Anda di halaman 1dari 6

Senyum Termanis yang Kini Menjadi Tangis

Akhirnya, setelah 6 bulan bergelut dengan tetek bengek mata pelajaran


(selain pelajaran memasak) yg membuat kepalaku hampir pecah akhirnya surganya
masa-masa sekolah dapat kurasakan kembali. Libur! Mungkin aku terdengar lebay,
tapi hey, siapa yang tidak senang saat kalian dipaksa menghapal rumus-rumus
menjijikan semacam bangun datar dan sebangsanya. Atau disaat kalian harus
menghapal Tenses dan sejenisnya yang sampai detik ini aku tak tau apa
kegunaannya. Aku ini jurusan Tata Boga, kurang keras kah? Yap aku ini jurusan
Tata Boga.
Apa hubungannya memasak dengan rumus-rumus dan tenses itu? Yang aku
tahu memasak itu tidak butuh hal-hal menjijikan seperti itu! Memasak itu
menggunakan resep. Memasak itu menggunakan insting. Dan memasak itu
menggunakan hati. Yah lupakan lah tentang emosi sesaatku. Aku tak ingin
liburanku terganggu karna mengingat kesengsaraanku di setiap pelajaran bahasa
Inggris apalagi Matematika. Yang aku harus ingat adalah selama dua minggu
kedepan aku akan liburan ke Bandung bersama Andi. Who is Andi? Yap Andi
adalah seseorang yang telah mengisi hatiku selama 1 tahun belakangan ini, dia
adalah teman masa kecilku yang resmi menjadi ehem pacarku. Dan aku sangat
ehem mencintainya. Hey jangan beranggapan kalau aku lebay atau apa, tapi yeah
coba kalian berada di posisiku yang memiliki pacar se-perfect Andi. Dia satu-
satunya cowok yang aku kagumi di dunia ini setelah ayahku tentunya. Dia pintar,
baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong. Klise banget kan? Yah tapi itulah
dia, tapi yang paling aku suka darinya yaitu, dia adalah makhluk hidup yang selalu
ada disampingku saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar. Dan sekali lagi,
aku ehem mencintainya. Kembali ke rencana liburanku yang pastinya akan ceria
(mengingat Andi akan disampingku), aku akan liburan ke rumah neneknya Andi di
daerah Lembang. Asal kalian tau, aku sudah mengenal semua keluarganya Andi,
karna memang keluarga kami berteman dekat, dan aku sudah dijodohkan dengan
Andi oleh kedua orang tua kami. Aduh please deh! Ini bukan zaman Siti Nurbaya
kali, tapi tapi tapi seribukali tapi, kalau orang yang mau dijodohkan denganku
adalah Andi, aku rela pergi ke Jepang dan menemui Doraemon untuk meminjam
mesin waktunya dan kembali ke zaman Siti Nurbaya agar perjodohan itu masih
dilegalkan. Membayangkan aku akan menyusuri daerah Lembang dan sekitarnya
membuatku tak kuat menahan senyumku yang sedari tadi memang sudah
mengembang. Aku tak sabar menunggu minggu depan. Aku baru berangkat ke
Bandungnya minggu depan, karna Andi sedang study tour dengan anak-anak
jurusan Pariwisata lainnya ke Bali. Aku dan Andi memang satu sekolah. Tapi Andi
memilih jurusan Pariwisata, sedangkan aku lebih senang mengambil jurusan Tata
Boga. Kenapa? Karna memasak adalah jiwaku. Entah mengapa aku suka sekali
memasak. Karna dengan memasak aku dapat bereksperimen dengan dua hasil
berhasil atau gagal. Dan saat kita memasak untuk orang lain, secara tidak langsung
kita bisa membuat orang lain puas dengan masakan kita apabila masakan kita
rasanya enak. Dan Andi amat sangat menyukai (mendekati ketagihan) dengan
masakanku. Dia selalu setia menunggu aku memasak, dan setelah ia mencoba hasil
eksperimen ku, dia akan tersenyum dan berkata Delicious. Dan itu membuat aku
semakin bahagia dan semangat untuk bereksperimen kembali.aku semakin ehem
mencintainya. Kali ini aku sedang bereksperimen membuat kue kering yang akan
aku persembahkan untuk neneknya Andi. Kalo bisa dibilang sih, kue ini sebagai
sogokan untuk neneknya Andi agar neneknya Andi makin merestui hubungan kami.
Dan neneknya Andi ini amat sangat mengerikan layaknya nenek-nenek yang ada.
Memang neneknya Andi bukan nenek sihir, tapi neneknya Andi orang yang sangat
galak dan cerewet. Sekali berbicara bisa panjang kali lebar kali tinggi sama dengan
luas balok. Okey aku mulai ngelantur, tapi beribu kali tapi, neneknya Andi itu
sungguh mengerikan sekali, karna jika kalian berada di dekat neneknya Andi selama
kurang dari dua jam saja, kalian harus segera periksa ke dokter THT. Bagaimana,
mengerikan bukan? Kali ini aku sudah mulai bertempur untuk membuat kue nastar.
Karna menurut Andi, neneknya sangat menyukai kue khas lebaran ini. jadi aku
berusaha berkutat dengan bahan-bahan yang ada sehingga menghasilkan rasa yang
akan membawa neneknya Andi seakan berada di surga dan akan langsung merestui
hubunganku dengan Andi. Dan soal keadaan penampilanku saat ini jangan ditanya.
Keadaanku saat ini sudah menyerupai penampilan para prajurit saat ingin
bertempur. Tapi jika para prajurit-prajurit itu muka dan bajunya cemong karna
lumpur hitam, kalau aku cemong karna terigu putih.
***
Esok hari, yang telah lama aku nanti-nanti. Aduh hampir gila aku berpisah
dengan Andi selama seminggu lamanya. Dan sekarang disinilah aku berada, di
Bandara Soekarna Hatta, dengan informasi dari tante Ana (mamanya Andi), aku
akhirnya menjemput Andi tanpa diketahui oleh andi sendiri. Soalnya aku ingin
memberi kejutan kepada Andi. Sengaja aku tidak bertanya secara langsung jam
kepulangan Andi agar Andi tidak akan menyangka kejutanku ini. Aku sudah
berdandan secantik mungkin. Dan tidak lupa, aku membuatkan brownies kukus
kesukaan Andi, karna aku tau Andi begitu merindukan makanan kesukaanku. Andi
pasti senang dengan kejutan yang aku berikan.
Aku melirik kembali jam tangan yang diberikan oleh Andi sebagai hadiah
ulang tahunku yang ke 15 tahun beberapa bulan yang lalu. Masih 15 menit lagi
sebelum pesawat mendarat. Disaat-saat seperti inilah aku jadi membenci sang
waktu. Saat kita ingin waktu berjalan lambat, tapi waktu akan berjalan lebih cepat
dari biasanya. Saat kita ingin waktu cepat berlalu, seakan mengejek, waktu akan
berjalan dua kali lebih lambat dari biasanya. Dan inilah yang kurasakan, menunggu
15 menit seperti menunggu selama 1 tahun. Dan itu membuatku resah.
Untuk mengalihkan waktu, aku membuka handphoneku dan melihat-lihat
kembali draft pesan dari Andi. Aku sungguh terharu membaca pesan-pesan Andi
selama ini kepadaku. Andi yang begitu perhatian kepadaku, Andi yang begitu
menyayangiku, Andi yang begitu Ah suara wanita yang memberitahukan bahwa
pesawat yang andi tumpangi sudah mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno
Hatta sekejap membuyarkan lamunanku tentang Andi. Tapi itu tidak membuatku
kesal, itu malah membuatku menjerit tertahan saking senangnya kemudian bangkit
dari kursi yang sedari 2 jam yang lalu kududuki dan langsung berlari ke pintu
kedatangan. Aku sengaja berdiri di belakang tembok lebar yang menutupi tubuhku
dengan sempurna, niatnya aku mau memberikan kejutan kepada Andi dari belakang,
jadi sebisa mungkin andi tidak melihatku dulu. Tarik napas buang tarik napas
buang. Huft, baru kali ini aku gugup ingin bertemu dengan Andi kembali. Karna
yeah tidak biasanya aku berpisah dengan Andi walaupun hanya seminggu. Karna
kemanapun aku pergi andi selalu ada disampingku, dan begitu juga sebaliknya.
Kemanapun andi pergi, aku selalu setia menemani Andi. Itu dia Andi berjalan ke
arah pintu keluar. Ya ampun, andi tampak keren walau hanya memakai seragam
batik sekolah kami dan dengan jaket yang aku pilihkan saat kita pergi belanja ke
salah satu mall besar di jakarta.
Andi semakin mendekat ke tempat persembunyianku, dan aku semakin
mempererat genggaman tanganku pada kotak makan yang berisikan brownies
kesukaan Andi. Tapi tiba-tiba Andi menghentikan langkahnya ketika ada seorang
wanita yang memanggilnya dengan sebutan sayang. Hatiku serasa diremas detik
itu juga. Aku berdiri kaku saat andi mengembangkan senyumnya dan memeluk
mesra tubuh sang gadis.
aku kangen sama kamu sayang kata andi mesra seraya mengecup kening sang
gadis. Apa aku salah liat? Tidak mungkin itu Andi ku. Mungkin itu Andi yang lain
yang mempunyai wajah yang serupa, yang sekolah disekolah yang sama dengan
andi ku, yang memiliki senyum indah yang sama dengan andi ku. Tidak mungkin
itu Andi ku! Andi ku tidak mungkin memeluk gadis lain selain aku, pacarnya. Andi
ku tidak mungkin mengecup kening gadis lain selain aku. Andi ku tidak mungkin
memberikan senyum indahnya kepada orang lain selain aku, Andi ku tidak mungkin
memanggil orang lain dengan sebutan sayang selain kepadaku. Itu bukan andiku!!
Perlahan-lahan airmataku mulai menetes tanpa aku komandoi. Aku benci dengan
diriku yang tiba-tiba menjadi lemah, karna pada dasarnya aku orang yang membenci
tangisan, karna menurutku orang-orang yang menangis suatu masalah adalah orang-
orang lemah. Tapi sekarang aku? Aku benci diriku yang sekarang.tapi aku lebih
membenci andi yang telah membuatku jadi wanita lemah. Kenapa andi begitu tega
membagi pelukan hangat itu kepada orang lain. Kenapa andi begitu tega membagi
kecupan, senyuman dan terutama Hati nya kepada orang lain. Kupikir hanya aku
yang selalu ada di sampingnya dan tentu ada dihatinya. Apa yang kurang dariku
hingga ia mengkhianatiku? Aku sudah mengenalnya dari kecil, aku sudah
mengetahui apapun tentang dirinya. Tapi sekarang ia dengan gadis itu. Dengan
mengumpulkan sisa-sisa kekutan yang aku punya aku menghampiri andi yang
masih memeluk gadis itu. Air mata masih mengalir di kedua pipiku.
Andi panggilku disela-sela isakanku.
Andi menoleh kebelakang dan terkejut melihatku yang sudah berlumuran air mata.
Lista.. katanya berusaha menjauhkan dirinya dengan gadis itu.
Plak! Tamparan halus mendarat diwajahya. Jujur, walaupun sedalam apapun luka
yang ditoreh Andi pada hatiku. Aku tetap tak dapat melukainya, karna aku begitu
menyayangi Andi.
aku bisa jelasin semuanya Lis ucap Andi seraya menggenggam tanganku.
Aku menoleh kepada gadis yang merebut Andiku. Yang dia lakukan hanya
menunduk menahan malu. Aku melepas genggaman Andi pada tanganku. Dan plak!
Tamparan keras mendarat di wajah gadis yang telah merebut Andi ku. Yeah, itu
yang harus dia rasakan. Karna setelah aku perhatikan, ternyata gadis itu adalah
Anggi, dia satu sekolah denganku dan Andi, tapi dia jurusan Tata Busana. Karna dia
satu sekolah denganku, jadi dia pasti sudah mengetahui hubunganku dengan Andi.
Karna, bukannya sombong atau apa, hampir satu sekolah mengetahui hubunganku
dengan Andi. Dan itu artinya lagi, dia masih mau berhubungan dengan Andi
walaupun harus jadi yang kedua. Cewek bodoh!
apa-apaan kamu Lis! bentak Andi sambil mendorongku. Dia bukan Andi ku.
Bukan! Andi ku tak pernah marah kepadaku, apalagi sampai membentakku. Jadi
siapa Andi yang sekarang ada di hadapanku? Airmata ku mengalir makin kencang,
aku tak percaya terhadap apa yang telah Andi lakukan terhadapku. Karna tak tahan
merasakan sakit di hatiku, aku pergi meninggalkan Andi dan Anggi. Aku lari
sekencang mungkin dan langsung masuk kedalam taksi kosong yang ada di dekat
pintu keluar bandara.
jalan pak hanya itu yang mampu ku ucapkan saat ini.
***
Sudah seminggu semenjak kejadian di Bandara. Dan sudah seminggu pula
aku mengurung diri di kamar. Berkali-kali Andi memaksa ingin berbicara kepadaku,
tapi selalu aku tolak. Hatiku terlalu sakit, bahkan hanya untuk mendengar suaranya
saja. Membayangkan hidupku tanpa Andi lagi membuat tangisanku semakin
mejadi-jadi. Selama ini aku memang bodoh. Menggantungkan seluruh hidupku pada
Andi. Apa-apa Andi, ini-itu Andi, semua-muanya Andi. Dan sekarang aku baru
sadar bahwa aku tak mempunyai sahabat seorangpun. Karna dulu aku berpikir buat
apa aku memerlukan seorang sahabat, karna Andi selalu disampingku. Aku bodoh!
Lis boleh mama masuk? Ucap mamaku yang ternyata dari tadi memerhatikanku
yang sedang murung di kamar.
Yah selama seminggu ini aku bahkan tak mengijinkan mamaku masuk ke
dalam kamarku. Karna aku tak ingin mama melihat aku yang sedang terpuruk. Tapi
saat ini, aku sudah mulai dapat mengontrol emosi ku. Dan sekarang sudah waktunya
aku meminta saran mama atas masalah yang sedang ku hadapi. Aku berjalan
menuju pintu kamarku dan membuka kunci pintu. Setelah pintu terbuka aku melihat
mama dan Andi ada disamping mama. Reflex aku menutup pintu kamarku lagi. Tapi
sebelum pintu tertutup dengan sempurna, Andi sudah menahan pintu dengan
tangannya.
Lista. Please untuk sekali ini aja ijinin aku ngejelasin semuanya ke kamu. Setelah
ini seterah kamu, mau membenci aku atau apalah itu. Tapi untuk kali ini aja aku
mohon sama kamu kata Andi dengan muka frustasinya. Ya Tuhan, hatiku semakin
sakit melihat keadaan Andi yang seperti ini. aku mengijinkan Andi memasuki
kamarku. Dan aku duduk di tepi kasurku. Disusul Andi yang menarik kursi tepat di
depanku kemudian duduk disana.
Lis. Jujur, aku sayang kamu seketika ada secercah cahaya disaat Andi
mengucapkan kata-kata itu.
tapi aku sayang kamu cuman sebagai adik aku aja Lis lanjutnya. Dan blam!
Hatiku seperti jatuh dari lantai 31 saat Andi melanjutkan kata-katanya kembali.
Lagi-lagi air mata jatuh dari kelopak mata. Tangan Andi terulur menyentuh pipiku
dan menghapus air mataku.
hey mana Listaku yang ceria hah? Kenapa kamu jadi cewek lemah Lis? katanya
seraya menarik ujung bibirku sehingga membentuk senyuman.
Lis, kamu kuat. Tanpa aku kamu harus kuat. Aku sayang kamu Lista, itu karna kita
sudah terbiasa bersama semenjak kecil. Aku menyayangimu sebagai gadis kecilku
yang lucu. Maaf jika aku menyakiti hatimu Lis. Tapi jujur. Aku mencintai gadis itu,
aku mencintai Angel Lis. Maaf jika aku menyakiti hatimu. Tapi aku tak bisa terus
berada dalam kebohongan ini. aku janji akan terus menyayangimu sebagai adikku
Lis. Aku tidak akan menjauh darimu, walaupun nanti aku bersama Angel. Aku akan
selalu ada disampingmu kapanpun kamu butuh. Tapi janji satu hal Lis. Jangan jadi
cewek lemah, apalagi gara-gara aku. Kamu mau janjikan? katanya lembut.
Ya tuhan aku mencintai makhluk yang ada di depan ku. Tapi tidak bisakah kau
mengijinkan aku untuk memilikinya? Kenapa hatiku begitu sakit untuk
mengikhlaskan dia dengan wanita lain. Harus bagaimanakah aku Tuhan? Menjauh
darinya dan tetap tidak bisa memiliki hatinya, atau tetap berada disampingnya tapi
tetap merasakan sakit ini. Gumamku dalam hati melihat Andi.
Aku menatap mata itu kembali. Mata yang selalu memancarkan sorotan
menenangkan. Apa aku bisa jauh dari Andi? Apa aku bisa merelakan dia dengan
yang lain. Semua itu membuat aku pusing dan hatiku semakin sakit. Aku melihat
mama di depan pintu kamarku. Mama tersenyum seolah senyuman itu menguatkan
1 iriku kembali. Ya, walau aku tak dapat memiliki hati Andi, asalkan dia selalu ada
disisiku mungkin itu sudah cukup. Aku mengangguk mantap sambil menatap mata
indah milik Andi. Apapun yang terjadi aku tetap mencintai makhluk yang ada
didepanku ini. yah apapun yang terjadi!
Finalista Uli Arta Sinaga dilahirkan di Gunung Marijo pada
tanggal 19 Juni 1994, Anak pertama dari empat bersaudara ini
menamatkan sekolah dasarnya di SD Tugu Bhakti. Dan setelah
enam tahun menempuh jenjang pendidikan yang merupakan
pondasi awal, wanita yang lahir dari rahim seorang ibu
bernama Esta Nurlaeni melanjutkan pendidikan di SMP Hang
Tuah Jakarta, Kemudian tanpa putus semangat kembali
melanjutkan pendidikan di SMK 33 Jakarta, Akhirnya dengan
sebuah cita-cita dan rasa cita terhadap bahasa yang menjadi
identitas negeri yang telah menghidupinya ini. Wanita yang mempunyai seorang Ayah
bernama Gister Pardamean, melanjutkan pendidikan di Universitas Indraprasta PGRI dan
mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai