Anda di halaman 1dari 12

Analisis Strukturalisme Dalam Cerpen Bangkit

Disusun Oleh:

Muhammad Ilhans Maulana (2197184014)

Dosen Pengampu:

Alfian Setya Nugraha, S.S., M.Hum.

Program Studi:

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas:

Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

JOMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt yang telah


memberikan rahmat hidayah serta nikmat-Nya kepada
seluruh umat dan mahluk-Nya sehingga pada kesempatan
kali ini saya bisa menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra.

Shalawat serta salam akan senantiasa tercurahkan kepada


Nabi Muhammad saw, yang telah membimbing kita ke
jalan yang benar.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan


dorongan baik  berupa materi maupun moral dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih banyak kepada
Bapak Alfian Setya Nugraha, S.S., M.Hum selaku Dosen
Pengampu kami yang telah memberikan ilmunya kepada
kami semua.

Saya menyadari bahwasannya makalah saya ini masih jauh


dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Untuk
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai acuan saya untuk
memperbaiki dalam penyusunan makalah selanjutnya..
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

1.2     Rumusan Masalah

1.3     Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1     Sinopsis cerpen Bangkit

2.2     Unsur Intrinsik Cerpen Bangkit

2.3  Unsur Ekstrinsik Cerpen Bangkit

BAB III PENUTUP

3.1     Simpulan

3.2     Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra


berbentuk prosa dengan kisahan yang pendek dengan
kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu
situasi. Cerpen terbangun dari dua unsur, yaitu unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen
meliputi tema, amanat, latar, sudut pandang, tokoh,
penokohan, dan diksi. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen
meliputi nilai sosial, pilitik, biografi pengarang dll. Cerpen
merupakan potret kehidupan nyata yang disajikan oleh
pengarang melalui cerita. Oleh karena itu, dengan
mengapresiasi cerpen kita akan mendapat pengalaman
hidup, termasuk nilai positif watak di dalamnya.

Mengapresiasikan cerpen ada banyak sekali


macamnya, salah satunya adalah dengan cara menganalisis
unsur pembangunnya, baik unsur intrinsik maupun unsur
ekstrinsik. Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur –
unsur pembentuk karya sastra, khususnya fiksi, pada
umumnya kegiatan itu disertai oleh kegiatan analisis.

Selain itu, dalam melakukan pengkajian sebuah


karya sastra, khususnya fiksi kita hendaknya melakukan
pengkajian dengan menggunakan teori – teori pengkajian
fiksi. Ada beberapa teori yang dapat digunakan dalam
melakukan pengkajian karya sastra yang berupa fiksi.
Misalnya teori struktural, teori semiotik, teori psikologi,
teori sosiologi, dan lain – lain. Dalam makalah ini akan
membahas mengenai bentuk pengkajian fiksi yaitu cerpen
dengan menggunakan teori strukturalisme.
1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat


dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

1.      Bagaimana tokoh dan penokohan pada cerpen


Bangkit ?

2.      Bagaimana penggunaan gaya bahasa yang terdapat


pada cerpen Bangkit ?

3.      Apa amanat yang terkandung di dalam cerpen


Bangkit ?

1.3    Tujuan

1.      Mengetahui tokoh dan penokohan yang ada dalam


cerpen Bangkit.

2.      Mengetahui gaya bahasa yang digunakan dalam


cerpen Bangkit.

3.      Dapat mengambil amanat yang terkandung di dalam


cerpen Bangkit.
BAB II

PEMBAHASAN

BANGKIT
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai
hilang oleh kesunyian malam.  Aku berjalan menyusuri lorong malam
sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu indahnya. Hari ini benar-
benar hari yang melelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus
sekolah. Hari ulang tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda
motor yang terpaksa di kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si
adik yang menyebalkan. Teman-teman yang konvoi merayakan
kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam
berhembus menebarkan senyumku walau sakit dalam hati mulai mengiris.
Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi. Sakit
memang putus cinta.
 Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata
terakhirnya yang tergiang-ngiang merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi
begini sajakah caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal
menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat masuk ke hpku, di
ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta
duitnya..” seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan
yang tak beraturan,
 Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya
terdiam tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di
sampingku dan menyerahkan padanya. “ini ambil semua.. Aku tak butuh
semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke
hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang
di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri
menatap air suangai yang mengalir airnya deras.Di sini di atas jembatan
tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap
langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku
sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri
bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh.
Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik
baju ku dan menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan
dari pada melihat wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan
melemparkan tasku di atas tanah
 Dan ia berlalu pergi.  Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri
tangga turun. Sosok yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran
denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus sekali. Ia
berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya
terdiam membisu”. Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan
ia akan berdiri pergi dari sini.
 “kenapa kamu menamparku..?
 Kenapa kamu menolongku?
 Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun
mencapakanku dengan tuduhan yang tak jelas, aku memulai
pembicaraan”.
 Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa
kamu akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia
balik menatapku tajam. Aroma alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia
bicara “maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu
terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah
setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari
mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari yang utuh, Aku mulai
merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas uluran
tangannya. “kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman
karena persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin
dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit. Harus rela
kedinginan, Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan
toko, Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus
mencari tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas
mu. Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di
tong sampah sudah membusuk karena hujan kemarin, Biasanya aku
mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa
lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari saat membuka mata
yang anda ingat hanya perut dan perut.”Ia terdiam dan mengalihkan
pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini. Aku hanya
terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah
mati. Bagaimana mungkin seandainya sekarang aku berada di posisi ini?
Aku yang terlahir dari keluar sederhana namun penuh kehangatan, uang
bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang
tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan
kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang memiliki segalanya tapi tidak
dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita
mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik
tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski
sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan
hangat. Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau
wc umum. Aku menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku tak
mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku
harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup
harus tetap di jalani. Aku sadar masih punya segalanya, bodoh sekali
cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku, belum
tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari
menuruni tangga meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap
kembali langit yang menampakan bintang-bintang kecil yang berkelip
dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di
depanku dengan bunga mawar banyak sekali di tangannya, sementara di
belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di samping mobil, kami
saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai.“maafkan aku sayang,
ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat
hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah
diary usang punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi
disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku atas
kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi
tangis dan canda menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku
tersenyum senang. Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk
mengenalkan pada orang yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya
arti bersyukur.Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan
mencari namun sosok itu hilang tak berbekas? Kami turun dan kami pergi
ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan
berarti kehangatan ini harus berakhir
Tamat

1.    Unsur Intrinsik cerpen ‘‘Bangkit’’


1) Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
2) Latar:
- Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya. 
- Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti :  ‘Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku
yang sakit. ‘
‘ Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi
menyerang tubuh ku’.
- Suasana : Sunyi sepi
Bukti : ‘Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan
gelap.’
3) Alur : Maju
- Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari
pengenalan latar dan    masalah sampai ke konflik dan di akhir
cerita terdapat penyelesaian konflik.
4) Penokohan :
- Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu mengeluh
Bukti :
‘Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.’
‘Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang
tuaku mendapatkannya.’
- Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
Bukti :
‘seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan
jalan yang tak beraturan’
‘Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan
penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit.’
5) Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
- Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai
tokoh utama dan mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6) Nilai :
- Nilai Moral : Saat tokoh ‘aku’ menyadari selama ini  hanya
meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuanya
mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur dengan apa yang
telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar
sana masih banyak orang yang kekurangan.
- Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di
jalanan yang keras. Di kehidupan nyata banyak orang yang
melakukan apapun untuk berjung hidup. Kita harus berjuang
mempertahankan hidup di dunia yang keras ini.
- Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamatkan tokoh
‘aku’ yang akan terjun dari jembatan. Banyak orang yang
membutuhakan bantuan kita saat menghadapi masalah kita
seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.
7) Amanat :
a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.
b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan kadang
dibawah.
d. Jangan lari dari permasalahan.
e. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
f. Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit

Anda mungkin juga menyukai