Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BAHASA INDONESIA

BAB 4

"MENELADANI KEHIDUPAN DALAM CERITA PENDEK"

KELOMPOK 1

DISUSUN

OLEH:

1.AGUNG PUTU DARMAWAN

2.ANGGI SETIAWAN

3.ANDE CHELSEA

4.VIRNA DWI PRATIWI

5.WAHYU ASOVINA

KELAS: XI MIA 2

GURU MATA PELAJARAN: CITRA WIJAYANTI,S.Pd

SMA KARYA 45 BANGUNREJO

TAHUN AJARAN 2022/2023


"BANGKIT"
Cerpen Karangan: Alfred Pandie

Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip


mulai hilang oleh kesunyian malam. Aku berjalan menyusuri
lorong malam sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu
indahnya. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Konflik
dengan orang tua karena tidak lulus sekolah. Hari ulang tahun
yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di
kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik yang
menyebalkan. Teman-teman yang konvoi merayakan
kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam
berhembus menebarkan senyumku walau sakit dalam hati mulai
mengiris. Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa
permisi. Sakit memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata
terakhirnya yang tergiang-ngiang merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku,
jadi begini sajakah caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak
menyesal menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat
masuk ke hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena
kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang
sakit.“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget
boleh aku minta duitnya..” seorang pemabuk dengan botol bir di
tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan, Ia mengeluarkan
sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak
berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di
sampingku dan menyerahkan padanya. “ini ambil semua.. Aku
tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan
tas ke hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan
iapun menghilang di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri
menatap air suangai yang mengalir airnya deras.Di sini di atas
jembatan tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku
berdiri menatap langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada
yang penting bagiku sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan
menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan tinggal
beberpa senti lagi aku akan terjatuh. Aku perlahan mengangkat
kaki kananku dan…?

Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi,


menarik baju ku dan menampar pipiku kuat, keras sekali
tamparannya“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih
baik mati kelaparan dari pada melihat wanita lemah sepertimu” ia
menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas tanah dan ia
berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri
tangga turun. Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata
seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan
tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan.
Sesekali menatap langit dan menghapus air matanya.“boleh aku
berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam
membisu”. Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia
akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..? Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun
mencapakanku dengan tuduhan yang tak jelas, aku memulai
pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di
hatiku. “apa kamu akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”.
Aku melihatnya dan ia balik menatapku tajam. Aroma alkohol
dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara “maafkan aku..?
Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu terlalu lemah,
masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap
hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari
mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari yang utuh, Aku
mulai merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas
uluran tangannya. “kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong
oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini,
hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk
tertidur saja itu sulit. Harus rela kedinginan, Di gigit nyamuk dan
tempat ku tertidur hanya di emperan toko, Dan kalau sudah
penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus mencari tempat lain
yang menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu. Aku
butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di
tong sampah sudah membusuk karena hujan kemarin, Biasanya
aku mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku
telan, rasa lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari saat
membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”Ia
terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa,
langit malam ini. Aku hanya terdiam terpaku dengan mulut
terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimana
mungkin seandainya sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang
terlahir dari keluar sederhana namun penuh kehangatan, uang
bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu
bagaimana orang tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi
ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang
memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang
kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita mati. Terutama
pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik tangan dan
menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit
risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan
hangat.
Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau
wc umum. Aku menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku tak
mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini,
kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti,
bukankah hidup harus tetap di jalani. Aku sadar masih punya
segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang,
belum tentu ia jodohku, belum tentu ia juga memikirkan hal yang
sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga meninggalkan
ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit yang
menampakan bintang-bintang kecil yang berkelip dengan jenaka,
seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di
depanku dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya,
sementara di belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di
samping mobil, kami saling terdiam untuk beberapa saat ia
memulai.“maafkan aku sayang, ternyata aku yang salah
menilaimu, makasih ya?, sudah membuat hidupku lebih berharga
karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary usang
punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi
disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa
banggaku atas kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama
kami terdiam di iringi tangis dan canda menghiasi malam,
sementara kedua orang tuaku tersenyum senang. Aku mengajak
kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang yang
mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur.Kami
menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun
sosok itu hilang tak berbekas? Kami turun dan kami pergi ke mall
bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi
bukan berarti kehangatan ini harus berakhir
Tamat
1.Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek diatas adalah


sebagai berikut:
1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
2.Latar:
 Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
 Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti : ‘Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku
yang sakit. ‘
‘ Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang
tubuh ku’.
 Suasana : Sunyi sepi
Bukti : ‘Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan
gelap.’
3. Alur : Maju
 Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari
pengenalan latar dan masalah sampai ke konflik dan di
akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.Penokohan :
 Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu
mengeluh
Bukti :
‘Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.’
‘Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya.’
 Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya
hidup
Bukti :
‘seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan
jalan yang tak beraturan’
‘Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan
penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit.’
5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai
tokoh utama dan mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Nilai :
 Nilai Moral : Saat tokoh ‘aku’ menyadari selama ini hanya
meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuanya
mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur dengan apa
yang telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna
diluar sana masih banyak orang yang kekurangan.
 Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup
di jalanan yang keras. Di kehidupan nyata banyak orang
yang melakukan apapun untuk berjung hidup. Kita harus
berjuang mempertahankan hidup di dunia yang keras ini.
 Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamatkan tokoh
‘aku’ yang akan terjun dari jembatan. Banyak orang yang
membutuhakan bantuan kita saat menghadapi masalah kita
seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.

7.Amanat :
a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.
b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan kadang
dibawah.
d. Jangan lari dari permasalahan.
e. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
f. Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit

2.Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik yang terdapat dalam cerita pendek diatas adalah
sebagai berikut:
1. Latar Belakang Kepengarangan Penulis : Penulis menjumpai
berbagai reaksi masyarakatt saat mereka gagal dan berputus asa.
Dalam cerpen ini penulis ingin menginspirasi/memotivasi orang-
orang dalam menghadapi kerasnya hidup melalui ceritanya.
2. Keyakinan Penulis : Penulis yakin bahwa kejadian ini banyak
ditemui di masyarakat. Banyak orang yang bunuh diri karena
putus asa maka penulis menggambarkan situasi tersebut dalam
sebuah cerpen.
3. Masyarakat pembaca : Pembaca dapat mengambil hikmah dari
cerpen ini karena cerpen ini mengandung masalah-masalah yang
ada di masyarakat dan masih banyak orang yang memiliki
masalah yang sama dengan cerpen ini.

Anda mungkin juga menyukai