Anda di halaman 1dari 16

Beranjak Pergi

By : Tiara Dwi Pratiwi

Suatu ketika aku pergi sejenak dari keramain, menyudut disebuah tempat yang sering ku
sebut Rindu. Ditemani dengan sebuah buku tempat aku mencurahkan segalanya. Aku tulis
tentang dia yang penuh sesak. Tentang dia yang selalu menguras emosi. Tentang dia yang
membuatku terluka. Tentang dia yang membuat cemburu. Tentang apa-apa yang kurasa tapi
tak dapat ku ungkapkan. Tentang semua rasa yang membebani hati.

Aku tau persis bagaimana rasanya jatuh cinta. Kali ini kau merasakannya, tapi bukan untuk
aku seperti yang pernah kau lakukan setahun yang lalu. Aku harus menutup rapat-rapat
hatiku. Menekankan bahwa aku tak lebih hanya sekedar masa lalumu, yang tak berhak untuk
mencemburuimu.

Dengan alunan lagu yang mewakili perasaanku, semakin membuat hatiku sendu. Sebenarnya
aku sedang berusaha mengalihkan hatiku untuk tidak menyimpan rasa. Mengalihkan
pikiranku untuk tidak mengingatmu. Kau tau berapa banyak cara yang aku lakukan untuk
menganggap masa lalu menjadi biasa saja, seolah tak pernah terjadi. Saat yang sama kau
berusaha menghancurkan usahaku, dan kau bangun masa depanmu bersama yang lain. Apa
salahku..?? atau aku yang terlalu naif untuk memaafkan semuanya.

Entahlah, aku hanya ingin bisa berdamai dengan hati. Menata hidup baru. Menggugurkan
semua rasa di masa lalu. Bahagia di masa depan. Mungkin kesalahan terbesarku
mengenalmu, hingga sampai waktu yang lama aku tak mampu membuang rasa, bahkan
mengurangi pun tidak.

Rey..saat kau berusaha mencari jodoh yang terbaik untuk masa depanmu, maka aku orang
yang masih bertahan dengan cintamu. Kamu tak perlu mengetahui itu. Cukup aku dan
Tuhanku. Karena jika suatu saat cinta ini sudah tak ada, maka kau tak akan terluka. Karena
kau tak pernah menganggap keberadaanku ada.

Ini sudah yang ke seratus kalinya Naya menulis cerita tentang Rey. Menuangkan segala rasa
yang ada dihatinya. Semenjak keputuskan Rey untuk pergi dari kehidupannya, Naya sudah
tak bisa berkata apa-apa. Tanpa satu alasan pun Rey meninggalkan Naya. Seribu pertanyaan
sering kali mengganggu pikiran Naya.
****

Naya masih duduk ditaman rumah yang selalu menjadi tempatnya menulis. Sudah banyak
tulisan yang ia tulis. Salah satunya tentang Rey. Pria dimasa lalu yang pernah membuatnya
begitu bahagia. Tapi semuanya sudah menjadi masa lalu, Rey sudah mulai menata masa
depannya dengan wanita lain. Sedangkan Naya masih bertahan dengan cinta yang perlahan
merapuhkannya. Dia bahkan tak membuka hati sedikitpun untuk pria lain. Tidak memberi
kesempatan pada hati untuk memilih.

Tiba-tiba ponselnya berdiring. Satu pesan masuk dengan nomor yang tidak ia kenal.
Assalamualaikum ukhty. Apa kabarnya?. Ia masih saja tak mengenali orang yang
mengiriminya pesan.

Waalaikum salam.. Alhamdulillah baik. Maaf ini dengan siapa? Balasnya..

Ini saya Raka, teman ukhty waktu seminar pendidikan di Bandung.

oohh.. iya akhy. Maaf akhy saya lupa..

Sebenarnya Naya sudah mengenal Raka. Sejak dulu dia sering mengirim pesan dan memberi
perhatian lebih kepada Naya. Naya mulai menyadari kalau Raka telah menaruh hati padanya.
Tapi karena kedekatan Naya dengan Rey membuat Naya harus menjauh dari Raka dan
menghapus nomor Raka dari ponselnya.

iya ukhty..Jawab Raka singkat..

Raka sekarang sedang berada di Medan karena satu tugas. Dari pembicaraan yang panjang
melalui pesan, Raka meminta izin kepada Naya untuk berkunjung ke rumahnya.

Bolehkah saya berkunjung kerumah ukty? Selagi saya masih berada di Medan saya ingin
mengenal keluarga ukty.

Naya langsung menutup pesan dari Raka tanpa membalasnya. Naya bingung apa yang harus
dijawab. Naya langsung pergi meninggalkan tempat kesukaannya kerena Ibu memanggilnya.

Iya bu...Ibu memanggil Naya?

Ada Lisa datang itu Nay... Dia bilang mau mengajak kamu ke toko buku. Kata ibu.
Iya bu.. sambil berjalan menghampiri ibunya.

Naya pergi ya bu.. Assalamualaikum bu.. Salam dan mengecup pipi ibunya.

******

Di toko buku Naya dan Lisa sibuk memilih buku sambil sesekali bertanya satu sama lain buku
mana yang harus dibeli. Lisa sibuk dengan buku masakan yang menjadi favoritnya.
Sedangkan Naya memilih buku novel sebagai referensi untuk tulisannya. Seketika matanya
tertuju pada sebuah buku berwarna ungu yang menjadi warna favoritnya..Teka-Teki Rasa
karangan mbk himsa.. Naya langsung mengambil dan membukanya.

Aku adalah juaranya dalam menyukai diam-diam. Niatku sederhana : jika suatu hari nanti
aku pergi untuk selamanya, kamu tidak akan merasa kehilangan. Menyadari keberadaanku
saja tidak, bagaimana kamu bisa merasai kehilanganku? Sebaliknya, akulah yang merasa
sesak di dalam dada. Getir-getir pahit saat melihatmu di momen-momen yang kusangka dan
tidak, ada seseorang lain bersamamu. Kemudian saat aku pergi, perasaan sesak itu ikut
terbawa dan menebar pahit dalam sisa-sisa perjalananku.

Hati Naya langsung tersentuh dan meneteskan sedikit air mata. Bagaimana tidak, tulisan itu
sangat mewakili perasaannya.

Kamu sudah dapat buku yang akan dibeli Nay? Tanya Lisa.

Sudah Lis. Ayo kita ke kasir. Sambil menggandeng tangan sahabatnya itu..

Sepulang dari toko buku mereka tidak langsung pulang kerumah. Mereka singgah ke warung
soto kesukaan Naya dan Lisa yang berada di dekat taman tak jauh dari toko buku. Disela-sela
menunggu makanan yang mereka pesan, Naya dan Lisa berbincang-bincang dan melihat
keseruan anak-anak bermain di taman yang indah itu.

Lis. Kamu masih ingat gak sama Raka. Pria yang pernah kita kenal waktu seminar di
Bandung. Tanya Naya.

Lisa berusaha mengingatnya. Iya Nay aku ingat. Ketua panitia seminar pendidikan di
Bandung yang sering memperhatikanmu itu kan? Jawab Lisa.

Iya Lis. Tadi siang dia mengirimkan pesan kepadaku.


Bukannya dia sering mengirimkan pesan sejak dulu kepadamu. Bahkan sering memberi
perhatian lebih. Tapi karena kamu merasa dia mengganggu hubunganmu dengan Rey, kau
memutuskan untuk menghapus nomornya dan tak menghiraukan pesannya sejak saat itu.

Iya Lis. Tapi sekarang dia kembali mengirim pesan untuk ku. Dia bilang mau datang kerumah
untuk bersilaturrahmi. Karena dia sedang berada di Medan.

Bagus itu Nay. Terus kamu setuju kan..Tanya Lisa.

Belum aku balas pesannya, aku bingung harus jawab apa.

Naya sayangggg.. dia hanya bersilaturrahmi saja. Apa salahnya. Lagian aku lihat dia sudah
menaruh rasa padamu sejak dulu. Ini kesempatan untukmu agar bisa move on dan melupakan
masa lalumu itu.. dahulu kau menjauh darinya karena ingin setia dengan Rey. Tapi sekarang
hatimu lagi sendiri. Apa salahnya mencoba dan membuka hati untuk pria lain.

Belum saatnya Lis. Aku lagi berusaha. Jawab Naya.

Bukan lagi berusaha Nay. Tapi kamu tak pernah berusaha dan mencoba. Sudah sejak lama
kamu terus bertahan dan berdiam dengan rasa yang ada dimasa lalumu. Jika dia jodohmu, dia
takkan menjadi masa lalumu, tapi di sampingmu. Jangan larut dengan masa lalu hanya karena
kamu merindukannya. Sampai kapan kamu terus begini. Jika dia saja sudah menata masa
depannya dan hidup bahagia, kenapa kamu tidak? Bahagia itu kita sendiri yang menciptakan.
Masih banyak pria di luar sana yang hatinya tulus untuk mencintaimu. Mungkin Raka salah
satunya. Kalau berbicara soal rasa, itu belakangan Nay. Seiring berjalan waktu semua itu akan
tercipta dengan sendirinya. Nasehat Lisa.

Naya hanya terdiam sambil meresapi nasehat sahabatnya itu..

Mereka pun segera menghabiskan makanan yang mereka pesan dan segera pulang kerumah
masing-masing karena hari sudah menjelang senja.

*****

Sampai di rumah, Naya langsung membersihkan diri dan segera melaksanakan kewajibannya
kepada Tuhannya. Sambil bersujud dan memohon petunjuk agar jalan yang ia ambil tidak
salah. Selesai melaksanakan kewajibannya, Naya mengambil ponsel dan membalas pesan dari
Raka yang dikirimkan untuknya tadi siang.

Maaf akhy baru bisa Naya balas. Dengan senang hati Naya menyambut kedatangan akhy ke
rumah. Kenapa niat baik harus ditolak.

Terima kasih ukhty. Besok Raka kabari ukhty. Bisa ukhty kirim alamat lengkap ukhty?
Jawab Raka cepat.

Naya pun membalas pesan Raka dan mengirimkan alamat rumahnya.

******

Pagi ini cerah. Burung bekicau ria dan matahari menampakkan wajahnya. Naya segera
bergegas untuk berangkat kerja. Sudah menjadi rutinitas Naya setiap pagi untuk mengajar di
salah satu sekolah Negeri yang ada di kotanya itu. Pagi ini Naya harus berangkat lebih awal,
karena siswa-siswanya akan mengikuti lomba sains tingkat SMP. Naya sebagai guru
pembimbing harus mendampingi siswanya.

Buk, doakan kami ya biar menang di lomba sains nanti. Kata salah satu siswanya yang
mengikuti lomba.

Iya sayang. Doa ibu selalu untuk kalian. Yang terpenting kalian berusaha yang terbaik,
selanjutnya serahkan kepada Allah.

Para siswa bersiap untuk masuk mengikuti lomba. Sementara guru pendamping menunggu di
tempat yang telah disediakan.

Tak lepas pandangan Naya menuju ke siswanya yang sedang mengikuti lomba, sambil
sesekali melirik ke kanan dan ke kiri. Dari jauh Naya melihat salah seorang guru pendamping
dari sekolah lain datang menuju tempatnya duduk.

sepertinya aku kenal dengan pria itu, tanya naya dalam hati.

Ibu, guru pendamping juga ya. Dari sekolah mana buk. Tanya pria yang Naya lihat tadi.

Naya melihat kearah pria yang bertanya. Seketika raut wajah Naya berubah. Begitu pun pria
itu.
Rey...Sapa Naya..

Naya...Jawab pria itu..

Naya sangat terkejut saat melihat Rey ada di dekatnya. Jantungnya berdetak kencang. Tanpa
disadari dia mulai teringat kembali masa lalu bersama Rey yang pernah dia sebuat sebagai
Cinta. Bagaimana tidak. Semenjak kepergian Rey, mereka tidak pernah bertemu dalam
waktu yang sangat lama.

Aku harus memperbaiki raut wajah satiap kali bertemu kamu. Menjadi orang asing.
Merangkai kata perkata yang akan aku ucapkan. Apa kau ingat saat kita berjanji untuk saling
membahagiakan? Kau mencintai aku dan aku pun sama. Katamu, setiap perasaan yang
tumbuh adalah sebuah alasan. Alasan bahwa hati patut dipertahankan. Namun, ternyata
cinta saja belum cukup untuk menyatukan mimpi yang berbeda diantara kita. Dan menepati
janji ternyata tak semudah mengucapkannya.

Apa kau juga tahu bahwa kenangan tentangmu selalu muncul tiba-tiba? Tak ada satu pun
perasaan yang mampu aku sembunyikan ketika mengingatmu. Namun aku sadar, aku hanya
bagian dari masa lalu yang tak berhak atas hidupmu sekarang. Semenjak kau putuskan untuk
mengingkari semua janji, maka aku putuskun untuk beranjak pergi. Bagiku kau tak lebih
hanya sebagai pria pengecut yang pergi tanpa alasan, dan meninggalkan sejuta sesak
dihati.

Naya masih terus berbicara pada hatinya. Mengingat sedetail mungkin kenangan saat bersama
Rey. Tak terkecuali tentang kepergian Rey yang meninggalkan luka.

Mereka pun mengobrol panjang, tapi tak sedikitpun obrolan mereka menyinggung masa lalu,
seperti yang Naya harapkan. Disela-sela obrolan panjang mereka, ponsel Naya berbunyi. Satu
panggilan tak terjawab dari Raka. Naya langsung teringat bahwa dia ada janji dengan Raka.

Maaf Rey aku harus pamit. Ada janji dengan teman. Kata Naya yang berbicara dingin dengan
Rey sejak tadi. Naya langsung pergi meninggalkan Rey dan rekan kerjanya yang lain.

*****

Assalaualaikum...

Waalaikum salam.. Jawab Raka yang telah menunggu sejak tadi di ruang tamu.
Subhanallah.. Makin cantik gadis kecilku sekarang, jauh lebih cantik dari awal perkenalan itu.
Gumam Raka dalam hati ketika melihat Naya untuk petama kalinya sejak beberapa tahun lalu.

Maaf akhy, Naya lupa kalau akhy akan datang kerumah hari ini. Kata Naya dengan rasa
penuh bersalah.

Iya ukhty gak masalah. Jawab Raka sambil menampakan lesung pipinya yang menjadikan
senyumnya indah.

Kedatangan Raka dirumah Naya disambut hangat oleh kedua orangtuanya. Selain orangnya
tampan, Raka juga sopan dan ramah dengan kedua orangtua Naya. Dalam hitungan jam saja
Raka sudah sebegitu dekat dengan orangtua Naya.

Ibu sangat setuju jika Raka bisa menjadi pendamping Naya kelak. Rayu seorang Ibu kepada
anaknya ketika membuat teh dan makanan untuk Raka..

Ahhhhh ibu ini bisa saja.. jawab Naya sambil tersenyum manis.

Sembari menunggu Naya dan ibu menyiapkan makan siang untuk mereka makan bersama.
ayah dan Raka mengobrol panjang. Hingga di sela-sela pembicaraan Raka meminta izin
kepada ayah untuk menjadi pendamping Naya.

Saat ini ayah gak bisa menjawab permintaan ananda. Semua ayah serahkan kepada Naya,
karena dia yang menjalani semuanya. Nanti akan ayah bicarakan dengan Naya. Sejujurnya
ayah sangat restu jika kamu bisa menjadi pendamping Naya. Tapi kita kembalikan kepada
yang menjalani hidup. Jawab ayah.

Baik yah. Saya akan menunggu kabar dari ayah atas jawaban Naya tentang niat saya ini.
Semoga Allah membuka pintu hati Naya untuk saya. Kata Raka.

Obrolan mereka pun sudah semakin panjang. Hingga waktu mengharuskan Raka untuk pergi
dan pamit dari rumah Naya.

Malam itu Naya duduk ditaman yang menjadi tempat kesukaannya. Dia menulis segala rasa
sambil sesekali melamun.

Tatapan matanya tadi masih sama seperti satu tahun yang lalu. Apakah rasa itu juga masih
sama?. Naya berbicara pada hatinya sendiri dan mulai mengingat Rey kembali.
Dear Kamu...

Kamu yang pernah membuatku begitu bahagia. Hingga aku lupa bagaimana rasanya
bersedih. Kamu yang pernah memelukku erat saat aku terjatuh. Hingga aku tak merasa sakit
sedikit pun. Kamu yang begitu indah untuk diingat. Hingga aku lupa bagaimana cara
melupakan. Kamu yang begitu aku cinta. Hingga aku tak tau bagaimana cara untuk
membenci. Rasanya duniaku kosong semenjak kepergian mu itu. Haruskah aku pergi dan
beranjak dari tempat ternyaman yang pernah kau beri dan kusebut cinta. Tapi sampai
sekarang kakiku enggan untuk melangkah dan beranjak pergi. Aku menjadi wanita pengecut.
Yang hanya bisa berdiam ditempat yang sama dalam waktu yang sangat lama.

Tiba-tiba kedatangan ayah mengejutkan Naya. Naya langsung menutup buku dairynya dan
menyimpan dibelakang badannya.

Ngapain kamu sendiri di sini nak. Gak baik lho anak gadis malam-malam melamun sendiri.
Kata ayah.

Gak ada ayah. Naya Cuma senang aja duduk disini. Rasanya nyaman setiap kali duduk di
tempat ini. Naya bisa melihat bintang dan memandang langit yang luas.

ayah merangkul Naya. Apa kamu bahagia nak dengan hidupmu sekarang.

Insya Allah bahagia ayah. Kenapa ayah tanya begitu. Tanya Naya.

Ayah lihat setahun ini kamu murung terus. Sering melamun di tempat ini. Ayah cuma ingin
menyampaikan pesan Raka untuk Naya.

Raka pesan apa untuk Naya, yah. Tanya Naya agak sedikit penasaran.

Raka berniat untuk menjadikan Naya sebagai pendamping hidupnya. Raka sudah cerita
banyak dengan ayah. Sudah sejak lama dia menaruh hati padamu, mungkin dahulu belum
waktu yang tepat untuk Raka menyampaikan niatnya kepadamu nak. Jadi tadi dia meminta
izin kepada ayah untuk menjadi pendampingmu.

Naya langsung terdiam dan tidak bisa berkata-kata. Pikirannya semakin kacau dan bingung.
Tapi tidak secepat itu bukan? Perasaan Naya masih belum ada untuk Raka. Naya gak mau
nantinya malah membuat Raka sakit hati.
Iya nak. Ayah paham. Raka sudah cerita semuanya dengan ayah. Termasuk tentang kamu
yang bersikap dingin padanya. Tapi cobalah untuk taaruf dengannya. Insya Allah seiring
berjalan waktu Allah akan meletakkan rasa dihatimu untuknya. Ayah sangat berharap besar
kamu mau mendengarkan nasehat ayah.

Baik ayah. Akan Naya coba. Tapi Naya tidak ingin buru-buru untuk mengakhiri masa remaja
Naya. Beri Naya waktu untuk bisa benar-benar mencintai Raka karena Allah.

Baiklah anakku. Jawab ayah sambil memeluk anak kesayangannya itu.

Mungkin sudah saatnya aku beranjak dari masa lalu yang menggerogoti hatiku. Beranjak
pergi dari semua sakit yang kurasa.

Gumam naya dalam hati sambil mengecup pipi ayahnya.

*****

Waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa sudah hampir tiga bulan Raka ada di dalam hidup
Naya. Tapi sampai waktu yang cukup lama itu, Naya belum mampu mencintai Raka
sepenuhnya. Dia terus berusaha dan mencoba untuk mengingat nasehat ayahnya.

Disuatu hari tanpa sengaja Naya berjumpa dengan Rey. Naya yang sibuk memilih buku di
toko langganannya. Dan Rey juga berada di toko yang sama.

Apa kabar Naya. Sapa Rey yang terlebih dahulu melihat keberadaan Naya.

Alhamdulillah baik Rey..

Selanjutnya mereka duduk di bangku di dalam toko buku sambil mengobrol seperti yang
pernah mereka lakukan waktu bertemu di olimpiade Sains tingkat SMP, sekitar 3 bulan yang
lalu. Kali ini pembicaraan mereka tidak sama seperti 3 bulan yang lalu. Rey mulai membuka
pembahasan tentang masa lalu mereka. Rey menjelaskan alasan mengapa dia menjauh dari
kehidupan Naya.

Mungkin ini waktu yang tepat Nay untuk aku menceritakan semua yang terjadi di masa lalu.
Maafkan kesalahanku dua tahun yang lalu. Kepergianku yang tanpa alasan melukai hatimu.
Aku pergi karena permintaan ayahmu. Mungkin kau tidak mengetahuinnya dan berprasangka
buruk padaku. Tak mengapa Nay jika harus seperti itu. Dulu bukan waktu yang tepat untuk
kita dekat. Hingga ayah menyuruhku pergi meninggalkanmu. Kita hanya disuruh fokus untuk
menyelesaikan kuliah dan menggapai cita-cita.

Tak mengapa Rey. Semua itu telah berlalu. Kini kita sudah punya kehidupan masing-masing.
Kau telah bahagia dengan hidupmu dan aku pun demikian. Kata Naya.

Apa kamu benar-benar bahagia dengan hidupmu sekarang? Tanya Rey.

Tentu saja akau bahagia dengan hidupku. Sudah lama waktu aku habiskan untuk melukai
hatiku sendiri. Tapi kini aku telah bahagia dengan hidupku yang baru. (Naya berbohong pada
hatinya sendiri. Dia tidak mau terluka kembali, walau sebenarnya rasa masih tersusun rapi
untuk Rey. Dia terus menekannkan pada hatinya kalau semua hanya sekedar masa lalu).

Baguslah kalau begitu Nay. Rey menghela napas panjang. Rasa hatinya sepertinya dilempar
ke lautan. Perlu kamu tahu kalau aku tak pernah bahagia dengan hidupku seperti apa yang
kamu kira. Untuk melupakanmu saja aku tak mampu. Bagaimana aku bisa bahagia. Bahkan
kedekatanku dengan wanita lain hanya sebagai obat untuk bisa mengalihkan rasaku. Tapi
nyatanya aku tetap saja tak mampu. Aku telah menghakhiri semua hubungan dengan wanita.

Naya meneteskan air mata mendengar semua kebenaran dan pengakuan hati Rey. Semua itu
tanpa sepengetahuan Rey.

Aku telah memulai kehidupanku. Insya Allah dalam waktu dekat aku akan di khitbah oleh
pria lain.

Rey menarik napas panjang dan tubuhnya melemas mendengar wanita yag dicintainya akan
menjadi milik orang untuk selamanya. Rey tak dapat berkata-kata lagi. Kali ini dia
meneteskan air mata di depan Naya. Rasanya sudah tidak terhankan. Dia menganggap ini
semua balasan yang harus diterima atas sakit yang Naya rasakan karenanya.

Naya pamit meninggalkan Rey karena tidak kuat melihat kesedihan Rey. Sejujurnya air mata
Naya pun tak tertahankan. Dia telah berbohong pada hatinya. Tapi semua ini sudah terjadi, tak
ada yang harus disesali dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Bagaimana pun Naya harus
menjalani hidupnya yang baru bersama Raka.

******
Siang itu Raka menelpon Naya untuk mengajaknya liburan ke Bandung. Di kota kelahiran
Raka. Sebenarnya ini sudah menjadi rencana mereka sejak lama. Sambil merayakan hari
kelahiran Raka. Raka menyuruh Naya untuk bersiap-siap karena setengah jam lagi Raka akan
tiba dirumah Naya.

Naya sudah mempersiapkan kopernya sejak malam dan menunggu kedatangan Raka.

Nanti hati-hati disana ya sayang. Kata ayah.

Kalau di rumah kakaknya Raka jangan malas. Jadi anak rajin, bangun jangan kesiangan, bantu
bersih-bersih rumah. Nasehat ibu Naya.

Iya ibu, ayahku sayang. Sambil memeluk ayah dan ibunya..

Tiba-tiba kedatangan Raka mengejutkan mereka. Raka pun pamit dan meminta izin untuk
mengajak Naya berlibur di tanah kelahirannya itu sambil mengenalkan Naya kepada
keluarganya.

Kami pergi dulu ya ayah, ibu.. Assalamualaikum... kata Naya dan Raka..

Waalaikum salam.. Jawab ayah dan ibu serentak.

Di dalam mobil menuju ke bandara, mereka mengobrol banyak tentang tempat apa saja yang
akan mereka kunjungi ketika di Bandung nanti.

Tiba-tiba ditengah pembicaraan mobil yang mereka kendarai menabrak sebuah truk gandeng
dan membuat mereka terluka berat dan harus di larikan ke rumah sakit. Raka yang lukanya
lebih parah tidak dapat bertahan dalam perjalanan ke rumah sakit. Sedangkan Naya masih
bisa tertolong.

Ayah dan Ibu sangat shock ketika mendengar kabar kecelakaan mereka. Mereka pun segera
menuju kerumah sakit bersama Lisa tempat Naya dirawat.

Dirumah sakit Ibu menangis histeris melihat Raka yang sudah tidak bernyawa lagi. Sementara
ayah masih bisa menahan rasa sakitnya. Sedangkan Naya masih dalam keadaan kritis di ruang
ICU dan tidak mengetahui kepergian Raka untuk selamanya.
Jenazah Raka pun di bawa ke tanah kelahirannya di Bandung. Raka memang akan pergi
kebandung, tapi tidak dengan Naya. Dia harus pergi ke tempat yang mereka rencanakan
dalam keadaan tidak bernyawa.

Para sahabat Naya dan Raka mengirimkan kabar duka dari pesan dan media sosial yang
diunggah oleh Lisa. Tak terkecuali Rey.

*****

Naya baru membuka matanya setelah dua minggu kejadian yang merenggut nyawa
kekasihnya itu. Tapi dia belum mengetahui kepergian Raka. Dia hanya melihat ke kanan dan
ke kiri orang-orang yang menemaninya. Tak ada wajah Raka di dekatnya. Pikirnya dalam
hati..

Ibu dan Ayah menjelaskan kepada Naya secara perlahan tentang kepergian Raka sambil
menahan air mata demi putri kesayangannya.

Air mata Naya tak tertahankan. Dia tak bisa menerima semua kenyataan yang ada pada
dirinya. Dia terus menyalahkan dirinya dan menyadari betapa pentingnya Raka dalam
hidupnya. Disaat Naya sudah ingin bahagia, tiba-tiba kebahagiannya harus hilang. Dia tidak
pernah mempunyai pirasat apapun tentang kepergian Raka. Naya masih terus menangisi
kepergian Raka.

Naya sabar ya. Semua pasti ada hikmah nya. Percayalah Naya semua akan indah pada
waktunya. Mungkin Raka memang bukan jodoh yang Allah titipkan untukmu. Dia telah
bahagia dengan kehidupannya. Yang terpenting kita selalu berdoa untuknya. Jika Naya
sayang sama Raka, ikhlaskan dia, beri senyuman terindah. Nasehat Lisa.

Naya tak mendengar sedikitpun nasehat sahabatnya itu. Yang dia tahu saat itu hanya lah Allah
tak adil hingga dia harus menahan rasa sakit yang kesekian kalinya untuk orang-orang yang
pergi meninggalkan hidupnya. Pikirannya masih kacau. Hampir sepekan Naya menghabiskan
waktunya di dalam kamar. Merenungi kepergian Raka dan takdir yang dialaminya.

Nay.. mau sampai kapan kamu seperti ini. Waktu terus berjalan Nay, Raka sudah bahagia di
sisi Allah. Dia pasti sedih jika melihat kamu seperti ini. Nasehat Lisa sambil memeluk
sahabatnya itu.
Apa salahku Lis. Kenapa semua orang yang aku sayangi satu persatu pergi meninggalkan aku.
Mengapa mereka membuat aku terus terluka. Jawab Naya sedih.

Gak ada yang salah Nay. Semua ini memang sudah jalannya seperti itu. Kita ini hidup dalam
sekenario Allah. Kita hanya menjalankan apa yang tertulis olehnya. Pantaskah kita yang
hanya sebagai hamba yang selalu meminta, marah pada yang memberi? Tanya Lisa kepada
Naya.

Aku gak marah pada Allah. Aku hanya belum bisa menerima semuanya dalam waktu yang
singkat. Mungkin butuh waktu lama untuk mengobati rasa kehilangan ini.

Apakah waktu yang kau habiskan selama ketika kau kehilangan Rey? Tanya Lisa.

Mungkin Lis. Atau bahkan bisa lebih lama. Jawab Naya singkat.

Baiklah Nay. Tapi kamu harus bangkit. Jangan seperti ini, karena ayah dan ibu sangat sedih
melihat kamu seperti ini. Jika kamu tidak bisa melakukannya untuk dirimu, maka lakukan lah
untuk kedua orangtuamu. Tanpa kamu sadari, semua rasa sakit yang kau alami membuat
kamu jauh lebih kuat di banding wanita lain di luar sana. Rasa kehilangan yang kau alami
mengajarkanmu bahwa sangat berartinya rasa memiliki.

Iya Lisa. Makasih ya Lisa. Kamu selalu ada saat aku seperti ini. Memeluk sahabatnya.

******

Tak terasa sudah 6 bulan Naya hidup sendiri tanpa ada Raka disisinya. Dia sudah lebih
menerima semua kenyataan yang ada. Bagaimana pun hidup terus berjalan walau tanpa orang
yang disayangi.

Siang itu Lisa berkunjung kerumah Naya. Lisa mengajak Naya untuk duduk di taman yang
menjadi tempat kesukaannya sambil menikmati bolu buatan ibu Lisa yang dibawanya dari
rumah. Tiba-tiba kedatangan Rey yang tidak diketahui mengejutkan mereka.

Ternyata Rey sudah satu jam berada dirumah Naya dan sempat berbicara banyak dengan
orangtua Naya tanpa sepengetahuannya karena Naya baru saja pulang kerja.

Apa kabar Naya. Sapa Rey.

Naya hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Rey.


Aku turut berduka atas semua yang terjadi padamu. Kata Rey yang merasa sedih dengan
keadaan wanita yang dicintainya.

Kau tau Nay. Aku sudah pernah katakan, cinta itu tak harus memiliki. Itu menurutku.
Entahlah jika orang mengganggap semua itu bodoh atau terlalu naif. Tapi bagiku, melihat
orang yang dicintai bahagia, aku pun bahagia. Begitu pun sebaliknya.

Aku bahagia dengan kebahagianmu, dan aku sedih dengan kesedihanmu. Kau tau kenapa?
Karena aku mencintaimu. Rasa ini masih tetap sama seperti tiga tahun yang lalu. Sedikitpun
tak berbeda. Kepergianku hanya sebagai cara untuk aku memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Agar suatu saat aku bisa di pantaskan oleh orangtuamu untuk menjadi imammu.

Maaf Rey atas semua kesalahanku yang membuatmu sakit. Aku terlalu banyak berburuk
sangka padamu.

Tak mengapa Nay. Seperti itulah cinta. Terkadang kita perlu sedikit berburuk sangka pada
pasangan, agar kita bisa saling mengintropeksi diri.

Aku sudah berbicara banyak dengan orangtuamu. Kita sekarang sudah semakin dewasa dan
aku juga sudah mapan seperti yang di harapkan orangtuamu. Aku ingin menjadikanmu
kekasih hahalku, bidadari syurgaku, makmumku. Mungkin ini terlalu cepat, tapi semua aku
kembalikan kepadamu.

Mungkin rasa dihatimu sudah pudar untukku. Tapi beri aku kesempatan untuk memperbaiki
semuanya. Beri aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku padamu.

Aku butuh waktu untuk menjawab semua itu Rey. Kata Naya.

Baiklah Nay. Aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap.

Naya semakin bingung dengan keadaan yang ada. Baginya Rey sudah menjadi masa lalu.
Tapi kini dia meminta untuk menjadi masa depan Naya.

Lis apa yang harus aku lakukan. Aku bingung dengan semua ini.

Menurutku kamu lebih baik menerima Rey dan memberi kesempatan. Karena aku yakin dia
jodohmu. Kalian membutuhkan waktu lama untuk bisa benar-benar berjodoh. Melewati
segala rintangan, patah hati terlebih dahulu, jatuh sakit terlebih dahulu. Kehilangan satu sama
lain. Tapi coba kamu pikirkan, mengapa dalam waktu tiga tahun rasa yang di miliki Rey
masih tetap sama. Begitu pun kau, walau tak semurni dulu. Itu karena kalian memang di
ciptakan untuk bersama. Yakinlah Nay jika sesuatu yang di takdirkan bersama, apapun cara
dan cobaan yang dihadapi akan tetap kembali bersama.

Lebih baik kamu shalat istikharah agar kamu benar-benar mapan dalam mengambil
keputusan.

Baik Lis. Aku akan dengar nasehatmu. Sambil tersenyum manis.

******

Siang itu Naya menemui Rey di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahnya. Dia benar-benar
tau jawaban apa yang harus dijawab atas pertanyaan Rey yang di katakannya sekitar 2 minggu
yang lalu. Rey yang telah lama menunggu tidak sabar dengan kedatangan Naya.

Maaf Rey menunggu lama.

Its okey Nay. Apa kamu sudah siap untuk memberi jawaban atas semuanya.

Iya Rey. Dengan Bismillah aku terima kau sebagai imamku. Dari istikharah, aku menemukan
jawaban atas semua pertanyaan yang kau lontarkan. Semoga ini tidak hanya menjadi yang
terbaik untukku. Tapi untukmu juga. Kata Naya sambil menghela napas lega.

Alhamdulillah ya Allah. Rey sangat kegirangan dan tak mampu berkata-kata. Matanya sangat
berkaca-kaca.

Apa kau benar-benar mencintai aku? Menerima aku seperti sebelumnya? Tanya Rey agak
sedikit ragu.

Belum sepenuhnya cintaku untukmu. Bagaimana aku bisa mencintai kembali pria yang telah
membuatku sakit bertahun-tahun. Aku mengerti kalau perasaan memang tidak bisa dipaksa.
Tapi hati bisa dikondisikan. Aku yakin seiring berjalan waktu rasa cinta itu akan ada. Aku
akan berusaha menjadi pasangan yang baik untukmu. Berusaha untuk menjalankan hak dan
kewajibanku sebagai istrimu, sebagai makmummu dengan sebaik mungkin. Dan kau juga
harus berjanji melakukan hal yang sama. Tuhan telah mempersatukan aku dan kamu untuk
menjadi pasangan hidup. Aku punya kewajiban untuk mencintai kamu dan kamu pun
sebaliknya. Percayalah... Setelah semuanya sah. Cinta akan menjelma menjadi sebuah
tanggung jawab, menjadi hak dan kewajiban dalam keseharian. Jadi tak perlu kau tanyakan
lagi cinta atau tidak.

Rey tertunduk malu dengan semua perkataan Naya. Dia tak menyangka wanita yang
dicintainya mempunyai pemikiran yang dewasa, Rey malu atas semua kesalahan yang pernah
ia lakukan kepada Naya.

Sejak saat itu Rey berjanji pada dirinya untuk menjaga cinta dan kepercayaan yang Allah
titipkan. Bisa berjodoh dengan Naya adalah sebuah anugrah terbesar yang Allah berikan
untuk hidup Rey.

Sedangkan Naya jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia sadar. Kalau masa lalu tidak untuk di
benci dan di lupakan. Cukup untuk di simpan dan dimaafkan. Karena kita tidak akan tau
sekenario yang Allah tulis. Bisa jadi masa lalu yang begitu kita benci menjadi masa depan
yang amat kita sayang. Jadi cintailah sewajarnya dan membenci secukupya. Semua sudah ada
kadarnya masing-masing. Jangan berlebihan dalam memperlakukan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai