Anda di halaman 1dari 5

REYDN

Ini adalah kisah singkat yang aku alami beberapa tahun yang lalu, Saat aku Pertama masuk
Sekolah SMA Kelas 1, saat itu aku mendapati seorang laki-laki di kelas ku, yang sedang
duduk tapi tubuhnya menunduk.

" Haii, kenalin aku Dyna, temen kelas kamu." Sapa ku sambil senyum kecil

"Ohh,, yaa gue Rey." Jawabnya dengan menatap ke arah ku

terlihat tatapan matanya kosong dan mata itu seakan-akan berbicara kepada bahwa dia tidak
nyaman dengan keberadaannya saat itu.

Aku melanjutkan langkah ku dan duduk di belakang Rey. Pada jam pertama hanya di pakai
untuk perkenalan karena gurunya bilang " tak kenal maka tak sayang." Slogan yang gak asing
banget di telinga.

"Itu yang pake Hoodie coba perkenalkan nama kamu." Sontak Rey tertegun sejenak suasana
menjadi hening dalam sekejap. Ia berdiri dan memaparkan identitas dirinya.

" Reyzn Aldiano, Panggil gue Rey." Ucapan Rey membuat semua mata tertuju padanya.

"Okey selanjutnya belakang Rey." Sahut ibu Rina

" Sebelumnya izin memperkenalkan diri, Nama saya Ladyna, biasa di panggil dyna."

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB waktunya jam istirahat semua siswa - siswa
berhamburan ke luar kelas menuju kantin, terkecuali aku.

Aku tidak beranjak dari tempat dudukku dan ternyata Rey pun sama.

Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Boleh ikut duduk disini Rey?" Kedua matanya beralih menatap ku dan Rey hanya
mengangguk.

"Izin kan aku untuk mengenal mu jauh lebih dalam ?" Tanyaku

Aku sedikit terkejut ketika dia menghentikan aktivitas nya sejenak, menggerakkan badannya
ke arah ku sehingga kita berhadapan, dengkul kita bertemu satu sama lain. Itu membuat
jantung ku berdetak tak karuan, sebelum aku tidak pernah seperti ini.
"Kalo gue bilang boleh Lo mau apa ?" Tegas Rey

"Mau jadi temen Rey." Jawab aku

"Bisa gak sih Lo ngobrol pake Lo gue, aku kamu itu buat gue geli."

"Hmm okey meskipun aku belum pernah nanti aku coba."

"Yaa!"

"Belum makan, Rey aku bawa bekal makan kok?"

"Gak usah, makasi, gue gak suka nasi!"

"Emang Kamu sukanya apa ?"

"Sandwich"

Rey beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruang kelas entah ke arah mana Rey
pergi.

Setiap hari aku selalu saja membawa kotak makan yang berisi sandwich kesukaann Rey, aku
senang bisa berkomunikasi dengan Rey, pulang bareng sama Rey. Dan aku berfikir bahwa
Rey nyaman dengan ku. Meskipun Rey terkadang membuangnya tanpa sepengetahuanku.

"Lo liat Dyn apa yang Lo kasih gaada harganya buat dia." Tegas Tivany Sahabat Aku yang
kerapkali mengingatkan Ku untuk stop buat ngasih feedback baik buat Rey.

"Tapi kenapa dia selalu nerima pemberian dari aku Tii?"

"Karna Lo dibodohin sama dia, dia baik ke Lo itu bukan dia cinta sama Lo, tapi dia manfaatin
Lo mikir pake otak Dyn." Jawabnya dengan wajah yang di balut dengan emosi dan
kekesalan. Tivany berjalan ke arah Rey yang sedang bersama dua rekannya. Dengan satu
tamparan keras mendarat di pipi kanannya Rey.

"Heh Lo, cowo gatau malu banget yaa, Lo ngasih harapan ke temen gue tapi di belakang
temen gue Lo gituin bng*st!"

"Udah Tii kasian Rey nya." Aku menengahi pembicaraan mereka berdua untuk menghentikan
semua ini.
"Anjir gue gak sudi cinta sama temen Lo, gue nerima pemberian dia ya karna gue ngehargain
dia, dianya aja bodoh, deketin gue dari awal masuk, sok asik, so perhatian, dasar cewek
murahan." Tegas Rey dengan muka polosnya

"Selama ini Rey anggap aku apa, kok Rey jahat , dulu Rey engga gini?" Saat itu Aku tidak
bisa menahan airmata ku, perkataan Rey mengiris hatiku dan apakah aku salah jika
bermanfaat untuk orang lain apalagi untuk Rey.

"Gue anggep Lo cuma babu, puas Lo, cuihh gak akan sudi gue jatuh cinta sama Lo sampai
kapanpun, pergi Lo dari hidup gue jauh jauh Lo Cewek murahan!"

"Dasar laki - laki ba*Ingan jangan sampe Lo nelen ludah sendiri."

Kali ini aku merasa Rey bukan yang pertamakali aku kenal, dia kenapa segampang itu bilang
aku cewek murahan, aku berlari dengan sekuat tenaga, ingin sekali menghilang sejenak untuk
situasi saat ini tapi rasanya tidak mungkin, tapi aku bersyukur masih ada Tivany yang
menguatkanku saat ini.

Setelah satu minggu berlalu aku tidak masuk sekolah, karna setelah kejadian itu aku
mengalami tekanan mental, aku Konsul kepada pakar kesehatan mental. Dan sampai saat ini
Konsul ku masih berjalan, sepertinya aku akan di pindahkan, tapi kasian sekali Tivany, aku
bingung harus bilang apa.

Teruntuk Rey aku tidak menyalahkan mu atas semua ini, ini adalah salah ku dari awal.

Ini hari pertama dan terakhirku di sekolah ini, rasanya berat sekali untuk meninggalkan
sekolah ini, banyak sekali kenangan yang tersirat, dimana saat itu aku bercanda dengan Rey,
membaca buku di bawah pohon beringin, mendengarkan musik yang dia suka, kita berdansa
di tengah derasnya hujan, pulang dengan basah kuyup. Dan hal yang lainnya, Rey tanpa
kamu tahu kamu telah masuk ke dalam hidupku dan menjadi bagian terindah di dalamnya.
Moment bersamamu bukan hanya itu Rey, bahkan kita pernah liat bulan di bawah hamparan
rumput, kita pernah melihat bagaimana matahari terbenam dengan indah dan lebih dari itu.
Mungkinkah nanti kamu akan merindukan ku Rey, sekalipun aku tidak ada disini, tapi aku
ada di hatimu kan ?

Setelah selesai mengurus semua berkas dengan keluarga ku, aku dengan berat hati
meninggalkan sekolah ini beserta dengan kenangannya.

Saat ini aku tinggal di sebuah perumahan, tepat atas bukit. Dengan udara yang sejuk dan
banyak sekali pepohonan, membuat ku semakin tenang dan nyaman, sebuah sungai yang
mengalir dengan gemericik nya membuat kerap terhanyut ketika mendengarnya. Akhir -
akhir ini aku sibuk dengan pekerjaan tetapi aku bahagia karna sekarang aku bisa membuat
lapangan pekerjaan untuk orang lain. Dan menjadi manusia yang bermanfaat.

Drrttt..drrttt.drt.. ponselku bergetar dengan cepat aku membukanya.

"Baik pak." Send

Dari kejauhan terdengar suara seseorang yang sedang memanggilku dengan cepat aku
menghampirinya

"Kenapa Bi ?"

"Ini ada titipan surat katanya buat non."

"Dari siapa Bi ?"

"Bibi gak tau non."

"Yaudah makasi ya Bi."

To : dyna

From : R
"Haii, kenalin aku Dyna, temen kelas kamu." Terdengar suara seorang perempuan di
telingaku yang tak asing lagi. Iyaa itu kamu Dyn.Kamu yang dulu dan kamu yang sekarang
ini banyak sekali perubahan tapi tidak dengan sifat dan karakter kamu.Kamu yang lembut,
perhatian, pengertian, penyayang, peduli dan tulus.Sayang sekali saat kita bertemu kembali
aku sedang mengidap penyakit yang hampir merenggut nyawaku. Dan itu membuat ku
mengurungkan niat untuk tidak terlalu dekat dengan mu karna aku takut Kamu akan sulit
untuk melepaskanku.Maaf untuk perkataan ku yang menyakitimu waktu itu, aku tidak tahu
lagi harus dengan cara apa , dan harus bagaimana untuk bisa memaafkanku. Aku tarik lagi
ucapan ku waktu itu.

Gimna kabarmu saat ini ? Semoga sehat selalu ya jangan lupa bahagia juga. Aku gatau
sekarang kamu tinggal dimana aku titipin surat ini ke Tivany semoga sampai ke tangan kamu.

If Happily Ever After did exist

I would still be holding you like this.

Dan jika tuhan mempertemukan kita pada kesempatan berikutnya akan ku pastikan kita akan
Bersama tanpa batas waktu yang di tentukan.

Aku merindukanmu, sekalipun kamu tidak disini tapi kamu ada di hatiku.

-Rey

Jangan sampai kamu terlambat untuk menghargai orang yang selalu ada buat kamu.

-Dyn

Anda mungkin juga menyukai