Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Program Studi:
Fakultas:
Ilmu Pendidikan
JOMBANG
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
BANGKIT
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai
hilang oleh kesunyian malam. Aku berjalan menyusuri lorong malam
sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu indahnya. Hari ini benar-
benar hari yang melelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus
sekolah. Hari ulang tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda
motor yang terpaksa di kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si
adik yang menyebalkan. Teman-teman yang konvoi merayakan
kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam
berhembus menebarkan senyumku walau sakit dalam hati mulai mengiris.
Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi. Sakit
memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata
terakhirnya yang tergiang-ngiang merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi
begini sajakah caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal
menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat masuk ke hpku, di
ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta
duitnya..” seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan
yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya
terdiam tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di
sampingku dan menyerahkan padanya. “ini ambil semua.. Aku tak butuh
semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke
hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang
di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri
menatap air suangai yang mengalir airnya deras.Di sini di atas jembatan
tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap
langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku
sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri
bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh.
Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik
baju ku dan menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan
dari pada melihat wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan
melemparkan tasku di atas tanah
Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri
tangga turun. Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran
denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus sekali. Ia
berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya
terdiam membisu”. Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan
ia akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun
mencapakanku dengan tuduhan yang tak jelas, aku memulai
pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa
kamu akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia
balik menatapku tajam. Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia
bicara “maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu
terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah
setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari
mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari yang utuh, Aku mulai
merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas uluran
tangannya. “kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman
karena persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin
dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit. Harus rela
kedinginan, Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan
toko, Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus
mencari tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas
mu. Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di
tong sampah sudah membusuk karena hujan kemarin, Biasanya aku
mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa
lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari saat membuka mata
yang anda ingat hanya perut dan perut.”Ia terdiam dan mengalihkan
pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini. Aku hanya
terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah
mati. Bagaimana mungkin seandainya sekarang aku berada di posisi ini?
Aku yang terlahir dari keluar sederhana namun penuh kehangatan, uang
bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang
tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan
kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang memiliki segalanya tapi tidak
dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita
mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik
tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski
sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan
hangat. Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau
wc umum. Aku menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku tak
mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku
harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup
harus tetap di jalani. Aku sadar masih punya segalanya, bodoh sekali
cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku, belum
tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari
menuruni tangga meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap
kembali langit yang menampakan bintang-bintang kecil yang berkelip
dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di
depanku dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya, sementara di
belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di samping mobil, kami
saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai.“maafkan aku sayang,
ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat
hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah
diary usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi
disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku atas
kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi
tangis dan canda menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku
tersenyum senang. Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk
mengenalkan pada orang yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya
arti bersyukur.Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan
mencari namun sosok itu hilang tak berbekas? Kami turun dan kami pergi
ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan
berarti kehangatan ini harus berakhir
Tamat