Anda di halaman 1dari 15

ALIRAN REALISME KESUSASTRAAN

Makalah ini dibuat untuk


Memenuhi tugas mata kuliah Sastra Banding

Nama kelompok :
1. Rizka Surga Nur Azizah (201321500359)
2. Ani Wahyuni (201321500399)
3. Retnowati (201321500409)
4. Iik ikmawati (201321500408)
5. Kamaludin (201421570015)

FAKULTAS BAHASA dan SENI


PROGRAM STUDI BAHASA dan SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan
karunianya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah yaitu SASTRA
BANDING.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kritk dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman. Amin …
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini kalau ada kata yang
kurang mohon dimaafkan sekian dan terimakasih.

Jakarta, 30 Nopember 2015

KELOMPOK VIII
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………….i
Daftar isi……………………………………………………………………………….ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang……………………………………………………………………….1
2.Rumusan masalah……………………………………………………………………2
3.Tujuan makalah……………………………………………………………………...2
4.Sistematika penulisan………………………………………………………………..2
BAB II
PEMBAHASAN
Aliran Realisme Sosial Kesusastraan………………………………………………….4
Membandingkan karya sastra………………………………………………………….6
BAB III
PENUTUP
Simpulan……………………………………………………………………………...11
Saran………………………………………………………………………………….11
Daftar pustaka………………………………………………………………………...12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernyataan KarlMarx tahun 1840 tentang keterkaitan kebudayaan dan masyarakay
sebagai fenomena abad kedua puluh, "filsuf telah menginterpretasikan dunia dalam
berbagai cara, sesungguhnya persoalan yang sangat mendasarkan adalah bagaimana
cara untuk mengubahmya... Sesungguhnya bukanlah kesadaran manusia yang
menentukan hakikatnya, malah sebaliknya, hakikat sosial yang menentukan
kesadarannya itu". Terdapat dua esensi pernyataan Marx yang berusaha untuk
menolak ajaran-ajaran yang berkembang di masyarakat dengan meletakan landasan
berpikir dengan gerak mundur ke belakang. Pertama, para filusuf selama untuk hanya
mengungkap pikiran kritis melalui argumentasi rasional dan logis, maka kini telah
tiba saatnya untuk mengaplikasikannya kedalam dunia realitas yang nyata; kedua
sebelnya filusuf George Wilhelm Friendrich Hegel (1770-1831) dan pengikutnya di
Jerman memperkenalkan "dialektika atau dialog secara kritis" sebagai metode dialog
tiga langkah; "tesis" atau pernyataan; "antitesis" atau penyanggajan; "sintesis" atau
sebagai pemahaman yang lebih tinggi di antara tesis dan antitesis sebagai "totalitas
objek".
Karl Marx menyanggah pandanangan sebelumnya, dan selanjutnya dia berpandangan
bahwa kepentingan kebendaan manusia secara individu dan kolektif. Kemudian Marx
menggunakan istilah "kebudayaan" bukanlah realitas berdiri sendiri, melainkan sangat
berkaitan dengan suasana historik yang melahirkan tata sosial; penguasaan yang
dikuasai serta pada tahapan sejarab tertentu dan berpartisipasi untuk menentukan
seluruh keberadaan budaya masyarakat.
Pada tahun 1860, Karl Marx dan Engels menyatakan disamping aspek ekonomi, aspek
seni, dan sastra berkemampuan untuk mengubah keberadaan manusia. Dialektika
Hegel yang hanya secara praktik berlangsung dalam pikiran itulah yang tidak
berterima bagi Marx. Para filusuf hanya memberikan interpretasi berbeda pada dunia
padahal kebutuhan yang mendasarkan adalah cara-cara untuk mengubah. George
Lukacs dalam "The Ideology Modernism"(1968) mengungkapkan bahwa Marx
mengembangkan dialektika ideal menjadi dialektika material sehingga lebih aplikatif
hal ini berlangsung dengan teknik observasi terhadap sejarah perkembangan
masyarakat dan kemudian tampak jelas bahwa dialektika terjadi pada alam materi
bahkan lebih lanjut Marx berketetapan bahwa bukan pikiran yang menentukan
perkembangan keberadaan dunia, malah keberadaan dunia yang menentukan pikiran
dalam hal tertentu Marx sependapat dengan Hegel bahwa keberadaan dunia bukanlah
sebagai sesuatu unsur-unsur yang telah selesai dan jadi, melainkan sebagai sesuatu
proses "menjadi" yang tetus menerus. Dalam struktur saling bertentangan "yang
dikategorikan sebagai sesuat" tesis saling bertentangan yang dikategorikan sebagai
sesuatu "tesis dan antitesis". Peretentangan inilah yang selanjutnya menggerakan
sejarah perkembangan masyarakat untuk melahirkan tatanan-tatanan yang lebih baru
dan maju. Faham inilah yang kemudian dikenal dengan istilah "materialisme
historik".

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan aliran realisme sosial kesusastraan?
b. Apa saja persamaan dan perbedaan dari kedua novel tersebut?

C. Tujuan Makalah
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sastra Banding.
b. Membantu para pembaca memahami tentang aliran realisme sosial kesusastraan.
c. Memberikan pemahaman kepada para pembaca pentingnya sebagai mahasiswa
untuk melatih keterampilan membandingkan sebuah karya sastra.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Menjelaskan aliran realisme sosial kesusastraan.
BAB III SIMPULAN
Berisi uraian yang dihasilkan dari diskusi.
Daftar Pustaka
Berisi sumber-sumber pendukung dalam pembuatan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Realisme Sosial Kesusastraan


Keunggulan materi terhadap pikiran dalam pandangan Marx inilah yang
membedakannya dengan Hegel sehingga khas dan "holistik" atau menyeluruh.
Penolakan terhadap fenomena srcara terpisah-pisah dan pandangan dasar Marx
mengaitkan dengan sejarah dari kondisi-kondisi material keberadaan masyarakat
inilah yang bersehntuhan dengan unsur-unsur dasar kesusastraan. Pandangan ini
pulalah sebagai estetika Marks yang mengacu pada tafsiran-tafsiran terhadap
"matrelialisme historik" yang mengacu pada penafsiran sastra Marks berdasarkan:
pertama, masalah peranan karya sastra mencitrakan perkembangan masyarakat yang
lebih maju dalam diterminisme ekonomi; kedua, kriteria probabilitas kebenaran yang
sepenuhnya sesuai dengan sandi sastra pada zamannya; dan ketiga, kriteria khusus,
terungkap dalam karya sastra yang telah terbukti seperti karya-karya, "Aeschylus,
Shakespeare, dan Goethe" sebagai karya-karya sastra yang mencitrakan zamannya.
Menurut John Frow dalam "Marxism and Literary History"(1986), pandangan estetika
Marxisme adalah karya sastra mampu menggambarkan realitas yang sesungguhnya
tanpa idealisasi bentuk atau peristiwa yang mengada-ngada. Kesusatraan sebagai
"struktur atas" harus mampu memengaruhi "struktur bawah" keberadaan masyarakat.
Pencitraan ketidakseimbangan kreasi sastra sebagai struktur atas, dan material
keberadaan masyakatak tampak dalam kejayaan kesusastraan "maha besar" zaman
Yunani Kuno sebagai fakta bahwa periode-periode pencitraan kejayaan kesusastraan
yang tidak selalu seimbang dengan kemajuan material keberadaan masyarakat.
Pandangan lain dalam estetika kesusastraan Marx adalah menolak tegas prasangka
politik dalam karya sastra, dan seandainya ada "kesusastraan bertendensi" harus ada
pembuktian dengan penggambaran situasi dan aksi secara tersamar kepada pembaca.
Sastrawan tidak harus langsung mengungkap penyelesaian historik dan realitas
mendatang terhadap penggambaran konflik sosial. Kesusastraan hendaknya tanpa
idealisasi bentuk atau rangkaian peristiwa yang mengada-ada. Realitas sosial adalah
sesuatu yang tidak terbantah secara historik berupa reproduksi tokoh khas dalam
keunikannya.
Realisme sosial adalah salah satu paham atau aliran sastra yang cukup kuat
mendominasi di eropa barat khususnya ketika rezim sosialis menempati posisi
kekuasaan.
Membandingkan karya sastra

The Andrews VS The Rosehill


Judul : The Andrews VS The Rosehill
Pengarang : Lia Aprilia
Penerbit : PT. Andal Krida Nusantara
Tahun : 2012
Cetakan :I
Kategori : Remaja, Romantisme, Petualangan
Jumlah halaman : 446 halaman
Harga : Rp.60.000,-

Sinopsis novel :
Cerita bermula disebuah sekolah bernama Rosehil ada 4 siswa yang sedang
mengendap-endap dikegelapan malam asrama Rosehil tersebut yaitu Amanda Hellen,
Audy dan Rhena. Mereka adalah siswa yang sangat senang melanggar peraturan saat
sedang mengendap-endap dikegelapan malam mereka tertangkap basah oleh guru
yang terkenal killer di sekolah tersebut. Akhirnya mereka berempat mendapat
hukuman untuk membersihkan ruangan temapat menaruh piala sekolah tersebut.
Sekolah Rosehil ini bersebrangan dengan sekolah sekaligus asrama laki-laki yang
bernama The Andrews disana ada 4 pria yang tak beda jauh dengan dengan geng
Amanda yang senang melangar peraturan terdiri dari Max, Alex, Reno dan Ryan suatu
hari Alex menemukan sebuah gulungan yaiitu peta rahasia dimana menunjukan jalan
menuju sekolah di seberang sekola mereka yaitu Rosehil. Petualangan mereka pun
dimulai saat Max, Alex, Ryan dan Reno tanpa sengaja menemukan lorong yang ada di
peta tersebut. Sampai padaujung lorong mereka bertemu dengan geng Amanda
yangsedang menerima hukuman di ruang piala.pertemuan mereka yang tidak sengaja
menguak tabir rahasia menganai 2 sekolah tersebut yang ternyata memiliki hubungan
yang dekat. Amanda dan gengnya mencari mengenai asal usul Rosehil sedangkan
Alex dan gengnya mencari asal usul AJ Andrew yang ternyata menjali hubungan
dengan Sophie yaitu keturunan dari pendiri Rosehil, misteri mulai terkuak dengan
melibatkan pihak petinggi sekolah. Beredar kabar bahwa terjadi tragedi mengerikan
dimasa lalu yang membuat kedua sekolah tersebut bermusuhan.

Unsur Intrinsik Novel


1. Tema

4 remaja putera dan puteri yang melakukan petualangan menyusuri lorong-lorong


rahasia yang menguak misteri dan kejadian masa silam sekolah mereka.
2. Tokoh

Tokoh utama : Alex, Amanda, Max, Hellen, Ryan, Audry, Reno, Rena.
Tokoh pembantu : Mr. Robb, Lauren, Rose, Roger, Ben, Rhone, Lilian, Damian
Martin, Mr. Martin.
Tokoh figuran : Shaly, Shopie, AJ Andrews, Terry, Fisher.
3. Penokohan

Alex: sosok pria berani yang selalu menjadi pemimpn diantara teman-temannya,
memiliki jiwa petualang yang tinggi.
Amanda : gadis cantik namun memiliki hati yang lembut dan juga berani
Max : pria kuat yang sangat gemar berolahraga, cenderung tidak sabaran namun
memiliki jiwa seorang petualang
Hellen : gadis paling cantik di sekolahny, sangat centil dan memiliki fashion
yang tinggi teteapi cerewet.
Ryan : sosok pria paling pintar di The Andrews namun sangat menyayangi
sahabat-sahabatnya.
Audry : wanita yang paling berani dan juga berkarakter tomboy
Reno : pria paling tampan dibandingkan teman-temannya ia leih terkesan
playboy.

Rena : perempuan paling pintar di The Rosehill dan juga memiliki kepribadian
yang kalem.
4. Alur

Alur maju mundur, karena saat mereka sedang mencari mengenai AJ Andrews dan
Sophie terkuak lah cerita bagaimana mereka bisa meninggal sehingga
mengisahkan hal yang telah berlalu.
5. Sudut pandang

Sudut pandang orang kedua


6. Amanat

Beranilah melakukan sesuatu yang baru walau itu harus melanggar peraturan
hidup itu hanya sekali jadi tak perlu di sia-siakan untuk hal yang tak berguna.
Selama hal itu masih dikontek positif maka lakukan terus, mungkin saja hal yang
kita lakukan mampu menguak sebuah tabir dan memberikan makna banyak untuk
orang lain. Segala sesuatu yang ditutupi suatu saat nanti pasti akan terkuak dengan
sendirinya.

STARDUST
Judul : Stardust
Pengarang : Neil Gaiman
Penerjemah : Femmy Syahrani
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2007
Kategori : Dewasa, Petualangan dan Percintaan
Jumlah halaman : 256 halaman
ISBN : 10 979-22-2688-5

Sinopsis STARDUST
Ada sebuah desa kecil yang berdiri di atas tonjolan batu granit, desa itu diberi nama
“Desa Tembok”. Dinamai seperti itu karena di sebelah Timurnya ada tembok batu
yang berdiri sangat kokoh dan tinggi. Tidak ada seorangpun yang dapat melintasi
tembok yang berdiri kokoh itu, bahkan penduduk desa selalu menempatkan 2 orang
untuk berjaga-jaga, namun…9 tahun sekali ada “perayaan” yang membolehkan warga
desa agar bisa melewati celah tembok itu.
Seorang pemuda yang bernama Dunstan Thorn, mengalami hal yang sangat aneh
pada saat “perayaan” tersebut, ia bertemu dengan wanita cantik. Wanita itu
memberikannya sebuah bunga dari negeri peri, bunga tetes salju, dan bagai sedang
dihipnotis Dunstan berhubungan intim dengannya.
Waktu terus berlalu, Dunstan muda pun menikahi wanita pujaan hatinya. Tapi, tak
lama kemudian di celah pintu tembok terlarang, tiba-tiba saja ada sebuah box yang
ditinggalkan, box itu berisi bayi laki-laki, ada pesan tertulis di sana “Tristan Thorn”.
Bayi itu telah tumbuh dewasa, ia pun mulai jatuh cinta pada seorang gadis jelita yang
bernama Victoria Forester. Di sinilah petualangan seru Tristan dimulai. Tanpa sengaja
Tristan mengucapkan janji kepada gadis pujaannya, ia berjanji akan membawakan
bintang jatuh yang mereka saksikan malam itu. Janji gegabah yang membawanya
berkelana ke negeri di balik tembok, menyeberangi padang rumput tempat “perayaan”
dan memasuki negeri peri.
Petualangan mendebarkan mencari bintang jatuh itu membuat Tristan tumbuh
menjadi pria tangguh. Ia menghadapi banyak rintangan, untuk mendapatkan
bintangnya, ia juga banyak dibantu oleh para penghuni negeri peri, ada si katai
berbulu banyak, perempuan cantik yang di kutuk menjadi pohon.
Dan akhirnya, Tristan berhasil mendapatkan bintang itu, lolos dari maut yang
mengancam jiwanya dan sang Bintang. Merekapun kembal ke desa Tembok.
Petualangan Tristan memberikan perubahan pada dirinya, Tristan semakin matang,
semakin besar, dan ia pun berangsur melupakan gadis yang ia cintai. Karena, tanpa
Tristan sadari, ia mulai sayang pada bintang kecil, Yvaine. Dan terkuaklah siapa dan
dari mana Tristan berada.
Unsur intrinsic Stardust
1. Tema: Petualangan dan Percintaan
2. Tokoh : Tristan Thorn, Dustan Thorn (ayah Tristan), Yvaine, Victoria
Forester, Kaum Lilim, Keluarga Kerajaan Storhold, Daisy (ibu
tiri Tristan), Louisa Thorn (adik tiri Tristan), dan Una (ibu
kandung Tristan).
3. Penokohan : a. Tristan Thorn : pemalu, cerdas, gegabah, dan terlalu percaya
b. Dustan Thorn : gegabah dan bijaksana
c. Yvaine : angkuh, berlidah pedas, bijak, kuat, dan gegabah
d. Victoria Forester : cantik dan angkuh
e. Kaum Lilim : Jahat, dengki dan bermulut tajam
f. Daisy : baik dan penyayang
g. Louisa Thorn : Jahil dan penyayang
i. Una : baik hati, cerdik dan penyayang
4. Alur : Maju
5. Gaya Bahasa : Banyak mengandung unsur kekerasan dan unsur seks
6. Sudut Pandang: Orang Ketiga
7. Amanat : a. Jangan mengucapkan janji dengan gegabah
b. Jangan terlalu memercayai orang atau tempat yang baru kita
kenal

persamaan : Tema dan alur


Perbedaan : Gaya bahasa, tokoh dan sudut pandang
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu paham atau aliran sastra yang cukup kuat mendominasi di Eropa Barat.
Realisme sosialis merebak sebagai metode kesusastraan pada awal abad ke-20 di
Rusia, khususnya dimulai dalam karya-karya Gorky. Realisme sosialis di
Indonesia Aliran sastra yang menginduk pada mazhab (aliran) realism pada taraf
mula di Indonesia karyanya kerap mendapatkan ejekan, hinaan dan lecehan yang
tidak memenuhi ketentuan-ketentuan seni dan sastra

B. SARAN
Untuk mebuat suatu karya sastra tidaklah sulit, tak perlu memikirkan idea apa
yang harus dikeluarka tetapi cukup melihat likungan sekitar ( social ) untuk
menjadikannya sebua karya maka karya itu akan terasa nyata karena berdasarkan
sesuatu kejadian nyata. Karya sastra harus memiliki unsure moral dan etika
sehinnga pembaca mengetahui kualitas sebuah karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA

Hanum.Zulfa.Kesusastraan Banding, Tangerang. Pustaka Mandiri, 2012.

Anda mungkin juga menyukai