Kelas:XI IPA 6
BANGKIT
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi
begini sajakah
caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta
suci in
i.”
beberapa kata yang sempat masuk ke hpku, di ikuti telpon yang sengaja
ku matikankarena kesal atau muak.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta
duitnya..”
seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak
beraturan,
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air
suangai yang mengalir airnya deras.Di sini di atas jembatan tua ini.
Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap langit yang
bertabur bintang,rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang.
Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan
dan berdiri bebas. Menutup
mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan
terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri
tanggaturun. Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran
denganku, di sekujurtubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus sekali. Ia
berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa
kamu akanterdiam atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia
balik menatapkutajam. Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat
ia bicara “maafkan aku..?
Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu terlalu lemah, masalah
apapun
jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap hari kita merasakan hal
yang sama? Ia berkata sembari mengulurkan tangannya yang ternyata c
uma 2 jari yang utuh, Akumulai merinding karena sedikit takut.
Sehingga aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena
persaingan. Hidup
di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar,
bahkan untuktertidur saja itu sulit. Harus rela kedinginan, Di gigit
nyamuk dan tempat ku tertidurhanya di emperan toko, Dan kalau sudah
penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harusmencari tempat lain yang
menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu.
Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di tong s
ampah sudahmembusuk karena hujan kemarin, Biasanya aku mencari
secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa lapar tak
akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari
saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”
Ia terdiam danmengalihkan pandanganya luas menembus angkasa,
langit malam ini. Aku hanyaterdiam terpaku dengan mulut terbuka,
betapa aku tak percaya setengah mati.Bagaimana mungkin seandainya
sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahirdari keluar
sederhana namun penuh kehangatan, uang bukan masalah, aku
hanyameminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya, semuanyacukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian,
itu nafsu sesaat, Aku memang memilikisegalanya tapi tidak dengan
cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpakebersaman kita mati.
Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menariktangan dan
menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit
risihkarena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan hangat.
Ia tersenyummemamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc
umum. Aku menyerahkan tas
ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku
banyak alasan
hari ini, kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan
nanti, bukankahhidup harus tetap di jalani. Aku sadar masih punya
segalanya, bodoh sekali cumakarena cinta semangatku hilang, belum
tentu ia jodohku, belum tentu ia juga
memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga
meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit
yangmenampakan bintang-bintang kecil yang berkelip dengan jenaka,
seakan hari ini takakan berlalu.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan
berartikehangatan ini harus berakhir
Tamat
1.
Bukti :
„Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. „
„
Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-
sepoi menyerang tubuh ku‟.
3. Alur : Maju
4.Penokohan :
Bukti :
Bukti :
„seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak
beraturan‟
-
Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh
utama dan
mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Nilai :
7.Amanat :
2.