Anda di halaman 1dari 2

Muhamad Dika Erlangga

XI-MM
Bahasa Indonesia

PERSAHABATAN

Apa yang tengah kualami benar-benar sulit. Sulit akan rasa yang hadir menelusup hingga hati
terdalamku. Saat ini, kita telah lalui banyak hal bersama-sama, selalu bersama, sumpah
persahabatan selalu dengan bangga kita ikrarkan. Tapi, aku menganggap hubungan ini sama
sekali berbeda. Adakalanya segala hal yang menyangkut tentangmu, saat bersama denganmu,
terutama, saat menatap matamu adalah suatu hal yang sangat berharga bagiku.

sahabat kecilku. Baik serta mandiri dan juga kepribadian yang menyenangkan, maka tidak heran,
banyak yang tertarik padamu takterkecuali aku. Kau takkan pernah tau, mengerti apa yang telah
kualami, hingga pagi ini.

Pagi itu aku masih ingat, ada seorang anak laki-laki yang diam dan termenung setelah ia bangun
dari tidurnya. Ia sama sekali tak melakukan apapun, kecuali terdiam dan melamun dan hanya
bersandarkan pada bantal yang Ia tumpuk.

Kecamuk dalam diriku, jelas mengusikku kini. Aku beranjak menuju cermin besar di dinding
kamarku, berdiri terpaku di depannya. Lalu memejamkan mata sambil berusaha mencari sesuatu
di sana. Namun justru tatapanmu yang kurasakan nyata hadir di depanku. Membuatku sontak
kembali membuka mata.

Aku dan Kamu...

Seberapa jauhkah jarak kita?


Seberapa hinakah aku dengan semua ini?
Normalkah aku dengan perasaan ini?

Seribu tanya membayang, mengambang dan membentang... serta membuatku gamang.


Aku kembali menemukanmu di cermin itu..
Kuteliti wajahmu, tiap lekuknya...

Sampai pada akhirnya, Ia mengeluarkan kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Tetapi
pandangannya masih kosong. “Hari ini aku ingin kemakam dia. Aku benar-benar rindu dengan
semua kenangan bersama dia.”

Sambil ia membersihkan diri dan berpakaian rapih dan juga langsung menuju kemeja makan
untuk sarapan pagi, sambil ia berfikir “ aku ingin sekali bertemu dia , rindu dengan kenangan
terakhir bersama dia. tunggu aku teman, aku akan menemuimu”.

Menuju pemakaman ia sambil menangis dan berbisik dalam hati “Aku ingin membenci
kehidupan ini, tetapi aku tidak bisa. Karena masih ada orang yang mencintaiku dengan tulus.
Aku sadar, kejadian waktu itu yang seharusnya tidak terjadi padamu tetapi allah berkata lain”.
Perlahan air mata pun menetes.

Sampainya dipemakaman dengan keadaan matahari yang tak menampakkan sinarnya. Hujan
turun dengan perlahan, membasahi kota dan menyapa orang-orang yang bersiap-siap untuk
beraktivitas. Ia pun berjalan menuju pemakaman sahabatnya. Tangannya memegang payung dan
membawa keranjang berisi bunga-bunga yang masih harum dan segar.
Hal itu cukup mengusikku, hingga saat ini ku berdiri kaku di depan pemakamanmu,
Memandang pemakamanmu yang secara tidak mungkin, tapi pikiranku sama sekali bukan ke
tempat itu. Bahkan, hingga detik ini aku masih bertanya-tanya, “kenapa ini semua terjadi?,
salahkah aku dengan semuanya ini?” sambil meratapi semua yang telah terjadi.

“Selamat pagi temanku. Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?”

“Oh ya, kemarin aku datang ke rumahmu untuk pengajian. Tak terasa sudah seratus hari engkau
meninggalkanku. Tapi aku masih ingat betul kenangan kita saat tertawa bersama di kelas, belajar
bersama di rumahmu, dan saat kita pergi ke puncak. Benar-benar kenangan yang indah. Tapi,
aku tak mau mengingat-ingat lagi kejadian tragis yang memisahkan kita di puncak itu.”

“Hmm.. Kau tahu? Aku sangat rindu padamu, Akhir-akhir ini kau sering muncul dalam
mimpiku. Mungkin kau juga rindu padaku ya?”

“Oh ya, sekarang aku sudah menjadi murid SMK UT PGII. Teman-teman kita juga banyak yang
masuk sekolah favorit lainnya, bahkan ada juga yang mendapatkan beasiswa. Aku senang
mendengar kabar itu. Kuharap engkau juga turut bahagia mendengarnya.”

“Sebenarnya Aku tidak rela jika harus meninggalkan mu, karena kamu lah yang selalu
memberikan ku apa arti sahabat yang sebenarnya.” Sambil mengusap airmatanya yang menetes.
“Oke. aku sadar, hidup sudah ada yang ngatur dan ku harap kamu bahagia disana”.

“Oh, sudah waktunya aku pergi. sahabatku, aku pergi dulu ya. Lain kali jika ada waktu lagi, aku
akan menyempatkan diri untuk mengunjungimu. Selamat pagi sahabtku, aku merindukanmu.

Dalam hati sambil berbisik “aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua.
Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang mu
sahabatku.” Sambil meneteskan airmata “istirahatlah yang tenang sahabatku, aku akan selalu
berdoa untukmu dan ku harap kamu tidak akan pernah melupakanku”.

Diperjalanan dengan hati sedih tetapi ia tidak boleh lemah, karna ia tau apa arti hidup dan
persahabatan, jika ia terus menerus dalam keadaan sedih maka akan membuat sahabatnya
menjadi tidak tenang disana.

Sampai disekolah dengan ekspresi wajah yang tidak memikirkan beban ia pun menjalani
semuanya dengan sebaik mungkin dan dengan teman- teman kelasnya yang memiliki sifat tidak
jauh dengan sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai