Anda di halaman 1dari 97

NOVEL REMAJA d a r Ori

2009 cinta lebih i s


NOVEL REMAJA

NOVEL REMAJA

6
1
Awal kisah yang mulai memberikan
aku ribuan kenangan pun sudah dimulai.
Jejak remajaku pun telah aku torehkan di
setiap jalan yang akan bisa membuatku
mengerti arti semua kehidupan. Matahari
itu pun mulai menyambutku dengan
sebentang senyum kecil yang tampak dari
remang cahayanya yang mampu
menyilaukan mataku. Sosokku terlihat
sederhana tapi aku berprinsip keras dan
aku yakin bahwa di setiap langkahku aku
akan mampu menghadapi semua cobaan
yang tuhan berikan padaku.

5
Usia remaja ku pun masih bisa terhitung
dengan jari dan aku juga sudah merasakan
sedikit pahit dan manis kehidupan. Aku
gadis remaja yang hanya ingin hidup
dengan sejuta warna pelangi yang orang
bilang akan mampu hiasi setiap langkah
yang ku ukir. Perlahan-lahan ku arungi
jalan setapak itu yang akan menuntunku
menuju rumah kecilku. Sosok wanita
ramah pun menyambut kedatanganku,
dialah ibunda tercintaku. Wanita tegar itu
pun yang telah memberi dan membantuku
untuk selalu memiliki harapan untuk tetap
hidup walaupun cobaan yang tuhan
berikan padaku begitu sulit aku lewati.
Demi ia aku rela dan aku selalu ikhlas
hadapi hariku.

6
Begitu banyak cobaan yang telah aku
lewati untuk bisa menemukan cinta
sejatiku. Tapi sampai sekarang aku belum
bisa menemukannya.

“Huyy, Ran!” sahut Ria, Revi dan


Rally. Mereka adalah sahabat ku, mereka
yang selalu ada untukku. Persahabatan
kami sudah cukup lama. Sehingga rasa
persaudaraan di antara kami sudah
terjalin.

“Huyy, teman-teman”. Sahutku


dengan rasa gembira. Rupanya mereka
sudah menunggu kedatanganku di depan
gerbang sekolahku.

“Ran, kamu sudah ngerjain PR dari Pa


Arie?” Sahut Ria sambil mengantarku
menuju ruang kelasku.

5
“PR?? Memangnya ada PR gitu?”
Tanyaku

“Aduh,, kebiasaan deh kamu ini.


Selalu saja lupa sama PR. Padahalkan tadi
malam aku sudah SMS kamu.” Keluh Rally.

“Kamu ini cantik-cantik tapi


pelupa”Sambung Revi.

“Hey, Rally aku pinjam PR mu donk..”.

“Ran. Ran. Selalu saja begini jadinya..


nanti ya aku mau ambilkan dulu di tasku”
bergegaslah Rally mengambil buku
tugasnya untukku. Mereka sahabatku yang
paling aku sayang dan hormati. Mereka
selalu ada di saat aku butuh.

“Ran.. Antarkan aku donk ke ruang


guru!” Sahut Revo. Dia juga sahabatku,,
dia sahabat laki-laki yang paling dekat

5
denganku seperti Ria, Revi dan Rally dia
juga sangat aku sayang dan hormati.

“Siip deh.. tapi tunggu dulu ya aku


mau mengerjakan PR Pak Arie, bentar lagi
selesai koq”.

“Oke deh. Apa perlu aku bantuin nih?”


Tawar Revo dengan senyum kecil yang
menghiasi manis wajahnya.

“Enggak usahlah, ini juga udah


selesai”

“Owh yaudah sekarang antarkan aku


donk”

Aku pun mengantarkan Revo ke ruang


guru. Revo sangat akrab denganku, seperti
kakak beradik dengannya. Revo adalah
laki-laki yang lugu dan polos, akibat
kepolosannya itulah aku sering tersenyum

6
melihat tingkah lakunya. Tak pernah
sedikitpun dia pernah menyakitiku. Dia
selalu menyayangi dan menghormatiku
layaknya perempuan yang harusnya dia
hormati.

Tapi entah kenapa akhir-akhir ini Revo


sering bahkan terlalu sering
memperhatikanku, awalnya aku hanya
beranggapan perhatian itu hanya sebatas
persahabatan tapi lama kelamaan dia
mulai berubah. Perhatian yang dia berikan
padaku berbeda dari sebelumnya. Aku
sempat bingung. Sebenarnya apa yang
telah terjadi dengannya?.

Sudahlah aku lupakan saja masalah


itu, aku mencoba tuk bisa lupakan
perhatian Revo yang lebih untukku. Aku
mengidolakan serial kartun Detective

6
Conan, jika ada komik baru Conan, aku tak
segan-segan langsung membelinya.
Walaupun uangku tidak mencukupi tapi
aku akan terus berusaha mendapatkan
komik kartun pujaanku itu. Ketergila-gilaan
aku terhadap Conan membuat orangtua
dan teman-teman ku bisa memaklumi aku
sebagai maniak komik detective conan..
Karena conan mengidolakan Sherlock
Holmes, maka aku pun ikut mengkoleksi
novel Detective hebat itu.

Waktuku ku habiskan untuk membaca


komik dan novel detective, tak pernah
kulewatkan buku-buku itu. Aku banyak
terima kasih pada tuhan yang telah
memberikan banyak karunia dalam diriku,
mulai dari kepuasan akal, kepuasan wajah,
kepuasan hati dan kepuasan dalam bidang

7
apapun. Tapi hanya ada satu bidang yang
tidak dapat aku taklukan, aku selalu tidak
beruntung dalam bidang itu. Cinta. Itulah
nama bidangnya. Aku tidak tahu mengapa
di bidang itu aku sama sekali tidak
seberuntung yang biasanya. Aku tidak
pernah mengerti arti cinta sesungguhnya,
karena belum ada yang bisa
mengajarkanku untuk bisa mengartikan
arti cinta bagi hidupku..

Cinta pertamaku adalah Alie, sosok


pria yang baik hati dan mulai bisa
membuat aku jatuh cinta kepadanya.
Sewaktu aku Taman Kanak-kanak dia mulai
tertarik pada diriku yang dulu terkenal aktif
dan pintar, pria kedua yang mampu
mengambil perhatianku adalah Sirtan, pria
yang dulu menjadi musuhku di kelas,

8
setiap hari ada saja ulahnya untuk
mengerjai dan memalukan diriku di depan
teman-temanku. Sewaktu kelas 3 SD dia
menaruh surat putih di depan pintu
rumahku, setelah aku baca dan isinya
adalah surat permintaan maaf sekaligus
pengakuan perasaan tulusnya padaku.
Dulu aku sempat berfikir bahwa surat itu
semua adalah rencana jahatnya untuk
mengerjai aku lagi. Dia pun perlahan-lahan
mulai berubah, lebih lembut pada diriku
setelah pengakuan cinta itu. Sirtan dan
Alie bersahabat sudah lama dan mereka
berdua mencintai wanita yang sama. Alie,
cinta pertamaku pun merelakan aku untuk
sahabatnya. Setelah itu aku menjalin
hubungan cinta monyet dengan Sirtan,
belum lama hubungan itu terjalin aku
harus merasakan kehilangan orang yang

9
aku sayang untuk pertama kali. Aku
memutuskan hubunganku dengan Sirtan,
karena Sirtan dan aku tidak mau terlalu
lama menyakiti Alie. Itulah pertama kisah
cinta monyetku dengan Sirtan. Selanjutnya
setelah aku lulus SD, Sirtan mengajakku
kembali untuk menjalin hubungan yang
dulu telah kandas, ku terima niatnya yang
tulus untuk mencintaiku lagi.

Setelah 8 bulan hubungan itu ku jalani


walau kita jarang sekali bertemu tapi aku
tetap selalu setia pada Sirtan, walaupun
sudah banyak pria yang berusaha merebut
hatiku dari Sirtan tapi aku selalu mencoba
setia.

Hari-hari aku lalui tanpa hadirnya


Sirtan, kekasihku di sampingku. Setiap
waktu aku selalu menantikan hadirnya dia

10
tuk menemaniku melewati hari yang mulai
melelahkan untukku. namun Sirtan tak
kunjung hadir dan mengisi kekosongan
hati. Aku hanya berusaha menunggu dan
terus menunggu, berharap dan terus
berharap. Tapi apa yang aku tunggu dan
aku harapkan tak kunjung datang. Apa
yang harus aku lakukan?

Sampai akhirnya kabar buruk itu


terdengar padaku bahwa Sirtan telah
menduakanku dengan cewek lain, dia telah
mengkhianatiku. Kabar itu mampu
menggetarkan perasaanku yang terlanjur
menggoreskan perih dalam setiap
penantian kelam yang selalu ku
persembahkan untuknya. Aku tak kuasa
menahan tangis yang mulai meluap di
mataku. Satu tetesan air mata mampu

11
keluar dari bola mata kesepianku lalu
mulai membasahi pipiku yang memerah
menahan amarah yang meledak di dalam
batinku

Apa salahku? Sampai Sirtan bisa


mengkhianati aku yang selalu setia
terhadap dirinya.

“Halo, bisa bicara dengan Sirtan?” aku


memutuskan untuk menghubungi Sirtan
dan menjelaskan masalah yang telah
terjadi.

“Halo, Iya ini Sirtan. Ini siapa yah?”


Jawabnya dari telepon seberang. Nada
suaranya yang meyakinkan aku bahwa
kabar itu benar.

“Ini aku, Ran. Apa aku pernah


menyakitimu?” Tanyaku dengan suara

12
pelan sambil menahan tangisku yang
semakin meluap

“R.. Ra.. Ran. Ada apa? Kenapa kamu


tiba-tiba bertanya seperti itu padaku?”
Suaranya yang lega membuatku semakin
membencinya.

“Kamu tak perlu berlagak tidak tahu


apa-apa Tan. Kamu fikir aku gadis bodoh
yang bisa kau tipu semudah itu. Tidak
Sirtan. Aku sudah mengetahui semuanya”.

“Tahu tentang apa? Aku semakin tidak


mengerti dengan ucapanmu Ran”.

Emosiku pun langsung meluap dan


mulai tak tereda. “Kau telah menduakan
aku Tan? Kau ingat itu?”

“Kau bicara apa sih? Siapa yang telah


menduakanmu? Aku tak pernah

6
menduakanmu, Ran. Aku sangat
menyayangimu”.

Perasaanku pun semakin tak


menentu. Di saat yang bersamaan hujan
disertai petir besar pun datang dan turut
menemaniku dalam menguak tabir dan
kenyataan yang ada.

“Sirtan, kau tak perlu bohong padaku


lagi. Aku mohon jujurlah padaku, dan
biarkan aku tahu yang sebenarnya!”.
Suara isak tangisku pun mulai terdengar
oleh Sirtan.

“Aku.. aku tak pernah…” Belum


sempat Sirtan melanjutkan perkataanya,
aku langsung memotong pembicaraannya.

“Aku mohon, dengarkan aku kali ini


saja! Kalau kau masih sayang padaku

6
izinkanlah aku tuk mengetahui semua
kebenaran darimu, izinkanlah aku untuk
tahu isi hatimu dan perbuatanmu
terhadapku. Aku mohon!”

Sirtan pun mulai diam sesaat,


suaranya pun mulai terdengar bergetar
seakan takut dengan semua kabar yang
telah aku bawa.

“Maafkan aku Ran, Aku memang


menduakanmu, Tapi…” Tiba-tiba Sirtan
menghentikan ucapannya.

Lalu aku langsung melanjutkan


percakapan itu “Tapi apa? Ucapkanlah
semua kesalahanku kalau memang ada!
Apa yang telah aku perbuat terhadapmu?
Apa aku melakukan kesalahan besar
terhadapmu?”

6
“Sungguh. Percayalah padaku. Kau
tak pernah menyakitiku sedikitpun, aku
masih menyayangimu dan selalu
menghargaimu hingga saat ini” Jelasnya.

“Lalu, kenapa kamu duakan aku Tan?


Hubungan kita hampir berjalan 1 tahun
tapi kenapa kau paksa aku untuk
membencimu?”.

“Kini terserah padamu. Aku akan


ikhlas menerima apapun keputusanmu”

“Baiklah, karena kau yang memaksa,


aku harus ucapkan satu kata yang paling
enggak mau aku ucapkan di dunia ini”.
Jelasku

“Ucapkanlah Ran. Aku sudah siap”

“Aku mau kita PUTUS”. Jawabku tegas.

5
“Apa? Kamu sadar dengan apa yang
baru saja kamu katakan, Ran?”

“Iya aku sadar dengan semua yang


telah aku katakan, aku enggak bisa
berpaling dari perasaan aku sendiri bahwa
hatiku sakit ketika kau khianati hati ini?
Tak sedikitpun dalam pikiranku untuk
menghianati kamu. Aku selalu bertahan
dan mencoba setia padamu meski kau tak
pernah ada untukku. apa ini semua
balasanmu untukku? Apa ini??” dengan
kesal aku keluarkan semua yang
mengganjal di hatiku terhadap dirinya.

“Ran?” Panggil Sirtan.

“Apa aku pernah menyakitimu Tan?


Apa aku pernah berusaha
meninggalkanmu? Di dalam hidupku hanya

5
kamu yang mampu mengisi ruang kosong
di dalamnya. Hanya kamu yang mampu
buat aku bertahan dan tak pernah
menghiraukan godaan lain selain dirimu.
Kau fikir hal itu mudah untuk aku lakukan?
Enggak. Tapi perasaanku begitu kuat
terhadap dirimu aku begitu sangat
menyayangimu. Tidakkah kau mengerti?”.

“Ran, maafkan aku. Mungkin beribu


kata maaf tak pernah cukup membalas
sakit hatimu terhadapku. Aku memang
salah, karena aku sudah menyia-
nyiakanmu, menyia-nyiakan perasaanmu
yang tulus terhadapku. Maafkan aku!”.

Awalnya kisah itu terus menghantui


hari-hariku tapi perlahan-lahan kenyataan
pahit itu dapat ku hapus dengan
kebahagiaan baruku bersama ke4

6
sahabatku, Ria, Revi, Rally dan Revo.
Mereka mengajarkanku banyak tentang
arti kebahagiaan yang sebenarnya, mereka
mampu menyadarkanku bahwa kesedihan
enggak baik untuk selalu dikenang. Mulai
dari situ aku mencoba melupakan semua
kejadian yang telah ku alami. Kini kejadian
itu telah ku kubur dalam di dalam hatiku
dan takkan pernah aku gali lagi kepahitan
itu sehingga tak menimbulkan bau busuk
di kehidupanku.

2
Kisahku dengan Sirtan sudah terkubur
dalam, dan aku harus bisa lebih melihat ke
depan dan jangan selalu terpaku ke
belakang. Cita-citaku masih terlalu panjang

6
dan masih terlalu sulit di gapai. Itulah kata-
kata bijak yang hanya mampu keluar dari
mulut seorang sahabat. Sahabatku lah
yang selalu memberikan dukungan dan
semangat di kala aku mulai jatuh dan tak
mampu lagi berdiri. Merekalah yang
menjadikan aku wanita kuat yang tidak
takut menghadapi kerasnya dunia. Aku
tidak akan lari dari masalah melainkan aku
akan selalu menghadapi masalah itu
walaupun dengan tenaga terakhirku.

“Ran. Apa kamu masih memikirkan


Sirtan?” Tanya Ria di sela pelajaran
berlangsung.

“Ssst. Jangan bicara hal ini di jam


pelajaran Pak Arie. Nanti yang ada kita
malah di keluarin dari kelas. Kamu tahu

6
sendiri kalau Pak Arie itu guru yang galak
di SMP ini”. Jawabku..

“Iya aku tahu. Nanti kita lanjutkan


pembicaraan ini di jam istirahat ,,
gimana??” ibu jarinya ia tunjukan padaku
sebagai simbol bahwa dia mengajaku
untuk setuju terhadap idenya.

Bel istirahatpun berbunyi Ria, Revi


dan Rally pun mengajakku ke kantin
sekaligus membicarakan hal yang ingin Ria
katakan padaku.

“Hey, Ran. Bagaimana dengan


pertanyaan ku yang tadi?”. Sela Ria sambil
mengangkat alisnya.

“Pertanyaan yang mana itu? Aku


lupa.” Jawabku dengan santai.

6
“Dasar nenek pikun. Yang itu loh,
tentang kau dan Sirtan”. Revi mengejekku.

“Owh yang itu,, aku sudah


melupakannya koq. Kalian enggak usah
khawatir. Kemauan kalian sudah ku ikuti”.
Jawabku dengan nada riang yang membuat
ke3 sahabatku merasa lega.

“Bagus deh, kamu ga terus-terusan


terpaku sama Sirtan yang brensek itu”
Sambung Revi.

“Gimana kalau hari Jumat depan kita


nonton bareng?” Tawar Rally.

“Nonton bareng??” Tanyaku heran.

“Iyya nonton bareng. Selama ini kan


kita enggak pernah nonton bareng.
Gimana kalau liburan semesteran kita isi
waktu kita untuk nonton bareng?” Aku, Ria

5
dan Revi pun menganggukan kepala kami
sebagai tanda kalau kami setuju dengan
pendapat Rally.

Ria adalah teman sebangkuku, teman


yang paling dekat dengan ku, orangnya
lembut, cerewet terkadang selalu menjadi
penasihat kalau kita ada masalah. Revi
sahabatku yang paling gokil abis, orangnya
tomboy tapi agak suka yang berbau
romantis dan dia suka menjadi penghibur
suasana di kala kita semua sedang sedih.
Yang terakhir Rally, sahabatku yang agak
tulalit dalam menghadapi perkataan orang,
gadis feminim yang selalu memperhatikan
setiap penampilannya, tingkah centilnya
kadang buatku gereget terhadapnya dan
aku adalah sahabat yang di nilai keras,
galak, agak jorok meskipun dikit-dikit,

6
terbuka sehingga dalam otakku ini banyak
sekali menyimpan ribuan rahasia dari
setiap teman-temanku.

Setelah pulang nonton bareng itu,


tubuhku aku baringkan di atas tempat tidur
yang selalu menemaniku melepas rasa
lelah. Perjalanan selama nonton bareng itu
membuatku lebih mengerti akan
kebersamaan dengan orang-orang
terdekatku terutama sahabatku. Belum
lama aku pejamkan mataku, dering
handphone ku pun berbunyi. Terlihat di
layar hp bahwa Revo mengirimkan SMS
kepadaku. Isinya memang tak banyak.
Hanya menanyakan kabarku. Ketidak
mampuanku untuk membalas SMSnya
karena hp ku tidak ada pulsa yang

7
mencukupi untuk mengirim SMS balik pada
Revo.

Aku terdiam terpaku melihat sosok


bulan yang menampakkan cahayanya
tepat di depan rumahku. Ku coba
keluarkan semua ide dan imajinasiku
dalam sebuah tulisan dalam catatan
harianku.

Angin ..

Beritahu padanya, tentang apa yang


ada di hatiku

Tentang aku yang selalu


merindukannya

Tentang aku yang ingin selalu di


dekatnya

8
Tentang aku yang selalu ingin ada di
hatinya

Tentang aku yang selalu ingin


membuat hidupnya bahagia

Tentang aku yang mencintainya

Meski apa yang kuharapkan itu tak


terhirau, tak menyeru.

Tapi bagiku mencintainya dan


melihatnya cukup membuat hati dan
hidupku sempurna.

Setiap malam selagi ada waktu, aku


sempatkan waktu ku untuk menulis dalam
catatan harianku yang menggambarkan
keadaanku walaupun hanya mampu
menulis satu lembar saja. Bagiku semua
kegiatan itu mampu mengalihkan semua
perasaan sedihku dan itu semua juga

5
mampu mengembalikan keceriaan di
wajahku. Tak ku kira semua penkhianatan
yang dilakukan oleh Sirtan dapat membuat
hati dan pikiran ku tak karuan.

Kulihat layar hp ku, dan terlihat pesan


baru untukku. ternyata itu pesan isi ulang
yang telah masuk di hp ku. Mungkin ibu
yang telah mengirimkannya.

Malam tahun baru pun telah tiba,


banyak harapan yang ingin aku gapai
dalam tahun baru ini, bunyi terompet pun
telah terdengar. Tanda bahwa tahun baru
akan datang. Aku pun mulai bergadang
untuk mengucapkan dan memohon
harapan baru dan harapan yang belum
tercapai di tahun sebelumnya. Kulihat jam
kulitku yang menunjukkan pukul 23.45. tak
sabar aku nantikan hari bahagia itu, dalam

6
hatiku berbisik “Lima belas menit lagi, dia
akan datang”. Setelah lima belas menit itu
aku tunggu dengan penuh harapan dan….
“Rrrrr” hpku pun bergetar tanda alarm
pukul 00.00 telah tiba. Dengan semangat
aku bangun dari tempat tidurku dan mulai
berdoa tentang semua harapanku

“Ya tuhan, izinkanlah aku menggapai


harapanku, menggapai semua angan yang
belum terwujud di hari kemarin, aku ingin
kau ijinkan aku merasakan kebahagiaan
walau sedikit saja. Di antara harapanku
adalah aku ingin bisa lebih rajin shalat lima
waktu yang telah engkau tetapkan, aku
ingin bisa menjadi lebih dewasa, aku ingin
bisa lebih berbakti kepada orangtuaku, aku
ingin membahagiakan sahabat-sahabatku,
aku ingin kalau kelasku di anggap kelas

7
bilingual murni, dan yang terakhir aku
ingin mendapatkan pengganti Sirtan di
hatiku, pria yang jauh lebih baik darinya.
Amien!”

Kelasku adalah kelas 9c, salah satu


kelas unggulan di SMP ku tapi banyak
banget masalah yang di alami oleh kelas
kami. Dari pertama kali kita menjadi kelas
7c, kelas bilingual (Kelas 2 bahasa : bahasa
inggris dan bahasa Indonesia) aku dan
teman-temanku adalah murid terpilih dari
penyaringan yang cukup ketat. Tapi kami
juga sering sekali terlibat dalam beberapa
masalah. Dan masalah itulah yang
membuat kami di cap jelek oleh guru-guru.
Kami sering di sebut kelas bilingual “abal-
abal” itulah sebutan yang sering
menyakitkan bagi kami. Kami tak pernah

8
menginginkan untuk menjadi murid
bilingual tapi bukankah guru-guru yang
menilai dan memberikan keputusan bahwa
kami berhak menyandang predikat kelas
bilingual. Bukankah seperti itu? Tapi
setelah kami menyandang predikat itu
kenapa justru kami yang sering
terpojokkan? Kami selalu dianggap tidak
berguna, itulah yang sering kami dengar
dari ucapan keras setiap guru yang
mengajar kami. Tapi bagi kami itu semua
bukan makian justru motivasi untuk kami.
Kami janji kami akan berubah dan bisa
bahagiakan kalian semua. Kami janji akan
hal itu.

Setelah 15 menit aku termenung


memikirkan kelasku, aku sadar akan
lamunanku ketika dering hp ku berbunyi

9
tepat di bawah bantalku, ku lihat layar hp
yang bertulis pesan baru dari Revo. Ku
buka pesan itu dan “Astaga” rintihku. Ku
terpaku melihat tulisan di layar handphone
itu.

Maaf Ran, aku harus bilang ini


kepadamu karena sesungguhnya aku
tak dapat menahan dan membohongi
perasaanku lagi. Karena
sesungguhnya aku menganggapmu
lebih dari sahabatku.

AKU MENCINTAIMU, RAN !! REVO

Ya tuhan, Revo mengungkapkan


perasaanya padaku. DIA MENCINTAIKU.
Apa yang harus aku lakukan? Revo adalah
sahabat terbaikku. Aku harus jawab
bagaimana?

6
Perasaan di jiwaku semakin tidak
karuan, antara perasaan kaget, senang,
dan khawatir. Semakin kuat rasa khawatir
itu dalam diriku, aku takut kalau
pengakuan cinta itu adalah suatu awal
yang menjadi faktor utama rusaknya
persahabatan ini. Aku takut persahabatan
ini akan hancur cuma karena cinta yang
enggak pernah aku mengerti.

Kini sahabatkulah yang menyatakan


cinta padaku di malam tahun baru itu.
Bunyi terompet pun mulai tertutupi dengan
suara raungan dari dalam batinku yang
seolah berteriak meminta keputusan dari
kerisauan hatiku. Apakah aku harus
mengulangi kisah cinta yang pahit seperti
dulu? Apa aku akan merasakan kembali
kehilangan seseorang yang ku sayangi?

6
Apa aku harus terluka untuk yang kedua
kalinya? Tidak. Jawabku aku tidak mau hal
serupa itu terjadi, tapi Revo adalah
sahabatku. Aku tidak mungkin
menyakitinya.

Hari yang membuat perasaanku


bingung pun telah berlalu, setiap kali
bertemu dengan Revo semakin kuat
bayangan dirinya dalam pikiranku. aku
coba tuk pahami apa yang tersirat di
hatiku ini, aku coba terus memahami tanpa
kenal lelah. Tapi, yang kudapatkan
hanyalah nihil dan tak menemukan
apapun. Ku tuliskan dalam catatan
harianku bahwa :

Ada kala kita tertawa

Ada kala kita rasakan luka

7
Hidup memang penuh tanda tanya

Namun asa takkan pernah hilang dari


mimpiku,, dari cintaku dan dari
nafasku,, semuanya tentang kamu.

Hidup memang penuh tanda tanya.


Begitulah yang selalu aku fikirkan dalam
hari-hariku. Kesepian dan kesetiaan yang
selalu aku rasakan. Tak adakah
kebahagiaan untukku sekali saja. Aku
sangat merindukan kebahagiaan tuhan
yang di anugerahkan untukku.

Ku buka lembaran baru dalam buku


catatan harianku dan kutuliskan sebuah
kalimat yang mewakili semua perasaanku
pada saat ini

Bila kau mencintaiku, cepat katakan


jangan kau tunda lagi

5
Sebelum semuanya berakhir dengan
duka

Sebelum semua berakhir dengan


penyesalan

Jangan sampai terlambat

Karena tak ada waktu yang dapat


menunggu

Kini aku serahkan semuanya pada


tuhan yang berhak mengatur semua takdir
dan nasibku. Aku cuma bisa berdoa untuk
meminta yang terbaik untukku dan untuk
hidupku. Jika Revo benar-benar
mencintaiku maka dekatkanlah aku
dengannya. Ada satu hal yang juga
mengganjal di dalam hatiku untuk berfikir
dua kali dalam memilih Revo, karena
keyakinan kita berbeda. Aku seorang

5
muslim dan dia seorang katolik. Perbedaan
itu sangat berarti untukku dan sebuah
hubungan, walaupun sebatas cinta monyet
tapi hal itu sangat penting dan
berpengaruh pada kedua pihak.

Bagaimana kalau aku bertemu dengan


keluarganya dan keluarganya tahu kalau
aku berbeda keyakinan dengan anaknya?
Apakah mereka akan tetap menerimaku
dan tetap menyetujui hubungan aku dan
Revo?? Aargh. Aku benar-benar bingung
dengan semua ini. “Sebaiknya aku shalat
dulu untuk meminta jawaban yang terbaik
dari tuhan, mudah-mudahan tuhan
memberikan jawaban yang terbaik
untukku.” segeralah aku mengambil air
wudhu untukku membersihkan semua
hadas dan najis yang ada dalam tubuhku.

6
Setelah aku sudah suci dan siap
menghadap tuhanku yang sudah
menungguku untuk sembahyang di
hadapannya dering hp ku pun berbunyi.
“Astaga” dia sudah menunggu respon dan
tanggapanku. Revo menunggu
jawabankku. Aku harus bagaimana ini?.
Kulangkahkan kakiku dengan mantap
menuju kamarku, ku ambil mukena hijauku
yang akan menutupi auratku dan
menemaniku bersujud di pangkuan Allah
SWT.

Ku angkat kedua tanganku di depan


wajahku kusebut nama-Nya dan
kulantunkan segala pujian untukya.
Dan ku panjatkan doa padanya.

Ya Allah,

7
Jika kau menghendaki Revo adalah
yang terbaik untukku, maka
dekatkanlah dia padaku dan
berikanlah hamba jawaban yang
terbaik bagimu. Karena yang terbaik
bagimu juga terbaik untukku. kau
yang maha adil, berilah keadilan pada
perasaanku dan perasaan Revo.
Berilah keadilan seadil-adilnya.

Jika Revo bukan jodohku maka


jauhkanlah Ia dariku. Jangan kau
biarkan cinta ini terus berkembang
dihatiku dan dihatinya. Biarkanlah
kami merasakan hangatnya
kebersamaan. Tuntunlah kami menuju
takdir kami dan jauhkanlah kami dari
segala hal yang menyesatkan kami

Amin…!!

5
Kulipat rautan mukena ku yang mulai
basah akibat air mata yang keluar dari
mataku, dan mengalir di pipiku kemudian
jatuh membasahi mukenaku. Ku lihat jam
dinding di ruang tamuku dan jam itu
menunjukkan pukul 4 sore. Besok pun
semakin dekat, dan semakin dekatlah pula
pertemuan antara aku dan Revo di
sekolah. Aku harus bisa menghadapi
sikapnya jika sewaktu-waktu menanyakan
respon dan tanggapanku akan semua
pertanyaannya. Aku harus siap dengan
semua itu.

6
Keesokan harinya pun aku langkahkan
kakiku menuju sekolahku, aku telah siap
menghadapi semua yang akan terjadi di
sekolah. Tentang Revo. Hari ini pun aku
berniat untuk menceritakan masalah aku
dengan Revo kepada Ria, Revi dan Rally.

“Apa?” Teriak Revi setelah


mendengarkan ceritaku.

“Ssstt. Jangan keras-keras donk Rev,


takut ada yang dengar” protesku.

“Kapan Revo mengungkapkan semua


itu padamu, Ran?” Tanya Ria sambil
memegangi pundakku dan berharap aku
akan menceritakan semuanya.

“Sewaktu malam tahun baru, Revo


mengirimkan aku SMS yang berisi

5
pengakuan cintanya terhadapku. Awalnya
aku bingung dan khawatir Ria”. Jelasku

“Mengapa kau merasa khawatir Ran?”


Tanya Rally

“Aku khawatir kalau persahabatan aku


dan Revo akan rusak akibat pengakuan
cintanya padaku, aku takut pengakuan
cinta itu adalah awal jauhnya aku dari
Revo. Aku takut semua itu akan terjadi,
seperti Sirtan yang kini jauh dan
meninggalkan aku”. Keluhku. Riapun
langsung menepuk bahuku, berusaha
menenangkan semua perasaanku.

“Apa mungkin Revo itu benar-benar


mencintaimu, Ran?” Tanya Revi.

“Entahlah, aku juga tidak yakin”.


Jawabku

6
“Kamu tahu sendirikan Revo itu
orangnya kayak gimana? Dia tuh enggak
pernah yang namanya pacaran. Cinta aja
dia enggak pernah tahu dan ngerti, tapi
tiba-tiba dia ngungkapin ke kamu”. Jelas
Revi.

“Benar juga yang dikatakan Revi.


Setahu aku Revo tuh emang enggak
pernah pacaran, jangankan pacaran, suka
sama orang aja di belum pernah. Dan
sekarang dia ungkapin perasaannya ke
kamu, Ran. Sahabatnya sendiri” Tambah
Ria meyakinkan.

Untuk beberapa saat aku terdiam


sebentar dan memikirkan semua
perkataan dan penjelasan dari sahabatku,
“Benar juga yang kalian katakan. Revo
memang tidak pernah pacaran dan

5
sekalinya dia ungkapin cinta itu sama aku,
sahabatnya sendiri”.

“Bukankah itu malah lebih baik,


berarti cinta pertama Revo adalah kamu
Ran, sahabatnya sendiri. Kamu kan tahu
Revo itu orangnya pemalu tapi dia bisa
ungkapin perasaanya sama kamu, berarti
dia memang sungguh-sungguh mencintai
kamu, Ran. Wah, hebat kamu Ran, bisa
menaklukan hatinya Revo”. Jelas Rally
sambil sedikit mendorong tubuhku hingga
menghadap cermin di kamar mandi
sekolahku.

Aku tahu maksud Rally mendorongku


agar aku bisa melihat sisi baik dariku, dan
agar aku bisa melihat bagian mana yang
Revo suka dariku.

6
“Hayo.. malah keasikan ngaca lagi!”
teriak Revi yang mengagetkan aku.

“Menurut kalian apa yang harusnya


aku lakukan sekarang?” Tanyaku pada ke3
sahabatku.

“Menurut aku kamu harus terima dia”


Jawab Rally

“Kalau menurut aku kamu harus bisa


belajar untuk mencintai Revo dan
melupakan segalanya tentang Sirtan!”
Jawab Revi.

“Dan kalau menurut aku kamu harus


bisa melihat seberapa jauh perasaanmu
pada Revo. Jika kau tidak bisa belajar
mencintainya maka jangan kau berikan
harapan lebih ke dia, karena itu semua
dapat menyakiti perasaannya. Jika kau

6
memang menaruh perasaan terhadapnya,
kau harus berikan respon positif
terhadapnya. Tanyakanlah pada hati
kecilmu, Ran!” Jawab Ria.

Semua perkataan dan nasihat ke3


sahabatku memang benar, seharusnya aku
bisa meyakinkan hatiku dan lebih jauh
mengetahui besarnya cinta Revo
terhadapku. Setelah pulang sekolah aku
berfikir keras berharap dapat menemukan
semua jawaban yang selama ini aku
tunggu.

Kini aku tahu jawabannya. Bahwa aku


memang mulai mencintai Revo dan mulai
bisa menilai seberapa besar cintanya
untukku. seperti apa yang telah Ria bilang,
kalau aku mencintainya aku harus
memberikan respon positif padanya dan

6
mulai belajar mencintainya dan
menerimanya yang bukan lagi sebagai
sahabatku melainkan lebih dari itu.
Dengan semangat ku ambil hp ku dan
mulai ku tulis pesan

Buat pertanyaanmu yang kemarin

Kini aku sudah punya jawabannya

Bahwa aku juga kini mulai


mencintaimu

Ran

Ku cari nomor hp Revo dalam


contactku, dan pesanku telah terkirim,
sekarang aku tinggal menunggu
jawabannya saja. Dengan hati setengah

7
tak sabar akan jawaban Revo. Ku genggam
handphone erat dan tak ingin kulepas
sampai dering hanphone itu berbunyi.
“Alhamdulillah” ucapku ketika layar hp ku
menyala dan deringnya pun mulai
terdengar.

Syukurlah cintaku tak di abaikan


olehmu Ran.

Maafkan aku Ran. Karena mungkin


aku telah menghancurkan
persahabatan kita dengan semua
tingkah dan semua perbuatan ku ini!

Revo,

Kau tidak salah Revo, aku pun kini


melakukan apa yang telah kamu
lakukan. Aku Cuma berharap dengan

6
adanya cinta kita bisa dapat lebih
bersatu dari sebelumnya

Lalu bagaimana dengan perbedaan


keyakinan kita? Apakah tidak apa-apa
kalau kita pacaran tapi kita tidak satu
keyakinan?”

Ran,

Menurutku itu semua tidak apa-apa,


lagi pula kita hanya pacaran, belum
ke hubungan yang lebih serius kan?
Asal kita bisa ngerti keyakinan satu
sama lain.

Revo,

Baiklah kalau seperti itu. aku tinggal


menunggu bukti pengakuanmu saja
Revo.

6
Ran,

Bukti pengakuan? Maksudmu


pengakuan bahwa aku mengajakmu
menjadi pacarku?

Revo,

Iya, begitulah

Ran,

Kapan dan di mana aku bisa


menembakmu

Revo,

Revo, Revo. Kamu ini polos banget


iya, kalau kamu mau nembak aku
seharusnya jangan bilang-bilang aku,
harusnya kamu berikan kejutan
untukku bukan malah minta
pendapatku. Bagaimana sih?”

7
Ran,

Owh, iya yah. Maaf yah aku polos


banget, yaudah deh nanti aku tanya
dulu ke teman aku, cara nembak
cewek.

Revo.

Setelah aku selesai membicarakan


semua itu lewat pesan dengan Revo. Kini
aku tertawa sendiri, mengingat betapa
polos dan lugunya Revo. Sampai-sampai
dia ingin bertanya dan mencari tahu
caranya untuk menembakku.

Kini hari-harikupun di mulai kembali,


tak ada lagi Sirtan dalam hariku, tak ada

5
lagi perasaan sedih akibat perginya Sirtan,
yang ada di hatiku kini hanya ada Revo.
Cowok lugu yang berusaha merebut
hatiku. Hati sahabatnya sendiri. Aku kini
bangga terhadapnya karena kini dia
mampu berubah menjadi sosok yang
dewasa dan mulai mengerti arti kehadiran
sosok wanita bagi hidup dan hatinya.

Keesokan harinya di sekolah, Revo


menghampiriku dan mulai membuka
pembicaraan di hadapanku.

“Hay, Ran. Bagaimana kalau hari ini


kita ke Warnet (Warung Internet)?” Tawar
Revo dengan suara pelan agar tidak
terdengar sahabatku yang lain.

“Ke Warnet? Mau ngapain?” Tanyaku


heran.

6
“Aku mau cari tugas Matematikanya
Pak Arie. Kamu juga mau mencarinya
kan?” Tanyanya.

“Iya sih, aku belum sempat


mencarinya. Sama siapa aja ke
warnetnya?”

“Berdua aja” Jawab Revo singkat.

“Berdua? Apa aku boleh ajak Ria atau


Revi?”

“Jangan, kita berdua aja” Tolaknya.

“Kalau dengan Rally?” tanyaku

“Sudahlah kita berdua saja, kalau ada


mereka bisa-bisa rencanaku gagal total”
Jawab Revo.

“Rencana? Rencana apa?” Tanyaku


heran

5
“Enggak. Nanti juga kamu tahu
sendiri”

“Iya udah, nanti pulang sekolah kita


ke warnet” Tegasku

“Baiklah, setelah ini kau akan senang


dan tak akan pernah teringat-ingat Sirtan
lagi”. Revo pun pergi dengan tawa kecil di
wajahnya. Yang membuat aku heran
adalah pernyataanya yang terakhir, apa
yang dia maksud? Kenapa dia bilang
bahwa setelah ini aku akan bahagia dan
takkan pernah teringat-ingat Sirtan lagi?
Aku sama sekali tidak mengerti oleh
semua sikapnya.

5
4
Bel sekolah pun berbunyi tak kuasa
aku menahan rasa penasaranku yang
semakin meluap, kulangkahkan kakiku
menuju pintu kelas yang telah siap
mempersilahkan aku tuk bisa mengetahui
semua pertanyaan di dalam benakku,
tentang Revo. Apa yang akan dia lakukan
untuk hari ini? Kejutan apa lagi yang akan
dia kasih kepadaku yang mampu
membuatku berfikir dengan ribuan sel otak
yang akan siap bertarung untuk
menemukan jawabannya.

Kulihat dari kejauhan sosoknya yang


siap menghampiriku dan bersiap
mengajakku masuk ke dalam ajakan dan

5
titahnya melambaikan tangan seolah siap
memberiku semua jawaban dari semua
pertanyaan bimbang yang telah ia
lontarkan kepadaku. “Hufth” dalam hatiku
berkata. Lalu apa lagi yang akan tuhan
tunjukkan kepadaku apakah dia akan
menurunkan ujian baru untukku atau dia
akan memberikan sedikit tetesan
kebahagiaan untukku lewat diri Revo?
Kurasa aku sudah tahu jawabannya. Pasti
ujian. Tuhan tak pernah sedikitpun
memberikan aku sedikit cahaya menuju
kebahagiaanya, dia selalu memberikan
cobaan yang teramat berat padaku yang
lemah dan penuh kesalahan ini.

Wajahnya yang polos akan semua


pengakuan cintanya padaku ia perlihatkan
kembali didepanku dan untuk sesaat aku

6
terdiam terpaku melihat wajahnya yang
dapat membuatku berhenti berkedip, dan
mencoba mengalihkan perhatianku dari
wajahnya.

“Jadi hari ini?” Tanya Revo yang


mampu membangunkanku dari
lamunanku.

“Oh, tentu. Aku sudah terlanjur janji


padamu Revo, dan aku akan tepati janjiku
terhadapmu” Jawabku dengan sedikit
senyuman di wajahku.

“Baiklah kalau begitu, bisakah kita


berangkat sekarang?”

“Oke deh,,”

Di pertengahan jalan terdengar


panggilan seorang pria yang berusaha

6
mendekatiku dan Revo. Ivan, dialah adik
kelas sekaligus teman Revo.

“Rev, mau kemana lw?” Tanya Ivan


yang berusaha menempatkan dirinya di
sela antara aku dan Revo.

“Gw mau ke warnet, Van” Jawab Revo.

“Gw ikut ya, sekalian mau cari tugas”


Tanya Ivan dengan nada memohon.

“Aduh gimana ya, gw udah ada janji


dengan Ran untuk ke warnet bareng
dengan dia”

“Yaudah kebetulan kalau begitu lebih


baik kan kita bisa berangkat bertiga”
sambung Ivan.

“Tapi..” Kata-kata Revo pun terputus.

6
“Tapia pa? jangan-jangan kalian
janjian ya. Hayo.. lw ngaku aja deh Rev..”
Celetuk Ivan. “Kak Ran, koq mau sih di ajak
sama Revo, dia kan enggak ada sisi
romantisnya sama sekali, kalau deket
cewek aja tubuhnya jadi dingin setengah
mati. Apalagi soal cinta, dia bukan ahlinya
deh”. Jelas Revo padaku seraya mengejek
Revo yang udah dia kenal sejak lama.

“Lw ini Van, enggak bisa apa liat w


seneng dikit aja?”.

“Enggak bisa.. hhe.. yaudah bareng


aja yuk ke warnetnya!” Ajak Ivan yang
memutuskan sendiri pendapatnya.

Aku dan Revo pun nyerah dan tak


sanggup mengelak kemauan Ivan, Revo
pun mempersilahkan Ivan ikut denganku

5
dan Revo. Awalnya aku kesal karena Revo
tak bisa bersikap tegas dan menepati
janjinya. Padahal aku saja tidak mengajak
ke3 sahabatku karena Revo tidak
memperbolehkannya, tapi dia malah
mempersilahkan Ivan ikut dengannya.

Sesampainya di warnet, Revo pun


langsung bergabung dengan Ivan dan
melupakan aku, lalu meninggalkan aku di
lantai bawah warnet itu. saat itulah rasa
kesal itu pun mulai meledak, ingin rasanya
aku jambak rambutnya agar dia nyadar
bahwa aku masih ada di sampingnya.
Dasar Revo. Cowok polos bahkan terlalu
polos sampai-sampai tidak memberikan
aku kesempatan berbicara sedikitpun.
Lalu aku pun memutuskan untuk pulang

6
saja dan mengerjakan semua tugasku di
rumah tanpa pamit pada Revo.

Kubanting tasku ke atas ranjang


tempat tidurku. Ku rebahkan tubuhku di
atasnya dan langsung mengepalkan kedua
tanganku menahan kesal akibat ulah Revo
hari ini padaku. Apa yang telah ia lakukan
padaku? Pertama dia membiarkan aku
penasaran dengan segala pertanyaan dan
seluruh pernyataan yang telah ia lontarkan
padaku. Kedua ia melarangku mengajak
salah satu dari sahabatku untuk ikut aku
dengannya. Yang ketiga ia membiarkan
Ivan untuk ikut dan menghancurkan semua
rencana dia denganku. Dan yang terakhir
dia membiarkanku seorang diri di bawah
dan tak sedikitpun menghiraukanku yang
sengaja menunggu jawaban darinya atas

7
semua pernyataannya di depanku. Habis
sudah kesabaranku atas semua sikapnya
yang lugu itu. aku sudah bingung harus
dengan cara apa lagi untuk bisa pahami
semua tingkahnya.

Kubuka kembali buku catatan


harianku dan kutulis semua perasaan yang
sedang aku rasakan.

Akankah kau melihatku saat aku jauh?

Akankah kau merasakan kehilangan


aku?

Jiwaku yang telah mati bukan cintaku

Janji ku akan selalu abadi hanya


milikmu

Q pergi tanpa pamit di akhir cerita ini

8
Akankah kau mampu melihatku di hari
nanti?

Revo. Satu kata dan satu nama yang


telah mampu membuat hati dan jiwaku
penuh tanda tanya akan seluruh sikap dan
tingkahnya. Tak habis aku di buat
penasaran olehnya. Telah habis semua
tenaga dan pikiranku untuk bisa
memahami semua isi hatinya. Tak pernah
terfikirkan olehku akan semua
keistimewaan dirinya. Rasanya ingin sekali
aku dapat mengerti dan memahaminya.

Berilah sedikit waktu dan kesempatan


untukku agar dapat mengabdikan diriku
terhadap semua ungkapannya. Izinkan aku
tuk bisa mengawali kisah cintaku yang
baru yang di hiasi dengan kebahagiaan
yang dapat menuntunnya kepada jiwaku

5
yang membutuhkannya. Dapatkah aku
memahami isi hatinya?

Bagiku dia sudah lebih dari ribuan


tanda tanya yang selalu menari di atas
kepalaku, berputar-putar dalam roda
kehidupanku. Sungguh dekat dirinya
menjadikan bentuk hatiku dengan tanda
tanya , hakku sebagai wanitapun mungkin
sudah terhapus bila aku selalu dekat
dirinya. Sebegitu poloskah dia sampai tak
bisa mengenali dan memahami hatiku
sebagai seorang wanita?

Tubuhku terbujur kaku akibat ulahnya,


hidupku rasanya penuh dengan dirinya.
Sehari dalam hidupku tak bisa aku lewati
tanpa bayang-bayang wajahnya, sedetik
dalam waktu ku tak bisa aku lalui tanpa
suara merdunya yang mampu

6
menggetarkan jiwaku, seumur hidupku tak
akan bisa aku lupakan dirinya jika dirinya
begitu penting untukku.

Merenung dan terus merenung, itulah


pekerjaanku sekarang. Apa yang selama
ini selalu aku renungkan? Apakah Revo
yang selalu menjadi bahan renunganku?
Iya. Jawabku. Revo telah merubah
segalanya, seistimewa apakah dirinya
bagiku? Sampai membuatku selalu
berusaha memikirkannya.

Resah rasanya hatiku jika terus selalu


dan harus menunggu semua kepastian,
semua harapan yang telah ia berikan dan
ciptakan untukku. aku terus mencari dan
mencari tapi apakah aku dapat hasil?
Tidak. Itulah jawab alamku. Apa yang telah
aku lakukan untuk Revo? Kenapa aku telah

7
bertindak sejauh ini untuknya. Dia adalah
sahabatku dan sekarang dia berusaha
merubah status itu. kemampuannya
membuatku ragu, apakah mungkin dia
mampu merubah status itu? Revo itu laki-
laki yang baik dan bertanggung jawab
akan semua perbuatannya, tapi apakah dia
mampu bertanggung jawab akan semua
yang telah ia lakukan padaku. Dia harus
bertanggung jawab karena dia telah
merubahku mengalihkan perasaanku
terhadapnya, dia telah merubahku untuk
mencintai dan menyayangi dirinya lebih
dari dulu.

6
5
Sudah tiga hari aku tidak bertutur
sapa dengan Revo. Entah kenapa dia jadi
bersikap dingin setiap bertemu denganku,
dia berubah menjadi lebih pendiam jika
berhadapan atau ada aku di sekitarnya, dia
jadi salah tingkah jika aku menyapa atau
mengajak berbicara padanya. Setelah 4
hari dari kejadian di warnet itu, dia sudah
mulai berubah, jika aku ajak dia bicara dia
selalu menjawab dengan jawaban yang
singkat dan tidak menatap wajahku. Dia
selalu mengalihkan wajahnya ke setiap
sudut tapi bukan ke wajahku, terutama
mataku. Apa dia takut denganku? Apa aku

5
melakukan kesalahan padanya? Sungguh
aku tak mengerti dengan sikapnya.

“Kenapa sih Ran, akhir-akhir ini kau


selalu saja melamun?” Tanya Ria

“Owh, kamu Ri. Aku sama sekali


enggak ngelamun koq Ri” jawabku.

“Mikirin Revo lagi yah?” Senyum Ria


kini berubah menjadi senyum tanda
kekhawatiran. Dia memang sahabat yang
terbaik bagiku, selalu dia yang ada di saat
aku membutuhkan sandaran terhadap
semua masalahku.

“Enggak mikirin apapun koq Ri” Kini


akulah yang menyodorkan senyum kecil
pada Ria.

“Kamu enggak bisa bohong sama aku


Ran, aku tahu kamu sedang memikirkan

6
sesuatu, dan aku tahu cuma Revo yang
bisa membuat kamu sering melamun
seperti ini”

“Beneran deh Ri, aku enggak mikirin


Revo” Aku tak ingin membuat Ria khawatir
akan keadaanku. Kini hatiku sedang kalut.
Kalau aku seperti benang entahlah sudah
jadi apa aku ini, kusut diremas-remas.

“Apa perlu kamu membalas cintanya


Ran?” Tanya Ria tiba-tiba.

“Menurutmu aku harus membalasnya


Ri?”

“Ran, aku ini sedang bertanya


padamu kenapa kamu malah tanya balik
padaku”.

6
“Habis aku bingung Ri, apa yang
sedang aku rasa sekarang ini. Aku benar-
benar bingung”. Keluhku.

“Ayo ikut aku!” ditariknya lenganku


dan Ria pun membawaku ke kantin. Dia
mengajak aku melihat sosok Revo yang
sedang bercanda dengan seorang anak
perempuan seusiaku.

“Apa yang kamu rasakan sekarang


Ran?” Tanya Ria setelah aku melihat
kejadian itu.

“Rasanya dadaku sesak Ri, Rasanya


ada sesuatu yang mengganjal dari
perasaanku” Jawabku. Dadaku terasa
sesak sesaat meliht keasyikan Revo
dengan perempuan itu. hanya ada satu

5
pertanyaan di hatiku saat itu. “Apa yang
sedang mereka lakukan?”

“Sekarang aku tahu jawaban atas


pertanyaan mu Ran”

“Apa Ri? Apa yang sudah kau


ketahui?”

“Kau harus membalas cintanya Ran,


karena kau telah jatuh cinta terhadapnya.
Kau merasa ada yang mengganjalkan
setelah melihat Revo bercanda dengan
anak perempuan lain? Itu adalah bukti
perasaanmu terhadap Revo”

“Apa yang kamu maksud Ri? Aku


sama sekali tidak mengerti”

“Kau terlanjur menyukainya, bukan


lebih dari itu kau telah mencintainya. Kau
merasa iri dengan perempuan itu karena

6
dia telah membuat Revo tersenyum dan
tertawa bahagia. Kamu cemburu!” Jelas
Ria.

“Aku cemburu ?”

“Yalah kau pasti cemburu sama dia.


Karena kau merasa dia telah merebut
perhatian Revo. Dengarkan aku Ri. Cinta
itu membuat kita akan menjadi lebih egois
dari biasanya. Kamu tahu kenapa?”

“Enggak. Bisakah kau jelaskan itu


padaku?”

“Cinta membuat kita ingin memiliki


orang yang kita cintai sendirian, tanpa
memikirkan orang lain yang juga butuh
orang yang kita cintai. Itulah sebabnya ada
perasaan cemburu dalam dirimu. Karena
kau sudah mencintai Revo, dan kau sudah

6
beranggapan bahwa Revo adalah milikmu
dan enggak ada orang lain yang boleh
memiliki perhatian Revo selain dirimu,
itulah sebab bahwa cinta itu egois.”

Perkataan terakhir Ria memang benar,


aku merasa bahwa Revo adalah milikku
semua tentang Revo hanya untukku, tanpa
memperdulikan orang lain yang juga butuh
dan berhak mendapatkan perhatian Revo.
Bodohnya aku, aku egois karena telah
membiarkan Revo menjadi milikku.
Padahal aku tahu bahwa setiap orang yang
dekat denganku seperti Sirtan dan Revo,
enggak akan bisa mendapatkan
kebahagiaan dariku, karena
kebahagiaanku tak pernah bisa aku
wariskan dan aku turunkan kepada orang-
orang yang aku cintai, jangankan mereka

6
aku saja belum bisa merasakan
kebahagiaan itu dalam hidupku.

Aku harus bagaimana tuhan?? Apakah


perbedaan keyakinan antara aku dan Revo
belum cukup menjadi alasan tak dapat
bersatunya kami? Apa perbedaan
keyakinan itu yang membuat kau
meragukan tulusnya cinta kami, tuhan?
Kenapa kau buat aku dan mengijinkan aku
mencintainya dan menganggapnya bagian
terpenting dalam hidupku? Apakah cintaku
ini yang telah membuat persahabatan aku
dan Revo menjadi renggang dan sulit
untuk disatukan?

Kenapa cinta itu tak seindah yang


dikatakan para pujangga? Kenapa cinta
selalu dijadikan tema sebuah cerita kalau
cinta itu menyakitkan? Kenapa cinta selalu

7
di jadikan alasan lahirnya umat kalau cinta
tak pernah melahirkan kebahagiaan?
Kenapa cinta selalu dijadikan buah bibir
kalau cinta selalu membuahkan
kemalangan? Kenapa cinta selalu
menghampiri insan kalau cinta itu tak
pernah menghampiri kebahagiaan? Kenapa
cinta dijadikan simbol ketulusan kalau
cinta sendiri tak pernah bisa disimbolkan
dalam hati? Kenapa cinta itu dianggap
abadi kalau cinta hanya kebutaan semata?

Yang aku tahu kalau cinta itu memang


indah, cinta itu sebuah alasan, cinta itu
memang sebuah tema, cinta itu buah bibir
belaka, cinta itu menghampiri, cinta itu
sebuah simbol, cinta itu abadi tapi aku
juga tahu kalau cinta tak seindah yang aku
bayangkan, cinta itu hanya sebuah alasan

8
yang membuat bibir kita tak henti
berbicara bahwa cinta yang menghampiri
dan sebuah simbol ketulusan yang bisa
mengabadikan didalam hati kita. Hanya itu
yang aku tahu. Ria mengajarkan satu hal
lagi tentang arti cinta dan peranan cinta
dalam hati kita. Cinta itu egois dan
memaksa. Egoiskah kita saat kita melihat
orang lain meminta haknya untuk
mendapatkan perhatian orang yang kita
cintai? Egoiskah kita saat kita merasa
bahwa orang yang kita cintai adalah milik
kita seorang? Terpaksakah kita jika kita
menangis demi orang yang kita cintai?
Memaksakah cinta yang haus akan kasih
sayang setiap insan.

Apakah aku jahat karena telah


menodai persahabatanku dan Revo

9
dengan cinta? Apakah Revo juga
merasakan kebimbangan yang sama
sepertiku, ataukah aku terlanjur
mencintainya? Aku tak mengerti dengan
semua ini, adakah orang yang mampu
mengajari dan memberitahu aku tentang
semua ini.

Kubuka lembaran baru dalam buku


harianku. Setiap kata aku goreskan penuh
kebimbangan dapatkah aku melalui semua
ini?

Salahkah aku bila aku mencintaimu?

Dosakah aku bila tuk memilikimu?

Mungkinkah aku harus


meninggalkanmu?

6
Setelah aku mencintaimu, kau
memang bukan cinta pertamaku, tapi
kaulah yang selalu ada di hatiku

Kau buat aku lebih mencintai cinta

Dan kaulah pinta terakhirku.

Revo tak pernah memberikan


keputusan yang pasti padaku, dia tak
kunjung menembakku dan mengatakan
cintanya padaku secara langsung, apakah
yang membuat dia ragu akan kepastian
itu?

Aku tak yakin mampu menunggunya


terlalu lama, karena hasrat manusiawiku
yang haus akan cinta selalu keluar setiap
saat. Mampukah aku bertahan selalu dan
menegakkan tiang cintaku terhadapa

5
Revo? Aku tak yakin tiang itu akan terus
berdiri.

Waktuku terus berjalan dan tak


pernah hiraukan aku yang selalu berharap
waktu dapat dihentikan seperti Nabi
Muhammad yang dapat memberhentikan
matahari. Aku tak dapat melagukan
nyanyian cinta dengan merdu seperti Nabi
Daud yang mampu bernyanyi dengan
merdu. Aku tak dapat menafsirkan setiap
mimpi-mimpiku seperti Nabi Musa. Aku tak
dapat setabah Nabi Ayub yang telah tabah
menerima semua cobaan Allah. Aku juga
tak setegar Maryam yang mampu
menerima gunjingan dari orang lain. Aku
bukanlah orang yang hebat dan mampu
melakukan hal yang banyak.

6
Dua kebahagiaan yang selal
menyertaiku adalah keluarga dan sahabat-
sahabatku. Dua kebahagiaan yang mampu
membuat ku dan menjadi alasanku
bertahan sampai sekarang ini, aku
mendapatkan cinta yang tulus dari mereka
tetapi aku tak pernah memberikan dan
merasakan cinta yang sesungguhnya pada
pria. Pengalaman cintaku selalu gagal dan
tak pernah bahagia. Akhir cerita cintaku
selalu begini, tak ada sedikitpun keindahan
di dalamnya. Dalam segi material aku tak
pernah sedikitpun merasakan kekurangan,
apapun yang aku perlukan selalu tersedia
dalam rumahku, apapun yang aku pinta
selalu dikabulkan oleh orang tuaku tapi
dalam segi mental sejujurnya aku selalu
merasa kekurangan, apapun yang aku
perlu tak pernah ada untuk kepuasan

7
batinku, apapun yang aku pinta tak pernah
dikabulkan dalam hatiku.

6
Didalam segala kebimbanganku pun
handphone ku tiba-tiba berdering dan
terlihat satu pesan baru untukku. Dari

8
Revokah pesan itu? ternyata dugaanku
salah. Tak tertera nama pengirim di pesan
itu, hanya sebuah nomor baru yang belum
ada di contact handphone ku. Dan isinya
salam kenal dari dia.

Langsung kubalas dan kutanya


namanya tapi dia hanya balas “Vino”.
Mungkinkah namanya Vino? Atau hanya
nama samaran? Tak berapa lama pesan
baru pun dari Vino tiba.

Kamu Ran kan? Aku sering melihatmu


disekolah, tapi aku tak pernah berani
menyapamu dan asal kau tahu aku
telah mencintaimu saat pertama aku
melihatmu!

Vino,

6
Astaga! Apa lagi yang akan terjadi?
Belum selesaikah masalah dalam hidupku.
Siapa lagi yang akan datang dan membuat
aku bingung? Haruskah aku kembali
menata dan merasakan kepahitan tentang
cinta? Haruskah kejadian antara Sirtan dan
Revo terulang kembali? Vino ? siapakah
dia? Apakah aku mengenalnya. Tak pernah
sedikitpun aku dengar nama itu di
sekolahku, tak pernah ada temanku yang
mengenal nama itu. aku tahu Vino
hanyalah nama samarannya. Apakah Ria,
Revi atau Rally yang sedang mengerjaiku.
Tidak. Mereka tidak mungkin bertindak
bodoh seperti itu terhadapku, mereka tidak
akan setega itu melakukan itu padaku.
Kalau memang Vino adalah mereka,
haruskah pernyataan cinta itu keluar dari
mulut mereka sebagai seorang wanita?

5
Haruskah pernyataan yang harusnya
diungkapkan oleh pria di ungkapkan oleh
mereka. Tidak mungkin. Vino bukanlah
salah satu dari mereka.

Siapa sebenarnya sosok Vino, aku


begitu tersanjung ketika mendengar
bahwa ia jatuh cinta kepadaku sejak
pertama kali bertemu denganku. Setelah
beberapa hari, aku coba mencari-cari
informasi tentang keberadaan Vino, tapi
pencarianku tak membuahkan hasil sama
sekali. Yang aku tahu Vino adalah kakak
kelasku dan dia teramat mencintaiku,
hanya itu yang aku ketahui tentang dia.

Sosok Vino yang kini hadir dalam hari-


harikupun mampu menghilangkan semua
kegelisahanku kepada akhir cerita cinta
antara aku dan Revo. Revo masih sering

6
kirim pesan singkat yang berisi dia masih
mencintaiku dan masih berusaha merebut
hatiku, tapi pesan itu tak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, Revo sama
sekali tak menghiraukan aku selama di
sekolah, dia berusaha menjauhi aku dan
berusaha tak melihat mataku.

Kalau Revo benar-benar mencintaiku,


dia harusnya lebih gigih mempertahankan
cintanya untukku. aku terus berusaha
menunggunya, menunggu kepastian yang
belum pasti darinya. Menunggu dan terus
menunggu, dia selalu membiarkan aku
melakukan hal yang membosankan seperti
itu. tak bisakah dia lebih cepat
memberikan keputusan yang pasti
padaku?

7
Kualihkan perhatianku pada layar
handphone yang tertulis pesan baru dari
Vino.

Setitik sinar yang mewarnaiku, walau


dikit namun pasti. Kamu adalah
malaikat yang dititipkan tuhan
kepadaku, untuk mewarnai hariku.

Aku beruntung mencintaimu

Vino,

So sweet! Pesan itu indah sekali, baru


pertama kali aku dikirimkan pesan yang
begitu romantis dari seseorang, seseorang
yang benar-benar mencintaiku. Tapi
sosoknya yang belum bisa ku temukan pun
membuat aku tak pernah
menghiraukannya, karena dia tak dapat ku
lihat. Seandainya aku dapat menepis

5
kehadirannya, aku pasti tak akan pernah
menghiraukannya dan tak akan sedikitpun
perduli dengannya. Tapi entah kenapa aku
bisa selalu perduli dengannya, aku juga tak
bisa membohongi perasaanku sendiri kalau
aku terlanjur kagum kepadanya. Aku lihat
banyak harapan yang tersimpan dan
tercipta darinya untukku, dan untuk semua
cinta tulusnya padaku.

Kini dihidupku terdapat dua orang pria


yang sangat mencintaiku dan berusaha
merebut hatiku, Vino dan Revo. tapi
dihatiku masih tersimpan sisa cinta untuk
Revo, tak sedikitpun hatiku berniat untuk
berpaling darinya. Vino pun berusaha
keras mendapatkan hatiku dan berusaha
mengambil semua perhatianku dari Revo,
dia banyak mengirimkan kata-kata

6
romantis padaku lewat pesan singkat, tapi
andai dia tahu bahwa semakin dia
berusaha merebut hatiku melalui kata-kata
itu justru aku semakin ingin menjauhinya.
Karena aku tak begitu menyukai laki-laki
yang romantis seperti Vino. Aku suka laki-
laki yang biasa saja. Aku berusaha
memberikan pengertian kepada Vino agar
dia tak terlalu berharap banyak dariku, aku
berusaha agar dia tidak mencintaiku lagi.
Tapi semakin aku berusaha, semakin dia
mencintaiku bahkan lebih dari
sebelumnya. Mungkin dia sangat
mencintaiku dan tak ingin aku pergi
darinya.

Semakin aku coba mencari informasi


tentang dirinya tapi semakin aku tak
mendapatkannya. Aku telah mengajaknya

7
bertemu tapi ketika waktu pertemuan tiba,
aku malah ada keperluan mendadak dan
akhirnya pertemuan itupun batal. Tak
adakah jalan untukku bertemu dan
mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

Kata-kata yang diungkapkan Vino


pada malam itu berhasil menawanku di
antara masa lalu dan masa depanku.
Bagaikan disambar petir ditengah-tengah
samudera yang menerpaku. Kata-kata itu
membangunkan aku dari tidur masa lalu
berikut semua kepedihan yang
membawaku ke sebuah panggung yang
penuh dengan sandiwara kehidupan.

Kau tahu apa yang membuatku sulit


melupakanmu?

8
Matamu, matamu begitu indah saat
kau melihatku.

Senyummu, senyummu yang manis


membuat hatiku terpaku

Pikiranmu, pikiranmu yang luas


membuat aku kagum akan
kedewasaanmu

Rambutmu, rambut panjangmu


bagaikan sutra yang lembut

Dekapanmu, meski jauh dekapanmu


terasa hangat bagaikan selimut
untukku.

Hatimu, aku rasakan dalam hatimu


begitu terang, sejuk, damai, membuat
aku jatuh cinta padamu

5
Wajahmu, begitu ayu, cantik jelita
membuat hati pria tergila-gila begitu
juga diriku

Bibirmu, merahnya bibirmu membuat


aku sakit bila tak melihatnya

Semua yang ada pada dirimu


membuat aku jatuh cinta dan sulit
melupakanmu

Vino,

Aku tak dapat berkata apapun, semua


ungkapan Vino mampu membuat
kepercayaan diriku bangkit kembali.

Ka Vino, makasih karena kakak telah


mencintaiku begitu dalam, meskipun
aku tak tahu siapa kakak, aku harap
kakak tak akan pernah
mengecewakanku.

5
Ran,

Aku tak akan mengecewakanmu Ran,


aku janji dengan semua cintaku yang
begitu besar padamu, akan kuubah
kepedihan hatimu dengan segala
kemampuanku.

Vino,

Aku percaya kalau kakak tak akan


mengecawakanku, dan aku akan
mencoba percaya akan semua
kemisteriusan sosok kakak.

Ran,

Terima kasih, karena kau telah


mempercayaiku tak akan aku sia-
siakan kepercayaanmu.

Vino,

5
Kenapa kakak masih
mengharapkanku, padahal kakak tahu
aku telah mencintai orang lain?

Ran,

Pertanyaan bodoh.

Vino

Kenapa pertanyaan bodoh?

Ran,

Kau bertanya tentang sesuatu yang


sudah pasti, aku terlanjur
mencintaimu Ran, dan aku akan
berusaha meraih cintamu dan akan
terus berdiri dengan kokoh untuk bisa
membuatmu jatuh cinta kepadaku.
Hanya itu harapanku Ran.

5
Vino,

Arrgggh… rasanya aku ingin teriak


sekencang-kencangnya agar seluruh isi
dunia ini tahu kalau aku membutuhkan
seseorang yang mampu tenangkan
pikiranku.

Sungai dalam batinkupun kian


membeku dengan kehadiran sebuah batu
es yang didatangkan tuhan tepat diatas
aliran sungai dalam hatiku. Kehadiran batu
es itu tak kuasa menahan setiap waktuku
untuk terus mengalir mengikuti alunan
lagu yang selalu diperdengarkan ditepian
sungai hatiku.

Kuambil sebuah komik detective


conan yang ku yakin dapat menenangkan
hatiku dan untuk mengistirahatkan seluruh

6
sel-sel otakku. Setelah ku baca komik itu
entah kenapa hatikupun mulai tenang dan
mulai terlupa dengan seluruh kejadian
yang telah terjadi. Zzzz… kutaruh komik
itu tepat diatas mukaku berusaha
menutupi wajahku yang mulai lesu dan
terlihat menggendong semua beban yang
tak pernah berakhir, ku tutup mataku dan
mencoba pejamkan semua pandangan
yang dapat menyilaukan mataku. Untuk
beberapa waktu aku terlelap.

Adzan Maghrib pun telah menggema


dan membangunkanku dari tidurku,
huammm… astaga! Sudah maghrib, aku
belum shalat ashar. Waduh.. aku harus
cepat-cepat ambil air wudhu neh agar tak
terlewat lagi kesempatan untukku
menyembah tuhanku.

6
Kabar Revo pun telah jarang aku
dengar, aku tak tahu sebenarnya apa yang
telah terjadi padanya. Dia memang sekelas
denganku tapi aku jarang sekali tutur sapa
dengannya. Tawa khasnya pun tak pernah
aku dengar lagi, sebenarnya ada apa
dengan Revo?. Apa aku menyakitinya?

Anda mungkin juga menyukai