Anda di halaman 1dari 3

Mata Terindah

Dia datang dan menghampiriku. Lalu ia memberikan setangkai bunga mawar merah yang sangat cantik, seraya
berkata, “Terimalah bunga ini. Bunga yang cantik seperti parasmu. Aku akan selalu hadir di sisimu dengan sejuta
cinta. Kebahagiaanmu adalah hal yang berharga untukku. Selalulah tersenyum, karena senyummu dunia pun
turut bahagia.” Kemudian, aku merasakan langit mulai menurunkan hujan yang hanya membasahi wajahku.

“Bangun.. ini sudah pagi Bella.” Aku terkejut dan ternyata ini hanyalah sebuah mimpi. Air hujan itu ternyata air
minum yang sengaja ibu percikkan ke mukaku, agar aku terbangun.
“Ibu, banguninnya kok seperti itu sih. Mukaku kan jadi basah.” Kataku sedikit marah pada ibu.
“Lagian kamu, udah jam lima pagi belum bangun. Cepat sana salat subuh.” Kata Ibu sembari menarik tanganku.

Dengan tubuh yang masih lemas dan mata sedikit mengantuk aku pun pergi menuju kamar mandi untuk cuci
muka. Setelah itu aku pun mengambil air wudhu. Dan mukaku kini sudah terlihat segar kembali. Aku pun
langsung menunaikan salat subuh. Kali ini, aku berdoa pada Tuhan. Ku adukan tentang mimpi itu. Seorang laki-
laki yang hadir dalam mimpiku, membuatku penasaran. Parasnya tampan. Begitupun dengan tatapan matanya,
seakan memberi arti yang begitu dalam padaku. Tapi ya sudahlah, itu hanya sebuah mimpi.

Di awal tahun baru ini, tak pernah ada yang spesial bagiku. Ya, tak kan pernah ada. Sendiri dan selalu sendiri,
itulah yang aku rasakan. Kurang dua hari lagi aku akan masuk sekolah setelah dua minggu kemarin aku libur
sekolah semester satu. Tapi tetap saja, tak ada rasa senang akan hal itu bagiku, karena di sekolah tak ada satu
pun orang yang spesial yang bisa membuatku semangat untuk pergi ke sekolah. Mengisi waktuku yang kosong
ini, aku selalu bermain HP. Hari ini aku ingin mencari info mengenai ramalan zodiakku, yaitu virgo. Setelah
mensearching di google, aku pun mulai membaca mengenai ramalan zodiakku terutama masalah asmaraku di
tahun 2016 ini. Dan isi ramalan itu adalah…

“Couple: Di tahun 2016, bagi kalian virgoans yang sudah berpasangan kalian harus berhati-hati pada awal bulan
Mei, karena akan ada sebuah problem yang hadir dalam hubungan kalian.”
“Single: Di awal tahun, akan ada seseorang yang mulai membuatmu menjadi terlihat spesial dan membuatmu
mulai merasakan jatuh cinta lagi.”

Melihat isi ramalan itu, aku sedikit terkejut. Tapi aku tak begitu menghiraukannya, karena itu hanyalah sebuah
ramalan. Tapi hatiku tak dapat dibohonginya. Bahwa aku sudah benar-benar merasa kesepian, sudah cukup
lama aku menjomblo. Ku curahkan isi hatiku di salat malam. “Tuhan, tak banyak yang ku pinta di salat malamku
ini, aku hanya ingin kau hadirkan seorang sahabat laki-laki yang mampu membuatku menjadi lebih baik. Yang
mampu membuatku selalu tersenyum. Aku rindu akan cinta kepada hambamu.” doa yang cukup bagiku. Karena
memang yang ku butuhkan sekarang adalah seorang teman yang selalu ada buatku.

Dua hari sudah libur semester pertama berakhir, ini saatnya aku kembali menikmati sekolah. Tak ada yang
begitu berubah pada diriku, karena memang tak ada yang spesial bagiku. Pagi ini di kelas, untuk jam pertama
adalah Pak Hamid. Entahlah, beliau masuk atau tidak, karena sampai pukul delapan pagi beliau belum juga
datang. Aku pun pergi ke ruang BK untuk memberikan rekab absensi kelas hari ini.

“Bruak!”

Saat akan turun melewati sebuah tangga, tiba-tiba aku menabrak seseorang dan aku hampir terjatuh,
untungnya dia telah menahanku. Aku hanya menatap matanya dengan sangat jelas, hanya jarak lima
sentimeter. Entah apa yang ku rasakan, jantungku berdegup begitu kencang. Aku pun segera pergi, dan menuju
ruang BK. Setelah selesai aku memberikan rekaban absen, aku pun kembali ke kelas. Di luar kelas aku
mendengar suara Pak Hamid, dengan sedikit tergesa-gesa aku pun langsung memasuki kelas. Dan sampai di
kelas, aku melihat seorang anak laki-laki yang telah menabrakku tadi. Dan benar saja di adalah siswa baru.

Dia memulai perkenalannya, “Pagi friends, kenalkan namaku Reza Febriando. Kalian bisa memanggilku Reza.
Aku pindahan dari SMKN 07 Jakarta Barat.” Kata Reza memperkenalkan diri. Kemudian temanku Rasty
bertanya, “Alamat rumahnya di mana ganteng?” tanyanya dengan genit.
“Sekarang aku tinggal di desa Puri.” jawab Reza. Kemudian Pak Hamid menyuruh Reza duduk di bangku paling
belakang. “Bella, siswa baru itu keren ya. Kulitnya putih, matanya sipit, hidungnya mancung, perfect deh
bawaannya.” Kata Shela yang terus memuji Reza. “Kamu suka sama Reza?” tanyaku pada Shella.
“Iyalah, kamu juga suka kan? Wajar kali semua cewek suka sama dia, emang dia perfect.” Kata Shella dengan
jelas.

Setelah dua puluh menit Pak Hamid menyampaikan materi, beliau menyudahinya. Sekarang ganti pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Kali ini Bu Devi, memulai materinya dengan membentuk sebuah kelompok. Satu
kelompok terdiri dari lima orang. Bu Devi memberikanku kelompok ketiga yang terdiri dari, aku, Rasty, Fandi,
Amelia, dan Reza siswa baru itu. Kita berlima pun mulai menata meja dan duduk secara melingkar, kemudian
mendiskusikan mengenai tugas yang diberikan Bu Devi. Ada perasaan berbeda yang aku rasakan, entah apa
yang ada pada pikiran Reza, ia menatapku secara terus menerus. Menyadari hal itu aku terus menunduk, seakan
menyembunyikan pandanganku. Jantungku berdegup kencang, berada di dekat Reza. Entahlah ada apa dengan
diriku ini.

Sudah dua minggu, aku sekolah. Kali ini Reza, menjadi siswa terpopuler di sekolahku. Ia menjadi siswa yang
memiliki tingkat intelektual tinggi. Kemarin, ia telah memenangkan olimpiade matematika. Tak heran jika dia
menjadi incaran para siswi di sini. Begitupun denganku, sekarang aku menyadari bahwa memang aku mulai
mengagumi Reza. Mungkin karena segala kelebihan yang dia miliki. Di kantin sekolah, Reni, Rasty, Amelia teman
dekatku terus membicarakan Reza. Bahkan ia membuat Reza menjadi taruhannya.

“Yang bisa ngedapetin Reza, entar gak usah ngasih Pajak jadian deh, malah gue yang traktir kalian makan
sepuasnya di kantin.” Kata Amelia.
“Oke siapa takut.” Jawab Rasty.
“Gila kalian, masa Reza kalian jadiin taruhan sih. Aku gak ikutan ah. Dosa tahu.” Jawabku sinis pada teman
dekatku ini. Bel pulang sekolah berbunyi, Semua murid pun sudah banyak yang pulang. Di depan gerbang
sekolah. Aku menunggu jemputan dari kakakku Riki yang usianya tak begitu jauh dari usiaku, hanya selisih dua
tahun.

“Kok belum pulang Bel?” tanya Reza yang mengagetkanku.


“Oh, iya lagi nunggu jemputan.” Jawabku dengan senyuman. Lagi-lagi jantungku berdegup kencang ketika Reza
berdiri tepat di sebelahku dengan jarak setengah meter. Ia menatapku dengan serius. Aku hanya bisa diam dan
diam, hingga Kak Riki pun datang dengan sepeda motor vixion merahnya, aku pun langsung naik ke sepeda
motor Kak Riki, tanpa mengucapkan salam perpisahan pada Reza. Dari kejauhan aku melihat Reza masih melihat
ke arahku.

Malam ini, aku mengirim SMS ke sumua teman-temanku satu kelas. Aku memberitahukan mengenai tugas
untuk besok, karena Bu Sofi izin. Di kelas jabatanku adalah Sekretaris. Sebenarnya, tak banyak yang tahu
dengan nomor ponselku ini, tapi aku memiliki semua nomor ponsel teman sekelasku dari Pak Farhan wali
kelasku. Selesai mengirim SMS, aku pun merebahkan badan di kasur sambil mendengarkan lagu cinta by the
virgin. Sekitar pukul sembilan malam, ada SMS dari Reza.
“Good Night.” Begitu ucapnya lewat SMS.
“Too..” Balasku dengan singkat.
Tanpa basa-basi Reza mengirim SMS yang berisi, “Bella, mungkin ini terlalu cepat. Tapi aku tidak bisa berlama-
lama memendam rasa ini. Aku juga bukan seorang cowok yang bisa mengatakan segala hal, aku hanya bisa
mengatakan bahwa aku nyaman dengan kamu.” Sontak hal ini membuatku terkejut. Reza ternyata langsung to
the point. Aku pun juga ingin menanggapi Reza dengan kejujuranku.

“Emh, jujur. Sebenarnya aku juga nyaman di dekatmu. Tapi terkadang aku risih, entah ini perasaanku saja atau
memang benar. Kamu selalu memandangku terus-terusan. Kenapa?” tanyaku pada Reza. Kali ini Reza membalas
SMS-ku cukup lama. Entah apa yang membuatnya nampak berpikir terlebih dahulu. Setelah setengah jam
lamanya, akhirnya Reza membalas SMS-ku.

“Sebenarnya, aku sangat senang dengan mata kamu. Ketika aku memandangimu, seakan hatiku begitu nyaman.
Bagiku, mata kamu adalah mata terindah yang pernah aku lihat. Bukan sekedar mata, tapi aku yakin di situ ada
sebuah cinta yang tulus.” Balas Reza yang membuatku sedikit terkejut. Karena baru kali ini ada seorang cowok
yang mencintaiku dengan kejujurannya. Aku pun juga merasakan jika dia mencintaiku. Tapi yang membuatku
bingung, kenapa Reza hanya berkata nyaman, kenapa dia tidak mengatakan bahwa dia mencintaiku.

Akupun bertanya, “Lalu, bagaimana dengan perasaan kamu?”


“Aku mencintaimu, tapi ya sudahlah. Aku yakin kamu menolaknya karena kamu juga sudah punya pacar. Tapi
aku sudah lega karena kamu juga sudah tahu mengenai perasaanku.” Aku bingung dengan jawaban Reza.
Karena faktanya aku belum punya pacar. Aku pun memberitahukannya.
“Aku belum punya pacar Reza. Emang kamu berpikiran bahwa aku punya pacar itu dari mana?” tanyaku pada
Reza.
“Tadi yang jemput kamu pulang sekolah itu siapa?” tanya Reza.Sekarang aku tahu bahwa Reza mengira kalau
Kak Riki adalah pacarku kemudian aku menjelaskannya. Tapi setelah itu Reza tak membalas sms-ku lagi. Waktu
pun sudah malam, hingga pukul setengah sebelas. Akhirnya aku pun tidur.

Pagi ini di sekolah, aku sedikit terlambat. Dan sampai di kelas aku cukup terkejut. Di papan Tulis ada sebuah
tulisan, “Would you like to be my girlfriend, Bella Kirana?” Itu adalah nama lengkapku. Dan kemudian, Reza
datang di hadapanku. Ia memberikanku setangkai bunga mawar merah yang cantik, kemudian ia mengatakan
cinta di hadapan teman-teman sekelasku. “Maukah kamu jadi p0acarku?” Dengan sedikit gugup aku pun
mengangguk.
Kemudian amelia datang, “Wow, awesome. Selamat Bella, kamu berhasil dalam taruhan meluluhkan hati Reza.”
Hal ini membuat Reza terkejut dan sedikit marah.

“Apa ini maksud kamu, kamu menerima aku hanya untuk memenangkan taruhan?” Jawab Reza yang kemudian
pergi meninggalkanku. Aku pun menghampirinya dan menjelaskan kebenarannya. Tapi Reza menolak
penjelasanku. Amelia ternyata sengaja, ia iri denganku. Ia berbohong mengenai taruhan itu. Untungnya Reni,
membantuku untuk menjelaskan pada Reza tentang apa yang sebenarnya. Waktu istirahat, di taman belakang
sekolah, Reza menghampiriku. Ia pun meminta maaf dan percaya bahwa aku juga benar-benar mencintainya.
Akhirnya, hari ini pun kita resmi jadian.

Anda mungkin juga menyukai