kamu cemburu??” dia kembali bertanya

dengan malu-malu aku mengaangguk.

“Arghhh ternyata si kecil cemburu…” ledeknya


“dia temanku dia menyukaiku tapi aku memilihmu”

lanjutnya sambil menatapku dengan senyum yaang kini menjadi milikku, aku merundukkan kepalaku
menyembunyikan wajahku yang kini berubah menjadi merah seperti kepiting rebus karena malu.

“Aku mencintaimu” ucapnya lagi

Arghh mungkin aku akan gila setiap kali mendengarnya.

“Will you marry me??” ucapnya Aku mendongakkan kepalaku melihatnya dengaan ekspresi terkejut yang
tidak bisa dijelaskan lagi bagaimana bentuknya.

“Aku serius… bagaimana??” lanjutnya

Dengan malu malu aku mengaggukan kepala yang mengisyaratkan iya. Rasanya aku benar-benar ingin
terbang saat ini juga.

“Ayo pulang” ajaknya. Benar aku sampai lupa bahwa dari tadi kaami berteduh di dalam mobil Bagas.
Bagas menyalakan mesin kemudian memacu gas untuk pulang dan pergi menemui masa depan yang
telah lama aku rindukan.

End

Nama:Nurul Hayati Ayu Mulyani

No. :21

Kelas :IXA

http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-romantis/terima-kasih-cinta-4.html

Anda mungkin juga menyukai