Anda di halaman 1dari 6

Pikiranku melayang, kembali mengingat masa masa lalu setelah mendengar berita di televisi pagi

ini. Berita yang mengulas kembali tentang peristiwa penculikan yang sempat menggemparkan
beberapa tahun lalu, tahun 2005. Aku juga menjadi salah satu korban penculikan itu tepatnya
saat aku berumur 5 tahun. Tuhan benar benar masih memberiku kesempatan kedua hingga aku
masih bisa selamat saat itu. Kini, aku Hana di tahun 2012. Kakiku melangkah siap untuk masuk
ke tempat baru, ke sekolah yang baru dengan suasana yang baru ini.

Aku baru saja pindah ke kota ini sekitar 2 minggu yang lalu, rasanya tempat ini masih terasa
asing bagiku, bahkan aku sama sekali belum mempunyai teman disini. Tahun ajaran baru, baru
saja dimulai. Warna warni nya seragam anak kelas 10 masih terlihat di lingkungan sekitar
sekolah. Mencolok namun terlihat lucu haha. Aku pun memberanikan diri melangkahkan kakiku
masuk ke dalam ruang kelas baru. Dengan badan tegak yang sedikit membusung, aku menarik
napas ku dalam dalam mencoba mengusir rasa gugup ku ini. “Halo semua. aku Hana. Aku baru
saja pindah dari Surabaya. Aku harap kita bisa menjadi teman yag baik selama 3 tahun kedepan.
Salam kenal semuanya.” ucapku sembari menyentuh poni yang menyamping di wajahku ini,
tanda ku gugup

Waktu istirahat pun tiba, aku menuju keluar kelas melewati beberapa koridor dan menuruni
tangga, tiba tiba saja...aku menabrak seorang pria yang kupikir adalah kakak kelas ku. Tubuhnya
tinggi dengan rambut yang tersisir rapih bahkan seragam nya amatlah rapih dibandingkan laki
laki lain yang kutemui hari ini. “Yaampun..maaf kak, aku gak sengaja nabrak kakak.” Kataku
benar benar meminta maaf. Namun jauh dari ekspetasi ku, bahkan lelaki yang ku tabrak tadi tak
mengeluarkan sedikitpun suara, bahkan satupun kata. Hanya tatapan kosong yang tak memiliki
pesan sedikitpun. “Dasar. Ganteng ganteng kok sombong. Penampilan nya benar benar jauh dari
sikapnya.” ketus ku. Begitulah bagaimana pertama kalinya aku bertemu dengan seseorang yang
tak akan pernah kuduga benar benar berpengaruh di masa masa sma ku ini.

Hari hari terus kujalani disekolah ini, setiap lembaran hari setiap detik waktu kuhabiskan disini.
Ini sudah beberapa bulan sejak aku pertama kali menginjak kan kaki ku di sekolah ini. Sejak
pertama kali aku memperkenalkan diriku di hadapan teman teman yang bahkan tak ku kenal
sama sekali. Dan juga, sejak kejadian dimana aku menabrak seorang laki laki yang menyebalkan,
yang tidak lain kini kukenal dengan sebuta, kak Ran. Ketua osis yang disegani semua orang
disekolah, tak hanya guru ataupun teman temannya, namun staff seperti penjaga sekolah
mengenal kak Ran dengan baik. Bukan tanpa alasan, selain aktif berorganisasi ia juga baik dalam
hal akademis dan non akademis. Beberapa kali ia mengikuti lomba lomba olimpiade dan pulang
sebagai juara mengharumkan nama sekolah. Begitulah semua orang mengenalnya. Sebagai orang
yang benar benar sempurna, seperti tokoh utama dalam cerita dongeng hahaa.

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu tunggu anak kelas 10. Ya, pembagian seragam.
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, seragam yang tak serupa ini mejadi padu dengan yang
lainnya. Semua murid diminta datang satu persatu ke ruangan pembagian baju sesuai dengan
uruttan nomor siswa, yang artinya aku akan menjadi orang terakhir yang di panggil. “Ah..sial,
aku terakhir.” Setelah beberapa jam menunggu dengan bosan, giliran ku pun tiba. Aku berjalan
menuju ke ruang pembagian baju tepat di bawah tangga seberang taman sekolah. Tampaknya
antrian siswa siswi lain memang sudah kosong, tak ada lagi orang di sana. Benar benar sepi,
hanya ada aku saja. Aku pun mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan itu. Seorang laki laki
berdiri sambil memegang selembar kertas yang disisipkannya di sebuah papan kecil. Tampak tak
asing. “Ya selanjutnya yang terakhir…Hana? “Begituah ucapnya. Suaarnya memang benar benar
familiar. Setelah ia membalikkan badannya, benar saja tebakakanku. Itu ketua osis kami, kak
Ran. Ia pun memberiku sau persatu baju seragam yang sudah dikemas rapih ke dalam sebuah
plastic. Ini pertama kalinya aku melihatnya sedekat ini bakan dalam waktu yang cukup lama.
Entah kenapa rasanya, ia terlihat tak asing dalam pikiranku. “ini..udah semua kan? Kalua udah
balik ke kelas. hati hati ya.” Ucapnya sambil tersenyum tipis. Sungguh tak bisa dipercaya.
Seorang yang kukenal sangat dingin dan kaku ini bear benar tersenyum kepadaku. Terlihat aneh
tapi anehnya aku senang haha. “oke kak, makasih.” Kataku sambil lari terburu buru keluar
menuju kelas tanpa sadar telah meninggalkan buku catatan kecil yang kubawa bawa sebelumnya.

“yaampun...kayaknya aku ninggalin buku catatan ku deh..dimana yaa.” Kataku saat sampai
dirumah. Setelah sadar bahwa buku catatan kecil yang selalu kubawa kemana mana hilang. Aku
sedikit panik, karena banyak cerita masa kecilku yang kutulis disana. Tiba tiba saja, seseorang
meneriaki dari luar. Itu kak Ran. “Hana..ini buku catatan mu. Tenang gak aku baca kok.”
Ucapnya terengah engah sambil melempar buku itu padaku yang berada di luar balkon. Tanpa
basa basi, kak Ran pergi secepat kilat bagai ditelan bumi setelah mengayuh sepedanya beberapa
saat. “kenapa kak Ran bisa tau rumah aku ya? Hahah dasar aneh,tapi...” pikiranku teralihkan,
hari ini banyak kejadian aneh terjadi. Aku merasa bahwa kak Ran sedikit berubah dari biasanya
bahkan ekspresi kaku yang selalu terlukiskan di wajahnya itu beragsur angsur menghilang.
Bahkan kak Ran juga mengajak ku untuk ikut serta datang dalam sebuah acara di sekolah. Benar
benar tak terduga.

Hari yang sudah direncanakan pun tiba, akhirnya aku benar benar menghadiri acara sekolah itu.
Acara yang akan membahas bagaimana perlinduga terhadap anak anak harus benar benar di
lakukan dengan baik. Kak Ran yang mengajak ku untuk datang pun memang sudah ada di aula
sekolah. Tiba tiba saja seseorang menarik tanganku. Ya itu dia, kak Ran. “disini aja duduk nya.
Nanti gak kebagian kalau milih milih bangku terus.” Ucapnya singkat sambil menunjuk bangku
yang berada tepat disampingnya. Wajahnya benar benar tak berani menatap bahkan menoleh ke
lawan bicaranya. Begitulah cerita bagaimana aku bisa duduk disamping kak Ran, laki laki yang
penuh dengan kejutan, laki laki yang selalu punya cara sendiri untuk menjalani kesehariannya
itu.

Akhirnya tiba di penghujung acara. Pembawa acara mempersilahkan beberapa orang untuk
menceritakan pengalaman mereka yang masih berhubungan dengan perlindungan anak. Tiba tiba
saja tekad muncul dalam diri ku, untuk menceritakan pengalaman yang pernah ku lalui saat umur
5 tahun, dimana kasus penculikan yang benar benar marak juga menjadikan ku sebagai korban
dari sekian banyak korban lainnya. Dengan tubuh yang sedikit gemetar, aku mengangkat
tanganku lalu berjalan menuju keatas panggung. “halo namaku , Hana. Disini aku sedikit
menceritakan tentang pengalaman yang kupunya. Pengalaman dimana aku menjadi salah satu
dari koran penculikan beberapa tahun lalu. Tepatnya saat aku umur 5 tahun.” Begitulah
bagaimana aku memulai pembicaraan ku di atas panggung yang ditonton dan didengarkan
banyak orang. Aku pun mulai melajutkan lagi cerita yang ku alami itu. “tapi aku benar benar
beruntung. Seoranganak laki aki menyelamtkan ku saat itu. Jika tidak mungkin aku sudah mati
haha. Aku belum sempat berterimakasiih dengan benar padanya, kami sempat membuat janji
pertemuan kembali, tapi…” tiba tiba saja seseorang memotong pembicaraan aku. Seseorang
yang tak bisa kulihat jelas saat itu karena keberadaan nya terhalang lompo sorot yang benar
benar terang.

“Hana…akhirnya,aku menemukan mu” Ucap seorang laki laki itu yang tak lain adalah, kak Ran.
Begitulah awal mula bagaimana aku dan kak Ran semakin dekat. Seiring berjalanya waktu kami
sangat akrab bahkan tak terlihat ada jarak sama sekali di antara kita. Benar benar sedekat itu.
Begitu juga hubungan kami pun berubah, bukan lagi sebatas teman. Tapi kini,kami sudah
berpacaran.

Biar kuulang lagi, kini aku Hana di penghujung tahun 2012 dan juga lelaki yang selalu ada
disampingku, Ran. Lelaki yang penuh dengan kejutan, lelaki yang kutemui saat ku kecil.

Banyak hal yang kita laluii bersama selama pacaran, senang sedih semuanya kami lalui bersama
sama. Bahkan aku mengenal kak ran semakin banyak lagi. Dia benar benar lelaki yang tangguh,
lelaki yang selalu rela melakukan apapun agar pasangan nya senang. Walaupun ku tau,
kehidupannya yang dipandang banyak orang sempurna, tidak seperti kenyataannya.

“kak Ran..kenapa kakak mau jadi pacarku, lalu gimana kakak bisa tau kalau aku itu anak kecil
yang kakak selamatin dulu?” ucapku peasaran. “Hana..ini namanya perasaan. Lebih tepatnya saat
kamu pertama kali nabrak aku di tangga waktu itu. Aku ngerasa bahwa aku pernah ketemu
dengan kamu sebelumnya. Ditambah gantungan yang ada di buku catatan mu itu. Sama persis
dengan milikku. Gantungan pasangan yang diberikan hana kecil ke Ran dulu..” “kak Ran...kita
bakalan sama sama terus kan? Janji ya kak sama aku.” Begitulah perkataan kami berdua. Ran
tersenyum lebar sambil mengangkat jari kelingkingnya tanda ia berjanji padaku.

Hari hari terus berjalan, sudah 3 tahun sejak aku dan kak Ran pacaran. Kini kak Ran sudah
kuliah di salah satu universitas yang jaraknya juga tak jauh dengan sekolah. Dan aku, aku sedang
berjuang dalam ujian akhir ku ini. sseperti hal nya sebuah besi yang kuat, semakin lama
seiringnya dengan waktu sekuat apapun itu pada ahirnya juga akan rusak. Itulah hal yang terjadi
pada hubunga ku dan kak Ran. Bukan karena hilangnnya rasa saling cinta, tetapi lebih buruk dari
itu. Orang tua dan keadaan lah yang membuat huungan kita kandas begitu saja.

“kak…mama sama papa gak setuju sama hubunga kita. Bagaimanapun aku masih sayang sama
kakak. Hubungan kita ga bisa selesai gitu aja. Aku masih bisa ngelakuin hal lain yang disuruh
mama papa kok. Tanpa harus ikut kemauan mereka. Percaya sama aku ya kak?”

“tapi Hana..aku tau mama papa kamu gak suka sama aku. Aku memanglah bukan orang
sempurna yang bisa jadi pasangan untuk anak mereka. Mungkin, aku bisa aja tetap berjuang
sama kamu. Tapi, kamu harus terima perjodohan ini ya hana. Demi kamu, demi orang tua kamu,
bahkan bagi semua nyawa orang yang jadi tanggug jawab kamu. Kamu harus nurutin orang tua
kamu untuk nerusin rumah sakit keluarga kamu ini yaa.. aku selalu percaya kok sama hana.”
Kata kak ran sambil tersenyum tipis menyembunyiikan kesedihannya. Begitulah kata kata akhir
yang keluar dari mulut kami berdua, yang tak bisa menerima kenyataan. Kak ran memeluku erat
sambil berkata bahwa semuanya akan baiik baik saja. Dan mungkin itu juga kata kata terakhir
yang diucapkan kak ran sebelum hubungan kita benar benar jauh. Semuanya benar benar terasa
menyakitkan, keadaan memaksa kita untuk menyudahi semua perasaan ini secara tak adil.

“ini hari kelulusan ku..kamu benar benar benci sama aku ya kak ran? Sampai gak datang ke
acara penting ini” ucapku di telpon. “Hana maaf..tapi aku lagi bandara , aku akan melanjuti
kuliah ku di luar negeri sekaligus berobat disana. Ya..gak lupa ini juga salah satu cara ku
melarikan diri dari ayahku. Pesawatku terbang 20 menit lagi.” Begitulah ucapan yang kudengar
dari kak ran. Dengan cepat aku pergi meninggalkan area sekolah yang masih menjalankan
beberapa susunan acara perpisahan. Namun semesta benar benar tak mendukung ku. Aku
terlambat menemui kak ran untuk kali terakhirnya. Hujan turun deras saat itu, derasnya benar
benar menggambarkan bagaimana kesedihaku. Kak Ran, namamu persis dengan artinya,hujan.
Kamu bisa menjadi penenang tapi kamu juga bisa menjadi hal yang membuat orang diisekitarnya
gelisah.

Tak banyak hal berubah setelah itu. Aku menjalani hari hari ku seperti biasanya. Kehidupan biaa
yang dilakukan orang orang setiap harinya. Sambil menatap langit aku kembali teringat
perkataan anak laki laki yang menemaniku di umur 17 tahun ku. “hana..aku harap kamu gak
pernah lupain aku. Bagaimanapun juga, kamu adalah orang yang berarti di masa masa paling
berharga ku ini. aku gak pernah menyesal ketemu sama kamu. Hana,kalau kita masih
dipertemukan lagi..aku hanya ingi meberitahumu tentang kehidupan yang kulalui setelah kamu
benar benar hilang dari hidupku. Tentang bagaimana aku benar benar merindukan mu hana. Tapi
entalah, pada kenyataannya, kita memang sudah berakhir ya.” Begitulah pesan yang terakhiir
kali dikirimnya. aku sungguh terlarut ke dalam kata kata itu lagi, hingga tanpa sadar rintik hujan
membasahi rambutku.

nyatanya, ada beberapa hal yang tak bisa dipaksakan dalam hidup ini. kamu baik untukku,aku
pun juga baik utukya, tapi nyatanya tuhan menyiapkan yang lebih baik untuk diri kita masing
masig.

Aku Hana di tahun 2023. Kini aku tumbuh lebih dewasa dari hana yang sebelumnya. Aku
berjalan melangkahkan kakiku di bandara. Tampak seorang laki laki bertubuh tinggi keluar dari
pintu kedatangan inernasional. Seorang pria yang kukenal jelas, tentu saja itu adalah pria yang
mengisi seluruh kehidupan ku di bangku sma. Itu dia,, Ran.

“Hana , aku menemukanmu. Apa kabar?” ucap ran sambil berjaba tangan dengan ku.

Senyum yang benar benar tulus terlukiskan di raut wajah kedua anak itu. Ran dan juga Hana.

Anda mungkin juga menyukai