NIM : 1812011017
Kelas : 6A
“Anna, aku minta maaf..” Ucapnya kala itu. Sembari menggamit lengan
perempuan tersebut. Perempuan yang ia temukan entah dari antah-berantah mana,
Di muka rumah ternyata sudah ada Amanda, Cika, dan juga Sindi, teman-
temanku yang ternyata sangat setia, melebihi kesetiaan pria itu.
“Bukan jodoh Ann, jangan terlalu dipikirkan.” Celetuk Sindi, sontak Cika
dan Amanda menyenggol sikutnya, nampaknya mereka takut menyinggung
perasaanku. Aku hanya tersenyum kecut, tak ingin pula tersinggung dengan
ucapan Sindi, karena memang perkataannya ada benarnya juga.
Aku tak habis pikir kalau kisah asmaraku akan seironis ini.
“Sebetulnya kenapa sih Andi seperti itu? Apa dia dipelet ya?” Ucap Cika
sambil mulai menyendokkan nasi goring favorit ke dalam mulutnya. Amanda
dengan keheranan lantas mengernyit,
“Ssttt.. Apa sih kalian..” kepada Cika dan Amanda. Amanda hanya
memelototinya.
“Ann… maafin aku, apa karna ucapanku?” Sindi merasa bersalah. Tidak.
Aku sama sekali tak tersinggung dengan ucapannya, aku hanya sedang marah
dengan diriku sendiri. Sontak aku memeluk Sindi sambil tersedu-sedu. Hatiku
lara, kini aku mulai menyesal.
Mungkin saja saat itu, Andi merasa ragu-ragu. Ragu-ragu apakah ia harus
selalu mengalah di sepanjang hidupku. Karna untuk pria seperti Andi, aku yakin
bahwa dirinya mencari yang terbaik sejak remaja. Sayangnya, ternyata bukanlah
aku orangnya. Kini ia tak lagi melabuhkan cinta itu kepadaku. Baginya,
mencintaiku adalah sebuah kesalahan.
Ia meninggalkanku.