Anda di halaman 1dari 7

Nama:Fawwaz Atha Dzakwan

Kelas:XI IPA 6

BANGKIT

Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai


hilangoleh kesunyian malam. Aku berjalan menyusuri lorong malam
sepi nan gelap.Cahaya bulan malam ini begitu indahnya. Hari ini benar-
benar hari yangmelelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus
sekolah. Hari ulang
tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di
kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik yang
menyebalkan. Teman-teman yangkonvoi merayakan kemenangan,
sedang aku?

Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam


berhembusmenebarkan senyumku walau sakit dalam hati mulai
mengiris. Sesekali akumenghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi.
Sakit memang putus cinta.

Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata


terakhirnya yangtergiang-ngiang merobek otak ku.

“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi
begini sajakah
caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta
suci in
i.”
beberapa kata yang sempat masuk ke hpku, di ikuti telpon yang sengaja
ku matikankarena kesal atau muak.

Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.

“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta
duitnya..”
seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak
beraturan,

Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya


terdiam
tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingk
u dan
menyerahkan padanya. “ini ambil s
emua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin
mati…!” Aku melemparkan tas ke hadapannya yang di sambut dengan
senyum picik
dan iapun menghilang di gelapnya malam.

Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air
suangai yang mengalir airnya deras.Di sini di atas jembatan tua ini.
Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap langit yang
bertabur bintang,rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang.
Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan
dan berdiri bebas. Menutup
mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan
terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?

Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik


baju ku danmenampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya

“ini uang dan tas mu…!! Aku tak b


utuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada
melihat wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan
tasku di
atas tanah

Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri
tanggaturun. Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran
denganku, di sekujurtubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus sekali. Ia
berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.

“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya


terdiam
membis
u”. Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri
pergi
dari sini.

“kenapa kamu menamparku..?

Kenapa kamu menolongku?


Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencap
akankudengan tuduhan yang tak jelas, aku memul
ai pembicaraan”.

Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa
kamu akanterdiam atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia
balik menatapkutajam. Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat
ia bicara “maafkan aku..?
Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu terlalu lemah, masalah
apapun
jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari kita merasakan hal
yang sama? Ia berkata sembari mengulurkan tangannya yang ternyata c
uma 2 jari yang utuh, Akumulai merinding karena sedikit takut.
Sehingga aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena
persaingan. Hidup
di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar,
bahkan untuktertidur saja itu sulit. Harus rela kedinginan, Di gigit
nyamuk dan tempat ku tertidurhanya di emperan toko, Dan kalau sudah
penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harusmencari tempat lain yang
menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu.
Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong s
ampah sudahmembusuk karena hujan kemarin, Biasanya aku mencari
secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa lapar tak
akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari
saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”
Ia terdiam danmengalihkan pandanganya luas menembus angkasa,
langit malam ini. Aku hanyaterdiam terpaku dengan mulut terbuka,
betapa aku tak percaya setengah mati.Bagaimana mungkin seandainya
sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahirdari keluar
sederhana namun penuh kehangatan, uang bukan masalah, aku
hanyameminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya, semuanyacukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian,
itu nafsu sesaat, Aku memang memilikisegalanya tapi tidak dengan
cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpakebersaman kita mati.
Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menariktangan dan
menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit
risihkarena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan hangat.
Ia tersenyummemamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc
umum. Aku menyerahkan tas
ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku
banyak alasan
hari ini, kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan
nanti, bukankahhidup harus tetap di jalani. Aku sadar masih punya
segalanya, bodoh sekali cumakarena cinta semangatku hilang, belum
tentu ia jodohku, belum tentu ia juga
memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga
meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit
yangmenampakan bintang-bintang kecil yang berkelip dengan jenaka,
seakan hari ini takakan berlalu.

Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku


dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya, sementara di belakang
nya orang tua danadikku yang berdiri di samping mobil, kami saling
terdiam untuk beberapa saat ia
memulai.“maafkan aku sayang, ternyata aku yang salah menilaimu,
makasih ya?,
sudah membuat hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan
bunga dengansebuah diary usang punyaku, yang entah dari mana ia
mendapatkannya. Tapidisinilah aku bisa menulis menitikan setiap
masalah, rasa banggaku atas kekasihkuini. Aku memeluk erat tubuhnya
lama kami terdiam di iringi tangis dan canda

menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku tersenyum senang. Aku


mengajakkekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang
yang
mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur.Kami menapaki ja
lan tangga dan meliriksekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak
berbekas? Kami turun dan kamipergi ke mall bersama orang tua dan
adik ku untuk merayakan ulang tahunku.

Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan
berartikehangatan ini harus berakhir

Tamat

1.

Unsur Intrinsik cerpen


„„Bangkit‟‟

1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan


2.Latar:

-Waktu : Malam hari

Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.-Tempat : di pinggir


jalan dan di atas jembatan

Bukti :
„Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. „


Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-
sepoi menyerang tubuh ku‟.

-Suasana : Sunyi sepi

Bukti : „Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.‟

3. Alur : Maju

-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan


latardan masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat
penyelesaian konflik.

4.Penokohan :

- Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu mengeluh

Bukti :

„Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.‟

„Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku


mendapatkannya.‟

-Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup

Bukti :

„seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak
beraturan‟

„Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh


nyali besar, bahkan
untuk tertidur saja itu sulit.‟

5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.

-
Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh
utama dan
mengisahkan tentang dirinya sendiri.

6. Nilai :

-Nilai Moral : Saat toko


h „aku‟ menyadari selama ini
hanya meminta tanpa pernahtahu bagaimana orang tuanya
mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur denganapa yang telah kita
miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih banyak
orang yang kekurangan.

-Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di jalanan


yang keras. Dikehidupan nyata banyak orang yang melakukan apapun
untuk berjung hidup. Kitaharus berjuang mempertahankan hidup di
dunia yang keras ini.

-Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamat


kan tokoh „aku‟ yang akan terjun
dari jembatan. Banyak orang yang membutuhakan bantuan kita saat
menghadapimasalah kita seharusnya membantu mereka tidak
membiarkannya.

7.Amanat :

a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.

b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.

c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan kadang


dibawah.

d. Jangan lari dari permasalahan.

e. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.


f. Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit

2.

Unsur Ekstrinsik cerpen “Bangkit”

1. Latar Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai berbagai reaksi


masyarakattsaat mereka gagal dan berputus asa. Dalam cerpen ini
penulis inginmenginspirasi/memotivasi orang-orang dalam menghadapi
kerasnya hidup melaluiceritanya.

2. Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa kejadian ini banyak ditemui


dimasyarakat. Banyak orang yang bunuh diri karena putus asa maka
penulismenggambarkan situasi tersebut dalam sebuah cerpen.

3. Masyarakat pembaca : Pembaca dapat mengambil hikmah dari cerpen


ini karenacerpen ini mengandung masalah-masalah yang ada di
masyarakat dan masih banyakorang yang memiliki masalah yang sama
dengan cerpen ini

Anda mungkin juga menyukai