Anda di halaman 1dari 389

Bab 1 | - Cinta Pertama x Pembukaan -

Aku mau punya PACAR!

Semua anak laki-laki yang seumuranku tentu memikirkan itu.

Aku, Hiromichi Sato, telah memikirkannya setiap hari sejak aku duduk
di bangku kelas dua SMP.

Namun kenyataannya, itu tidak mungkin.

Penampilan dan kemampuan atletik yang kumiliki di bawah rata-rata.


Aku juga tidak memiliki bakat khusus yang luar biasa.

Hanya prestasi akademisku yang layak ditunjukkan, tapi itu memakan


waktu. Dan popularitasku agak buruk.

Itu sebabnya aku tidak punya pacar sampai tahun ketigaku di SMP.

Malahan, apa aku pernah berbicara dengan seorang gadis tentang hal
lain selain informasi kontak?

Inilah keseluruhan ceritanya.

Ketika aku masih SD, aku memiliki beberapa teman berlawanan jenis.

Mulai dari kelas lima, berinteraksi dengan seorang gadis menjadi agak
memalukan, jadi aku menjaga jarak.

Dan kemudian, aku pun menyadarinya, bahwa apa yang kulakukan pada
dasarnya "mengacaukan".

Itu benar, aku membuatnya canggung dan menyelesaikan masa SMP-


ku dengan berantakan.

Itu sungguh kacau.

Melihat ke belakang selama tiga tahun ini, aku juga menjadi tidak
sabaran dengan kehidupan abu-abu ini.

Jika ini terus berlanjut, kehidupan sekolahku akan berakhir tanpa aku
memiliki seorang kekasih.

Tidaaaaak....

Aku benci ini. Aku tidak suka ini.

Aku sungguh... sungguh... sungguh menginginkan seorang pacar!

Aku tidak menyukai siapa pun saat ini, tapi aku tetap menginginkannya.

Aku tidak memiliki tipe gadis tertentu, tapi aku masih tetap
menginginkannya.

Maksudku, jika ada seseorang yang menyukaiku, aku akan menjadi


sangat menyukainya di dunia ini.

Aku yakin! Aku akan mencintai orang yang menyukaiku.

Siapakah orang itu?


Itulah mengapa aku sangat bergairah untuk menemukan sosok seperti
Cinderella ketika aku memasuki masa SMA.

Namun, gairah yang kurang memadai ini tidak bertahan lama selama
satu bulan pertama.

Pertama, aku berbicara dengan gadis dimulai dengan sapaan, tapi aku
tidak bisa mengikuti kalimat kedua di depan tatapannya yang seperti
mengatakan "Apa ini? Siapa ini?".

Meskipun aku meminta teman-temanku yang memiliki lingkaran


pertemanan yang luas untuk bergabung, tapi aku tidak tahu topik
seperti apa yang menyenangkan untuk makhluk yang disebut
perempuan itu, yang tidak pernah aku gauli dengan baik selama tiga
tahun terakhir, jadi aku menyerah begitu saja.

Rupanya, untuk mendapatkan kerja sama dari para gadis, diperlukan


keterampilan untuk bekerja sama dengan para gadis. ASTAGA. Ada apa
dengan permainan nge-bug ini? Debug-lah itu.

Dan...... begitu saja,

Tahun pertamaku di SMA menjadi masa-masa yang abu-abu.


“Fu-n-fu-fun-furu-lulu~~~~~”

Tapi semua cerita yang telah kusampaikan sejauh ini adalah masa lalu.

Saat ini aku sedang dalam perjalanan ke sekolah di musim semi tahun
kedua masa SMA-ku sambil menyanyikan senandung ria.

Di kota di mana bunga sakura berjatuhan dan musim panas sudah


dekat, warna hijau cerah bersinar kebasahan dengan embun pagi.

Aku tidak percaya kalau aku pernah mengira dunia yang begitu indah
ini berwarna abu-abu.

Kok tiba-tiba berubah pikiran? Ya tentu saja...

Karena dia ada di sini.

Akhirnya, dia ada di sini!

Dia~fu~pacar~fuhu~dia adalah pacarku.


Itu sangat penting, itulah mengapa aku bermaksud mengatakannya
dua kali, tapi dibanjiri sedikit.

Aku membumbung tinggi untuk pertama kalinya dalam hidupku. Aku


ingin kau memandangi itu.

Dan tentu saja, bukan aku yang mengajaknya berpacaran.

Ini bukan kesombongan, melainkan aku tidak memiliki keberanian


untuk menyatakan cinta.

Aku baru saja melewati tahun biasa di awal masa SMA yang tidak
spektakuler dengan teman laki-laki dan diajak berpacaran oleh
seorang gadis.

Pihak lain, seorang gadis sebaya yang bersekolah di SMP yang berbeda
dari SD yang sama dan bertemu kembali di SMA ini.

(Yah aku dalam promosi khusus, dia berada di departemen yang


berbeda dari kursus biasa, jadi aku tidak memperhatikan
keberadaannya sampai aku diajak berpacaran).
Aku ingat pernah memanggil seorang anak yang terisolasi ketika aku
bertemu dengannya di penitipan setelah sekolah, tapi aku tidak
menyangka bahwa bendera yang aku pasang ketika aku masih SD akan
dikibarkan saat ini.

Saat aku berpacaran, siaran 4K hidupku pun dimulai.

Tidak, bukan hanya kualitasnya.

Segala sesuatu di dunia ini telah berubah sejak hari itu, sejak sebulan
yang lalu.

Dari udara di jalan sekolah, di mana aku biasanya hanya merasakan


bau limbah gas, aku mulai merasakan aroma kehidupan yang begitu
subur, dan bel pembuka, yang menandai dimulainya hari yang suram,
berubah menjadi tanda untuk mengumumkan awal hari bersamanya.
Saat aku makan udon di kafetaria sekolah bersamanya, aku merasa
kaldu supnya telah ditambahkan dengan rasa yang begitu dalam.

“Yah, Riko dari Klub Pemandu Sorak memberitahuku, jadi aku pergi ke
ruangan itu.”
“Heh-heh! Jadi bagaimana dengan itu? Aku penasaran."

"Sempurna. Bagaimanapun, klub atletik itu bagus."

Kau dapat mendengarkan percakapan dari gadis-gadis positif di kelas


yang terlihat cemburu dengan senyuman.

Ya, ya. Aku mengerti. Cinta itu luar biasa. Itu adalah kesenangan dari
masa muda. Ayo lakukan yang terbaik bersama, saudara-saudari.

Aku merasa damai.

"Ah? Tapi Aizawa, kau berpacaran dengan Mao Imura dari Omefukibe.
Apa kalian putus?”

“Bukankah itu harusnya Sokabe, bukan Imura?”

“Tidak, aku tidak akan pacaran dengan salah satu dari mereka. Aku
tidak berpikir aku akan serius dengan wanita setingkat itu."

“Eh? Bagaimanapun, keduanya cukup cantik, kan?”


“Mereka cukup mempesona, kan? Bagiku, aku mengalami masa sulit.
Ada seorang gadis yang muncul di LINE [Catatan Penerjemah: LINE バ
ンバン ] setiap hari, tapi dia 'tidak, terima kasih'. Dia terlihat seperti
seseorang yang disetubuhi dua atau tiga kali."

Kedamaianku pun dihancurkan. Aku ingin tahu apakah orang-orang ini


bisa mati begitu saja.

Yah......... terkadang memang membuat kesal, tapi sejak sebulan


terakhir, kehidupan SMA-ku menjadi lebih menyenangkan dan lebih
cerah dari sebelumnya.

Aku yakin itu karena aku telah melihat banyak hal secara lebih positif
sekarang.

Itu semua berkat dirinya.

Aku menjadi memiliki keberanian untuk mendukung orang lain karena


sekarang aku memiliki pacar yang mendukungku.

Aku ingin memperkenalkan dia yang memberiku keberanian seperti itu.


Dan sekarang, aku menunggu kedatangannya di perpustakaan sepulang
sekolah.

Tidak sepertiku, dia melakukan kegiatan klub, jadi aku harus menunggu
sampai kegiatan klubnya selesai untuk bisa pergi meninggalkan sekolah
bersamanya.

Aku melirik pintu masuk perpustakaan dan mengerjakan PR.

Saat waktu seperti itu terus berlanjut, kemudian aku memperhatikan


waktu di ponselku.

Sudah pukul 8:10.......10 menit?

Waktu yang dijanjikan harusnya pukul 8 tepat.

Tapi pintu masuk tertutup.

Dia belum datang. Kenapa?


Mungkinkah semua itu hanyalah mimpi seorang pria yang tidak pernah
populer.

“Hiromichi-kun”

“Uwaaa, hyaaaaaaaaaa!”

Tiba-tiba, rasa dingin merayapi tengkukku.

Melihat ke belakang dengan terkejut, aku melihat seorang gadis berdiri


di sana dengan senyum polos dan membawa dua kaleng jus di
tangannya.

Dia cantik dengan tampilan yang rapi dan bersih.

Rambutnya yang agak basah memanjang hingga ke bahu.

Sedikit lebih pendek dariku dan pinggang yang jelas lebih tinggi.

Seorang gadis cantik, seolah-olah dia keluar dari sampul majalah


muda, seorang gadis di tingkat yang tidak akan sering kau bisa lihat.
Ini adalah pacarku, Haruka Saikawa.

....Aku senang. Itu bukan mimpi.

Kadang-kadang aku khawatir bahwa aku memimpikan sesuatu yang


nyaman untuk diajak berpacaran oleh gadis cantik seperti Haruka.
Bahkan sekarang aku takut karena aku tidak populer.

“Ahaha, apa kau terkejut? Aku minta maaf telah membuatu menunggu.
Latihannya memakan waktu lebih lama dari yang kuperkirakan. Ini jus
sebagai permintaan maaf. Minumlah."

“Tidak, tidak apa, aku baru saja tiba.”


“Tidak mungkin kau baru saja tiba...... tidak dalam situasi seperti ini.”

Tatapan Haruka diarahkan ke meja.

Tentu saja, disana buku catatan dan buku teks-ku tersebar di atasnya.

Guaaaaa.

Aku tidak percaya ini.

Itu benar. Dalam situasi ini, terlalu tidak masuk akal untuk baru saja
tiba. Jika kau memikirkannya sedikit, maka kau jelas akan tahu.

Aku bertanya-tanya, kenapa sih aku mencoba untuk menjadi keren.

Malu-maluin banget. Aku bisa merasakan pipiku menjadi panas.

Aku merasa gugup di hadapan Haruka, kepala dan tubuhku tidak mau
bekerja dengan baik.
Tapi,

“Kau memang baik..... Hiromichi-kun.”

Haruka tidak menertawakanku yang begitu tidak terkendali.

Baik. Menyenangkan.

Dia memiliki wajah yang cantik dan kepribadian yang baik.

Aku bertanya-tanya, berapa banyak kebajikan yang aku kumpulkan


dalam kehidupanku sebelumnya untuk bisa diajak berpacaran oleh
kecantikan yang begitu sempurna.

Terima kasih 'aku’ dari kehidupan sebelumnya.

"Kalau begitu, ayo pergi."

“Oh, ya. Aku akan membereskannya secepat mungkin!”


“Ah, kau tidak perlu terburu-buru, tahu?”

"Aku tahu."

Sambil membalasnya, aku memasukkan buku pelajaran dan peralatan


tulis ke tasku dengan kecepatan penuh.

Aku tidak punya waktu untuk terjebak dalam buku teks seperti ini
ketika ada Haruka di sampingku.

Juga, hari ini, aku punya janji penting dengan Haruka.

Kami keluar dari perpustakaan dan berjalan berdampingan di koridor.

Kami berbicara tentang apa yang kami bicarakan di sekolah dan apa
yang kami lihat di TV kemarin.

Pembicaraan tentang manga favoritku dan sesi kesan dengan Haruka


yang meminjam dan membacanya.
Baru-baru ini, ada berbagai topik seperti "Splatoon 2", di mana tim
beranggotakan empat orang termasuk kami dan dua teman laki-lakiku
bermain.

[TN: Splatoon 2- permainan video


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Splatoon_2]

Kalau hanya begini, itu tidak ada bedanya dengan pertemanan laki-
laki, tapi tentu saja dia kekasihku, aku juga berkonsultasi soal rencana
kencan sebelum akhir pekan.

Ngomong-ngomong, topik hari ini adalah tentang Aktivitas Klub Haruka.

“Yah, akhir-akhir ini aku sering dipuji oleh para direktur dan guru.”

"Kok bisa?"

“Ada banyak penghayatan dalam permainan drama ini. Aku menjadi


daikon yang memiliki cita rasa tinggi dari daikon lainnya."

[TN: Daikon, juga dikenal sebagai lobak putih]


"....Apakah itu pujian?"

“Ahaha. Ini lebih baik daripada menghayati [Daikon] mentah.”

"Begitu, itu benar."

Haruka ada di klub drama. Tampaknya ibunya yang telah bercerai


adalah seorang aktris (meskipun tidak berhasil dengan baik) dan dia
terpengaruh olehnya.

Dia bilang dia suka memainkan peran sampingan.

Namun, dari penampilan Haruka yang sedang berlatih dengan matanya


yang berbinar-binar seolah sedang meniup api sementara rambutnya
menempel di pipinya yang berkeringat, dia menyukai passionnya,
terlepas dari apakah dia baik atau buruk dalam hal itu.

Aku dapat melihat dengan jelas bahwa dia tidak cocok memerankan
'peran sampingan'.

Itulah mengapa aku senang mendengar dari Haruka tentang Aktivitas


Klub-nya.
Seseorang yang bekerja keras untuk sesuatu terlihat mempesona.

Apalagi jika dia kekasih yang imut.

Aku bisa mendengarkan cerita Haruka selamanya, dan aku bisa terus
berbicara dengan Haruka selamanya. Ada begitu banyak hal yang ingin
aku bagikan dengannya sehingga aku selalu kehabisan waktu saat
membicarakan semua itu.

Tapi........ hari ini berbeda.

Saat gerbang sekolah kian dekat, jumlah kata di antara kami secara
alami berkurang.

Lalu, di depan gerbang sekolah, kami terdiam dan.... berhenti.

......Kemarin, kami membuat janji khusus.

Gerbang sekolah adalah pembatas.


Saat aku melirik Haruka, mata kami saling bertemu.

Garis pandang bisa diselesaikan tanpa terjerat.

Namun, Haruka dengan malu-malu mengalihkan pandangannya.

Tapi sebaliknya, Haruka mengulurkan tangan kanannya padaku yang


berdiri di sampingnya.

Itu benar.

Kami sudah berpacaran selama sekitar satu bulan.

Kami telah berbicara satu sama lain untuk mencoba sedikit lebih keras
agar bisa mengurangi jarak di antara kami, dan kami memutuskan hari
ini akan menjadi hari pertama kami untuk berpegangan tangan!

Itu bukan sesuatu yang salah satu dari kami yang mendorongnya, tapi
sesuatu yang kami berdua putuskan.

Jadi aku mengambil tangan putih Haruka, tangan itu... dengan


keberanian, dan memegangnya!

Fuhoooo...

Jantungku melompat karena sentuhan jemarinya.

Apakah ini tangan seorang gadis?

Jauh lebih tipis dan lebih lembut dari pada pria. Lebih dari segalanya,
itu halus.

Perbedaan sensasi ini membuat jantungku berdebar-debar.

Bagaimana perasaan Haruka?

Saat aku meliriknya, dia juga sedikit tersipu.

“Ehehe... Ini sedikit memalukan, kan?”

“S-Sungguh?” jawabku dengan suara sopran.


Sungguh. Sedikit malu? Sedikit?

Tentunya, aku agak jauh dari itu.

Aku sangat gugup sampai suara sopran misterius keluar dari


tenggorokanku.

Dalam sebulan terakhir, pada awalanya jantung lemahku menjadi


begitu tegang hanya dengan kebersamaan, ditempa menjadi batu pipih
sehingga percakapan biasa bisa menjadi alami, tanpa adanya
perbaikan. Tapi sekarang, itu telah dihancurkan oleh pertukaran
disengaja dengan lawan jenis.

Tentu saja, 'Karakter populer'* memeluk setiap gadis yang bahkan


bukanlah kekasih, aku ingin tahu saraf seperti apa yang mereka miliki?
[Catatan Penerjemah: 陽キャ ]

Aku hanya bisa menganggap mereka sebagai alien.

Dan ketika aku memikirkan tentang itu,


"Maafkan aku. Aneh membutuhkan satu bulan hanya untuk
berpegangan tangan. Tapi ini adalah pertama kalinya aku menjalin
hubungan seperti ini dengan seorang laki-laki. Aku gugup....."

Haruka meminta maaf, wajahnya muram.

Rupanya, aku telah melakukan kesalahan dengan membuat jumlah


kata menjadi berkurang.

Tidak! Aku sangat gugup sehingga aku tidak tahu harus bicara apa!

Tentu saja, aku segera menjawab dengan cepat.

“Tidak, itu juga sama untukku, atau lebih tepatnya itu tidak secepat
ini. Butuh waktu sebulan untuk berpegangan tangan, tapi itu hanya
satu bulan, kan? Kupikir itu berjalan dengan baik! Karena, kau tahu,
betapa kita bisa bergaul satu sama lain seumur hidup jika kita butuh
satu bulan untuk berpegangan tangan!”

“Hm~~~~!”

Pada saat itu, pipi Haruka, yang sudah merah, menjadi merah padam
seolah-olah itu terbakar.

Kupikir suhu tubuh yang ditransmisikan dari tangan kami yang saling
terjalin juga meningkat pesat.

Mungkin.... tapi apakah aku baru saja mengatakan sesuatu yang aneh?

Serius?

Ah, benar! Aku mengatakan "seumur hidup"!

Wow, berani sekali!* Meskipun kau ini masih SMA, apa yang kau katakan.
[Catatan Penerjemah: キッツイ ]

“Hei, tidak! Tidak, tidak! Tidak, sedikit terlalu jauh! Tentu saja,
tentang perasaanku, aku tidak bermaksud demikian, aku
mengatakannya dalam arti yang lebih dalam. Aku ingin tahu apakah
aku harus melakukan itu...!“

Oh tidak, itu salah!


Tidak peduli apa yang kukatakan, aku hanya menutupi perasaannya
dengan perasaanku.

Bagaimana cara membuat ini menjadi dibawah kendali?

Jika terus seperti ini, Haruka akan benar-benar salah paham.

Aku berpikir begitu dan merasa panik.

“Unn. Aku senang."

Haruka meremas tanganku lebih kuat dan bersandar di lengan kiriku


serta tersenyum.

Bukan senyum polos yang dia tunjukkan kepada teman.

Tapi senyuman spesial yang dia tunjukkan hanya padaku sebagai


kekasih.

“Aku mengatakan kalau aku dipuji karena performa akting yang lebih
baik, kan? Kupikir itu karena dirimu, Hiromichi-kun.”
“Eh?”

“Karena aku telah bersenang-senang setiap hari sejak aku mulai


berpacaran dengan Hiromichi.”

Dunia bersinar tidak seperti sebelumnya, dan perasaan lembut yang


sampai sekarang tidak aku ketahui mengalir dari hatiku. Itu
memberiku kekuatan yang belum pernah aku miliki sebelumnya.

.....Aku tidak mengerti.

“Aku sangat senang bahwa di dunia luas ini ada orang yang bisa di
andalkan yang dimana orang itu sangat memikirkanku....... jadi, terima
kasih Hiromichi-kun. Aku juga. Aku sa~yang padamu, Hiromichi-kun!”

"Itu........."

....Aku mengerti sekarang.

Aku lahir di dunia ini untuk bertemu Haruka.


Tidak ada gadis lain yang menyukaiku secara langsung sebagai
manusia.

Tidak ada gadis lain yang bisa menghargai hal yang sama denganku,
kecuali Haruka.

Aku tidak bisa memikirkan apa pun, kecuali Haruka.

Hari itu, Haruka tetap di dekatku sampai kami berpisah di stasiun.

Meskipun kami terlalu gugup untuk berbicara dengan jujur. Suara


detak jantung Haruka, yang sekeras detang jantungku, dikirimkan
melalui kontak dekat kami, tapi itu masih sempurna.

Itu membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

15 menit itu bisa dibilang waktu terbaik dalam 17 tahun hidupku


sebagai Hiromichi Sato.

Dan... Ah.... itu tepat setelah ini.


Aku yakin bahwa aku tidak bisa memikirkan apa pun selain Haruka.

Blueprint masa muda dengan Haruka. Aku yakin bahwa itu akan
berlanjut di masa depan.

Aku bertemu seseorang yang menjungkirbalikkan segalanya.

Bab 2 | - Kebingungan x Kontak -

Kota terpencil yang berjarak tiga stasiun dari stasiun terdekat ke


sekolah.

Sebuah sudut dari pusat kota kuno yang tampaknya telah melalui Era
Heisei*. [Catatan Penerjemah: dari 8 Januari 1989 hingga 30 Apro 2019]

Sebuah kamar di dalam apartemen kayu tua dua lantai adalah Kastil
keluarga Sato.

Aku masuk ke dalam apartemen. Di lantai dua, suara bel telepon


terdengar dari kamar keluarga Sato, dan seorang wanita tua baik yang
tinggal di kamar sebelah sedang menatapku.
Aku bergegas menaiki tangga yang lapuk dan berlubang.

Ketika aku sampai di lantai dua, wanita tua itu mengerutkan kening
dan berkata, "Itu sudah berdering selama 10 menit terakhir."

Seriusan? Sial, kenapa bajingan itu membuat panggilan cinta yang


penuh gairah?

Aku tunduk pada wanita tua itu dan bergegas ke dalam rumah.

Seperti burung pipit, aku meraih telepon dan tanpa menyembunyikan


suasana hatiku menjawabnya dengan nada kesal.

“Ya, ya, halo. Siapa ini?"

“Oh, akhirnya kau mengangkatnya! Ini aku! Ayahmu yang


membanggakan!"

“Kau~~, dasar brengsek!”


Pemilik panggilan cinta yang penuh gairah ini adalah ayahku, Naoyuki
Sato.

Kekesalan yang bercampur dengan kata-kataku menjadi lebih intens.

“Ayolah pak tua, kau tahu ‘kan kalau peredaman suara di rumah ini
sangat buruk. Maka telepon-lah lagi setelah beberapa saat jika tidak
ada yang mengangkatnya. Ini akan menjadi gangguan bagi para
tetangga, tahu?"

"Hahaha! Maafkan aku. Aku hanya tiba-tiba ingin mendengar


suaramu!“

"Apa yang kau bicarakan? Itu menjijikkan."

“Aku tidak berpikir itu menjijikkan. Sebagai orang tua, wajar saja
merindukan putra tercintanya satu-satunya. Bagaimana? Apa kabar?
Apa sekolahmu menyenangkan?”

Oh tidak!

Ini dia.
Dia bertingkah seperti anak kecil yang menyembunyikan laporan buruk
dari orang tuanya.

Itulah yang menurut pengalamanku.

Pak tua ini, meskipun usianya di atas pertengahan 40-an, dia masih
memiliki kepribadian yang kekanak-kanakan.

Aku yakin itu karena dia masih mengejar dinosaurus. [Catatan


Penerjemah: Kalau kalian gak ngerti maksudnya, itu menyangkut
pekerjaan Ayahnya yang kemungkinkan besar terkait dengan
penggalian fosil.]

Bagaimanapun, aku akan menutup telepon.

“Oh, aku baik-baik saja, dan sekolahku menyenangkan. Ini kehidupan


yang luar biasa. Kalau begitu kita selesai di sini. Selamat malam~~”

"Tunggu. tunggu! Tunggu sebentar! Jangan akhiri panggilannya! Aku


akan menelepon lagi bahkan jika kau mengakhirinya! Aku akan
meneleponmu sampai kau mengangkatnya! Aku memang ingin
mendengar suaramu, tapi sebenarnya, aku punya cerita penting
untukmu hari ini!”

Tsk... Aku hanya akan berpura-pura mendengarkan.

Aku tidak ingin dipelototi oleh tetangga lagi.

Meskipun aku selalu dapat mencabut saluran telepon, tapi itu akan
berlebihan.

........Mau bagaimana lagi.

“Aku akan mendengarkannya, jadi apa itu?”

“Ti~dak... itu... Umm.”

"Ada apa? Apakah sulit untuk mengatakannya?”

“Bukannya sulit untuk mengatakannya, tapi aku jadi malu


memikirkannya. Itu memalukan.”
"Menjijikkan! Aku tidak ingin mendengar suara seorang pria paruh
baya yang malu-malu. Cepat katakan. Ngomong-ngomong, kurasa itu
bukan hal yang baik untuk dikatakan, tapi kau harus meminta maaf
karena menggunakan uang dari rekening nenekku. Itu lagi, kan?”

“Sebenarnya, ayahmu menikah lagi.”

"Kau tahu. Aku memang berpikir kalau itu akan mengarah ke


pembicaraan seperti ini....... Hah? Haaaaaaaaaaaaa!?!?”

Yang sangat mengejutkanku adalah teriakan yang keluar dari


tenggorokanku.

Dinding tipis yang memisahkan kamar ini dari kamar sebelah digedor di
belakangku.

Aku meminta maaf atas keluhan dari tetanggaku, dan kemudian


berbicara dengan pak tua itu di telepon.

“Me... menikah lagi? Mmm... menikah, kau? Kapan? Aku belum pernah
mendengar tentang itu darimu?”
"Ah! Dia, aku bertemu dengannya di situs penggalian."

“Apa itu di Fukuoka? Sudah sekitar dua bulan sejak kau pergi ke sana,
kan?”

“Kau mungkin belum memahaminya karena kau masih SMA, tapi 'api
cinta terkadang bisa menyala tiba-tiba'.”

Serius? Jika menyala tiba-tiba, apa kau akan menikah hanya dalam
dua bulan?

Tidak bisa dipercaya. Itu menakutkan. Seberapa banyak yang dapat


kau pelajari tentang orang lain hanya dalam dua bulan?

Aku ingin tahu apakah yang seperti ini memang berbeda untuk orang
dewasa.

“Lalu kau meneleponku untuk memberitahukan itu? Ini adalah hidup


ayahku, dan aku tidak masalah dengan siapa yang beliau pilih."

"Oh, aku senang mendengarnya.... tentu saja, aku harus


memberitahukannya, tapi itu bukanlah satu-satunya hal yang ingin
kukatakan kepadamu."

"Apa maksudmu?"

“Aku ingin berbicara tentang anak dari Tsukiko-san, istri-ku.”

"Dia punya anak?"

"Tidak ada yang aneh, Karena aku ‘kan juga memilikimu."

“Ya, memang sih. Kalau begitu, aku akan punya saudara/i, kan?"

“Itu.... Jadi sama sepertimu, saudarimu adalah seorang gadis yang


duduk di bangku kelas 2 SMA... adik perempuan*... atau... kakak
perempuan*? Hmm, kau lahir di bulan April. Itu berarti Shigure-chan
adalah adik perempuanmu. Dan dia akan tinggal di rumah itu mulai
hari ini dan seterusnya."

[Catatan Penerjemah : 義妹 (gimai) ‒ saudara tiri yang lebih muda |


義姉 (gishi) - kakak tiri perempuan.]
“Tunggu sebentar......... hah... Apa?”

Dinding itu digedor lagi dengan benturan.

Aku pun meminta maaf lagi.

Tapi aku terlalu bingung untuk memperingatkan diriku sendiri kalau


suaraku terlalu keras.

“Hiromichi, suaramu sangat keras. Itu mengganggu tetangga."

“Akulah yang paling menderita di dunia saat ini! Apa-apaan ini? Kau
menikah lagi tanpa aku mengetahuinya, dan ada seorang gadis yang
sebaya denganku, dan mulai sekarang dia akan tinggal di rumah ini.
Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak! Aku tidak bisa menerimanya! Maksudku,
aku memang tinggal di apartemen ini, tapi tidak ada cukup ruang!”

Apartemen ini 1DK. [Catatan Penerjemah: DK itu apa? Gua sendiri gak
tau, udah searching juga gak nemu, tapi kalo gak salah gua pernah nge
baca kata ini dulu di Novel Hataraku Maou-sama.]

Ada banyak kamar untuk apartemen kayu tua, tapi DK-itu kecil.
Baik kamar tidurku, ruang makan/dapur dan kamar ayahku, yang
dipisahkan oleh pintu geser, sudah terisi.

Tidak ada ruang untuk menerima orang baru.

“Kalau begitu, bersihkanlah kamar ayahmu dan gunakan. Kau bisa


membuang semua yang ada di sana kecuali barang milik ibumu.”

“Itu masih terlalu sempit meski dibuang. Kamar dengan enam tikar
untuk orang tua dan seorang anak. Jika yang kita bicarakan adalah
perempuan, dia akan memiliki banyak barang bawaan.”

"Apa? Oh, kau salah. Shigure-chan akan menjadi satu-satunya orang


yang akan tinggal di rumah itu mulai hari ini. Dan Tsukiko-san akan
pergi ke Amerika bersamaku.”

Ha! Eh? Haaaaaaa!?

“Tidak, aku berencana untuk kembali ke sana bersama Tsukiko-san


dan Shigure-chan, tapi profesor yang membantuku saat aku masih
kuliah menyuruhku melakukan sesuatu untuk membantunya. Jadi aku
memutuskan untuk membantu penggalian di Amerika. Sudah hampir
waktunya untuk penerbangan, jadi aku bertanya-tanya apa yang
harus dilakukan jika kau tidak menjawab telepon. Shigure-chan sudah
menuju ke sana. Aku senang kalau aku tidak salah. Hahaha!"

"Tunggu! Tidak ada yang bagus! Aku sangat panik! Eh? Apa maksudmu
aku harus hidup bersama dengan gadis yang sebaya? Di rumah ini?
Mustahil!"

Uwa, aku merasa tidak nyaman dengan gagang telepon yang


berkeringat!

"Kenapa kau begitu kesal, kau sudah tidak perjaka."

"Aku masih perjaka!! Putramu masihlah seorang perjaka tampan! Aku


ini anakmu tolol."

“Oh, oh. Oh ya. Baik. Dia adik perempuanmu, jadi kau harus merasa
nyaman dengannya."

“Seorang adik perempuan yang belum pernah kulihat sebelumnya jelas


adalah orang asing! Tidak, tidak mungkin. Aku tidak bisa. Tolong
maafkan aku. Katakan padanya untuk segera kembali ke rumah
lamanya."
"Oh tidak. Pengumuman untuk penumpang telah disampaikan. Kalau
begitu, Ayah harus pergi! Aku akan kembali ke sana sekitar setahun
kemudian, jadi rukunlah dengan Shigure-chan sampai saat itu! Aku
menyayangimu!“

“Tungg-..! Ini belum selesai."

“Gacha! Tn... tn... tn...” [Catatan Penerjemah: suara akhir panggilan.]

"Ah, ah... pak tua sialan itu."

“Tn.... tn....”

Aku berteriak dan membanting gagang telepon.

Tentu saja, tetanggaku kembali membanting dinding seperti yang


kulakukan pada gagang itu, meski dia lebih keras bantingannya, tapi
aku tidak peduli lagi.

Kepalaku sangat bingung sehingga kupikir otakku berputar-putar di


tengkorakku.
Aku tidak tahan dan jatuh di tempat.

.......Tidak, itu berbahaya. Ini berbahaya.

Tidak peduli seberapa bisa dia menjadi seorang adik perempuan di


Kartu Keluarga, tiba-tiba hidup dengan seorang gadis yang sebaya!

Terlebih lagi, orang dewasa tidak akan kembali selama setahun.

Aku sudah lama memikirkannya, tapi kurasa pak tua itu benar-benar
gila.

Apa orang itu tidak punya moral?

Lagipula, itu hari ini, bukan besok...?

.....Aku pribadi senang ayahku menikah lagi.

Untuk beberapa alasan, dia membesarkanku sendirian sejak ibuku


meninggal.
Aku ingin memberi selamat kepadanya karena dia menemukan
pasangan hidup baru.

Tapi.......

“Bukankah itu benar-benar kacau...?”

Apa-apaan ini. Mari kita rayakan dengan lebih nyaman pak tua sialan.

Aku menghela nafasku.

Itu lelucon yang buruk.

Dan yang lebih parah, lelucon ini masih belum berakhir.

Dan di saat aku melakukan ini, saudariku, yang belum pernah melihat
wajahku, mendekati rumah ini.

Jika demikian, aku tidak bisa terus menerus tertekan selamanya.


“Pokoknya, aku harus membereskan kamar sebelum dia datang.”

Aku harus melakukan sesuatu tentang kamar ayahku, juga ruang tamu
yang menjadi sarang-ku.

Futon sudah berada di lantai selama bertahun-tahun, pakaian


berserakan disana-sini, dan bahkan ada beberapa majalah cabul yang
dipinjam dari Takeshi.

Aku tidak bisa menyambut seorang gadis ke gua iblis seperti ini.

Itu tindakan yang melanggar hukum.

Itulah mengapa aku mencoba untuk bangun—pada saat itu.

Bel yang mengumumkan akan datangnya pengunjung berdering.

“Tu.......”

D... dia di sini?


Bahkan majalah cabul belum dibersihkan!

Tidak, mungkin bibi di kamar sebelah bergegas masuk karena aku


berisik beberapa waktu yang lalu.

Atau bisa juga NHK atau surat kabar.

Pokoknya, aku harus mengkonfirmasinya.

Mari kita putuskan responnya tergantung pada lawannya.

Dengan pemikiran seperti itu, aku melihat melalui lubang intip di pintu
dan.........

“!.....Eh?”

Aku tidak bisa berkata-kata.

Sampai sekarang, otakku berputar-putar di dalam tengkorakku dalam


volume kecil. Tapi sekarang, 'Semua yang harus kulakukan, dan semua
yang perlu kupikirkan hilang dan pikiranku menjadi putih bersih'.

Aku merasakan tanah tergelincir di bawah kakiku.

Dalam sepersekian detik, pemandangan di balik pintu membekukan


semua pikiran dan emosiku.

Habisnya mau bagaimana lagi.

Di balik pintu itu ada,

Itu adalah pacarku, Haruka Saikawa. Kami bersama di stasiun


beberapa waktu lalu.

K... Kenapa?

Kenapa Haruka ada di depan rumahku?

Apalagi, tergantung situasinya, pada saat ini.


Aku belum memberi tahu Haruka tentang rumahku.

Aku memberitahunya stasiun terdekat, tapi dia seharusnya tidak tahu


alamatnya karena aku tidak pernah membawanya ke sini.

Apa dia mengikutiku? Tidak, Haruka-lah yang naik kereta lebih dulu.
Itulah yang faktanya.

Lalu kenapa Haruka sekarang ada disini...?

Aku mati-matian mencoba berpikir dalam kebingungan ini.

Selagi aku berpikir, aku melihat melalui lubang kecil, sepertinya dia
mengalami masalah.

Dia melihat sekeliling ponsel dan sekitarnya secara bergantian,


membuat gerakan seperti menunjuk ke papan nama untuk memeriksa
dan bergerak dengan gelisah.

Kekuatan yang biasa menghilang dari ekspresiku, dan pikiranku


menjadi jernih.
Itu menenangkanku.

........harusnya tidak.

Apa yang kulakukan dengan pacarku yang terlihat seperti itu?

Kenapa Haruka datang ke sini? Bukankah itu sesuatu yang harus dia
jawab sendiri?

Bagaimanapun, aku harus pergi sekarang.

Ketika aku berbalik ke rumah, Aku mengunci pintu kamar.

“Maaf, aku akan segera membukanya! Tung—?”

Aku membuka pintu dengan permintaan maaf.

Pintu....

Terbuka....
Tapi,

Jadi, di depan Haruka, aku dibuat tidak bisa berkata-kata. Lagi!

“Oh! Kau disini. Aku senang. Aku takut salah mengira kamar."

“..............”

Tidak.

Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas melalui lubang intip, tapi
sekarang dia terlihat jelas olehku.
Gadis di depanku tersenyum lega, tapi dia bukan Haruka.

Gaya rambut mereka, penampilan, tinggi pinggang, semuanya


mirip. Mereka seperti dua kacang polong.

Tapi,

Mata yang menatapku berbeda.

Saat Haruka menatapku, matanya berbinar.

Satu-satunya fakta ini membuatku menyadari bahwa dia


adalah orang yang berbeda dari Haruka.

Setelah kau mengetahuinya, kau dapat melihat banyak hal


yang tidak terlihat karena efek kebingungan.

Jika kau melihat lebih dekat, seragamnya sangat berbeda dari


Haruka.

Di bawah kardigan berwarna cerah ada setelan pelaut, bukan


seragam SMA Seiun yang kami hadiri.

Sepatu yang dia pakai adalah sepatu pantofel, bukan sepatu


kets biasa.

Selain itu, di belakangnya ada koper besar dan tas supermarket


di satu tangan.

Ini......,

Tidak, aku tahu bahwa hanya ada satu kemungkinan, tapi aku
sangat bodoh.

"Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?”

“......Mungkinkah kau Shigure-chan?”


“Yaaa! Senang bertemu denganmu. Aku Shigure Oeyama. Oh,
sekarang Shigure Sato. Putri Tsukiko Sato dan mulai hari ini
dan seterusnya adalah adik perempuanmu*, Tolong perlakukan
aku dengan baik. Onii-san.”

[Catatan Penerhemah: 義 妹 (gimai) - adik tiri yang lebih


muda.]

Itu artinya,

Mungkin saudariku dan pacarku mirip.

---

Secara tiba-tiba, ayahku menikah lagi.

Tinggal sendirian dengan saudari tiriku.


Aku masih terombang-ambing dan diombang-ambingkan oleh
kekacauan yang ditimbulkan oleh telepon dari ayahku, tapi ya,
itu semua hanya pertunjukan iblis.

Kenyataannya kejutan itu muncul di menit-menit terakhir.

Kenyataannya adalah bahwa saudari tiriku adalah salinan


hidup dari pacarku.

Ini.... buruk.

Ini buruk. Ini buruk. Tentu tidak. Percuma saja.

Memiliki kekasih bernama Haruka, dan tinggal bersama


seorang gadis yang mirip Haruka.

Ini mengerikan.

Aku merasakan kedengkian seseorang.


Bagaimana aku menghadapi kenyataan ini....?

“Kau tahu, kau dengar aku akan datang hari ini, kan?”

Ketika emosiku lelah dan tertegun oleh guncangan yang


berulang, dia, yang tampak seperti Haruka, memanggil dengan
cemas.

“Oh, oh. Ya. Aku mendengarnya, aku mendengarnya..... baru


saja.”

"Baru saja? Itu yang cerita pendek, kan? Tapi aku berharap
aku bisa mendengar itu. Um, boleh aku tanya namamu, Onii-
san? Aku seharusnya sudah mendengarnya dari ibuku, tapi aku
lupa."

“Yah, um..... Namaku Hiromichi Sato.”

“Hiromichi-kun?”
“Uh. Aku akan senang jika kau berhenti memanggilku seperti
itu.”

Suara yang sama dengan Haruka.... Itu terlalu berbahaya.

Atas permintaanku, dia terlihat canggung dan menerima,


“Kalau begitu, Onii-san saja. Akan lebih mudah untuk
memanggilmu seperti ini juga. ”

“Kalau begitu, sekarang kita sudah selesai saling menyapa, ayo


masuk ke dalam.”

“Oh tidak, tunggu.”

"Apa? Kenapa?"

Itu berbahaya.
Aku membuka pintu sambil mengira itu Haruka, tapi kamar
masih belum dibersihkan.

Dia tidak bisa masuk ke dalam sekarang.

Karena itulah aku segera pindah ke pintu depan dan memblokir


jalan masuk.

“Seperti yang kukatakan sebelumnya, rumah itu berantakan


sebelum aku dihubungi. Mengapa kau tidak menunggu sebentar
di sini?”

"Oh itu benar. Jangan khawatir. Kita saudara/i yang akan


tinggal bersama mulai sekarang. Aku akan membantumu beres
-beres. Permisi."

“Oh, hei......... tunggu sebentar!”

Dia mendorong jalannya dan masuk ke dalam.


Tidak mungkin aku dapat mencegah invasi ini, karena aku tidak
dapat melakukannya dengan menyentuh gadis yang pertama
kali aku temui dan mendorongnya mundur.

Tentu saja, itu juga tidak mungkin meraih bahunya yang halus
dan menariknya ke belakang.

Setidaknya, aku bisa menyembunyikan majalah cabul sebelum


dia tahu.

Jadi aku buru-buru mengejarnya, tapi sudah terlambat. Di


koridor selebar 1 meter, tidak mungkin untuk menyalip ketika
tindakan awal ditunda sejak awal.

Ketika aku memasuki ruang tamu, dia melihat ke bawah pada


majalah cabul yang kubiarkan terbuka.........

".....Hah?"

Gya..........
Aku tertawa! Aku tertawa! Seperti meremehkan makhluk
rendahan!

Aaaaaaaaaaaa..... Aku ingin menjadi kerang.

"Oh maafkan aku. Aku berada di keluarga wanita dengan ibuku,


dan aku benar-benar lupa tentang ini. Itu benar ya. Ini ‘kan
rumah pria, jadi ada hal-hal yang tidak ingin dilihat oleh
wanita. Ada. Ini adalah kecerobohanku. Maafkan aku. Itu
memalukan."

“...Akan sangat membantu jika kau bisa mengerti, Un.”

Kebaikan itu menyakitkan.

“Baiklah, kalau begitu aku serahkan pembersihan padamu.


Sementara itu, aku akan menyiapkan makan malam. Kau belum
makan malam, kan?”
"Oh, terima kasih."

"Aku pandai memasak, jadi kau bisa menantikannya."

Dia mengeluarkan celemek kotak-kotak merah muda dan putih


dari kopernya dan memakainya. Lalu dia pun masuk ke dapur.

Saat membersihkan kamar, aku melihat ke dapur. Dia pandai


memasak, dia sangat terampil.

Suara sayuran yang dipotong secara ritmis.

Suara panci mendidih.

Lagu senandung lucu yang sesekali ikut bercampur.

Itu terlihat seperti Haruka-lah yang sedang berdiri di dapur.


Aku senang.
Apa itu? Bangsatlah aku ini.

Bagaimana jika keduanya adalah orang yang sama?

Ini adalah khayalan yang sangat berbahaya.

Haruka, kekasihnya yang tak tergantikan tinggal bersama


dengan saudari tirinya.

Kapan akhir dari delusi ini?

Tidak peduli apa yang kau pikirkan, tidak ada yang lain selain
kehancuran.

Tapi mereka sangat mirip. Dan itu terlalu mirip.

Dikatakan bahwa tiga orang lain di dunia ini memiliki wajah


yang sama denganmu, tapi seberapa besar kemungkinan
mereka akan terikat di lingkaran pertemananku yang sempit?
Itu tidak perlu. Tidak, serius.

Jadi, ketika aku memikirkannya. Dia berbicara denganku saat


dia masih memasak.

“Ngomong-ngomong, Onii-san, ayahmu baru saja


memberitahumu.”

"Ya. Beberapa menit yang lalu dia memberitahuku kalau


Shigure-san akan tinggal di sini mulai hari ini dan seterusnya."

“Ahaha. Itu juga akan mengejutkanku. Hari ini terlalu tiba-


tiba."

“Aku tidak terkejut di titik ini. Ayah sialan itu. Pasti sulit bagi
ibu Shigure-san untuk memilih. Ya kan."

“...Itu perilaku mereka. Ya, Onii-san, dia juga ibu tiriku.”


Pada saat itu, aku merasakan 'perubahan*' yang tidak terduga
dalam suaranya. [Catatan Penerjemah: ]険
Dia mengangkat alisnya dan menatapku dengan ekspresi
cemberut.

Eh... apa kau marah?

“Bukan hanya ibuku tapi juga dirimu. Kau telah memanggilku


'Shigure-san' untuk sementara waktu. Tolong hentikan itu.
Tolong panggil aku Shigure. Kau adalah saudaraku."

“Tidak, tidak... Itu...”

“Apa menurutmu hanya dirimu satu-satunya yang memiliki


rintangan tinggi untuk tiba-tiba menjadi saudara*? Onii-san!”
[Catatan Penerjemah: 兄妹
(kyodai) - saudara laki-laki dan
perempuan.]

“Eh.”
“Aku juga kewalahan. Bukankah gila melakukannya sendiri?”

“..........!”

....Begitu. Itu benar.

Mungkin tidak ada yang bisa menerima orang yang pertama


kali mereka temui sebagai anggota keluarga.

Apalagi dia seorang gadis. Ketakutan yang dia rasakan tidak


sama dengan rasa takutku.

Tapi dia mencoba mengerti.

Dia bergerak maju dengan sekuat tenaga.

Tapi aku sendiri bagaimana?


Sejak beberapa waktu yang lalu, aku hanya mengkhawatirkan
keadaan dan kecemasanku....!

“Uooooooooo!”

“Ehhh? Apa? Ada apa? Onii-san? Tiba-tiba, kau menampar


pipimu seperti itu, dan warnanya merah cerah! Seberapa keras
kau menampar dirimu sendiri?”

"Tidak, tidak apa-apa sekarang."

“Tidak ada yang terlihat tidak apa-apa. Apakah itu kejang?”

“Pokoknya tidak apa-apa.”

Itu cukup untuk membangunkan diriku sendiri.

Akan mudah jika aku menyerahkan semua kompromi kepada


orang lain dan membiarkan mereka membimbingku.
Tapi bukan itu yang dilakukan seorang saudara.

Tidak, aku tidak pernah menjadi kakak laki-laki. Itu hanya


keegoisanku. Jika aku harus menjadi saudara maka aku tidak
ingin menjadi saudara yang menyedihkan.

Jadi,

"Itu salahku. Aku akan berhati-hati mulai sekarang. S...


Shigure.”

“....! Ya!"

Aku sedikit pemalu, tapi aku bisa mengatakannya dengan benar.

Lagipula, aku gugup memanggil seorang gadis dengan nama


aslinya.
Tapi saat aku melihat senyum Shigure, dia terlihat bahagia.
Aku merasa lega. Tampaknya upaya itu sepadan dengan
hasilnya.

Yah, Dia tersenyum seperti Haruka, yang dimana itu


membuatku gugup.

Ini masalahku. Aku tidak punya pilihan selain membiasakan diri.

Pemikiran yang buruk untuk menolak Shigure karena alasan ini.

Ini sangat kasar baik bagi Haruka dan Shigure.

“Nah, makan malamnya sudah siap, jadi apa ku bisa


menempatkan meja untuk dua orang? Onii-san!”

"Serahkan padaku. Shigure”

“Oooooh. Sekali lagi~. Kumohon Onii-san, manjakanlah adik


perempuanmu yang manis ini sebanyak mungkin."
Shigure mengubah senyuman yang menyerupai Haruka menjadi
sesuatu yang nakal. Yang tidak pernah terpikirkan akan
ditunjukkan oleh Haruka.

Tetap saja, senyumnya ceria.

Jelas, dia bukanlah Haruka.

Aku merasa lega dengan fakta itu.

.........Yah, pada akhirnya, kelegaan ini adalah kesalahpahaman


yang mengerikan.
Bab 3 | - Iblis Kecil x Striptis -

“Ah, jari-jariku mulai lelah. Mereka terlalu banyak


bergerak....”

Saat Shigure sedang menyiapkan bak mandi, aku sedang


mengemasi sampah-sampah yang telah kubersihkan dari
kamar ayahku untuk mengamankan tempat tinggal untuknya.

Tidak apa-apa membuang semuanya kecuali barang-barang


ibuku, jadi aku tidak ragu untuk membuang hal lain ke dalam
kantong sampah, tapi bagaimana dengan pakaian?

Itu bisa dimasukkan ke dalam sampah yang bisa dibakar, tapi


ada aturan setempat untuk memotong itu sekecil mungkin.

Aku menggunakan gunting, yang mungkin adala milik ibuku,


untuk mencabik-cabik pakaian pak tua yang bergambar
dinosaurus di atasnya.

Pekerjaan itu akhirnya selesai ketika ujung jariku menjadi


lemas.

Tidak hanya pakaian....

“Masih ada gorden yang tersisa.”

Banyak barang-barang yang digali dari lemari.

Ini akan menjadi proses yang melelahkan untuk memilah-milah


semua ini.

Jari-jariku menjadi kaku, jadi aku mengambil nafas dan


melihat pada banyaknya sampah yang terkumpul di pintu
masuk.

Mudah terbakar, tidak mudah terbakar, dan dapat didaur


ulang. Ada banyak.

Ada juga figur dinosaurus yang dikoleksi oleh ayahku.

Akan lebih baik untuk membawanya ke toko daur ulang


bersama Shigure.

Mungkin saja itu akan menambah anggaran rumah tangga


sampai batas tertentu.

Ketika aku membuat perhitungan seperti itu, Shigure berteriak.

“Onii-san, Onii-san. Ini darurat!”


"Apa yang terjadi? Mungkinkah kau tidak tahu cara
memanaskan airnya?"

"Tidak. Di rumah sebelumnya, kami juga menggunakan


pemanas seimbang*, jadi tidak ada masalah dengan itu.” [TN:
バランス釜 (balance-gama) - pemanas air mandi Jepang
tahun 1970-an]

"Lalu ada apa?"

“Eh, sebenarnya, Onii-san. Aku baru saja menyadari bahwa di


rumah ini tidak memiliki ruang ganti!"

Ah.

Ngomong-ngomong, kamar mandi kami langsung terhubung ke


dapur melalui celah kayu. [Catatan Penerjemah: Disini
menggunakan kata ‘wooden door = pintu kayu’ tapi gua
menggunakan kata ‘celah kayu’, untuk alasannya, nanti ada di
bawah.]
Tidak ada dinding antara dapur kami dan ruang tamu, yang
merupakan tempat dimana aku bersarang. Jadi itu artinya
kamar mandi secara tidak langsung terhubung dengan
kamarku.

Aku lupa karena aku tidak pernah mempermasalahkannya


dalam keluarga laki-laki, tapi ini adalah masalah besar.

Tidak, tunggu.

“Apakah ada rel gorden di langit-langit di depan kamar


mandi?”

“Um.... oh. Iya ada, tapi tidak ada gorden, kan?”

“Jika begitu, apakah ini dapat digunakan?”

Aku mengambil gorden dari pintu depan.


Jika bisa digunakan, akan sangat membantu untuk
menyelamatkan masalah pemotongan kain, jadi bagaimana
dengan itu?

Aku kembali ke kamar mandi dan menggantungnya dari rel


gorden untuk mengukur panjangnya.

Hmm, agak pendek.

Tidak ada masalah dengan lebarnya, tapi kelimannya sekitar


40 cm di atas lantai.

Tapi itu sudah cukup.

“Ini kira-kira setinggi lutut, dan terlalu gelap untuk dilihat.


Akankah kau baik-baik saja dengan ini untuk hari ini?”

“Aku tidak keberatan, tapi kau sendiri bagaimana, Onii-san?”

“Hmm? Aku laki-laki, jadi aku tidak terlalu peduli."


“Hoho~u??”

Tiba-tiba, ekspresi Shigure berubah menjadi nakal, seperti


sebelumnya.

Haruka tidak akan pernah tersenyum seperti itu.

Aku merasakan hawa dingin menjalari tulang punggungku.

"Asap apa ini?"

"Tidak. Tidak ada masalah, yah. Air mandinya mendidih, jadi


aku akan masuk dulu."

"Silahkan,"

Aku kembali ke ruang tamu dan menyalakan TV sambil


melambaikan tanganku.
Aku beruntung.

Sekarang aku tidak perlu memotong groden, jadi aku sudah


selesai dengan itu.

Yang harus kulakukan sekarang adalah mandi dan pergi tidur.

Sekarang, hari yang paling melelahkan dalam hidupku akhirnya


berakhir.

Masih banyak yang harus dipikirkan, tapi aku senang untuk saat
ini.

Aku beristirahat dan bersantai di ruang tamu. Aku menonton


acara variety show yang kusukai seperti biasanya.

Lalu, tampilan depan kamar mandi tercermin di mataku. Aku


dapat melihat momen ketika kaki kurus yang mengintip melalui
celah di bawah gorden melepas kaus kakinya dan menjadi
telanjang. [Catatan Penerjemah: Nah ini alasan gua
menggunakan kata ‘celah kayu’ , gua gak tau sebutannya apa,
tapi yang jelas kalau mau masuk ke kamar mandi itu hanya
melalui celah yang tidak ada pintunya tapi celah itu berbentuk
pintu, Maaf kalu penjelasannya ngebingungin.]

“.............”

Tidak, tidak, apa yang membuatku senang?

Aku hanya melihat kakinya. Gadis-gadis ‘kan memamerkan kaki


telanjang mereka di mana-mana.

Di kota atau di sekolah. Itu bukanlah hal yang tidak biasa.

Tidak sepadan dengan waktu untuk berpaling begitu teralihkan.

Sekarang, aku berkonsentrasi pada TV dan aku hanya menjadi


orang yang mageran.
Dengan buk*, [TN: ばさり]
Rok yang dikenakan Shigure jatuh dari kakinya ke lantai.

"Meski begitu......!!"

Pada saat ini, aku mengutuk kecerobohanku.

Hanya 40 cm dari lantai.

Tentu saja, aku tidak bisa melihat sesuatu yang penting.


Mempertimbangkan bahwa gadis-gadis sekolah mengelim rok
mereka dan memperlihatkan paha mereka, itu justru jauh lebih
buruk.

Hanya saja, gerakan kaki putih dan pakaian yang jatuh ke


lantai menunjukkan fakta bahwa gadis dengan wajah yang
sama dengan Haruka itu telanjang bulat di balik gorden.

.....Itu benar-benar kesalahan perhitungan.


Pada akhirnya, aku tidak memperhitungkan imajinasiku yang
kuat, yang melengkapi pemandangan yang terlihat melalui
celah 40 sentimeter.

Sial, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku pergi ke kamar


pak tua itu dan membawa kembali figurnya?

Tidak, tidak. Itu ‘kan sudah menjadi kamarnya Shigure.

Setelah makan, aku harus membereskan barang-barang


pribadiku, dan aku tidak bisa masuk tanpa izin.

Haruskah aku mengasingkan diri di toilet?

Selagi aku bertanya-tanya, aku melihat tangan Shigure dari


celah gorden.

Aku melihat momen ketika dia menurunkan kain putih.


Aku berbaring di atas meja dengan tak tertahankan.

Suara detak jantungku begitu keras hingga gendang telingaku


seakan hendak keluar dari dalam.

Aku sudah memutuskan. Aku bersumpah. Kalau besok. Aku akan


pergi ke toko perangkat keras dan membeli gorden.

Gorden yang panjang sampai itu akan menyeret ke lantai. Aku


akan membeli itu. Aku akan membelinya bahkan jika dunia ini
hancur.

“Yah, maaf, Onii-san”

“Uwa! A-Apa?”

Saat aku mengangkat wajahku dengan tergesa-gesa, wajah


Shigure keluar dari tepi gorden dan tersenyum curiga.

Dia menatapku.
“Apa yang membuatmu kecewa?”

"Aku tidak kecewa. Aku hanya terkejut. Aku sedang tidur saat
kau tiba-tiba memanggilku! Jadi ada apa?"

“Maaf merepotkan, tapi apa kau bisa mengambilkan sampo dan


kondisioner dari tasku? Aku lupa membawanya tadi.”

“Ah, apa aku boleh membukanya? Tas itu."

"Tidak apa. Aku sudah meletakkan dalamanku di kamar.


Jangan khawatir.”

"Uh, aku mengerti."

Aku memasuki kamarnya seolah ingin melarikan diri dari


tatapan Shigure, dan mengambil dua botol merah muda dari
tasnya yang berada di dekat dinding.
Setelah itu, aku beberapa kali menarik nafas dalam-dalam
untuk mengatur pernafasanku, kembali ke ruang tamu sambil
berpura-pura tenang, dan menyerahkan kedua barang itu
kepada Shigure.

Shigure menerima barang-barang itu seraya berterimakasih,


dia tersenyum dan aku balas tersenyum.

“Nfu~. Terima kasih Onii-san♡”

“Ada apa dengan wajah itu?”

"Tidak? Tidak ada apa-apa. Itu... tidak ada apa-apa♪”

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 4 - Bab 3
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 4 - Bab 3
Setelah itu, Shigure mundur ke balik tirai.
Aku mendengar serangkaian suara membuka dan menutup di
pintu kamar mandi.

Aku kembali ke meja dan menghela napas dalam-dalam.

......Ada apa dengan wajah barusan itu?

Wajah yang sama dengan Haruka.

Tapi Haruka tidak pernah tersenyum seaneh itu.

Aku membayangkan ulang wajahnya yang mengucapkan kata-


kata itu....

『Aku tidak keberatan, tapi kau sendiri bagaiama, Onii-san?』


Apa dia tahu kalau aku akan seperti ini?

Tidakkah dia berpikir bahwa dia akan digunakan sebagai


fantasi vulgarku?

.....Aku merasakan hawa dingin mengalir di punggungku.

Sesuatu di dalam diriku membunyikan bel alarm.

Tidak mungkin, dia.....

"Tidak tidak Tidak. Jangan terlalu terburu-buru.”

Tidaklah baik untuk memutuskan pihak lain dalam imajinasimu.

Itu dia.

Shigure mulai menerimaku sebagai kakaknya.

Imajinasi ini hanya karena aku yang menjadi sedikit paranoid.


Aku memutuskan untuk belajar agar bisa mengalihkan
perhatianku, menyingkirkan firasat tidak menyenangkan yang
muncul di benakku.

Aku meletakkan buku catatan di atas meja dan bersiap untuk


besok.

Gunakanlah waktu luangmu untuk belajar. Tidak peduli


seberapa banyak kau belajar, itu tidak merugikan.

Itu satu-satunya nasihat yang diberikan padaku oleh pak tua


sialan itu.

Saat kau melihat buku catatan, kau tidak perlu memikirkan hal
lain.

Aku mendapatkan kembali ketenanganku saat aku belajar.

Akhirnya, Shigure keluar dari kamar mandi dan pindah ke ruang


tamu.
“Hmm~. Aku banyak berkeringat karena bergerak. Aku merasa
segar setelah mandi. Kau sekarang sudah bisa masuk ke
dalam.”

“Oh, kalau begitu aku akan masuk.”

Sampai aku dipanggil olehnya, aku bahkan tidak menyadari


kalau Shigure telah keluar dari kamar mandi.

Lagipula, belajar itu kegiatan yang bagus.

Aku berterima kasih kepada pak tua itu untuk semua ini, dan
aku pun berdiri untuk pergi.

Aku membeku sejenak.

Saat itu juga, aku berhenti bergerak seolah-olah darah di


seluruh tubuhku dibekukan.
Tapi kemudian, wajahku segera menjadi panas seperti
terbakar.

Itu wajar.

Karena, saat aku mendongak, Shigure sedang berdiri di sana


dengan hanya mengenakan handuk mandi!
“Hei, K-k-k-k-k-k-k-kenapa kau berpakaian seperti itu? Kau--
--?"

Jeritan keluar dari tenggorokanku.

Namun, Shigure hanya memiringkan kepalanya dan bertanya,

“Ada apa, bukankah ini hal yang normal setelah selesai mandi?
Onii-san juga begini, kan?”

"Itu benar kalau di rumahku, tapi di sini!"

“Ini juga rumahku, kan?”

"Itu benar! Itu benar! Tidak, tapi cepatlah berpakaian!


Meskipun kita saudara/i, ini salah, kan? Kita harus waspada
satu sama lain sampai batas tertentu, tapi ini benar-benar
berlebihan......!’

“Pu------Aha-Ahaha!”
Shigure menyela kata-kataku dan mulai tertawa.

Ap-apa? Ada apa dengan gadis ini?

"Apa yang salah!"

"Tidak apa. Kau lihat. Aku memakai kamisol di bawah."

"......Apa?"

Kemudian dia melepas handuk mandinya.

Di bawahnya memang ada kamisol dan celana pendek.

Aku tercengang. Melihat wajahku, Shigure sontak tertawa.

“Ahaha. Apa kau tidak menyadarinya dengan tali ini? Ups. Kau
terlalu membayangkan adegan manga erotis. Bahkan jika kau
adalah saudara tiriku, muncul dengan handuk mandi di depan
anak laki-laki yang baru saja ditemui hari ini, seorang wanita
yang muncul dalam pakaian seperi ini tidaklah ada♪“

Shigure terus tertawa sambil mengguncangkan bahunya.

Ya, dengan senyuman buruk yang tidak seperti senyuman


Haruka.

Gadis ini, aku benar...

“Oi, kau.... bercanda itu ada batasnya...”

“Eh? Bukankah itu hanya sedikit menggoda? Ini seperti gigitan


manis dari seekor kucing. Yah, sepertinya Onii-san terlalu
bersemangat.”

“....Apa yang akan kau lakukan jika aku terlalu bersemangat


sampai-sampai aku tidak bisa mengendalikan diriku? Aku cukup
yakin aku berlagak bodoh, tapi aku tidak bisa menjaminnya."
“Aha☆ Aku tidak yakin dengan alasanmu. Aku akan jujur. Itu
akan baik-baik saja."

"Apa dasarmu mengtakan itu."

"Karena,"

Shigure mengambil secarik kertas dari meja yang ingin aku


gunakan sebagai memo dan melemparkannya ke udara.

Saat itu,

Dia mengibas kertas yang terbang di udara dengan tendangan


tajam yang akurat dan tak tertandingi.

“Aku mungkin lebih kuat dari Onii-san ♥”


“...”
“Jika kau mau, kau bisa menyerangku. Aku akan melakukan
yang terbaik untuk berurusan denganmu♪”

Shigure mengangkat pahanya dan memukulnya dengan


tangannya saat dia memprovokasi.

Kehadiran otot-otot yang terlatih dengan baik disampaikan


melalui suara dentuman yang keras.

Gerakannya dan kekuatan penghancur yang dibuat oleh


tubuhnya. Dia memang percaya diri.

Lagipula....

Shigure, dia mengolok-olokku karena dia tahu bahwasannya


dia memiliki kekuatan untuk membuatku kewalahan.

Perasaan yang kumiliki dalam diriku saat hawa dingin mengalir


di tulang punggungku. Sekarang, ternyata itu benar.
"Apa yang bisa kau lakukan? Dasar kucing bermuka dua!*”

[Catatan Penerjemah: 猫を被る - Ini secara kiasan


menunjukkan tindakan memasang topeng dan berpura-pura
menjadi lebih baik dari biasanya.]

“Aku tidak berpura-pura-nyan.”

“Kau berpura-pura!”

Aku yakin.

Pura-pura baik*. [Catatan Penerjemah: てんしんらんまん |


Kalau kalian baca novel Nise Seiken Monogatari, dia kurang
lebih mungkin mirim-mirip sama Magali, walau yang jelas tidak
di tingkat absolutisme diri seperti Magali.]

Dia memang terlihat seperti Haruka yang polos, tapi


kepribadiannya sangat berbeda.
Aku membandingkannya dengan kucing nakal ini, tapi itu hal
yang aneh untuk dilakukan.

Tampaknya kucing memiliki kebiasaan menggoda dan bermain-


main dengan mereka yang lebih lemah dari dirinya.

Mereka bisa mencakarnyas tanpa mengangkat kuku, atau


mengunyahnya dengan manis tanpa melukai gigi mereka.

Aku mengerti. Itu sangat mirip.

“Aku selalu menginginkan seorang kakak. Seorang saudara/i


yang menerima keegoisan dari adik perempuan yang lucu ini.
Jadi tolong banyak-banyak memanjakanku. Onii-san♪”

Senyuman nakal yang tidak akan pernah bisa ditampilkan oleh


Haruka yang lugu.

Tidak diragukan lagi. Gadis ini adalah pengganggu.


Ini buruk. Sangat buruk.

Habisnya, apa yang akan terjadi jika seorang sadis seperti ini
mengetahui bahwa aku punya pacar yang perawakannya mirip
dengannya?

Tentu saja, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Hal baiknya adalah dia terlihat seperti Haruka, karena dengan


ini aku bisa melihat peningkatanku.

Aku memabayangkan apa yang mungkin terjadi di masa depan,


yang membuatku tidak bisa berhenti menggigil.

Bab 4 | - Selamat Pagi x Persetujuan -

Keesokan harinya. Setelah melalui hari yang paling


mengejutkan dalam hidupku,
Bau yang samar-samar mengganggu tidurku.

Itu adalah bau miso.

Saat aku menoleh ke arah dapur, di sana aku melihat adikku


memakai celemek yang sama seperti kemarin dan menuangkan
sup miso yang dia masak tadi malam ke dalam panci.
"Ah. Selamat pagi. Onii-san.”

"S....."

Senyumnya yang cerah bak sinar mentari pagi.

Karena dia terlihat seperti pacarku, sontak itu membuat


jantungku berdebar-debar.

Aku memanggil namanya untuk menghilangkan emosi yang


tumpang tindih ini.

"Selamat pagi. Shigure!”

“Apa tidurmu nyenyak semalam? Atau apa kau bergairah


dengan kenyataan bahwa adik perempuanmu yang lucu sedang
tidur di sana tadi malam sampai-sampai membuatmu tidak
bisa tidur?”

“...Tidurku nyenyak.”
"Benarkah? Fufu, yah tidak masalah. Nah, sarapan sudah siap.
Aku akan menaruhnya di atas meja, jadi tolong bangunlah dari
kasur."

Saat dia memberitahuku begitu, aku pun segera keluar dari


futon.

Aku lelah.

Aku bilang padanya kalau itu ‘nyenyak’, tapi itu bohong.

Di balik pintu geser, seorang gadis dengan wajah yang persis


seperti pacarku sedang tidur. Tidak mungkin aku bisa tidur
nyenyak.

Namun, pikiran itu hanya keluar sebentar.

Itu karena sebelum aku tidur kemarin, aku tahu sifat Haruka
dan Shigure. Mereka mirip tapi tidak persis sama.
Kepribadian mereka sangat berlawanan, tidak peduli semirip
apa pun mereka, hanya aku yang bisa melihat perbedaannya.

Yah, itu terasa seperti aku harus melakukan yang terbaik


sebagai keluarganya.

Namun ada perasaan tidak enak, apa yang akan terjadi jika
keberadaan Haruka diketahui oleh iblis kecil ini.

Alasanku kurang tidur, jelas karena aku memikirkan Haruka,


bukan Shigure.

....Jadi, bagaimana aku harus menjelaskan situasi ini pada


Haruka?

Ini masalah yang tidak bisa dihindari dan juga sangat sulit.

Apa yang akan dia pikirkan? Jika dia mengetahui bahwa aku,
yang adalah pacarnya, tinggal bersama seorang gadis yang
mirip seperti dia.

Sejujurnya, aku khawatir.

Namun, bukannya aku melakukan sesuatu yang buruk, hanya


saja tidak ada yang bisa kulakukan untuk situasi ini.

Jika aku berbicara dengan Haruka, dia pasti akan mengerti.

Dan jika aku harus membicarakan ini padanya, lebih baik


melakukannya secepat mungkin.

Tidak melalui LINE. Tapi langsung bertatap muka.

Aku akan berbicara dengannya sekitaran tengah hari.

Pada pukul 2 malam, aku pun berhasil menyimpulkan


kekuatiranku.
Itu sebabnya aku merasa lelah.

Aku menyingkirkan futon sambil menggosok mataku yang


masih mengantuk. Kemudian mengatur meja.

Menu hari ini adalah nasi putih, sup miso tadi malam, telur
goreng, dan parutan kol.

Sudah bertahun-tahun sejak aku makan nasi yang mengepul di


pagi hari.

Kupikir itu saat ibuku masih hidup.

".......Terima kasih. Kita akan memutuskan tugas rumah."

“Aku mau tanya, kau sarapan apa saat kau masih tinggal
sendiri?”

“Itu bisa berupa roti atau malah tidak sarapan.”


"Aku mengerti. Sepertinya aku tidak bisa meninggalkan urusan
dapur padamu, Onii-san. Mari bagi pekerjaan, bukan tugas. Aku
memasak dan mencuci pakaian. Onii-san akan mengurus
sampah dan mencuci piring. Bagaimana dengan itu?"

"Tentu, jika Shigure baik-baik saja dengan itu."

“Baiklah, kita sepakat dengan ini.”

Kami sarapan sambil memutuskan aturan hidup komunal.

Seperti saat makan malam kemarin, makanan yang dimasak


Shigure sangat enak.

Hidangan utama tadi malam adalah salmon panggang. Pagi ini


telur goreng dan sup miso.

Aku tidak berpikir ada banyak ruang untuk memikirkan


masakanku. Meskipun kami memasak hidangan yang sama,
keterampilan memasaknya luar biasa.

Salmonnya kental dan manis tanpa dikeringkan, dan telur


goreng hari ini kental dan setengah matang.

Kuah misonya juga harum, dan tekstur jamur enoki* yang


dipotong pendek-pendek juga enak. [Catatan Penerjemah:
Jamur populer dalam masakan Jepang]

Dia benar-benar hebat. Bahkan jika namanya bukanlah


Haruka, Shigure adalah adikku.

Aku yakin, aku telah menjadi kakak yang sangat buruk.

Saat aku merendahkan diri, Shigure meletakkan sumpitnya dan


berbicara denganku.

“Ngomong-ngomong, Onii-san. Ada hal penting yang ingin


kukatakan sebelum pergi ke sekolah."
“Hm? Apa?”

“Hari ini, aku juga akan pergi ke Seiun.”

Seiun. Hanya ada satu tempat di prefektur yang disebut


dengan nama itu.

SMA Seiun. SMA tempatku bersekolah.

Ini adalah sekolah swasta bergengsi yang terkenal di prefektur


Kanagawa.

"Jadi begitu, itu berarti kita menghadiri sekolah yang sama."

“Dan itu di kelas yang sama juga. Onii-san masuk dalam kelas
khusus, kan?”

“Serius?”
Hanya ada satu kelas khusus di Seiun.

Setelah kau memasuki kelas khusus, kau akan tetap berada di


kelompok yang sama selama dua tahun ke depan.

“Itu artinya kita akan bertemu satu sama lain sepanjang


waktu.”

"Iya. Karena itulah, Onii-san. Aku ingin merahasiakan kalau


kita menjadi kakak beradik."

“Hmm? Kenapa?"

“Kau ini tidak memikirkannya ‘kan. Nah, orang tua kita


menikah lagi, tapi kita ‘kan baru bertemu kemarin. Jika kau
mengetahui bahwa seorang anak laki-laki dan seorang anak
gadis tinggal di rumah yang sama, si gadis akan menjadi lauk
bagi si laki-laki. Ya kan!"*

[TN: 男⼦の格好のズリネタ. Disini zurineta, adalah kata gaul


yang berarti bahan coli.]

“Bo~o!”

Sup miso! Sup miso itu masuk ke hidungku...!

“Kau, seroang gadis harusnya tidak menggunakan kata-kata


seperti itu!”

“Itu fakta, jadi aku tidak bisa mengatakan apapun. Pokoknya,


aku tidak ingin membawa reputasi seperti itu sejak hari
pertama masuk di sekolah yang baru.”

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 2 - Bab 9
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 2 - Bab 9
Yah, itu tentu masa depan yang mudah ditebak.

Sebagai anak SMA yang aktif, aku bisa menjaminnya dengan


percaya diri.

Kekhawatiran Shigure benar.

“...Dengan kata lain, apa kita harus berbohong?”

“Tidak, kau tidak perlu berbohong. Itu akan merepotkan ketika


kebohongan itu tiba-tiba terungkap dan kita harus
mencocokkan kebohongan sebagai dua orang. Hanya tidak
perlu mengatakan itu. Jika guru bertanya sebelumnya, cukup
diam. Untungnya, nama keluarga kita adalah "Sato". Itu nama
keluarga yang umum, jadi jika kita tidak mengatakannya,
mereka tidak akan menyadarinya.”

"Oke, aku tidak keberatan,"

Tidak ada alasan untuk menolak.

Aku tidak ingin digunakan oleh teman sekelasku untuk khayalan


konyol mereka.
Meskipun itu rumor tanpa akar dan daun, aku tidak mau Haruka
mendengar ini.

Jadi alasan untuk menolak usulan Shigure ti.......

Ah. Tidak, tunggu.

Aku tidak bisa berjanji untuk tidak memberi tahu siapa pun.

Haruka harus mengetahuinya, dan ada orang lain yang sering


berkunjung ke rumah ini.

"Maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan mengatakannya


secara acak, tapi ada orang yang ingin aku beritahukan.
Mereka-mereka yang mengunjungi rumah ini sepanjang waktu.
Aku ingin berbicara dengan mereka cepat atau lambat. Aku
akan mengecualikan itu."

Aku tidak menyebutkan nama Haruka, karena jika dia tahu


bahwa aku punya pacar yang persis seperti dia, Dia akan
membuat wajah nakal itu lagi.

Aku tidak bermaksud menyembunyikan itu, tapi aku tidak ingin


memberitahunya secara langsung.

Shigure tampak sedikit tidak puas dengan konfirmasiku.

“...Teman, apa dia bisa menyimpan rahasia?”

"Aku bisa mempercayai dirinya lebih darimu dalam hal itu."

“.......Mau bagaimana lagi. Tidak masalah. Namun, kau harus


memberi ciuman selamat pagi di pipiku sebagai permintaan
maaf.”

Shigure menyeringai dengan senyum nakal.

Gadis ini, melakukan hal semacam itu lagi...!


“’Kan sudah kubilang untuk tidak melakukan itu.....!”

“Aha. Kenapa wajahmu merah cerah? Bukankah itu hanya


sekedar salam kalau mencium pipi anggota keluargamu? Di luar
negeri itu normal loh."

“Aku tidak suka cara bicara yang dimana aku harus melakukan
itu di Jepang hanya karena mereka melakukannya di luar
negeri!”

“Kurasa kau tidak memiliki keberanian untuk mencium pipi


seorang gadis. Tapi jika kau tidak mau mendengarkan
keegoisanku, aku tidak akan memberimu izin. Nah? Apa yang
kau inginkan? Onii-san yang lemah!”

“Tidak, Jangan meremehkanku! Kalau hanya sejauh itu....


lupakan!"

Itu bohong. Aku tidak bisa melakukannya.


Sulit bagiku untuk bangun hanya dengan memegang tangan
gadis itu.

Tapi sekarang, sudah menjadi jelas apa seleranya.

Aku bisa tahu itu dengan melihat wajahnya.

Dia menyeringai sambil melihatku kewalahan.

Dia tidak ingin aku menciumnya.

Dia hanya bersenang-senang saat melihatku merasa malu.

Jika aku tidak melakukannya, dia akan mempermainkanku


lebih jauh.

.....Ini tidak bagus.

Aku harus memberitahunya. Jika aku tidak mengajarinya arti


dari 'tikus yang terpojok pun bisa menggigit kucing'*, aku akan
dipermainkan selama sisa hidupku. [Catatan Penerjemah: 窮⿏
猫を噛む ]

Aku berpura-pura menjadi kuat, meletakkan tanganku di atas


meja, dan meregangkan tubuh bagian atasku.

Dan kemudian, aku mendekati Shigure yang menolehkan pipinya


seolah mengatakan 'Hore-Hore.'

“.............”

Ada apa dengan pipi tembem putih ini.

Orang ini adalah orang yang mirip dengan Haruka.

Tidak, jangan ragu.

Jika aku bertindak malu sekarang, aku akan dipermainkan lagi.


Aku akan melakukannya sekali untuk selamanya. Dan serahkan
itu pada momentum.

Merasa malu, aku mendekatkan bibirku ke pipinya.

Di saat itu, aroma sampo yang menyegarkan melayang dengan


lembut.

Aku pun berhenti bergerak.

Karena aroma itu sama dengan Haruka.

Sial, bukan hanya wajahnya, tapi juga baunya.

Rasa bersalah yang pahit tumbuh di dadaku.

Meskipun dia adalah saudara tiriku, dan itu adalah pipinya, aku
akan mencium gadis yang baru saja kutemui kemarin.
Aku bahkan tidak pernah mencium Haruka.

Bukankah ini adalah pengkhianatan pada Haruka?

Dapatkah aku melakukan ini dan apakah aku dapat menghadapi


Haru saat istirahat makan siang?

"Ya, ya! Berhenti!"

“U~o?”

Aku tersesat dalam pikiranku dan Shigure mendorongku


mundur.

Dia membuat wajah canggung.

"Astaga! Onii-san! Pikirmu aku serius! Itu jelas lelucon.


Bukankah berciuman hanya dilakukan dengan orang yang kau
sukai?”

"Oo, ‘kan kau yang menyuruhku melakukannya."

“Jangan bilang kau serius tentang itu. Onii-san kau mesum☆”

“.....Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan


dorongan untuk memukul seorang wanita.”

“Kyaaaa! Tidak Ada Kekerasan Dalam Rumah Tangga.... Yah,


aku yakin itu salahku. Maafkan aku."

Segera Shigure menundukkan kepalanya.

“Kau bebas memberi tahu temanmu. Jika kau merasa itu


dibutuhkan, kau dapat membicarakannya dengan siapa pun.
Jika kau tidak memberitahu publik saja sudahlah cukup.”

Kemudian aku bangun dan mulai membersihkan piring.


......Entah bagaimana aku menjadi patuh.

Apa yang terjadi?

Aku tidak berpikir aku pemalu.

Memahami hati seorang gadis memang terlalu sulit bagiku.


Bab 5 | - Reuni x Saudari -

“Namaku Shigure Sato dan aku baru saja pindah ke


sekolah ini dari SMA Shueikan di Fukuoka. Aku memulai
lebih lambat dari kalian, tapi aku akan senang jika
kalian mengizinkanku bergabung bersama kalian. Aku
berharap dapat bekerja sama dengan kalian."

Pada saat kelas pagi.

Shigure berdiri di depan kelas dan menyapa semua orang.

Ngomong-ngomong, Shigure mengenakan seragam


Shueikan dengan hanya emblem sekolah yang diubah
menjadi Seiun.

Aku tidak tahu ini sebelumnya dan membeli seragam


sekolah standar. Tapi sepertinya sekolah swasta seperti
Seiun tidak memiliki aturan berpakaian yang ketat. Jadi
asalkan seragam itu memenuhi standar tertentu seperti
warna, panjang, emblem sekolah, dll. Kau bebas
berpakaian asalkan sesuai standar itu.

Shigure menghemat uangnya dengan memodifikasi


seragam lamanya untuk memenuhi standar ini.

Kalau dipikir-pikir, kemarin dia bilang kalau mereka


menggunakan pemanas seimbang di rumahnya
sebelumnya. Hanya ada dua anggota di rumah lamanya,
ibu dan anak perempuan. Kurasa kondisi keuangan
mereka tidak terlalu bagus.

Mungkin itu sebabnya dia ahli dalam pekerjaan rumah.

Setelah menyapa, guru menyuruhnya duduk di sebelahku.

Tidak ada penyebutan 'saudara tiri' pada saat itu.


Namun pengaturan kursi didasarkan pada urutan absen.

Aku yakin Shigure telah membicarakan itu dengan guru


sebelumnya.

“Sato-san, kau dulu sekolah di Shueikan! Luar biasa!”

“Aku terkejut kau ingin bergabung dengan Seiun. Seiun


juga merupakan nama yang cukup baik di area ini, tapi
kualitas brand-nya sangat berbeda dengan kelas
nasional.”

“Aku pasti akan tinggal di Shueikan, bahkan jika aku


harus hidup sendiri.”

Itu terjadi tepat setelah kelas periode pertama.


Shigure segera dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya,
yang menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya.

Namun, tidak ada yang menyebutkan hubungan antara


aku dan Shigure.

Yah, Sato adalah nama keluarga yang umum, jadi tidak


ada cara untuk mengetahuinya.

Hal pertama yang dibincangkan adalah kisah sekolah


lama Shigure.

SMA Shueikan.

Bahkan aku, yang merupakan penduduk Prefektur


Kanagawa, tahu tentang sekolah bergengsi di Kyushu ini.

Itu adalah sekolah elit nasional yang jauh lebih baik


daripada Seiun, yang merupakan sekolah yang cukup
populer di Kanagawa.

Banyak siswa/i yang sadar akan latar belakang


pendidikannya, jadi wajar saja jika mereka bertanya-
tanya seperti apa sekolah terkenal di Jepang itu.

Tapi ketika itu sampai pada jeda setelah jam pelajaran


ketiga, topik perbincangan bergeser dari sekolah
sebelumnya ke sekolah mereka sendiri.

Sementara itu, seorang gadis pun berkata:

"Aku merasa seperti pernah melihat Shigure-chan


sebelumnya."

"Ya, aku juga. Dimana ya?”


"Menurutku ada seorang gadis di klub drama yang mirip
dengannya, kan?"

"Oh ya! Itu benar! Dia memainkan peran kecil dalam


festival sekolah tahun lalu, seorang gadis yang terlalu
aktif tapi imut! Pantas saja aku merasakan déjà vu.”

Ugh, ini buruk.

Topik itu segera mengarah ke Haruka, yang merupakan


kembaran nyata dari Shigure.

Ketika Shigure mendengar ini, dia tersenyum dengan


ekspresi penasaran di wajahnya.

“......H~e, itu menarik, aku ingin bertemu dengannya.


Apa kalian tahu dimana kelasnya?”
“Ah, aku tidak tahu. Apa ada yang tahu?"

“Tidak banyak orang yang mengikuti kegiatan klub.”

“Dan karena kelas reguler ada di gedung baru, kau tidak


bisa banyak berhubungan dengan mereka kecuali kau
sudah mengenal mereka sejak SMP. Tapi jika kau
melihatnya dengan jeli, itu tidak terlalu mirip tapi
sedikit......”

Aku mendengarkan percakapan mereka dengan perasaan


terdesak.

Kalau terus begini, mereka berdua akan bertemu lebih


cepat dari yang kuperkirakan.

Aku masih ingin menjelaskan situasinya kepada Haruka


dulu sebelum mereka bertemu.
Kebijakan menyembunyikan fakta bahwa kami
merupakan kakak beradik adalah sesuatu yang diusulkan
Shigure, jadi kurasa jika mereka bertemu satu sama lain,
Shigure tidak akan memberi tahu Haruka tentang
hubungan kami, tapi aku tidak bisa mengatakan itu
dengan pasti.

Aku tidak bermaksud menyembunyikannya. Tapi tetap


saja, bukan pemikiran yang baik jika Haruka sendiri
yang mengetahui bahwa Shigure tinggal bersamaku. Jika
itu benar-benar terjadi, aku tidak tahu bagaimana cara
berbicara dengannya nantinya.

Namun, aku sudah mengirim pesan ke Haruka yang


mengatakan aku ingin bertemu dengannya saat istirahat
makan siang.

Panik sekarang tidak ada gunanya.

Tenang.
Aku harus memikirkan bagaimana aku akan melakukan
ini.

Aku mencoba mencari cara untuk menghentikan mereka


dapat bertemu.

『Aku punya urusan mendesak dan tidak bisa bertemu


saat makan siang. Aku minta maaf (><)』

Aku menerima pesan dari Haruka.

Astaga.

Sejujurnya, aku sedikit parno.

Tapi kalau itu urusan mendesak, ya mau bagaimana lagi.


Aku tahu kalau Haruka bukanlah tipe gadis yang
membatalkan janji untuk sesuatu yang sepele.

Jika Haruka mengatakan demikian, itu pasti sangat


penting.

Aku menjawab dengan stiker yang mengatakan bahwa


aku mengerti dan menghela nafas.

Aku berubah pikiran, mengatakan itu memang mau


bagaimana lagi.

Jika ini masalahnya, ayo membicarakannya dengan yang


lain terlebih dahulu.

.........Periode keempat telah berakhir dan sekarang


waktunya makan siang.
Begitu bel berbunyi, aku segera meninggalkan tempat
duduk dan menuju ke tempat duduk di pojokan samping
jendela.

Dengan cepat.

Ya, sebelum para gadis berkumpul untuk menyelesaikan


pembentukan penghalang yang mengusir karakter teduh.

Kemudian aku memanggil temanku, Tomoe Wakabayashi,


yang duduk di kursi itu dengan wajah tajam dan tegas.

“Tomoe. Apa kau mau makan siang bersamaku?”

"Hmm ,oke. Kalau begitu, ayo ajak Takeshi juga."

“Ya, ajak dia.”


---

Tomoe Wakabayashi. Takeshi Takeda.

Mereka adalah temant-temanku sejak dari SMP.

Takeshi Takeda adalah siswa tahun kedua di kelas


reguler.

Tingginya lebih dari enam kaki, dan dari seragamnya kau


dapat meliihat bahwa dia memiliki otot yang
berkembang dengan baik.

Dia adalah ace dalam tim angkat besi dan menyukai


protein lebih daripada tiga jenis hidangan.* [Catatan
Penerjemah: Tiga jenis hidangan terutama terdiri dari
hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan
penutup.]
Menurut Takeshi, alasan mengapa dia memulai latihan
otot adalah untuk menarik perhatian para gadis. Pada
dasarnya dia adalah seorang maniak, dan akibatnya, dia
malah menyimpang dari tujuan aslinya, yang dimana itu
membuat tubuhnya menjadi sangat besar sehingga dia
ditolak oleh para gadis.

Temanku yang lain adalah Tomoe Wakabayashi, yang


memasuki kelas khusus tahun kedua sepertiku.

Dia tinggi dengan tubuh seperti model dan mewarnai


rambutnya tanpa membuat siapapun risih melihatnya.

Melihat dari caranya berpakaian saja, kau bisa thu kalau


dia sangat populer, tidak seperti kami.

Jika kau menaruhnya sendirian di pinggir jalan, kumbang


(perempuan) akan berkerumun di sekitar getah (Tomoe)
dalam 10 menit.
Kau akan dapat mengamati sekerumunan gadis seperti
cacing.

Tapi aku tidak merasa cemburu pada pria ini seperti


yang kurasakan pada Aizawa, yang sombong karena bisa
bermain dengan gadis-gadis di kelas.

Alasannya adalah karena Tomoe tidak membedakan


antara pria dan wanita, tidak memisahkan yin dan yang,
serta menikmati kebersamaan dengan siapa pun dan
berusaha membuat itu terasa menyenangkan. Jika kau
bertanya padaku apakah aku bisa menjalani kehidupan
yang tulus dan jujur seperti dia, jawabannya aku tidak
bisa.

Jika orang tidak menyukai pria seperti ini, maka pasti


ada yang salah dengan dunia ini.

Itu sebabnya aku tidak merasa cemburu.


Aku punya teman-teman lain, tapi aku biasanya bergaul
dengan dua orang ini.

Entah itu SMP atau SMA, mereka sering datang ke


rumahku untuk nongkrong sampai pagi karena orang tua
mereka sedang dalam perjalanan bisnis.

Karena kami adalah sahabat, aku dapat memberi tahu


mereka tentang hubunganku dengan Shigure.

Jadi aku mengajak mereka untuk makan siang di teras di


luar kafetaria sekolah. Kemudian aku memberi tahu
mereka semua yang telah terjadi sejak aku pulang
kemarin.

Mereka mendengarkan semua itu dengan tenang.

Dan ketika aku selesai mengatakan semuanya, Tomoe


berkata,
“......sial.”

Dia menatap ke langit musim panas.

“Hiro, apa yang kau lakukan di kehidupanmu


sebelumnya?”

“Aku juga ingin mengetahuinya. Tapi sekarang, kau tidak


bisa hanya melihat ke langit dan mengutuk diriku yang
dulu. Aku akan menemukan cara untuk menyelesaikan
itu dengan damai. Beruntung atau tidak, satu-satunya
kesamaan adalah wajah mereka, dan kepribadian
mereka bahkan tidak mirip, jadi aku yakin kalau aku
tidak akan kewalahan lain kali.”

“Memang benar kalau Haruka memiliki kepribadian yang


baik, tidak seperti Shigure.”
"Aku memahaminya meskipun aku hampir tidak terlibat."

“Itu menjengkelkan saat dia terlihat seperti sedang


bersenang-senang. Dia tidak hanya berbicara dengan
orang-orang di sekitarnya. Dia mengendalikan mereka
dengan pura-pura polos* seperti kucing.” [Catatan
Penerjemah: 猫かぶり (nekokaburi) - serigala berbulu
domba.]

Dia memiliki kemampuan pengamatan yang tajam.

Aku benar-benar berbeda, yang dengan mudah tertipu


oleh kucing bermuka dua itu.

“Di waktu ini, Shigure perlu menyesuaikan diri dengan


lingkungan barunya, akan lebih baik untuk merahasiakan
fakta bahwa kalian adalah kakak beradik. Sangat mudah
untuk menebak bahwa kalian baru saja mulai tinggal
bersama-sama. Itulah mengapa menurutku akan lebih
baik jika itu tetap dirahasiakan. Itu saja yang
kusarankan.”

"Oke. Aku akan melakukannya. Kalian tolong


merahasiakannya ya. Jika tidak, aku akan berakhir
sebagai lauk* untuk sekelompok bajingan itu.” [Catatan
Penerjemah: ズリネタ ]

“Kau harusnya menggunakan pemilihan kata yang lebih


sopan.”

“Apa yang salah dengan itu?”

"Lauk*? Oh, lauk untuk set makanan Hiro*? Itu terlihat


enak." [TN:オカズ 定
(okazu) - slang untuk kata lauk.
⻝ (teishoku) - Set makanan, biasanya nampan dengan
satu atau lebih hidangan utama, bersamaan dengan
sejumlah lauk (salad, nasi, acar, sup, dll.).]

"Berhenti! Jangan sebarkan meme yang berbahaya!”


Aku memasukkan ikan goreng ke dalam mulut Tomoe
untuk membungkamnya.

Tomoe mengunyahnya dengan nikmat dan tertawa, "Hiro


memang tidak memiliki toleransi untuk humor yang tidak
biasa." dan kemudian bertanya dengan ekspresi serius.

“......Ngomong-ngomong, apa kau akan memberitahu


Haruka tentang ini?”

Sejujurnya, kami tidak terbuka perihal hubungan kami.

Bukannya aku menyembunyikan itu.

Ini hanya karena lambatnya kemajuan yang membuat


kami baru bisa kemarin untuk berpegangan tangan. Itu
sebabnya orang-orang di sekitar kami tidak
menyadarinya.
Tapi Tomoe dan Takeshi sama-sama tahu tentang
hubungan kami karena mereka mendengarkan cerita,
kekhawatiran, dan lelucon kasar dariku.

Aku tahu Tomoe mengkhawatirkanku.

Aku harus membalas kebaikannya.

"Itu benar. Tidak baik menyembunyikannya. Itu


bukanlah pemikiran yang baik untuk menyimpan rahasia
sebagai sepasang kekasih, kan?"

“Lebih baik jangan.”

Namun Tomoe justru membantah dengan nada tegas.

“Ap- kenapa? Kau mungkin tidak tahu bagaimana


rasanya tinggal dengan seorang adik yang terlihat mirip
dengan pacarmu. Tapi itu lebih baik daripada tutup
mulut. Dan tidak ada alasan bagiku untuk
menyembunyikan itu saat aku tidak punya alasan untuk
merasa malu."

“Tapi itu hanya akan membuat segalanya menjadi lebih


sulit bagi Hiro.”

...Eh?

"Apa maksudmu?"

“Haruka-chan adalah gadis yang baik, jadi jika kau


membicarakannya, dia akan menerima bahwa itu bukan
salahmu. Aku tidak menyalahkan Hiro. Tapi aku tidak
tahan, aku khawatir. Seorang gadis tinggal bersama
kekasihnya. Saat dia yang adalah kekasihnya di rumah
sendirian, gadis lain tinggal bersama kekasihnya
sepanjang waktu. Aku tidak tahan itu."
“Tapi kami ‘kan kakak beradik, orang tua kami menikah
lagi.”

“Maksudku, itu baru kemarin. kan? Jadi kau masih belum


bersih dari sangkaan. Faktanya, Hiro telah bersamanya
kemarin, dan aku bahkan tidak terkejut kalau kau
bergairah.”

“Itu.......”

Dia mengatakan, “Hubunganmu dengan Haruka-chan


beraada di tingkat masih berpegangan tangan. Itu
menyakitkan."

“..........”

Setelah diberi tahu begitu, aku dibuat terkejut.


Aku bersikeras untuk menunjukkan bahwa itu bukanlah
salahku, dan sama sekali tidak pernah berpikir
bagaimana perasaan Haruka?

Jika aku jujur dengan Haruka tentang Shigure, aku


sendiri akan terbebas dari rasa bersalah karena
menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi setelah itu apa?
Bagaimana dengan perasaan Haruka saat setelah dia
mengetahui kebenaran?

Tentu saja, aku tidak ingin memprioritaskan Shigure


daripada Haruka.

Tentu saja, aku tidak ingin mecocokkan Haruka dengan


Shigure.

Tapi bahkan jika aku melakukannya, perasaanku hanya


akan tertuju pada Haruka. Aku tidak memiliki nafsu
sedikit pun untuk Shigure.
Tapi bahkan jika aku tidak memiliki nafsu, apa Haruka
akan berpikir bahwa itu adalah masalah biasa.

‘Percayalah padaku dan jangan khawatir.’

Kupikir kami masih belum mencapai tingkat hubungan


seperti itu.

“Jika kau tidak ingin berbohong, aku tidak akan


memaksamu, tapi jika kau memberitahunya sekarang,
Haruka-chan akan terkejut. Jika ada pasien yang
sakitnya cukup parah sampai harus dioperasi, maka
waktu operasi itu harus ditentukan dengan melihat
kondisi pasien. Ada waktu yang tepat untuk segalanya,
kan?”

“Tentu, itu mungkin....”


Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 7
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 7
Untuk Haruka, mungkin yang terbaik adalah
merahasiakannya dari awal hingga akhir.

Tapi secara realistis, itu sulit.

Saat hubungan kami berkembang, pada akhirnya dia


akan mengetahuinya.

"Menurutmu apa yang harus kulakukan, Tomoe?"

“.......Untuk saat ini, adalah pemikiran yang bagus untuk


berbicara dengan Shigure dan memintanya untuk
menjaga jarak darimu saat di sekolah. Kemudian
gunakanlah waktu itu untuk menjadi lebih dekat dengan
Haruka dan mempersiapkannya untuk mendengarkan
rahasiamu."
“Secara khusus, sampai seberapa dekat yang kau
maksud dengan menjadi dekat satu sama lain?”

“Bukankah setidaknya sedekat dimana kau berhubungan


seks dengannya?”

"Setidaknya?"

“Kupikir itu adalah cerita yang berbahaya bahkan jika


kau bertindak sejauh itu. Situasi Hiro. Tapi yang bisa
kukatakan adalah kau harus merahasiakan ini apa pun
yang terjadi, setidaknya selama satu tahun sampai
ayahmu kembali. Seks akan sulit, karena kau adalah pria
yang didiskualifikasi sejak awal.”

Ya, yah. Se, se, se, se, se....... seks jelas tidak, tapi aku
harus merahasiakan ini sampai ayahku kembali. Kesan
yang didapatkan dari kami berdua yang tinggal sendiri,
dan tinggal bersama orang tua kami sama sekali
berbeda.

Aku menganggukkan kepalaku dan meminta pendapat


dari Takeshi, yang telah menatapku dengan khawatir.

"Bagaimana menurutmu, Takeshi?"

“......Apa aku boleh memberikan pendapat jujurku?”

Oh, dia sangat serius.

Aku tahu bahwa dia sangat mengkhawatirkanku.

Aku punya teman yang sangat baik.

"Silahkan. Katakan apapun yang terlintas dalam


pikiranmu.”
"Oke. Ake berpikir tentang apa yang kalian lewatkan,
Hiromichi, kau kekurangan testosteron!”

.......Ha?

“Testosteron adalah hormon laki-laki yang


menyebabkan pertumbuhan otot dan membuat tubuh
lebih jantan. Tidak hanya mempengaruhi tubuh, tapi
juga pikiran, menjadikannya sumber tindakan dan tekad.
Karena itu, jika hormon ini berkurang, seseorang akan
kehilangan kepercayaan diri. Itulah alasan kenapa
Hiromichi termenung seperti ini! Oleh sebab itu hanya
ada satu solusi! Latihan otot. Semakin banyak otot yang
kau latih, semakin banyak testosteron yang kau
dapatkan! Otot menyelesaikan segalanya! Sekarang
hilangkanlah kekhawatiranmu Johnny, dan ambil
beberapa dumbel!”

Ya. Aku salah saat meminta nasihat tentang hubungan


kepada Takeshi yang berotak otot.

“Tapi Hiro, bukankah mereka terlalu mirip?”

“Ya, menurutku juga begitu. Atau memang itulah yang


kupikirkan."

“Tidak, itu terlalu kecil, Hiro. Itu adalah persepsi yang


terlalu kecil. Awalnya, kupikir mereka hanya mirip satu
sama lain, tapi ketika aku perhatikan, aku menemukan
bahwa detail bagian tubuh dan bentuk tubuh persis
sama. Sejujurnya, mereka tidak hanya saling meniru
satu sama lain. Mungkin kedua orang itu adalah... ”

Dan saat Tomoe hendak mengatakan sesuatu, seseorang


memotong perkataanya dengan cara yang menakutkan.

''Ah, Hiromichi-san!''
“Sh-Shigure?”

Tokoh utama dari topik tersebut datang ke meja kami.

“Kenapa kau begitu terkejut? Kita bersebelahan, kan.


Dan kau, teman sekelas kami, kan, Wakabayashi-san?”

"Aku tidak ingat pernah memperkenalkan diriku, tapi kau


mengenalku dengan baik."

“Kau populer. Semua gadis di kelas membual tentang itu.


Sepertinya tidak ada pria di Shueikan yang setampan
dirimu....... dan orang besar di sana, bagaimana
kabarmu? Apa aku boleh menanyakan namamu?”

“Wah, aku?”

Saat itu, Takeshi melompat dari kursinya.


Pria ini lebih sensitif terhadap perempuan daripadaku,
mungkin itu karena kelebihan androgen. [Catatan
Penerjemah: https://id.wikipedia.org/wiki/Androgen.]

“Namaku Takeshi Takeda, siswa tahun kedua di kelas


reguler! Senang bertemu denganmu!"

“Aku Shigure Sato, siswi tahun kedua kelas khusus, yang


pindah ke sekolah ini hari ini. Senang bertemu
denganmu."

“~~~~~hm”

Takeshi mendengus dan Shigure membalas dengan


senyuman, senyumam palsu.

Kemudian Takeshi berbisik ke Tomoe yang ada di


sebelahnya.
“O-Oi Tomoe, kau dengar tidak. Dia menanyakan namaku.
Kupikir dia ada di sini untukku, itu pasti."

“Apa masalahmu, maniak protein?”

“Oh, kalian semua sedang makan. Maaf mengganggu


makan siang kalian."

"Tidak apa. Sekarang waktunya makan siang. Apa kau


juga ingin makan siang, Shigure-chan? Kau bisa duduk
bersama kami di meja ini jika tidak keberatan.”

Saat dia mengatakan ini, Tomoe menunjuk ke satu kursi


di sebelah kami.

Mungkin dia mencoba memberiku kesempatan untuk


berbicara dengan Shigure.
Tapi Shigure menggelengkan kepalanya dan berkata.

''Tidak. Aku sebenarnya sedang mencari seseorang. Ah


benar. Kau adalah siswa tahun kedua di kelas reguler,
kan, Takeda-san? Kalau begitu, aku mau tanya, apa kau
mengenal seorang siswi bernama Haruka Saikawa?”

“Shigure!”

Pada saat itu, suara keras memanggil nama Shigure. Itu


suara yang sama dengannya, namun itu suara yang
kusukai.

Tidak mungkin!

Aku ingin secara refleks menyangkal itu, tapi aku jelas


tidak salah.
Saat aku mengalihkan perhatianku ke suara itu, dia ada
di sana, pacarku, Haruka Saikawa, meneteskan keringat
dan terengah-engah.

“Hah, hah. Shigure, apa kau benar-benar Shigure?”

“........Nee ~ san!”

“H~~! Sh~~~Shigure~, Aaaaaaaa~~~”

Haruka memeluk Shigure.

Memeluknya erat-erat dengan seluruh kekuatannya.

Dan kemudian mereka memekik dan menangis.


Aku hanya menatap dengan bingung.

Tidak, habisnya...

Bagaimana bisa Haruka mengenal Shigure?

Tidak, lebih tepatnya.

Apa yang Shigure sebutkan untuk memanggil Haruka tadi?

Nee~san. Dia bilang Nee~san.

Aku berdiri di sana dalam kebingungan.

Shigure melirikku dan berkata,

“Oh, maaf aku tidak memberitahumu sebelumnya. Yah,


jika kau melihat wajah kami, kau mungkin dapat
menebaknya, sebenarnya, aku dan saudariku, Haruka,
adalah saudari kembar. Kami berpisah saat orang tua
kami bercerai."

---

“*Hiks* Maafkan aku. Maafkan aku. Aku merasa lega


setelah bertemu denganmu."

“Unn, tidak apa. Tapi aku terkejut. Aku mendengar


bahwa ada seorang siswi yang mirip denganku, dan aku
mencarinya untuk melihat apakah dia mungkin adalah--,
dan ternyata dia benar-benar adalah kakakku.”

“Aku mendengar rumor bahwa ada murid baru yang


mirip denganku. Aku mencari Shigure untuk melihat
apakah dia benar-benar ada di sini. Ini benar-benar
Shigure. Banyak hal yang ingin kubicarakan, tapi melihat
wajahmu saja sudah cukup untuk memenuhi hatiku.
Un~~aaaaa.”

“Berhentilah menangis, Nee~san. Kau masih teetap


cengeng meskipun kau telah tumbuh dewasa.”

“......Shigure...... aku senang kau baik-baik saja!”

“Un. Aku juga senang kau baik-baik saja.”

Mereka berbagi pelukan yang erat........ Saudari.

Ketika mereka masih muda, orang tua mereka bercerai


dan ikatan di antara mereka terpisah.

Sekarang mereka bertemu secara ajaib.

Itu sangat indah. Pemandangan yang sangat indah.


Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena ada
gelembung di mataku.

“Aku tidak bisa menahannya.... dan aku tidak ingin


mengganggu reuni keluargamu, jadi aku akan
menyerahkannya kepadamu. Ayo pergi Takeshi. Sampai
jumpa lagi Hiro. Selamat tinggal dan semoga
beruntung."

"Tunggu. Tungguh dulu. Jangan tinggalkan aku sendiri,


serius. Teman yang tampan sepertimu adalah satu-
satunya alasaku ada di sini. Aku dalam masalah dan
membutuhkan nasihatmu. Apa yang harus kulakukan
dalam kasus ini? Bagaimana seharusnya aku sebagai
kakak beradik, berinteraksi dengannya di masa depan?"

“Aku tidak tahu. Ada batasan seberapa banyak masalah


yang bahkan seorang teman yang tampan dapat
ditangani. Jika kau seorang pahlawan, jadilah pahlawan
dan tangani itu sendiri. Jangan mencoba menyeretku ke
dalam kekacauan interaksi manusia yang kotor dan
penuh lumpur ini!”

“Jangan bercanda dan lakukan tugasmu! Hei, Takeshi,


kenapa kau tidak mengatakan apapun?”

“Hmm. Keduanya sangat mirip. Mereka terlihat seperti


saudari kembar.”

“Apa dia bahkan tahu apa yang terjadi di sini?”

"Hah? Bukankah itu, Hi-Hiromichi-kun?”

Itu hanya masalah waktu sebelum dia mengetahui


bahwa kami sedang menatap pada momen reuni indah
itu. Sementara kami saling berbisik, mata Haruka, yang
tertuju pada Shigure, sekarang menemukanku.
“H-hai.”

"Astaga. Kau tidak boleh melihat wajahku Hiromichi-


kun...... Jangan lihat.”

Dia pasti malu terlihat menangis.

Haruka tersipu dan bersembunyi di belakang Shigure.

Menggemaskan (melarikan diri dari kenyataan).

"Nee~san, apa kau kenal dengan Hiromichi-san?"

"Iya. Aku kenal dia, atau lebih tepatnya, kami.....


berpacaran.”

“Eh?”
Shigure berteriak.

Seperti ayam yang sedang dicekik.

"Hah? Bagaimana Shigure tahu tentang Hiromichi-kun? ”

Dan akhirnya, serangan mematikan datang!

Sebuah pertanyaan, yang jelas mematikan.

Jika aku melihatnya membuat senyuman nakal itu, aku


akan...

“.....Aku sekelas dengan Hiromichi-san, karena aku juga


berada di kelas khusus.”
“Wow, Shigure juga ada di kelas khusus! Itu luar biasa.
Kau memang selalu pintar.”

Hah...?

Baru saja, Shigure berbohong, untuk membantuku?


“Maaf, maaf. Kami perlu melakukan obroloan saudari,
jadi aku akan meminjam Nee~san-ku.”

“Terima kasih, Hiromichi-kun. Dan maaf untuk hari ini."

“Oh, ya, itu...... tidak apa. Situasi ini.... apa yang


mereka.......”

"Terima kasih. Aku akan menebusnya untukmu, aku


janji."

Dia berjalan bersamanya memasuki kafetaria seraya


melambaikan tangannya.

Kurasa mereka ingin berbicara sambil makan di dalam.

Setelah itu, aku bersandar di kursiku seolah-olah aku


pulih dari ketegangan.

“Aku, ada di satu titik yang dimana aku bertanya-tanya


tentang apa yang baru saja terjadi.......”

“Ya, tapi kau kau lihat ‘kan. Dia gadis yang cerdas. Dan
dia tidak seburuk yang Hiro katakan. Dia tahu persis
garis apa yang tidak boleh dia lewati."

"......Ya."

“Jika kau mengerti sebanyak itu, aku yakin kalian akan


terus membaca suasana dan menjaga jarak. Jika kalian
bekerja sama, kalian bisa menyembunyikannya untuk
waktu yang lama, kan?"

“.........Oh.”

Sejujurnya, Shigure menyelamatkanku.

Aku diejek terus-terusan kemarin dan hari ini, kupikir


jika dia tahu aku punya pacar yang mirip dengannya, dia
pasti akan mengusikku. Sepertinya dia bukan orang yang
buruk.

Itu bagus.

Itu melegakan.

........Hanya saja.
Setelah lega, ada kekeruhan memuakkan yang tidak bisa
dijelaskan di dadaku yang membuatku takut.

Menjadi jujur akan segala hal bukanlah berterus terang.

Aku mengerti apa yang dikatakan Tomoe.

Mungkin bersikap jujur terkadang hanya sekeedar


memuaskan diri sendiri.

Tapi..........

Berbohong pada Haruka.

Dan bisakah aku meyakinkannya, meyakinkan Shigure


untuk berbohong?

......Itu benar-benar apa yang ingin kuketahui.


Sebagai seorang pacar dan kakak, aku benar-benar........

Aku merasa tidak nyaman karena membohongi pacarku


dan membuat adik tiriku membohongi pacarku yang
meupakan saudari kembarnya.

Ataukah menyembunyikan ini akan membuat seorang


pria menjadi berharga?

Aku tidak bisa menemukan jawabannya.


Bab 6 | - Gigitan Manis x Domestic -

Setelah periode kelas berakhir,

Aku mendengar Shigure mengatakan bahwa dia akan


minum teh dengan Haruka sepulang sekolah.

Aku tidak tahu kapan mereka berpisah. Tapi aku pertama


kali bertemu Haruka di kelas empat SD. Kurasa saat itu
dia sudah sendirian di tempat penitipan anak.

Jika dia masih tinggal dengan adiknya, maka Shigure


akan berada di tempat penitipan anak yang sama.

Sekurang-kurangnya tujuh tahun.

Jika kedua kakak beradik itu bertemu kembali setelah


tujuh tahun, maka mereka membutuhkan lebih banyak
waktu untuk berbicara.

Aku membalas pesan Shigure. Dia bilang dia akan pulang


saat makan malam. Jadi untuk pertama kalinya setelah
beberapa lama, aku meninggalkan sekolah dengan teman
-temanku.

Sesampainya di rumah, aku mencuci muka dengan ringan


sebelum memulai sesi belajar mandiri.

Itu tidak wajib, karena itu adalah rutinitasku, tapi untuk


sekarang aku mau melepaskan diri dari kekangan emosi
tidak biasa yang telah mencuat di dadaku sejak pagi ini.

Perasaanku, sebagai pacar dan sebagai kakak, apa


sekarang? Aku ragu apakah ini baik-baik saja atau tidak.

......Tidak, itu tidak baik, aku tidak bisa terus seperti ini.
Tomoe benar, hanya aku seorang.

Bahkan jika aku memberi tahu Haruka semuanya


sekarang, satu-satunya orang yang akan merasa
nyaman adalah aku.

Ini akan menjadi tindakan egois yang memaksa Haruka


menanggung beban sendirian.

Jika aku peduli pada Haruka, rasa bersalah karena


menyembunyikan sesuatu darinya adalah sesuatu yang
harus aku, sebagai pacarnya, tanggung.

Tentang meyakinkan Shigure untuk berbohong, Sejak


awal, dia-lah yang memiliki pemikiran untuk
merahasiakan pernikahan orang tua kami.

Itu tidak berarti bahwa aku memaksanya untuk


berbohong. Itu hanya untuk memastikan.

"Ah! Terserahlah?"

Tidak peduli berapa banyak aku mencoba untuk


menafsirkan kembali kenyataan, kabut dalam pikiranku
tidak kunjung memudar.

Aku mencoba untuk berkonsentrasi pada belajarku, tapi


aku tidak dapat membebaskan diri dari perasaan ini.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan


perasaan seperti ini.

Pada akhirnya, aku kehilangan semua minatku untuk


belajar dan melihat keluar jendela ke langit biru
kemerahan.
Hampir gelap.

Masih ada waktu yang tersisa sebelum Shigure pulang.


Haruskah aku menyiapkan makan malam?

Berpikir seperti itu, aku tiba-tibat teringat pada


percakapan kami tentang aku yang buruk dalam urusan
dapur. Dia menentangku melakukan itu, kurasa aku
hanya bisa memberinya banyak rasa terima kasih.

Aku pun membuat suara aneh.

Kupikir memangnya apa yang memalukan dengan itu?


Tapi aku tidak bisa menahannya.

Setelah beberapa waktu,

Saat aku bermain-main dengan pikiran bodohku, Shigure


kembali ke rumah.

"Aku pulang~"

"Selamat datang kembali....... Kau pulang lebih awal.


Kupikir kau akan makan malam dengan Haruka."

“Aku ‘kan sudah janji pada Onii-san bahwa aku akan


memasak. Aku akan mulai menyiapkan makan malam."

"Tidak usah dipedulikan. Kau tidak perlu khawatir


tentang itu.”

"Aku peduli. Onii-san sepertinya harus didisiplinkan


dalam hal-hal sepele seperti ini.”

“Guu......” (perut keroncongan)


Apa karena wawasan luar biasa Shigure sehingga dia
bisa melihat sebanyak ini hanya dalam satu hari? Atau
apa itu karena aku orang yang mudah dibaca? Jika itu
yang terakhir, itu akan menjadi penyok besar dalam
hidupku.

“Tunggulah sebentar sementara aku menyiapkan makan


malam. Sisa sup miso masih ada, jadi aku hanya perlu
membuat hidangan utamanya saja,” ucapnya.

Kemudian Shigure mencuci tangannya dan mengeluarkan


mangkuk yang terbungkus dari kulkas.

Di dalamnya, ada beberapa potongan bacon yang


direndam didalam jahe dan kecap.

Dia mungkin menyiapkannya pagi ini.

Aku tahu itu. Aku memang orang yang salah untuk


berdiri di dapur ini, karena aku bahkan tidak tahu apa
yang ada di kulkas.

Aku memutuskan untuk menyerahkan urusan memasak


kepada Shigure.

Tapi kemudian, aku justru menjadi gabut.

Jika hanya aku sendiri, aku tidak keberatan menikmati


kegabutanku yang sia-sia, tapi dengan adanya orang
lain yang bekerja di ruangan yang sama, itu sangat
tidak nyaman.

Hal berikutnya yang aku tahu, aku mendapati diriku


berbicara dengan Shigure.

Tentu saja, topik pembicaraan adalah tentang apa yang


terjadi hari ini...
“......Kau dan Haruka adalah kembaran. Pantas saja
kalian berdua terlihat begitu mirip."

“Ya, begitulah, saat aku baru memasuki SD. Ibuku


bercerai dengan ayahku, yang membuat kami berpisah
tanpa mengetahui alasannya, dan kami tidak bertemu
sejak saat itu.”

Jadi ini pertama kalinya sejak sepuluh tahun mereka


bertemu lagi?

Kalu begitu, aku mengerti kenapa Haruka menangis


begitu keras.

“Jadi Shigure saat masih kecil juga tinggal di sini?”

"Iya. Aku kembali ke kota ini dengan harapan mungkin


aku bisa melihat Nee~san-ku. Itu sebabnya aku pindah
setahun lebih awal dari yang kurencanakan."
“Oh! Benarkah?"

"Iya. Ibuku ingin aku sekolah di Amerika Serikat dan


tinggal bersamanya. Karena nilaiku, aku tidak akan
kesulitan mencari sekolah untuk belajar di luar negeri.
Tapi aku sangat ingin melihat Nee~san-ku, jadi aku
menolak usulannya dan datang ke sini lebih awal.......
aku bahkan memberitahunya kalau itu adalah salahnya.
Karena dia, aku dipisahkan dari Nee~san-ku. Itu sangat
tidak adil."

Shigure merendahkan suaranya.

Mungkin dia memiliki penyesalan dalam mengatakan itu.

Tapi itu juga berarti Shigure sangat ingin melihat


Haruka, sampai-sampai dia tidak keberatan mengambil
banyak cara.
“.....Apa kau sudah mengatakan semua yang ingin kau
katakan pada Haruka?”

"Iya. Apa yang terjadi setelah kami berpisah. Tentang


kehidupan Nee~san. Tentang ayah kami. Kami
membicarakan banyak hal. ”

"Jadi begitu. Aku senang."

"Tapi Nee~san, dia paling banyak berbicara tentangmu."

"Oh, aku?"

“Yah, yah, itu benar, aku telah mendengarkan


pembicaraan manis yang tak ada habisnya darinya
tentang bagaimana kau telah 'mengoleskan madu pada
pasta kacang merah'*. Serius, itu membuatku merasa
panas hati tahu."
Haruka memujiku!?

Dan itu cukup membuat Shigure merasa panas hati?

Oh, aku ingin tahu lebih banyak!

“Hei, ngomong-ngomong, a-apa yang dia katakan


tentangku?”

“Aku tidak akan memberitahumu itu. Tidak akan. Itu


rahasia seorang gadis."

“Sepertinya aku harus memberimu 500 yen.”

“Aha☆ Tolong dengarkan itu dari orangnya sendiri.”


Negosiasi gagal. Ini sangat memalukan.

“Tapi, Onii-san, kau berpacaran dengan Nee~san, kan?


Aku terkejut. Aku tidak menyadari bahwa aku dikelilingi
oleh hubungan yang begitu mengerikan. Tapi sekarang
aku akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi."

"Apa maksudmu?"

“Kau menatapku dengan aneh sejak kita bertemu.


Kupikir itu karena kau menganggapku lucu, atau kau
adalah bajingan dengan nafsu seksual seperti monyet,
atau saat kau yang merasa tidak perlu berusaha
menjadi keren dan sok. Itu cukup merepotkan.”

“Jadi sekarang kau mengerti?”

"Sedikit. Sejujurnya, kau cukup kasar, kan? Kau tinggal


dengan gadis cantik sepertiku.”
“Kau tidak bisa mengatakan itu tentang dirimu.”

“Ciuman pagi ini seharusnya menjadi layanan khusus.


Tapi kau terlihat sangat tertekan, dan terasa sangat
merasa sakit."

Jadi itulah mengapa kau menghentikanku di tengah.

“......Tapi sekarang aku tahu alasannya, aku mengerti.


Agak sulit untuk ditangani, kan? Aku dan kakakku, kami
terlihat persis sama. Jika itu masalahnya, kau
seharusnya memberitahuku lebih awal."

"Tidak, aku hanya merasa jika aku memberitahumu, kau


akan mengacaukan segalanya untuk bersenang-senang."

"Kasarnya. Kau pikir aku ini apa, Onii-san? Aku tahu apa
yang benar dan apa yang salah."
Ya. Kupikir memang begitu sekarang.

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 4 - Bab 1
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 4 - Bab 1
Shigure tidak seburuk itu.

Dia tidak melakukan apa pun yang akan menyakiti pihak


lain.

Dia memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang dapat


dia lakukan dengan 'gigitan permainan*'. [Catatan
Penerjemah: ⽢噛み (Amagami)]

“Aku mengerti situasimu, Onii-san. Kau menjalin


hubungan dengan Nee~san, itu pasti pemikiran yang
buruk untuk berperilaku seperti kemarin atau pagi ini.
Maaf aku telah mempermalukanmu. Aku tidak akan
melakukannya lagi.”

Tinggal bersama saudari kembar pacarku.

Itu seperti tinggal dengan bom yang akan meledak


dengan sedikit sentuhan. Shigure sepertinya memahami
situasinya.

“Sangat menyenangkan menggodamu, Onii-san. Tapi jika


dia adalah seseorang yang kau sayangi dan tidak berniat
buruk untuk menyakitinya. Maka, aku tidak ingin
melakukan sesuatu yang akan membuat Nee~san-ku
sedih. Mulai sekarang, aku akan berusaha menjaga jarak,
tidak hanya di sekolah, tapi juga dalam kehidupan
pribadi.”

“Jaga jarak?”
"Ya. Tidak terlalu banyak berhubungan. Oh, tentu saja,
aku akan melakukan yang terbaik untuk
menyembunyikan fakta bahwa kita tinggal bersama.
Kupikir yang terbaik adalah menyembunyikannya
setidaknya selama satu tahun sampai ibuku pulang. Jika
kita berdua bekerja sama, kita bisa menangani
sebanyak itu."

Setelah mengatakan itu, Shigure tersenyum padaku.

Bukan senyuman yang nakal itu.

Senyuman yang lembut... tapi entah kenapa terasa sedih.


『Aku selalu menginginkan saudara/i.』
......Oh begitu.

Sekarang aku mengerti.

Mengapa kabut di hatiku ini tidak kunjung memudar?

Terlepas dari kenyataan bahwa aku tidak punya pilihan lain


selain menyembunyikannya dari Haruka. Aku malu pada diriku
sendiri karena memiliki hubungan dengan Haruka sejauh aku
hanya bisa melakukan ini.

Itulah kebenarnnya.

Tentu saja. Jika memungkinkan, lebih baik tidak


menyembunyikan apa pun.
Jadi bahkan jika aku mengungkapkan kebenaran pada Haruka,
selama kami memiliki ikatan yang tak tergoyahkan, tidak akan
ada yang salah.

Hanya saja, aku tidak memilih skenario optimal itu.

Itu masalah yang disebabkan oleh ketidakmampuanku dan


membuatku merasa gugup, seperti diikat oleh rantai. Tapi
sekarang, aku memaksa adikku untuk memakai rantai yang
sama.

Bahkan aku membuatnya menunjukkan senyum itu...... senyum


yang sama sekali tidak cocok untuknya.

Apakah tidak apa-apa membiarkannya seperti itu? Sebagai


pacar dan sebagai kakak.

--Bagaimana itu bisa tidak apa-apa.

Segera, aku berdiri dan mendekati Shigure,


“Jangan meremehkanku, dan tolong jangan terlalu
memandang rendah diriku.”

“......Eh?”

“Aku sungguh berterima kasih kau tidak memberi tahu Haruka.


Tapi bukan berarti aku tidak berhak memutuskan. Sejak awal,
siapa yang akan serius tentang itu? Aku tidak akan mengubah
perasaanku pada Haruka, tidak peduli dengan adanya orang
sepertimu. Aku tahu seperti apa dirimu. Tidak peduli seberapa
banyak kau menggodaku atau berapa kali aku merasa malu
seperti pagi ini. Pacar yang kusayangi adalah Haruka dan
adikku yang paling berharga adalah Shigure. Itu tidak akan
pernah berubah. Tidak akan pernah."

“.......!”

“Jadi kau harus berhenti mengkhawatirkan itu dan biarkan aku


memanjakanmu. Berhentilah membuat wajah yang muram itu.
Aku ‘kan kakakmu."
Aku mungkin menggali kuburanku sendiri. Dan aku sedang
menggalinya dengan sangat dalam.

Ini bagus. Ya, benar.

Ketidakberadayaanku sebagai pacar.

Ketidakberdayaanku sebagai kakak.

Sejak tadi aku melekat pada pikiran ini, dan berpikir bahwa aku
tidak punya cara lain untuk menghadapinya.

Tapi aku tidak bisa terus memikirkan kekhawatiran antara


Haruka dan Shigure dan berpikir itu tidak bisa dihindari.

Sediki demi sedikit, aku sendiri yang akan mengatasi


ketidakberdayaanku sebagai pacar dan sebagai kakak.
Dengan itu, aku mungkin bisa terus terang menceritakan
semuanya kepada Haruka secepatnya.

Mungkin itu jawaban paling jujur yang bisa kupilih sekarang.

Saat aku menyadarinya, kabut di dalam hatiku mulai memudar.

“......Fufuh, haha. Hahaha!"

Di wajah Shigure, senyum itu kembali.

Senyuman nakal yang tidak seperti senyum Haruka.

"Apa yang lucu?"

"Tidak, tidak. Kau adalah siput kecil yang tidak memiliki


ketahanan terhadap lawan jenis. Kau menjerit saat melihatku
yang mengenakan handuk mandi. Kau yang bahkan tidak bisa
memperhatikan tali kamisolku, benar-benar berpikir bahwa
kau keren, Onii-san?”
Ugh.

“Itu mengejutkan!....... Aku tahu sifat aslimu sekarang! Aku


tidak akan melakukan hal yang sama lagi!”

“Aha☆! Kau tidak akan melakukannya lagi? ......Tapi."

"Hah?......! ”

Sesaat kemudian, aku berhenti bernapas.

Itu karena Shigure meletakkan tangannya di punggungku dan


memelukku.

Lalu dia membenamkan wajahnya di dadaku dan berkata.

"Kurasa sekarang aku agak mengerti mengapa Nee~san-ku


jatuh cinta padamu, Onii-san."
"Sh-Sh-Shigure...!"

“Kau benar-benar tidak dalam keadaan dimana kau dapat


melakukan ini, tapi kau tetap melakukan yang terbaik untukku,
kan? Kau sangat baik. Aku ingin tahu apakah aku harus
membidikmu, Onii-san?”

“Hei, apa?”

“Soalnya, kami ‘kan kembar. Dan jika kau mencintai Nee~san,


kau juga akan mencintaiku. Aku sudah sangat menyukaimu.
Bagaimana denganmu, Onii-san? Apa kau ingin bermesraan
denganku?”

A-a-a-a-apa yang dia bicarakan?

“Hmm, mungkin aku harus melakukannya.”

“Itu~~~~”
“Ahaha. Kau tersipu! Kau telah tertipu lagi. Kau ini pria yang
tidak belajar dari pengalaman, kan, Onii-san?”

Shigure terkekeh di dadaku.

Sial! Aku tahu itu! Aku tahu itu akan menjadi seperti ini!

Namun, dipeluk dan diucapkan kata-kata seperti itu, mau


bagaimana lagi kalau wajahku jadi tersipu.

“Apa kau yakin kau baik-baik saja? Kau bilang padaku bahwa
aku boleh membuatmu memanjakanku. Ini mungkin
mengejutkan, tapi aku sangat egois, kau tahu?”

"Aku tidak terkejut. Kau terlihat seperti sedang bersenang-


senang.”

"Kau tidak bisa menariknya kembali setelah keluar dari


mulutmu."
Aku menelan ludah, Shigure menarik dasiku dengan jari-
jarinya yang ramping.

Wajahnya, dengan senyuman provokatifnya, cukup dekat


sehingga aku bisa merasakan napasnya.

Aku bahkan tidak pernah sedekat ini dengan Haruka.

Aku tidak bisa menahan perasaan gugup. Aku pun mencoba


untuk memberikan keberanian.

Meskipun dia ada di sini, aku harus menghadapinya.

“Aku bukan seorang dua-pengatur waktu, jadi aku tidak akan


terjerumus. Aku harus mengingatkanmu lagi, adik
perempuanku yang nakal, betapa hebatnya kakakmu ini."

Ketika Shigure mendengar itu, dia melepaskanku, seolah dia


merasa lebih baik.
“Yah, aku akan menahan diri untuk tidak melakukannya di
sekolah. Bahkan dari Nee~san-ku, aku tidak akan
memberitahunya karena aku tidak ingin menyakiti
perasaannya. Namun, di rumah ini, Onii-san adalah milikku,
hanya untukku. Ini akan menyenangkan, jadi tolong manjakan
adik perempuanmu yang imut ini semanja mungkin .” ♥
Shigure meletakkan jarinya di tepi mulutnya, memamerkan
gingsulnya yang putih berkilau. [Catatan Penerjemah: Di
tempat gua, gingsul itu bahasa gaulnya gigi taring.]

Seolah-olah dia akan menggigitku dengan gingsul itu.

......Ya, sepertinya, aku mengatakan sesuatu yang tidak perlu.

Tidak diragukan lagi.

Tapi, itulah yang ingin kulakukan.


"Ah! Aku lupa membeli gorden."

Bab 7 | - Busa x Sore Hari -

Beberapa hari telah berlalu sejak aku mendapatkan seorang


adik perempuan yang terlihat persis seperti pacarku.

Shigure dengan cepat aktif di dalam kelas kami dengan


keterampilan komunikatifnya yang luar biasa. Jelas sekali
bahwa dia memiliki cara yang bagus untuk bergaul dengan
orang lain.

Di setiap waktu istirahat, dia tidak pernah sendirian dan selalu


menjadi pusat dalam sekeliling kelompok yang berkumpul.

Anehnya, dia tidak menjadikan dirinya sebagai pusat kelompok,


dan memilih posisi yang sangat netral, tidak membeli terlalu
banyak favoritisme atau permusuhan di antara lingkaran
teman-temannya,

Seperti yang dikatakan Tomoe.


Analisis kekuatan mereka dengan tepat dan kendalikan
lingkunganmu.

Ini pasti “cara hidup” Shigure. Dia sangat ahli dalam hal itu.

Hubungan kami sebagai kakak beradik berjalan dengan baik.

Aku punya cara untuk menghadapi Shigure, yang merupakan


saudari kembar dari pacarku. Itu karena aku siap menerima
Shigure, atau lebih tepatnya, kami membuat kontrak.

Sekarang, rasa malu sudah hampir hilang saat aku berinteraksi


dengannya.

Aku tidak pernah benar-benar berbicara pada gadis dengan


baik sebelum berpacaran dengan Haruka.

Aku menyadari bahwa manusia pasti akan bisa beradaptasi


ketika mereka didorong oleh kebutuhan mereka.
Namun, aku masih belum terbiasa tinggal bersama seorang
gadis.

Itu bahkan lebih merepotkan karena dia terlihat persis seperti


pacarku.

Aku tahu bahwa aku seharusnya tidak berpikir seperti ini, tapi
terkadang aku melihatnya sebagai Haruka.

Itu sebabnya aku terus menyuruhnya untuk berhenti bermain-


main, tapi dia tidak mau mendengarkanku, malah dia justru
mengatakan "Aku boleh membuatmu memanjakanku, tahu?"

Dia tidak mau mendengarkan. Aku ingin menarik kembali kata-


kata yang kuberikan secara tidak sengaja.

Tidak ada gunanya... dia melakukan apa yang dia suka.

Aku mengutuk kecerobohanku.


Meski aku mengutuk diriku sendiri seperti itu, tapi setiap kali
aku melihat wajah ceria Shigure, tidak ada yang bisa
kulakukan selain menahan kenakalannya. Aku yakin aku adalah
kakak yang baik hati.

Dan kemudian, minggu pertama sejak Shigure tinggal


bersamaku.

Akhir pekan itu, kami pergi ke toko elektronik dan membeli oven
microwave baru yang Shigure bersikeras untuk membelinya
meskipun kami sudah memiliki oven microwave biasa.

Setelah berkonsultasi untuk pengiriman rumah, kami pergi ke


supermarket untuk membeli bahan makanan dalam jumlah
besar.

Kami pun kembali ke rumah di sore hari.

"B-E-R-A-T! Onii-san, apa kau adalah iblis, kok tega kau


membuat adik perempuanmu yang rapuh membawa beban
yang begitu berat? Tolong bantu aku sedikit!”

“Aku membawa air, ikan, daging, dan. Dan kau ingin memberiku
lebih banyak sayuran?”

"Atau setidaknya labu."

“Tolong jangan beri aku barang terberat yang kau bawa.


Tanganku sudah penuh karena empat botol Cola yang kau beli.”

“Huff- Huff-”

Aku berjalan menaiki tangga apartemenku sambil


mengabaikan tangisannya yang lemah.

Tangga baja yang buruk berderit lebih dari biasanya.

Kami naik selangkah demi selangkah.


Tolong jangan rusak...

Kami berdua tiba di kamar setelah melalui pendakian yang


menakutkan.

"Kami pulang."

“Aku pulang... uff, akhirnya... capek.”

Sebelum aku menyadarinya, setelah aku kembali ke rumah, aku


mulai berkata, 'aku pulang.'

Ketika aku sendiri, aku tidak memiliki kebiasaan melakukan ini.

Ketika aku mengingat kembali kenangan lama yang tidak


berguna itu, aku meninggalkan Shigure dan masuk ke dapur
untuk menurunkan persediaan dalam jumlah besar.

"Coba lihat... aku akan mulai dengan sayuran dan menaruhnya


di kulkas."
“Tidak, tidak, tidak, tunggu sebentar, Onii-san, apa yang kau
coba lakukan?”

Shigure, yang terkapar di ambang pintu, melompat dan berlari


ke arahku dengan tergesa-gesa.

"Apa maksudmu? Aku mau meletakkan barang-barang yang


baru di beli ke dalam kulkas...”

“Sesampainya di rumah, cuci tangan dulu! Bahkan anak berusia


lima tahun tahu itu!"

"Hah? Astaga... Jangan terlalu memikirkan hal sepele!”

“...Oh! Benarkah?"

Eh? Dia hanya bergumam... itu semakin menakutkan.


Apa dia memang baru saja membuat suara itu?

“Jadi, dengan hormat, Onii-san, tidakkah kau menyentuh


otongmu hari ini, tidak sekali pun?” [Catatan Penerjemah:
mungkin yang dimaksud Shigure itu selain saat kencing, karena
setelah habis kencing kita (laki-laki) akan cuci tangan, jadi
tangan kita masih tetap steril.]

“Otong?! Kau mengucapkan kata-kata seperti itu lagi."

“Onii-san. Kita sedang melakukan percakapan serius. Jadi


jawab aku."

"Tidak, aku tidak melakukannya."

Mengangkat alisnya, dia memberi banyak tekanan padaku.

Lalu, dia pun berkata dengan nada dan ekspresi serius...

"Benarkah? Tidakkah kau melakukannya tanpa sadar? Ini masih


akhir Mei dan hari ini cukup panas. Pada hari seperti itu, Onii-
san mengenakan dalaman ketat. Apa kau tidak merasa sesak?
Menuruktu, saat kau merasa tidak nyaman dan saat aku tidak
melihat, mungkin kau telah memperbaiki posisinya... Dapatkah
kau mengatakan itu tidak terjadi?”

“Ugh, itu...”

Aku tidak tahu.

Sejauh yang kuingat, aku tidak melakukannya. Tapi aku


mungkin telah memperbaikinya secara tidak sadar.

Bagi setiap pria, itu sudah seperti bernapas.

“Jika kau pernah memperbaikinya sekali, aku tidak akan


membiarkanmu menyentuh dapur atau kulkas dengan tangan
kotor itu. Kau melakukan bentuk bioterorisme yang hebat.
Sebagai penjaga dapur, aku akan melindunginya. Aku akan
bertanya lagi. Onii-san, aku ingin kebenaran, bersumpahlah
kepada 'Dewi Langit dan Bumi'*, atas nama kakekmu dan bola
matamu, bersumpahlah bahwa hari ini kau tidak mengubah
posisi otongmu.”

"Baiklah, baiklah, baiklah! Aku akan pergi dan mencuci tangan


dulu!"

Apa yang akan kau lakukan dengan bola mataku?

Aku berdiri di wastafel untuk melepaskan diri dari tekanannya


dan mencuci tanganku dengan air.

“Harusnya kau melakukan itu dari awal. Cuci sampai ke sela-


sela kuku, oke?”

“Kau ini ibuku apa?”

"Ap kau baru saja merasakan cinta keibuanku?"

“Aku ingin tahu siapa sebenarnya yang jadi anak di sini?”


“Eii--”

Saat aku mengoleskan sabun, dia menyenggolku dengan


pantatnya.

“Beri aku ruang. Itu terlalu sempit."

“Ya, ya.”

Rumah ini bahkan tidak memiliki ruang ganti, jadi kami tidak
memiliki wastafel yang mewah.

Saat mencuci tangan atau menggosok ini, aku menggunakan


westafel ini.

Aku bergeser ke samping dan Shigure bergeser di ruang yang


kukosongi.
Dia membasuhkan tangannya ke air dan menekan botol sabun
tangan.

Tapi kemudian, Shigure memiringkan kepalanya, "Hah?"

Kemudian dia menekan botol itu beberapa kali.

Tapi hanya sedikit sabun yang jatuh ke tangannya.

"Sudah kosong."

“Ya, kupikir kita kehabisan sabun. Apa kau punya isi ulang?”

“Hei, kau tahu, aku sudah mengisinya kembali menggunakan isi


ulang tempo hari. Jadi sepertinya tidak ada isi ulang yang
tersisa.”

"Gununu, sungguh kesalahan menyerahkannya padamu."


"Aku lelah mendengar itu dari penjaga dapur."

“Mmm. Yah, mau bagaimana lagi. Hei, Onii-san, aku akan


meminjam ini darimu.”

“Eh? Apa yang akan kau pinjam~ow?”

Terkejut, suara aneh terlontar dari mulutku.

Habisnya mau bagaimana lagi.

Meskipun dia adalah adik, ketika seorang gadis tiba-tiba


memegang tanganmu, wajar untuk terkejut.

"Apa yang kau lakukan?"

"Apa maksudmu? Kau memiliki sisa sabun di tanganmu, jadi


kita akan mencucinya bersama-sama seperti ini.”
Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 3
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 3
"Itu kotor..."

“Itu tidak kotor. Aku akan mensterilkannya sekarang. Apa kau


merasa malu karena aku menggenggam tanganmu? Kau
harusnya tidak merasa seperti itu, Onii-san. Kau ‘kan punya
pacar yang cantik, Nee~san-ku. ”

Shigure menyeringai dengan wajah nakal.

Sekali lagi, aku dipermainkan.

Dengan melihat wajahnya, aku dapat melihat bahwa dia


semakin bersenang-senang. Dia sangat menikmati melihatku
yang merasa malu.

Jangan meremehkanku...
“Aku sudah memberitahumu beberapa hari yang lalu. Jangan
meremehkanku. Tidak peduli seberapa banyak kau menggodaku,
tidak akan terjerumus.”

"Oh, benarkah? Kalau begitu aku akan melakukan sesukaku ♥”


“...!”

Tangan putih licinnya mengusap tanganku.

Stimulasi itu membuat tulang punggungku menggigil.

Santuy, aku bisa menahannya.

Ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sensasi


saat aku memegang tangan Haruka.

"Hee~ Kau cukup tenang dengan itu, bukan?"


“Kau meremehkanku. Pria yang memiliki pacar tidak akan
terjerumus dengan tingkat sentuhan tubuh seperti ini.
Permainan tangan kosong semacam ini, kami melakukannya
seminggu yang lalu!”

“Itu baru-baru ini dong.... ini agak memalukan. Kupikir aku


akan bisa melihat lebih banyak lagi kelemahanmu."

Heh, aku menang.

Aku tidak mau kalah setiap saat.

Sesekali juga aku harus menang.

“Tapi setelah aku melihatnya seperti ini, Onii-san, aku bisa


melihat bahwa kau ini juga laki-laki, kan?”

"Apa maksudmu?"

"Tanganmu. Itu membuatnya jadi lebih mudah untuk diketahui


saat aku meletakkannya berdampingan. Ini jauh lebih besar
dan lebih tebal dari tanganku. Lihat."

“Yah, itu sudah jelas.”

“Eii~”

“HYA--”

Tindakan instannya membuatku lengah.

Shigure menyelipkan jarinya ke jariku dengan gerakan yang


begitu erat menggenggam kelima jarinya. Jari-jariku, yang
licin dengan sabun, terasa geli saat dia memberi kekuatan
pada genggaman itu.

Karena stimulasi ekstrim ini... tiba-tiba aku mengerang.

“Aha. Ada apa, Onii-san? Erangan yang begitu lugu dan cabul,
Itu lucu dan... agak erotis."
“~~~~!”

Reaksi menyedihkanku menyenangkan Shigure.

Jari-jarinya terjalin di sekitar tanganku seperti ular.

Setiap kali itu terjadi, *Slip*. *Slurp*. * Guchuu*. Itu membuat


suara-suara seperti itu.

Suara lengket bergema dalam keheningan dan pemandangan


berubah menjadi merah saat matahari terbenam.

“Kau kehilangan ketenanganmu, kan? Fufu, jika kau sudah


mempelajari perasaan ini dalam dirimu, bukankah perasaan ini
akan muncul kembali setiap kali kau berpegangan tangan
dengan Nee~san? Kau adalah pacar yang buruk, kan?
Memikirkan tentang saudari kembarnya saat berpegangan
tangan dengan gadis yang sangat kau cintai."
“Uh...”

Ini semakin buruk...

Kami hanya mencuci tangan, tapi itu terasa seperti aku


melakukan sesuatu yang erotis!
Dia memaksakan perasaan semacam ini ke alam bawah
sadarku. Apa aku benar-benar akan mengingat Shigure setiap
kali aku berpegangan tangan dengan Haruka? Tidak, tidak akan.

Jika aku menyuruhnya berhenti, aku takut suara aneh akan


keluar lagi.

Jika itu terjadi, dia akan menertawakanku.

Sial, bagaimana dia bisa begitu tenang?

Shigure juga menyentuh tanganku, jadi aku yakin kami berada


di bawah stimulus yang sama.

...Tidak, tidak mungkin dia bisa tenang.

Seharusnya tidak ada banyak perbedaan dalam sensitivitas


kulit manusia.
Dan tangannya juga tidak luar biasa.

Ini salahku karena terlalu pasif.

Saatnya melakukan serangan balik.

Aku akan menjadi si penyerang.

Aku akan mengubah raut wajahnya itu.

Aku pun meremas tangan Shigure dengan erat.

"Ah-"

Sekarang! Tunjukkan padaku wajah menyedihkanmu...!

Aku pun melihat wajah Shigure.


Jantungku dibuat berdegup kencang.

“~~~~sudah... itu cukup!”

“Hei, hei, Onii-san! Aku belum mencuci kukumu!"

“Aku akan mencucinya sendiri! Udah lepasin! Busamu sudah


cukup, kan?”

“Ahhhh, bersihkan busa itu.”

“Aku akan membersihkannya nanti!”

Seolah-olah mencoba melarikan diri, aku masuk ke kamar


mandi di sebelah dapur.

Tidak, bukan seolah-olah.


Aku benar-benar melarikan diri.

Karena raut wajah Shigure...

Persis seperti wajah bahagia Haruka ketika dia bersamaku.

...Jantungku berdegup kencang.

Tubuhku memanas seperti terbakar.

Saat itu aku melihat Shigure dan Haruka sebagai satu.

Bagaimana ini bisa terjadi... Mereka bercampur lagi, meskipun


aku telah benar-benar memisahkan mereka dalam pikiranku.

Dan begitu itu terjadi, aku tidak akan pernah bisa menghadapi
diriku sendiri. Aku punya perasaan seperti itu.

Mata Haruka lembab dan hangat saat menatapku dan


menghabiskan waktu bersamaku.

Ekspresi Shigure sebelumnya persis sama.

Mungkinkah...

Fantasi yang sangat sadar diri melayang di benakku.

Tapi di saat yang sama, saat aku meraih keran kamar mandi
untuk menghilangkan busa dari tanganku, sabun batang
memasuki pandanganku... Hah, itu kan...

"Hei. Setelah kupikir-pikir, mengapa kau tidak menggunakan


sabun yang di kamar mandi saja?”

“Oh, iya. Aku benar-benar lupa. Maafkan aku."

“......”
Shigure meminta maaf dengan setengah hati.

Dia membuat wajah nakal seperti biasa.

Gadis ini pasti sudah mengetahui itu.

Oh, ya ampun!

Aku hampir jatuh ke dalam rencananya.

Itulah intinya.

Tidak,

Sejak awal, tidak mungkin iblis kecil ini bisa menjadi murni
seperti Haruka.

Karena ekspresi Haruka... adalah ekspresi dari seorang gadis


yang benar-benar mencintaiku.
Mungkin saja, apa yang kulihat barusan adalah khayalan
karena matahari terbenam.

Aku yakin pasti itu.


Oh, demi Tuhan kumohon jangan goyangkan pinggulmu seperti
itu.

Garis, garis di area selangkangan itu berbentuk V.

...

Sial!

Ini buruk.

Aku harus segera memberitahunya, bahwa--

“Ce-Ce-Ceee”

Astaga, aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun!

Sial! Bagaimana aku bisa memberi tahu orang bodoh ini apa
yang terjadi?

Oh, benar!

Aku mengambil ponsel dari saku dan mengambil fotonya.

Dan hanya membaliknya dan menyodorkannya ke wajahnya.

“Sungguh memalukan. Kau bahkan mengambil foto, Onii-san.


Apa kau sangat menyukai bloomer-ku? Mau bagaimana lagi,
kau dapat memiliki foto sebanyak yang kau inginkan karena
adikmu ini sangat...!”

Dia mendekati ponselku, dan menatap fotonya, “...hmm?”

Setelah memikirkan sesuatu, dia mengusap matanya dan


melihat gambar itu lagi.

“Ju-----!?”
Dia menjerit tanpa suara. Wajahnya menjadi benar-benar
merah seolah-olah itu akan terbakar.

Shigure merebut ponsel itu dariku dengan panik dan melarikan


diri ke tepi ruangan seccepat tikus.

Setelah bermain-main dengan ponsel, dan mungkin menghapus


fotonya, dia bertanya padaku dengan takut-takut.

“Um... Apa kau melihatnya?”

“Kau tidak akan percaya padaku bahkan jika aku berbohong.


Ya, aku melihatnya, dengan jelas.”

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.”

Shigure berteriak.
Dia berjongkok di tempat dengan tangan di kepalanya.

Kemudian dia kembali ke kamarnya dengan gerakan seperti


ulat.

"Kenapa, kenapa? Kenapa aku tidak memakai bloomer di dalam?


Tidak, itu aneh. Karena aku meminjamnya dari Nee~san, itu
jelas aneh kalau tidak memakainya... oh ya, di dalam rumah
panas sekali saat aku pulang... dan aku merasa gerah. Aku
banyak berkeringat dan aku merasa tidak nyaman, jadi aku
melepasnya. Oh...”

Aku bisa mendengar suara gumaman dan dentuman dari balik


pintu geser.

Dia malu karena dia menunjukkan celana dalamnya di depanku.

Pada akhirnya, Shigure tidak keluar dari kamarnya hari itu.

"Mereka bilang takdir akan mendatangimu". Itulah cara Tuhan


menghukumnya.
Itu hukumannya karena mencoba menguji cintaku pada Haruka.

...Tapi, ternyata kau juga memiliki konsep rasa malu.

Itu adalah kejutan terbesar sebagai kakak.


Secara mendadak…

"Ping~pong!!"

“……..!!!!!!!!!!!”

Kami segera berpisah dengan momentum yang luar biasa.

Rangsangannya surut seolah disiram air dingin.

Kami berpaling dari satu sama lain…

"Ha-ha, itu momen yang luar biasa, seperti manga yang


kupinjamkan kepadamu kemarin."

“Oh. Apa hal seperti itu mungkin… dalam kehidupan nyata?”

“Aku akan kembali sebentar lagi.”


"Ya... tentu."

Aku merasa seperti aku baru saja melewatkan momen yang


menentukan.

Aku hendak memeluknya dengan tangan ini.

Tidak... suasananya benar-benar pas untuk ciuman.

Argh! Kenapa bel harus berbunyi??

Itu menyebalkan.

Aku akan mengutuk mereka sampai mati jika mereka berasal


dari perusahaan asuransi, NHK, atau semacamnya.

Ya Bapa! Aku berharap mereka ditendang sampai mati oleh


kuda.
“Oh, Papa! Tidak, maksudku, selamat datang kembali.”

Ayahnya?

"Aku pulang, Haruka."

"Ada apa? Kau tidak pernah membunyikan bel.”

“Aku senang bisa pulang lebih awal untuk pertama kalinya


setelah beberapa lama. Sayangnya, aku meninggalkan kunci
rumah di mejaku. Syukurlah kau ada di rumah.”

Aku mendengar suara seorang pria.

Jika aku mendengarnya dengan benar, maka…

"Ayah Haruka sudah pulang."


.
.
.
“Hmm? Aku tidak mengenali sepatu ini. Apa temanmu ada di
sini?”

“Bukan temanku, kau tahu, maksudku… aku sudah


memberitahumu sebelumnya…”

“Oh! Pacarmu yang namanya Hiromichi, kan?”

"Ya, itu benar. Karena ujian, aku memintanya untuk


membantuku belajar.”

"Ah! Maafkan aku. Apa aku tidak mengganggu kalian?”

"Ya, ayah mengganggu."

“Sedih sekali mendengar kebenaran dari putri tercintaku. Oh


iya, kalau begitu, aku harus menyapanya demi putri imutku
yang selalu mengurusku dengan baik.”
Hii-

Aku berteriak tanpa suara terhadap suara dan langkah kaki


yang mendekat.

Ini perkembangan yang begitu mendadak! Aku sama sekali


tidak siap untuk ini!

Apa yang harus kukatakan saat aku bertemu dengan ayah


pacarku?

Biasanya, dalam situasi seperti ini, aku bertanya kepada Om


Google… tapi sekarang aku tidak punya waktu.

Kemudian, seorang pria paruh baya bertubuh tinggi masuk dan


menatapku melalui kacamata hitamnya.

"Selamat sore. Kau pasti pacar putriku, Hiromichi, kan? Aku


ayah Haruka. Senang bertemu denganmu.”
"Y-ya! Selamat sore! Aku Hiromichi Sato!”

Aku buru-buru berdiri dan membungkuk.

Aku tidak mungkin berani menjawab ayah pacarku sambil


duduk.

Tapi pikiranku kosong. Hanya suara detak jantungku yang


bergema di pikiranku.

Apa yang akan terjadi? Apa yang harus kukatakan kepada ayah
pacarku dalam situasi ini?!

Baiklah, pertama… em, em, em, em, em… Mulai dengan


sapaan…

“Aku akan menjadikan putrimu gadis paling bahagia di dunia.”


Ups, ini berbeda…?

Ya, itu klasik! Maksudku, ini seperti scene dari komik atau
anime.

Tapi bukan itu yang ingin kukatakan...

"Hahaha! Apa kau tidak melompati banyak hal? Aku ingin


mendengar kalimat itu lagi saat kau dewasa."

Ayah Haruka menertawakan sapaan informal yang terlintas


dalam pikiranku.

“Eh—!”

Tidak… mungkin dia mengira aku aneh.

"Tapi sangat bagus untuk memiliki rasa tanggung jawab."


"Apa…?"

"Iya. Saat aku mendengar bahwa putriku punya pacar, sebagai


ayah, aku khawatir kau akan menjadi orang seperti apa, tapi
sekarang melegakan. Kau tidak memiliki rambut yang diwarnai
atau tindik apa pun. Kau terlihat sangat serius dan tulus.”

Anehnya, kesalahanku diterima dengan baik oleh ayahnya.

Kalau dipikir-pikir, Haruka juga senang saat aku menyebutkan


kalau aku akan datang.

Keduanya, ayah dan putri, mirip.

“Aku senang bertemu denganmu. Aku bertanya-tanya


bagaimana harus berurusan denganmu jika kau memiliki
rambut emas atau merah. Anak laki-laki yang mewarnai
rambut dan menindik telinganya jelas bukan pria yang baik,
terutama di usiamu.”

“…”
“Bagaimana menurutmu, Hiromichi? Aku berpikir hendak
membawa putriku keluar untuk makan malam karena aku akhir
-akhir ini tidak pulang lebih awal. Apa kau ingin ikut dengan
kami? Sudah hampir waktunya untuk pergi.”

Saat aku melihat jam, sudah sekitar pukul 18:30.

Sebelum aku menyadarinya, cukup banyak waktu telah berlalu.

Tapi,

“Terima kasih atas tawarannya, tapi keluargaku


menungguku…”

Aku menolak.

Dia tidak tahu tentang undangan ini… dan sudah mulai


menyiapkan makan malam untuk kami berdua.
Terlalu buruk untuk seseorang yang hanya ingin makan.
Meskipun itu undangan, aku tidak bisa menyia-nyiakan
masakannya.

Bagaimanapun, aku masih tidak nyaman dengan gagasan


makan malam dengan ayah pacarku.

Waktunya pulang…

"Baiklah, aku akan pergi."

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa jika kau berpikir seperti itu.


Sangat penting untuk bersenang-senang dengan keluargamu.
Kita akan makan di lain waktu. Haruka, antar Hiromichi
kedepan.”

"Iya…"

Jadi, aku pulang setelah berpisah dengan Haruka yang


melambaikan tangannya.
Saat aku hilang dari pandangannya, rasa lelah melanda
tubuhku.

Sejujurnya… aku benar-benar kelelahan.

Ini pertama kalinya aku ke rumah pacarku, lalu


menyembunyikan celana dalamnya, dan akhirnya bertemu
ayahnya.

Banyak hal terjadi sekaligus. Ini adalah hari yang berat.

Yah, aku senang dia orang yang baik seperti Haruka.

Sekarang kupikir-pikir, ayahku juga adalah ayah tiri Shigure…


dan aku benar-benar lega bahwa tidak ada kesamaan di
antara keduanya.

Hanya saja dia orang seperti itu…


“Anak laki-laki yang mewarnai rambut dan menindik
telinganya jelas bukan pria yang baik, terutama di usiamu.”

Kata-katanya yang menyengat dengan rasa jijik meninggalkan


kesan yang kuat padaku.

Bab 10 | - Serangan Kejutan x Manisnya Cinta -

"Sipp, PR gadis SMA untuk hari ini sudah selesai."

Saat itu sekitar jam sepuluh malam.

Setelah menyelesaikan PR-nya, Shigure melemparkan pensilnya


ke atas meja.

"Lelah? Tapi, kau kan sangat cepat."

"Onii-san! Selesaikan PR-mu dengan cepat. Dan setelah itu ayo


main Mario Kart, MARIO KART. Atau, kalau kau mau, kau boleh
menyalin PR-ku."

“Tidak, itu tidak perlu.”

"Kasarnya. Apa menurutmu aku menjawab pertanyaan dengan


salah?"

"Tidak, maksudku, memangnya PR itu gunanya apa? PR tidak


dimaksudkan untuk disalin tahu."

"Kau ini sok bijak lagi. Kau sangat ketat, membuatku


terdengar seperti gadis SMA yang bodoh."

"Aku tidak peduli."

Ngomong-ngomong, aku tidak membuat banyak kemajuan di


pihakku.

Hari ini, aku memiliki banyak PR untuk setiap mata pelajaran.


Aku bisa merasakan maksud yang jelas dari program pelatihan
khusus untuk tidak membiarkan kami beristirahat selama ujian
tengah semester.

"Aku harus belajar untuk besok setelah mengerjakan PR. Kalau


kau mau main gim, mainkan saja sendiri."

"Apa? Membosaaaaaankan! Bukankah menyenangkan bermain


gim dengan orang yang dekat denganmu?"

"Hmm. Lalu kenapa kau tidak belajar juga?"

"Apa gunanya belajar dan mengulas materi? Aku bisa


memahami dan mengingat sesuatu setelah hanya
mendengarnya sekali."

"Jika kau mengatakan itu selama lagi musim-musimnya ujian,


kau akan terbunuh."
"Menurutku, jika mereka tidak bisa berbuat sebanyak itu, apa
yang mereka lakukan di Kelas Khusus?"

Begitu ya, jadi itu yang kau rasakan.

Yah, kemampuan berkonsentrasi tiap orang memang berbeda.

Ada orang di dunia ini yang bisa menghafal sejumlah besar


angka dan huruf hanya dengan melihatnya sebentar, dan
Shigure mungkin salah satu dari orang-orang itu.

"Gadis SMA yang cantik sepertiku tidak perlu diajari. Aku telah
menjadi pemenang sejak aku lahir. Dan tidak masuk akal bagi
seorang pria untuk mengajariku apa pun."

"Jangan terlalu percaya diri. Shigure."

"Ya-ya. Terima kasih telah mengingatkanku, Onii-san yang


nyaman dijadikan sandbag."
"Ah! Sama-sama."

Bahkan kakakmu ini (MC) muak dengan itu.

Aku tidak yakin bagaimana pacarnya akan mengurusnya.

Aku merasa kasihan pada pria malang itu. Hanya orang tolol
yang akan tertipu oleh wajahnya. Hanya aku yang tahu sifat
sebenarnya dari iblis ini.

"Tidak seperti Shigure-san yang merupakan idol yang cerdas,


aku perlu belajar dan mengulas materi karena aku tidak
kompeten atau sepintar itu. Tapi ayolah, jangan berisik dan
tonton TV saja sana, hus-hus."

"Seorang idol cantik yang terlihat seperti pacarmu


mengundangmu untuk bermain dengannya. Kau benar-benar
tidak menyenangkan. Booo~."

"Tidak mungkin, kau bukanlah Haruka."


"Jika aku menjadi Nee~san, apa kau mau bermain denganku?"

"Apa gunanya membicarakan sesuatu yang mustahil?"

"Umm... Oke. Kalau begitu, mari pikirkan sesuatu yang bisa kau
mainkan sambil belajar."

Hah?

Shigure mengedipkan mata dan mencibir dalam senyum


nakalnya yang biasa.

"Ini kontes menatap. Aku akan menatapmu, dan jika kau


kehilangan konsentrasi, maka kau kalah."

"Tidak, aku tidak mau."

"Aku akan melakukannya meskipun kau tidak mau. Oke kutatap


loh ya."

Dia memulai tanpa izinku. Sungguh menyebalkan.

Shigure meletakkan sikunya di atas meja dan menatapku


dengan dagu di atas tangannya.

*Menatap...*

Agak memalukan saat kau ditatap dengan intens.

Dia terlihat persis seperti Haruka kesayanganku, aku jadi


sangat senang sekarang.

Aku mencoba yang terbaik untuk berpaling dan berkonsentrasi


pada belajarku.
Fokus. Jangan lihat iblis kecil ini.

Tapi meski aku tidak melihatnya, aku bisa merasakan


tatapannya

Aku menatap buku catatanku dengan mempersempit bidang


penglihatanku.

Dengan lengannya di atas meja, dagu di atas tangannya,


dengan mata menatap ke arahku. Di bawah bulu matanya yang
lentik ada pupil besarnya yang mencerminkan sosokku

......Sial, gadis ini sangat cantik.

Tidak heran dia menyebut dirinya gadis SMA yang cantik.

Dia terlihat seolah-olah dia tahu bagaimana memanfaatkan


sepenuhnya potensi yang dia miliki. Untuk ini saja, Shigure
berada di atas Haruka, Kuharap Haruka bisa meniru dia. Jika
saja aku tidak memiliki Haruka sebagai pacar, aku mungkin
sudah klepek-klepek karena Shigure.

Tapi, aku sudah memiliki Haruka.

Ini akan menjengkelkan jika aku membiarkan iblis kecil ini


mengangguku dan membubarkan konstrasiku.

Aku menatap buku catatanku dengan mempersempit bidang


penglihatanku.

Ini memiliki efek tertentu.

Aku jadi bisa menyelesaikan beberapa pertanyaan.

"??"

Namun, jari putih muncul dari atas pandanganku.


Shigure!!

Aku melakukan yang terbaik untuk mengabaikannya.

Saat aku terus mengabaikannya, dia menggaruk tepi buku


catatanku dengan kuku mengkilapnya.

Atau, lebih tepatnya, dia menunjukkan sesuatu.

*Garuk*

Aku telah mencapai akhir dari kesabaranku pada titik ini.

"Oof! Menyebalkan sekali! Kau maunya apa sih?"

"Yay, aku menang. Sekarang jangan pikirkan mengapa kau


kalah dan bermainlah denganku."

"Itu curang! Kau melakukannya dengan sengaja?"


"Ngomong-ngomong, kau salah menghitung, kau menghitung 6
sebagai 9."

"Bagaimana bisa begitu?"

*Menatap*

Dia benar!!

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 8
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 8
Hah? Aku melihat ke titik di mana dia menggaruk dan
memperhatikan bahwa ada kesalahan dari awal rumus.

Mungkin itu karena penglihatanku terlalu sempit.

Aku menjerit dan menyelesaikan rumus lagi dari awal.


Melihatku seperti itu, Shigure terkejut.

"Onii-san !! Kau adalah siswa yang rajin, kan? Bahkan jika kau
punya waktu luang, kau tetap belajar. Apa kau pernah
nongkrong dengan teman-temanmu?"

"Bukannya aku tidak nongkrong dengan teman-temanku, tapi


belakangan ini mereka tidak punya banyak waktu."

Biasanya, aku akan menghabiskan sepanjang malam bermain


gim dengan Tomoe di rumah ini. Tapi dengan Shigure pindah ke
sini, ujian tengah semester akan datang, pekerjaan paruh
waktu Tomoe dan jadwal aktivitas klub Takeshi yang tidak
menentu, aku tidak memiliki banyak peluang belakangan ini.

"Aku berencana bekerja paruh waktu selama liburan musim


panas untuk membelikan Haruka hadiah ulang tahun. Aku juga
ingin menghadiri kelas musim panas, jadi ini masalah
menyeimbangkannya."
"Apa yang akan kau lakukan dengan semua pembelajaran itu?
Apa kau memiliki tujuan dalam pikiranmu?"

"Tidak."

Aku menggelengkan kepala.

Tidak ada alasan seperti itu.

Tujuanku adalah untuk masuk ke Universitas Nasional yang


baik, tapi bukan berarti aku ingin melakukan sesuatu yang
spesifik.

Aku hanya...

"Aku tidak tahu ingin menjadi apa atau apa yang ingin
kulakukan. Aku hanya belajar."

"...?"
"Ayahku dulu pernah bilang, Jika kau menemukan mimpi,
lakukanlah dengan sekuat tenaga. Dalam beberapa kasus, kau
bahkan bisa putus sekolah. Tapi jika kau tidak dapat
menemukan mimpi tertentu, pelajari saja. Dengan begitu, saat
kau menemukan apa yang ingin kau lakukan suatu hari nanti,
pendidikanmu tidak akan menjadi halangan."

"Sungguh? Aku tidak bermaksud kasar, tapi itu pendapat yang


baik dari ayahmu."

"Itu benar. Ya, aku mendengar bahwa ayahku ingin menjadi


sarjana dinosaurus setelah dia mendapat pekerjaan. Kurasa
dia menghadapi banyak masalah setelah itu."

Seingatku, dia berhenti dari pekerjaannya di sebuah pabrik,


dan setelah empat tahun mengembara, dia masuk Universitas
Tokyo saat dia berusia lebih dari tiga puluh tahun, dan
kemudian belajar di universitas di Kanada.

Sejujurnya, kupikir dia cukup mengesankan. Fakta bahwa pria


paruh baya seperti dinosaurus holic mampu mencari nafkah
dengan melakukan apa yang dia sukai, bahkan jika dia harus
melakukannya dengan cara yang berlika-liku, mungkin itu
karena latar belakang akademisnya.

"Aku mungkin tidak memiliki bakat apa pun. Tapi aku bisa
berprestasi di bidang pendidikan meski aku tidak punya bakat.
Aku percaya orang-orang sepertiku harus belajar."

Bagaimanapun juga, pendidikan atau ujian masuk universitas


adalah dunia dengan jawaban pasti.

Ada solusi pasti dan jalan pasti untuk diambil.

Karena itu, kau bisa sukses dengan kerja keras dan ketekunan.

Ini tidak seperti olahraga, seni, atau akademisi, di mana orang


dibagi menjadi dua antara mereka yang bisa dan mereka yang
tidak bisa.

"Dan bahkan jika aku tidak dapat menemukan apa yang ingin
kulakukan, di negara ini, selama kau lulus dari universitas yang
bagus, kau dapat menjadi karyawan tetap di perusahaan top
atau pejabat pemerintah, bahkan meskipun kau sama sepertiku
yang tidak pandai dalam suatu hal. Dan juga, setidaknya aku
tidak mau Haruka memiliki kehidupan yang buruk nantinya."

"Eh. Bukankah terlalu dini untuk itu? Tekad seperti itu!"

"Itu masih lebih baik daripada tidak sama sekali."

Shigure mundur.

Aku ingin tahu apakah ini aneh dari sudut pandang seorang
gadis.

Aku tahu masih terlalu dini untuk memikirkannya, tapi jujur


saja, menghabiskan waktu dengan pacar tanpa memikirkan
masa depan cukup sulit bagiku.

Jadi kupikir aku melakukannya dengan baik. Dan di atas


segalanya, aku menjadi diriku sendiri.
"Oke! Mau bagaimana lagi. Aku tidak ingin mendengar itu lagi.
Nah, apa kau mau dibuatkan sesuatu?"

Shigure berjalan menuju dapur dan meletakkan ketel di atas


kompor.

Kurasa dia mau membuat kopi.

Dia sepertinya sudah menyerah.

...Yah, aku tidak begitu naif.

Aku tahu itu salah satu tipuannya.

Dia membuatnya tampak seperti dia mundur, tapi dia


membangun kekuatannya untuk menyerangku lebih keras.

Begitulah seharusnya.
Itu sebabnya aku tetap waspada.

Setelah beberapa waktu, Shigure kembali dari dapur.

Aku tahu itu.

Tapi aku tidak akan lengah, aku tidak bisa membiarkan dia
menyerangku.

Aku memelototinya dengan sekuat tenaga.

Aku mencoba untuk menanamkan rasa takut padanya sehingga


aku bisa mengendalikan situasi.

"Nah. ini untukmu Onii-san."

"...Eh?"
Dia menawariku sebuah cangkit.

"Kupikir akan lebih baik tidak menaruh susu dan gula jika kau
belajar, jadi aku membuatnya tetap menajdi kopi hitam."

"Apa kau membuatkan yang ini untukku?"

"Ha!? Tidak ada masalah ‘kan entah itu kau merebus air untuk
satu atau dua orang."

Dia duduk di depanku dan menyalakan TV, mengecilkan volume


dan mulai menonton sambil menyeruput kopi dari cangkirnya.

Mungkinkah dia benar-benar menyerah?

Aku meragukannya, tapi dia terus menatap TV.

"Ngomong-ngomong, itu memang kerja keras, tapi aku suka itu.


Aku percaya seorang pria yang berpikir tentang masa depan
jauh lebih baik daripada monyet yang tidak memikirkan
apapun."

"...Oh, oh. Terima kasih."

Sejujurnya, aku sedikit senang mendengarnya.

Aku telah benar-benar didetoksifikasi. Aku menyesap kopi


hitam yang dibuatkan untukku.

"... !!"

Saat itu, aku hampir menumpahkan kopinya.

"Apa ini... ini terlalu manis."

"AHA Itu pasti rasa dari cintaku!"

"Kau berbohong! Kau memasukkan lima kubus gula ke


dalamnya!"
"Itu cinta Onii-san, cinta..."

Shigure tertawa puas.

Jika aku menunjukkan sedikit kelemahan, inilah yang terjadi.

Itu adalah cinta yang berbahaya.

Aku terkejut, tapi jika saya akan terus belajar, lebih baik
mengonsumsi gula dengan kafein untuk meningkatkan kerja
otak.

Setelah menyeruput kopi manis, aku kembali mengerjakan PR.

Meski terlalu manis, itu tetap enak.


Bab 11 | - Cinta x Prasangka -

"Ta-da! Lihat ini, Hiromichi-kun!"

Sekarang ini adalah awal bulan Juni, dan aku baru saja
menerima hasil ujian tengah semesterku.

Saat makan siang, Haruka memanggilku ke kafetaria dan


dengan bangga menunjukkan lembar jawabannya begitu kami
sampai di meja. Nilai tertingginya ada di angka 80-an dan
terendah ada di angka 50-an. Skor rata-rata mungkin 70-an.

"Aku mendapatkan nilai tertinggiku dalam ujian tengah


semester ini. Ini semua berkat pelajaran sepulang sekolah
bersama Hiromichi-kun!"

Haruka berterima kasih padaku dengan senyum lebar.

Metode belajarku yang buruk cocok untuk Haruka, dan itu


memberinya hasil terbaik.

Dia saudari kembar Shigure, jadi sebaiknya percaya bahwa


otaknya jauh lebih baik dariku.

"Aku senang melihat kurangnya kecerdasanku telah


membantumu."

"Hari ini adalah pesta kemenangan. Aku yang akan mentraktir.


Katakan saja apa yang ingin kau makan. Aku akan
membelikannya untukmu."

"Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Aku sangat senang


belajar bersamamu."

Itu kebenaran yang jujur.

Aku selalu ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan


pacar tercintaku. Jadi itu saja sudah sepadan.
Aku bilang begitu, tapi Haruka tidak setuju.

"Aku juga bersenang-senang, tapi aku juga mendapatkan nilai


bagus. Jadi, bisakah setidaknya biarkan aku mentraktirmu.
Selain itu, jika kau terus melakukan sesuatu untukku, aku tidak
akan bisa... Aku tidak akan bisa meminta bantuanmu lain kali."

"Iya, iya, aku setuju."

Aku ingin kau mengandalkanku sepanjang semester berikutnya


dan dua semester berikutnya.

Atau lebih tepatnya, aku ingin dia mengandalkanku selama sisa


hidupnya.

Jadi aku tidak punya pilihan selain menerima traktiran Haruka.

"Baiklah, aku akan memesan dua roti Yakisoba dan dua


Genkotsu Menchi." [Catatan Penerjemah: Genkotsu Menchi atau
daging giling goreng.]
"Ok sippp! Haruka, akan memenuhi tugasnya!"

Haruka memberi hormat yang lucu dan melompat ke kantin


sekolah.

Imut.

Aku merasa bahagia hanya dengan melihat sosoknya yang


melompat.

Sungguh suatu keberkahan... Haruka membelikanku roti.

Gadis secantik itu mencoba melakukan sesuatu untukku, itu


membuatku bahagia.

Itu mengagumkan. Aku senang aku masih hidup.

“Ada apa dengan wajah tolol itu?”


"Uwaaaa?"

Begitu aku mendengar suara Haruka, aku berbalik karena


terkejut.

Di sana, Shigure, yang terlihat persis seperti Haruka, tapi


mengenakan seragam yang berbeda, berdiri dengan nampan
set makanan di kedua tangannya.

"Fiuh... Ada apa Shigure?"

"Apa-? Kau ini kasar sekali terhadap adik perempuanmu yang


imut."

Aku tidak yakin apakah itu karena kafetaria yang ramai atau
sesuatu yang lain, tapi Shigure memperkenalkan dirinya
sebagai adik perempuanku tanpa menyembunyikannya.

Kemudian matanya yang besar menangkap lembar jawaban di


atas meja.

"Itu? Apa itu lembar jawaban Nee~chan?"

"Ya."

"Hou~. Dia selalu benci belajar, tapi sekarang dia mendapat


nilai yang cukup tinggi."

"Aku pernah mendengar bahwa dia biasanya di ambang


kegagalan, tapi kali ini dia belajar dengan sangat giat.
Bersamaku."

"Oh. Jadi begitu. Apa ini seperti belajar bahasa luar negeri
supaya bisa dapat pacar luar negeri? Ngomong-ngomong, di
mana pemilik lembar jawaban ini?"

"Katanya dia akan membelikanku makanan sebagai ucapan


terima kasih karena telah mengajarinya untuk ujian tengah
semester, jadi dia ada di sana."
Aku menunjuk ke Haruka yang saat ini berjuang dengan
kerumunan orang di konter.

Shigure menghela nafas berlebihan.

"Senang rasanya menjadi seorang moocher*, merampas uang


pacarmu tepat setelah mulai berpacaran." [Catatan
Penerhemah: ,紐 ひも = pria yang secara finansial bergantung
pada wanita.]

"Gak gitu woy. Ini adalah hadiah untukku."

"Yah, itu mungkin saja karena pacaramu adalah Nee~chan.


Baiklah, lebih baik aku pergi secepat mungkin."

"Apa? Kenapa?"

"Bukan ide yang bagus untuk bertemu Nee~chan saat kita


bersama. Akan berakibat fatal jika lidahmu keceplosan."
"Aku tidak sebodoh itu. Mengapa kau tidak makan siang dengan
kami? Aku yakin Haruka akan senang."

"Dengan wajah tololmu itu, sulit menahan keinginan untuk


tidak mempermainkan dirimu."

"Kalau begitu pergi sekarang juga, Hus-hus."

Tidak baik reputasiku sebagai pacar dipermainkan oleh adiknya


di depannya.

Jadi, aku mengusirnya dengan tanganku.

Tapi aku agak terlambat.

"Ah! Shigure! Ya-ho!"

"Aku tertangkap..."
Haruka kembali dengan makan siang yang telah dia beli, jauh
lebih cepat dari yang kami duga.

Haruka kembali ke meja dan menempatkan pesanan di depanku.

“Ini dia, dua roti Yakisoba dan dua Genkotsu.”

"Oh, terima kasih."

"Shigure, apa kau mau makan siang?"

"Ya, Hiromichi-san duduk sendirian di meja untuk empat orang,


jadi aku bertanya padanya apakah aku boleh makan
bersamanya, karena aku tidak punya teman."

"Jadi begitu."

"Begitulah. Kalau begitu aku tidak ingin mengganggu kalian,


jadi aku akan mencari tempat lain." kata Shigure dan mencoba
pergi.

Tapi, Haruka menahannya.

"Eh. Tidak. Ayo makan bersama, Shigure."

"Maaf, tapi aku akan menahan diri untuk tidak melakukan itu.
Aku tidak ingin menjadi obat nyamuk."

"Tapi meja lainnya sudah penuh loh."

"..."

Aku melihat sekeliling kafetaria dan melihat bahwa itu lebih


ramai dari sebelumnya, terlebih lagi semua kursi telah terisi
kecuali meja kami.

Saat aku berbicara dengan Shigure beberapa menit yang lalu,


masih ada ruang yang tersisa. Dari mana orang-orang ini
berasal dengan timing setepat ini?

Aku sangat ingin dia makan bersama kami. Dan dia sudah
membelikan makanan kelas A.

"Hiromichi-kun. Apa kau keberatan jika dia makan dengan


kita?"

"Sama sekali tidak. Aku tidak keberatan. Di sini, duduklah


Shigure."

"Lihat, dia tidak keberatan. Sekarang, apa kau mau tetap di


sini?"

"Oke... terima kasih telah menerimaku di sini..."

Setelah mengakui kekalahannya, dia duduk di sebelah Haruka


dan secara diagonal menghadapku.

Setelah itu dia menatapku dengan tajam.


[Catatn Penerjemah: Komunikasi mata.]

Shigure: Mengapa kau tidak menolak?

Hiromichi: Aku tidak mau. Tidak ada kursi lain. Aku ini tidak
berpikiran sempit tahu.

Shigure: Kau kan bisa bilang, "Aku ingin menghabiskan waktu


bersamamu". Pria yang tidak berguna*... tsk.

Hiromichi: Haruka tidak akan senang dengan itu.

Shigure: Yah, itu mungkin benar, tapi...

Seolah tidak ada keberatan, Shigure tidak menyalahkanku


lebih jauh atas keputusanku.

Dia saudari kembarnya Haruka, jadi kurasa dia mengerti


Haruka lebih baik dariku.

Hiromichi: Demi Tuhan, jangan permainkanku di depan Haruka.


Aku harus menjaga martabatku sebagai pacarnya.

Shigure: Aku tahu. Meskipun aku tidak peduli dengan


martabatmu, aku tidak ingin membuatnya merasa tidak
nyaman. Tahan lidahmu, oke.

Hiromichi: Ya-ya. Aku akan berhati-hati.

*Krak*

Sebuah percikan api terbentuk di tengah percakapan mata ke


mata kami.

Sejak kami tinggal bersama, aku merasa sudah terbiasa


berkomunikasi dengannya dalam berbagai cara.

Tapi dia ini benar-benar bermuka dua. Di rumah, dia


membuatku kesal, tapi saat di sekolah, dia adalah adik yang
bisa diandalkan. Tetap saja, Haruka adalah yang paling penting
baginya.

Kami bertiga makan siang bersama.

Topik utama obrolan kami adalah ujian tengah semester.


Shigure adalah orang pertama yang mengemukakannya. Dia
mencoba untuk memimpin percakapan agar tidak menjadi
masalah pribadi. Tindakan yang sangat cerdas.

Aku mengambil inisiatif dan bergabung dalam percakapan,


terutama mengeluh tentang para guru. Dengan cara ini,
istirahat makan siang berjalan lancar.

Tapi, tapi...

Di akhir istirahat makan siang, Haruka mengemukakan topik


yang menurutku agak sulit untuk ditangani.

"Ngomong-ngomong, Hiromichi-kun dan Shigure, kalian duduk


bersebelahan, kan? Kalian berdua sangat dekat."

"...!"

Aku terkejut.

Bagaimana dia bisa mendapatkan gagasan bahwa kami


berteman baik hanya karena kami duduk bersebelahan?

Yah, memang tidak ada yang salah dengan itu. Tapi sedikit
kecurigaan bisa menyebabkan Haruka menjadi paranoid. Tidak
apa-apa jika aku mengarahkan kecurigaannya padaku. Tapi
aku takut menyakiti perasaannya. Tapi di sini aku harus jelas.

"Yah, tidak seperti itu, Kami benar-benar tidak cocok*—"


[Catatan Penerjemah: ⽝猿の 仲 (seperti monyet dan anjing).]

"Dia bercanda, kami berteman sejauh biasanya kami saling


menyapa di pagi hari. Kami jarang berbicara akhir-akhir ini
karena aku berganti kursi setelah ujian tengah semester."
Aduh! Dia menendang kakiku dengan sangat akurat!

Saat aku mengalihkan pandangan untuk memprotes, Shigure


memelototiku.

Shigure: Apa kau ini tolol, Onii-san? Sangat sulit bagi seorang
wanita untuk memiliki pacar yang tidak akur dengan teman-
temannya. Terlebih lagi, aku adalah saudari kembarnya. Apa
kau mungkin ingin Nee~san membencimu?

Eh, benarkah begitu?

Sebagai seorang pria, aku tidak keberatan jika pacarku tidak


baik dengan teman-temanku. Aku bahkan tidak tertarik pada
pacar temanku. Apa hanya aku yang berpikiran seperti itu?

Shigure: Tidak perlu terlalu jauh, jadilah seorang teman. Oke.

Hiromichi: Maafkan aku. Terima kasih untuk bantuannya.


Memang benar, jika kebohongan terlalu berbeda dengan
kenyataan, itu akan mudah terungkap.

Aku berterima kasih kepada Shigure atas tindak lanjutnya


dengan menunduk ringan.

Namun,

Haruka, yang sepertinya tidak yakin dengan kata-katanya,


memiringkan kepalanya.

"Begitukah? Kupikir kalian adalah teman baik."

"Oh, kenapa menurutmu begitu?"

"Karena, Hiromichi, kau terus memanggilnya 'Shigure'. Butuh


waktu cukup lama bagimu untuk memanggilku dengan nama
depanku, 'Haruka'. Itulah seberapa baik kita bergaul,
menurutku sih."
Saat itu, sebuah tendangan menghantam di tempat yang sama
seperti sebelumnya.

Shigure: Dasar tidak berguna. Itu sebabnya aku tidak ingin


makan siang denganmu.

Hiromichi: Maafkan aku.

Tidak ada alasan. Itu jelas salahku. Aku biasa memanggilnya


"Shigure" di rumah, jadi aku tidak menyadarinya. Ini buruk.
Aku saja butuh waktu dua minggu untuk memanggil Haruka
dengan nama depannya. Aku dalam keadaan darurat...

Bagaimana aku bisa menjelaskan ini padanya?

"Nee~chan. Aku tidak yakin harus berkata apa, tapi aku yakin
nama belakang Hiromichi-san adalah Sato juga. Rasanya aneh
memanggil namaku sendiri, jadi kami memanggil satu sama
lain dengan nama depan kami. Ini tidak seperti kami sangat
dekat atau semacamnya."
"Oh, begitu ya. Aku hanya memanggilmu Shigure, jadi aku lupa,
tapi Shigure sekarang menjadi Sato-san, kan?"

Shigure-san...!

Aku tidak tahu bagaimana kau bisa menemukan cara yang


begitu nyaman untuk keluar dari situasi! Tapi sejujurnya, aku
sangat bergantung padamu.

Sampai membuatku merasa wajar untuk memberinya honorific


-san.

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 6 Bagian 1
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 6 Bagian 1
Jika dia bersedia membantu sebanyak ini, maka kupikir aku
bisa keluar dari situasi ini.

Itulah yang kupikirkan.


"Tapi aku ingin kalian berdua lebih akrab."

Haruka mengungkapkan ketidakpuasannya dengan hubungan


tipis kami.

Itu adalah reaksi yang tidak terduga.

Tidak disangka seorang gadis ingin pacarnya bergaul dengan


saudari kembarnya, yang terlihat persis seperti dia.

Shigure juga sedikit terkejut dan bertanya kenapa.

"Kenapa?"

"Karena Shigure dulu sangat pemalu."

"Apa? Aku?"
"Menurutku dia tidak pemalu."

"Tidak. Dilihat sekilas, kau terlihat ramah dengan semua orang,


tapi kau tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke dalam
hidupmu. Kau tidak keluar atau bergabung dengan lingkaran
teman mana pun. Itulah rasa malu."

Ya, itu benar.

Meskipun dia ramah, dia tidak akan mencoba untuk terlibat


lebih dari itu.

Itu bisa disebut rasa malu.

"Jadi aku khawatir kau akan diisolasi setelah pindah sekolah,


tapi sekarang kau berhubungan baik dengan Hiromichi-kun,
aku merasa lega. Karena dirinya sangat bisa diandalkan!"

*BAM*
Pada saat itu, Shigure dan aku sama-sama terkejut.

Itu tidak mungkin. Dan mengapa aku bisa diandalkan?

Shigure: Pfft, Kukuku. Tampaknya kau telah menipunya dengan


sangat baik. Onii-san-ku yang nakal."

Hiromichi: Aku mengerti perasaanmu, tapi tolong jangan


tertawa. Kau tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman
kan? Kau harus membantuku.

Shigure: Ya, ya, aku mengerti. Itu sedikit kejutan, tapi aku
akan memperbaikinya.

Shigure meneguk sup Miso dari set makan siang kelas A. Lalu,
dia memasang senyum polos (palsu) di wajahnya dan menatap
Haruka.

"Hm... Itu benar. Aku sempat gugup saat pertama kali datang
ke sekolah ini, entah karena aku adik Nee~chan atau bukan,
tapi saat itu dia membantuku dengan banyak hal... ITU... ITU...
ITU MENYENANGKAN."

Uwaa... dia menyebalkan. Keterampilan aktingnya benar-


benar omong kosong.

"Jadi begitulah. Apa kau mau terus bergaul dengan Shigure?"

"Tentu saja."

Lagian aku kakak laki-laki Shigure.

"Houhou—"

Haruka bersorak pada jawaban yang cepat ini, tapi segera


menunjukkan wajah yang tidak nyaman.

"Oh, tapi... Aku sedikit cemas."

“Kenapa kau cemas?”


"Karena jika Shigure mengetahui betapa baik dan kerennya
dirimu, dia mungkin akan jatuh cinta padamu."

"*Uhuk* *uhuk*!"

Di tenggorokan! Adonan genkotsu... menempel di


tenggorokanku.

Apa yang harus kulakukan? Pacarku terlalu imut.

Tidak, aku tersanjung! Aku suka ketika dia berbicara kepadaku


seperti itu.

Tapi tolong jangan lakukan itu di depan orang ketiga!

*Menarik*

Jika dia mendengar sesuatu yang semenarik ini, tidak mungkin


Shigure, seorang penyiksa, bisa diam.

Dia terlihat seperti apa sekarang?

"Hmm~, begitu ya. Itu situasi yang sulit. Hu~"

Ini akan segera dimulai.

Aku bisa melihat otot wajahnya berkedut.

Aku harus menutup mulutnya sebelum itu meledak.

"Tidak, tidak, tidak. Aku tidak begitu keren, jadi menurutku itu
tidak benar. Haruka sedikit menyimpang."

"Itu tidak benar. Kau keren dan gagah. Itu sebabnya aku jatuh
cinta padamu."

"Tidak, aku tidak bisa percaya itu. Gadis-gadis bahkan tidak


pernah menatapku. Kaulah satu-satunya yang mengakui
perasaan kepadaku."

"Mereka tidak bisa melihat dirimu yang sebenarnya. Kau keren


sejak kita masih kecil di tempat penitipan anak. Dan bahkan
festival budaya tahun lalu, kau membantuku membawa
kantong sampah yang lebih besar selama pembersihan."

Itu kan memang tugas seorang pria.

"Saat aku mengucapkan terima kasih, dirimu saat itu


memunggungiku dan dengan ringan melambaikan tangan... Itu
sangat keren!"

Heeeey!

Aku senang kau mengatakan itu keren! Aku benar-benar


merasa diberkati saat kau mengatakan itu.

Maksudku, aku tahu aku tidak cukup baik.


Saat itu aku sangat malu menghadapi gadis yang begitu imut.

Haruka-lah yang menemukanku dan mencintaiku.

"Dan tentang kencan pertama kita..."

"Apa kau masih akan melanjutkan? Tolong hentikan. Haruka,


bisakah kita membicarakannya nanti? Kumohon."

Terlepas dari permintaanku, Haruka sangat kejam dan berkata,


"Tidak!"

"Kau tidak tahu betapa kerennya dirimu. Aku tidak bisa


mengabaikan pemikiran seperti itu sebagai pacar. Aku ingin
kau ingat, ketika kencan pertama kita, Kau berjalan di samping
jalan*. Saat kita duduk di bangku, kau meletakkan sapu tangan
untukku, dan saat kita minum teh, kau bahkan membayar
tagihannya saat aku pergi ke kamar mandi. Aku merasa seolah
-olah aku adalah seorang putri, dan itu menyenangkan. Pada
saat itu juga jantungku berdegup kencang. Kau adalah definisi
dari Pria Kerena, Hiromichi-kun."

[Catatan Penerjemah: Agak susah jelasinnya, tapi yang jelas


kenapa Hiromichi berjalan di samping jalan supaya kalau-
kalau misalnya ada cipratan air karena lintasan kendaraan
atau mungkin misalnya kendaran terlalu menepi sehinngga ada
kemungkinan terserempet, dengan itu yang bakal kena
Hiromichi, bukan Haruka. Jadi bisa dibilan melindunginya.]

Gyaaaaaaa~~~~~

Hentikan! Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan pada


kencan pertamaku, jadi aku mencari di Google "cara agar
kencan pertama tidak gagal" dan berhenti membicarakan
rencana kencanku secara terbuka!

Memalukan untuk mengatakannya, tapi satu-satunya hal yang


bisa dipercaya oleh para perjaka adalah Internet!

Haruka adalah gadis yang sangat lembut, jadi dia terlalu


banyak berpikir dan tentu akan merasa puas dengan apa yang
kulakukan. Tapi Shigure, yang memiliki kepribadian buruk,
tentu akan sangat marah.

Aku mengintip Shigure dengan gugup.

Dan aku terkejut.

Karena wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda


kebahagiaan. Padahal dia mendengar sesuatu yang akan
membuatnya tertawa.

"Nee-san, kau ini benar-benar menyukai Hiromichi-san, kan?"

"Tentu saja. Kalau tidak, aku tidak akan mengakui perasaanku


padanya. Jadi aku ingin kau berteman baik dengan Hiromichi-
kun, tapi aku tidak ingin kau mencintainya. Oke?"

"Jika demikian... Apa yang akan kau lakukan jika itu terjadi?"

"Eh?"
"Jika aku jatuh cinta dengan Hiromichi-san, apa kau mau
menyingkir demi adik perempuanmu yang imut?"

Oh ayolah. Apa yang gadis ini coba katakan?

Apa gunanya mengajukan pertanyaan yang tidak mungkin?

Aku bingung karena aku tidak bisa membaca maksud Shigure.

Aku mencoba membuka mulut untuk melihat apa yang ingin dia
katakan... "Wee—"

"Aku tidak mau. Aku sangat membenci itu. Aku tidak akan
mengizinkanmu."

Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata dari tenggorokanku


saat suara tajam Haruka mengambil inisiatif.
Dia melihat Shigure dengan sikap bermusuhan.

Ada apa dengan suasana tegang ini?

Mengapa kisah cinta manisku mengarah pada momen yang


mengerikan ini?

Tapi keheningan yang menyakitkan tidak berlangsung lama.

Seolah dia tidak tahan lagi, Shigure mendesah kecil.

"Ha! Aku tidak yakin harus berkata apa, tapi terima kasih untuk
makanannya!"

"Shigure?"

"Aku sangat kenyang. Dan kau tidak bisa meninggalkan


saudariku di sudut dengan penampilan seperti ini. "
Dia menyeringai dengan senyum jahat di wajahnya.

Itu adalah Shigure yang kukenal dengan baik.

Melihat ekspresinya, Haruka juga mengendurkan bahunya.

"Kau masih mengolok-olokku. Kebiasaan burukmu yang suka


mempermainkan orang lain tidak berubah."

"Begitukah?"

"Itu benar. Shigure selalu menjadi kang buly. Dulu, aku


menyingkirkan boneka-bonekaku karena habis nonton film
hantu Annabel, eh keesokan harinya, dia malah mulai bermain
dengan boneka-boneka itu, padahal biasanya dia tidak
melakukan itu. Dan meskipun dia tahu aku tikda menyukai
serangga, dia membawakanku keranjang yang penuh dengan
serangga!"
Sepertinya dia sama sekali belum dewasa...

Aku tidak bisa mengatakan di sini bahwa Shigure melakukan


hal yang sama kepadaku, jadi aku protes hanya dengan melihat.

Dan kemudian Shigure berkata,

"Itu adalah sifatku. Aku cenderung suka menggoda orang yang


kusukai."

*Rrrrring*

Saat itulah bel berbunyi, menandakan akhir waktu istirahat


makan siang.

Mendengar ini, Haruka berdiri dari kursinya.

"Aku memiliki kelas penjas berikutnya. Aku harus cepat-cepat


mengganti pakaianku...! Jadi Hiromichi-kun."
"Apa?"

"Aku akan pulang terlambat karena ada urusan di klub, jadi


kau bisa pulang duluan. Aku akan menebusnya untukmu akhir
pekan ini."

"Oke. Aku menantikan akhir pekan ini. Semoga berhasil dengan


klub-mu."

"Ya. Dan sampai jumpa, Shigure."

"Sampa jumpa."

Rok pendek Haruka berkibar saat dia lari.

Saat Shigure melihat Haruka pergi, dia berkata, bukan dengan


nada menggoda, tapi dengan nada kagum.
"Kau sangat dicintai, bukan? Onii-san."

"Iya. Meski terkadang itu memalukan."

"Tapi itulah yang membuatmu bahagia."

"Ya."

Aku sangat bahagia.

Ada seorang gadis yang sangat mencintaiku di dunia yang luas


ini. Perasaan puas bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan
dengan kata-kata.

"Ahh... Kau bersenang-senang. Sekarang aku jadi ingin punya


pacar."

"Kenapa kau tidak mencarinya? Aku yakin kau akan


mendapatkan pacar dalam waktu singkat. Bagaimanapun juga,
kau itu cantik seperti Haruka."
"Aku ingin pacar lemah-lembut yang memiliki real estate di
Tokyo. Seorang yang akan melakukan apa pun yang kuinginkan,
seorang yang tingginya lebih dari enam kaki dengan sosok
ramping, wajah keren dan pendapatan 40 juta setahun,
seorang yang akan terus berdiri untukku tidak peduli apa pun
yang terjadi dan akan baik kepadaku setiap kali aku marah
tanpa alasan, seorang yang mencintai wanita tanpa
memandangnya secara seksual. Aku ingin pacar seperti itu."

"Ha! Berhentilah bersikap serakah."

Tidak ada orang seperti itu. Akan lebih bermakna jika mencari
genie*. [Catatan Penerjemah: ツチノコ makhluk mitos seperti
ular.]

"Yah, terserahlah. Kuharap kau menemukan pria yang baik,


karena ini adalah masa muda."

"Tapi aku sudah punya seorang pria di hatiku."


"Hah? Ap-Apa katamu?"

"Tidak, tidak apa-apa. Lupakan itu. Sebaiknya kita segera


kembali. Kita akan terlambat ke kelas."

"Oh, sial!"

Aku berdiri dengan nampan makan kelas A.

Dia menyelamatkan hidupku hari ini, meskipun itu hampir


membuatku takut.

Sebagai permintaan maaf, aku membantunya dengan


mengembalikan nampan.
Bab 12 | - Risiko x Pelajaran -

"Uwaa~ Karaage ini enak ❤!"


Saat kau menggigit adonan, adonan akan krenyes-krenyes.
Diikuti dengan semburan jus yang menyebar ke mulutmu dan
aroma rempah-rempah membuatmu jadi ingin tambah.

Karaage yang baru digoreng memang yang terbaik.

"Kau koki yang luar biasa dan gadis tercantik kedua di dunia.
Kau pasti akan menjadi ibu rumah tangga yang hebat. Karena
aku, yang juga merupakan kakakmu, bisa menjamin itu.
Hahaha~!" Aku mengirimkan pujian yang tulus kepada Shigure,
yang duduk di depanku.

Aku sangat bangga padanya.

Menu di atas meja selalu sempurna sejak dia datang ke sini.


Tidak peduli seberapa banyak aku berterima kasih padanya, itu
tidak cukup.

Saat aku mengungkapkan perasaanku, Shigure bertanya.

"Um, aku mau nanya nih?"

"Hmm? Nanya apa?"

"Kau sekitar 50% lebih menyeramkan dari biasanya. Apa ada


sesuatu yang terjadi?"

Haha, gadis ini.

Padahal aku baru saja memujinya, tapi kenapa dia malah


berbicara seperti itu?

Tapi untuk saat ini aku tidak keberatan dengan nada kebencian
seperti itu. Karena...
"Besok, aku akan kencan dengan Haruka tersayangku. Sudah
cukup lama sejak kami pergi kencan. Itu benar-benar waktu
yang lama, dan setelah sesi belajar, aku sangat menanti-
nantikan itu! ...Makanya aku ingin bersikap baik kepada seluruh
dunia. Aku bahkan bisa memaafkan seseorang yang meremas
lemon di Karaage-ku tanpa sepengetahuanku."

"Kalau begitu dengan senang hati."

*Meremas*

"Bagaimana? Sekarang, apa kau mau memaafkanku?"

"Ehm. Tentu saja. Itu hampir saja, tapi masih bisa dimaafkan.
Hampir saja."

"Kau tidak harus malu. Nih, makan lagi. "

Mau bagaimana lagi.


Ini perang di tengah perjanjian damai.

Tapi aku harus... harus mengampuni dosanya.

Saat aku mengunyah potongan Karaage yang ditaburi cairan


lemon, ponselku berdering.

Itu tidak terduga.

Karena nama orang yang muncul di layar itu adalah,

Haruka!

"Oh! Akhirnya datang juga. Ini pasti pembatalan kencan.


Pasti."

"Jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan!"


"Ngomong-ngomong, 70% dari pembatalan kencan yang di
ajukan oleh pihak gadis bisa diartikan, 'Setelah dipikir-pikir,
kau menyeramkan dan aku tidak ingin bersamamu. Tolong
jangan pernah mendekatiku lagi'."

"Hentikan! Bahkan jika itu memang pembatalan kencan,


Haruka tidak akan mengatakan itu. Aku akan meneleponnya,
jadi diam."

"Oke."

Dia setuju dan mulai mengunyah beberapa Karaage. Aku


meninggalkan ruang tamu dan pergi ke lorong.

Di sana, aku mengangkat telepon.

[Halo?]

[Selamat malam, Hiromichi-kun. Ini Haruka, apa sekarang kau


lagi senggang?]
[Ya. Aku sedang makan malam, dan aku lagi di ruang tamu.]

[Oh begitukah. Aku minta maaf karena waktunya tidak tepat.


Apa kau ingin aku meneleponmu lagi nanti?]

["Tidak usah, jangan khawatirkan itu. Ngomong-ngomong, ada


apa?]

[Yah, aku akan langsung ke intinya. Ini tentang kencan kita


besok...]

[Uh...]

Kencan besok.

Aku jadi takut dengan kata-kata ini.

Tidak mungkin itu benar-benar pembatalan kencan kan...?


[Itu, kita sudah berpacaran sekitar dua bulan, kan?]

[U-um.]

[Sementara itu, kita sudah belajar memanggil satu sama lain


dengan nama, kita bisa berpegangan tangan meski masih
sedikit malu-malu. Dan kau tahu, di rumahku tempo hari, kita
bersenang-senang, kan? Kupikir kita melakukannya dengan
cukup baik.]

[Y-ya.]

[Kau pernah bilang padaku, Jika dalam sebulan kita akhirnya


bisa bergandengan tangan, maka akan seberapa dekat
hubungan kita jika seumur hidup?]

[Ya. Aku memang pernah bilang begitu.]

Itu memalukan.
Aku tidak yakin tentang apa yang waktu itu kupikirkan saat
mengatakan "seumur hidup".

Tidak... tidak mungkin.

Saat itu dia tertawa. Aku ingin tahu apakah dia mengira aku ini
aneh?

Aku merinding saat teringat dengan apa yang diartikan oleh


Shigure mengenai pembatalan kencan.

Tapi...

[Aku... Aku sangat bahagia karena mengetahui dirimu ingin


bersamaku selamanya. Jadi, kau tahu. Kupikir di sisiku juga
harus berusaha lebih keras."

[Apa maksudmu dengan berusaha lebih keras?]


[Intinya supaya aku bisa mengambil langkah selanjutnya
sebagai kekasihmu.]

[Ehh?]

[Um. Aku ingin memberi tahumu bahwa aku takut dan jika aku
tidak memblokir rute pelarianku, aku sama sekali tidak akan
bisa mengatakan apa-apa! Pukul dua besok, aku akan
menunggumu di stasiun yang biasa. Selamat malam!"

Aku ingin tahu apakah dia merasa malu dengan suara aneh
yang tidak sengaja kubocorkan.

Haruka berteriak dan menutup telepon.

Ponsel itu berbunyi bip menandakan kalau panggilan sudah


terputus.

Aku berdiri di sana, masih memegang ponsel di telingaku.


Kata-katanya terngiang-ngiang di kepalaku.

Itu adalah pernyataan jelas yang tidak menyisakan ruang


untuk kesalahpahaman.

---
"Shi-Shi-gure! Shigure, Shigure, Shigure, eh-eh!"

Meskipun tidak dapat menahan kebahagiaan, keterkejutan, dan


rasa maluku, aku berlari masuk ke dalam dengan kecepatan
penuh, mencari bantuan.

"Ya, ya, ya, ya. Di sini Shigure."

"Haruka~ bilang padaku kalau dia ingin lebih meningkatkan


hubungan kami."

"Hah. Maka itu perkembangan yang bagus." Sessaat dia


tampak terkejut, tapi segera setelah itu langsung menatapku
dengan wajah kusam. "Kalau begitu kenapa kau tidak
menghabiskan Karaage itu? Aku sudah kenyang."

"Tidak, tidak! Aku sedang berbicara tentang langkah


selanjutnya. Langkah selanjutnya setelah berpegangan tangan.
Apa itu? Apa itu pelukan?"

"Hmm! Kau memiliki skala cinta yang tepat bukan, Onii-san? "

Eh... itu bisa jadi sedikit berbeda.

*Abaikan Shigure*

"Jika itu bukan pelukan, mungkinkah...?"

Biasanya langkah selanjutnya adalah berciuman.

"C-Ci, CIUMAN!!"

Seriusan nih?
Ah... iya. Wajar bagi sepasang kekasih untuk saling berciuman.
Hari itu saja kami begitu dekat sehingga bibir kami... Woohoo.
Ini adalah kesempatan besar... tapi apakah besok kami benar-
benar akan b-ber-be-berciuman?

Bibir lembutnya terkunci dengan bibirku.

"Kyaaa~ Aku jadi gugup! Bagaimana aku harus menciumnya?


Aku belum pernah melakukan itu sebelumnya. Uwa~ Adakah
gaya yang harus kuikuti? Gadis-gadis biasanya tahu tentang
sesuatu semacam ini kan? Jika kau orang yang baik, maka beri
tahu aku!" [Catatan Penerjemah: Jijik bangsat.]

"Memangnya kau pikir aku ini apa?"

Dia menyipitkan matanya dan menatapku.

Aku pikir dia punya banyak pengalaman... Memangnya aku


salah ya?
Dia menatapku dengan mata menyipit. Ada ekspresi nakal di
wajahnya dengan kilatan licin di bawah matanya.

Aku bisa tahu.

Aku tahu apa yang akan dia katakan dan itu pasti sesuatu yang
buruk.

"Hmm, itu masalah besar. Jika kau memang sebegitu gugup,


mengapa kau tidak berlatih saja?"

"Berlatih? Berlatih untuk apa... berciuman?"

"Iya. Lagian, kan ada model yang sempurna tepat di depanmu.


Saudari kembar pacar tersayangmu, yang penampilan, suara,
dan baunya persis sama."

"Ah!"

"Jadi, kenapa kau tidak menganggapku sebagai Nee~chan dan


berlatih menciumku? Kalau begini kan dirmu jadi bisa bersiap
-siap untuk besok, ya kan?"

Oh! Sungguh makhluk yang jahat.

Mengatakan hal-hal buruk seperti itu...

"Dasar tolol! Mana mungkin aku bisa melakukan itu!"

"Aku tidak keberatan loh. Mentalku bahkan sudah siap."

"Nih anak! Kau itu anak gadis, meskipun itu hanya lelucon, kau
tidak boleh mengatakan sesuatu seperti itu dengan begitu
enteng. Itu terlalu berlebihan."

"Heh! Kau sangat manis. Itu imut. Namun sayangnya,


sepertinya hubunganmu dengan Nee~chan-ku tidak akan
bertahan lama."

Apa—
Aku membuang muka.

Setelah beberapa saat, aku merasakan hawa dingin di


punggungku...

Aku melihat dirinya tersenyum.

Itu bukan senyum nakal yang biasanya.

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 4 Bagian 2
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 4 Bagian 2
Itu adalah senyuman yang menghina, seolah-olah dia sedang
memandang rendah seekor serangga.

"Apa maksudmu?"

"Persis seperti yang kukatakan. Aku memberitahumu kalau


Nee~chan-ku akan segera putus denganmu."

"Kok kamu bisa begitu yakin?"

"Tentu aku yakin, karena gadis mana pun akan muak dengan
pria yang tidak begitu baik sepertimu. Kau harusnya mengikuti
Aizawa-san dari kelas kita sebagai panutan untuk kebaikan."

"Kenapa... Aizawa?"

Suara aneh keluar dari mulutku.

Itu karena aku tidak bisa menahannya.

Akira Aizawa. Teman sekelasku di tahun kedua kelas khusus.

Dia adalah fakboy yang bersama teman-temannya selalu


menertawakan gadis-gadis yang dia ganggu.
Aku percaya dia memiliki reputasi yang sangat buruk di antara
para gadis.

Aku tidak peduli jika mereka mengatakan aku tidak baik. Tapi
jika mereka membandingkanku dengan Aizawa itu, maka jelas
aku akan marah.

"Aizawa adalah musuh setiap gadis. Banyak gadis, termasuk


yang dari kelas kita, menangis karena dirinya."

"Tapi gadis-gadis mencintainya, kan?"

"Itu hanya karena dia memiliki wajah yang tampan."

"Dia tidak begitu tampan, tahu. Dari segi penampilan pun, dia
tidak lebih baik darimu, Onii-san."

Faktanya, aku juga merasa penampilan Aizawa tidak terlalu


keren.
Bentuk mata, hidung, dan bagian-bagian kecil lainnya pada
dasarnya berbeda.

Makanya aku selalu bertanya-tanya, mengapa pria seperti dia


bisa populer?

Aku tidak bisa membalas perkataan Shigure yang tepat sasaran


itu.

Dan Shigure pun melanjutkan,

"Kau tahu apa yang sering dikatakan para gadis, 'Aku suka
orang yang baik hati’. Namun, pria yang tidak menarik
sepertimu biasanya menganggap itu terlalu serius, tapi itu
adalah kesalahan besar. Kata-kata seorang gadis selalu
subjektif. Dalam hal ini, kata "baik hati" tidak berarti baik
dalam arti umum, tapi baik kepadanya, yang adalah
pacarnya—dengan kata lain, pria yang nyaman. Aizawa-san
memang bukan pria yang baik, tapi gadis yang bersamanya
merasa beruntung menjadi pacarnya. Karena dia tidak akan
membiarkannya khawatir."
"Dia tidak membiarkan si gadis khawatir...?"

"Keraguan seperti, [Aku ingin tahu apakah dia benar-benar


menyukaiku], [Berapa banyak yang harus kukatakan agar dia
menyukaiku?], [Haruskah aku agak lebih dekat hari ini?], [Aku
ingin tahu, apakah dia puas]. Saat menjalin hubungan, kau
harus banyak-banyak berpikir. Dan itu harus diulang terus lagi
dan lagi. Nah, berpikir itu menyebalkan, kan?"

Oh...!

"Orang seperti Aizawa-san, dia tidak membiarkan si gadis


mengkhawatirkan hal-hal seperti itu. Si gadis sangat aktif
sehingga dia tidak sempat berpikir, dan itu tidak akan
membuat si gadis merasa tidak nyaman. Dia melewatkan
kerumitan dan hanya memberi si gadis kegembiraan cinta.
Tidak peduli seberapa sembrono tampaknya bagi dunia, tapi
bagi si gadis, itu adalah kebaikan, kan? Ya, dia baik. Dia jauh
lebih baik darimu Onii-san, yang pergi mengganggu adiknya
setelah mengakhiri panggilan dengan pacarnya."

"Itu—"
Aku tidak punya kata-kata untuk diucapkan.

Aku yakin.

Akal sehat "bersikap baik pada gadis" yang ada dalam diriku,
memang dari akarnya sudah salah.

Tidak, bahkan jika itu tidak salah sebagai akal sehat, itu salah
untuk menerapkannya pada seorang gadis yang adalah pacarku.

Itulah mengapa aku memutuskan untuk menelepon lagi, tapi...

"Itu sudah berakhir. Tidak ada gunanya membicarakan apa


yang telah berlalu. Pertanyaannya adalah, apa yang mesti kau
lakukan sekarang? Apa kau ingin mencari alasan dalam kata-
katanya dan menunggu dia mendekatimu? Atau apa kau ingin
menutup jarak dengan keberanian?"

"Tentu saja aku akan——"


“Aha!”

Aku akan melakukan itu.

Aku hendak mengatakan itu, tapi Shigure menyela seolah-olah


aku ini tolol.

"Kau ini pengecut, Onii-san."

"Apa?"

"Kau bahkan tidak bisa bersikap memaksa di depanku, yang


merupakan salinan palsu dari pacarmu. Aku penasaran,
bagaimana bisa pengecut sepertimu akan membuat kekasihmu
yang cantik klepek-klepek? ...Pokoknya, perasaan Nee~chan-
lah yang terpenting, jadi jangan bertindak sembarangan. Apa
kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan selama ini?
Hanya itulah yang selalu kau lakukan. Dan buktinya adalah kau
bahkan tidak bisa membalasku meskipun kau telah banyak
diejek. Pfft..."
"Geh..."

Mengapa?

"Tidak masalah. Kau dapat menggunakan tubuhku sebagai alat


pelatihan sebelum melakukannya dengan Nee~san. Kau bisa
dengan paksa menutup mulutku yang menjengkelkan. Aku
memberimu tawaran yang sangat bagus. Apa kau masih
takut?"

"~~~~!"

Kenapa kau berbuat sejauh itu?

"Tidak bisa melakukan apa-apa? Dasar sadboy. Kurasa


hubunganmu tidak akan bertahan lama. Akan lebih bagus jika
kau putus dengan cepat sehingga aku tidak perlu khawatir
menyembunyikan sesuatu dari Nee~san-ku. Itu benar. Aku
akan menjagamu dengan baik. Lagipula aku sangat menyukai
Onii-san yang lemah dan menyedihkan."
"Cukup!"

Ada tatapan menghina di matanya.

Senyuman mengejek di bibir lembutnya.

Rasa tidak hormatnya, dipaksakan kepadaku seperti puisi.

Semua itu membuat inti otakku terbakar.

Aku sangat marah.

Aku bereaksi berdasarkan dorongan hati dan memaksanya


berbaring.

Aku meraih kedua lengannya, menekannya ke tatami, dan


duduk di atasnya sehingga dia tidak bisa melawan.
Sepertinya kau tidak memperkirakan kalau aku akan menerima
tantangan ini.

Terkejut, Mata Shigure terbuka lebar dan tubuhnya gemetar


kebingungan.

Aku menahannya dengan paksa.

Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku sekasar ini terhadap
seorang gadis.

Pas SD? TK? Aku bahkan tidak ingat. Mungkin ini adalah
pertama kalinya dalam hidupku.

Ya, otakku sudah cukup lelah untuk melakukan hal seperti itu.

Dan sekarang aku tidak tahu apa yang harus kulakukan


selanjutnya?

Apa,
"--!"

Saat berikutnya, otakku mendingin seolah-olah telah disiram


air es.

Aku meraih pergelangan tangan mungilnya.

Dia melawan dan mencoba mendorongku.

Perlawannya sungguh lemah.

Aku yakin dia sedang memikirkan semacam gerakan seni bela


diri. Tapi bahkan dengan pelatihan, kekuatan seorang gadis
tidak akan cukup untuk mengusir anak laki-laki yang duduk di
atasnya.

Lengannya yang lembut dan kurus sangat pas di telapak


tanganku. Karena lengan kurus seperti itu, kekuatannya untuk
melawan sangat lemah.
Jika aku mau, aku bisa melakukan apa saja pada boneka kecil
yang rapuh ini.

Aku bisa melakukan apa saja terhadap adikku, yang merupakan


gambaran dari pacarku.

Tapi, aku tidak bisa melakukannya.

Aku melonggarkan peganganku.

"Maafkan aku!"

Aku takut.

Aku membiarkannya pergi dan berdiri.

Shigure tersenyum polos.


"...Kau bisa melakukannya jika kau mencoba, bukan?"

"...!"

"Ada sedikit kerugian menjadi begitu memaksa, tapi itu jauh


lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa."

“Kau ini ngomong apa sih, Shigure?”

"Onii-san, kan kau sendiri yang ingin mengetahui hal-hal


terlarang para gadis. Apa itu cukup? Kau tahu apa masalahmu,
yaitu kau terlalu menghargai soerang gadis. Itu salah. Atau
mungkin lebih baik mengatakan bahwa kau terlalu takut pada
gadis. Tapi jika kau menunggunya untuk bergerak, dia akan
bosan denganmu. Ekspresikan lebih banyak emosimu. Jangan
sembunyikan emosimu saat menunggu dia memberi tahumu
apa yang ada di pikirannya. Ini mungkin mengejutkan atau
membuatnya takut dalam beberapa kasus, tapi jika ada cinta
di balik tindakanmu, dia akan membiarkanmu melakukannya.
Apa kau tahu, gadis itu tidak berpikiran sempit."
"..."

"Dan itulah akhir dari pelajaran Terlarang Shigure Sensei.


Sekarang habiskan makananmu agar aku bisa cuci piring."

...Begitu ya. Sekarang aku mengerti.

Aku tidak yakin mengapa Shigure, yang bisa dengan mudah


menggambarkan perbedaan antara "Lelucon" dan "Cekcok,"
melanggar kalimat itu.

Kenapa dia memprovokasiku begitu banyak sampai aku


kehilangan ketenanganku.

Alasannya sederhana: Shigure ingin aku merasakan


pengalaman menyentuh seorang gadis, yang dipenuhi dengan
cinta dan emosi.

Dan aku yakin itu bukan untukku.


Itu untuk Haruka.

"......Shigure, kau cukup manis."

"Kau sudah menyadarinya sekarang? Kau memang bukan


penilai karakter yang baik."

Mungkin dia marah.

Karena kakaknya yang menyedihkan (aku), saudari kembarnya


harus melakukan panggilan telepon seperti itu.

Wajar baginya untuk marah.

Aku kewalahan dengan panggilan telepon darinya, tapi itu


karena aku yang pengecut inilah yang mengkhawatirkan
Haruka.

Aku tidak dapat membayangkan seberapa besar keraguan dan


kekhawatiran yang dia alami sebelum melakukan panggilan itu.
Dia pasti sangat gugup.

Saat aku memikirkannya, alih-alih merasa gembira, aku


merasa seperti memukul diri sendiri karena tidak tahu
bersyukur.

Perasaan yang sama yang dimiliki Shigure untukku saat ini.

Itu sebabnya aku bersumpah untuk Shigure.

"Dengar, Shigure. Besok aku pasti akan mencium Haruka. Dan


tentu saja, aku yang akan memulainya. Mungkin dia akan
terkejut atau menolakku, tapi aku akan melakukannya. Dialah
yang mengakui perasaannya padaku. Jika aku tidak melakukan
ini, aku tidak akan bisa menyebut diriku laki-laki."

"Yah... Kuharap kau beruntung."

"Terima kasih. Aku akan melakukan yang terbaik."


Bab 13 | - Suram x Akhir Pekan -

[Catatan Penerjemah: Sudut Pandang Shigure]

"Kalau begitu aku pergi."

"Ya, semoga berhasil. Semangat, Onii-san!"

"Mm."

Dia mengangguk sedikit karena malu, dan pergi. Aku melambai


padanya yang pergi sampai pintu kembali ditutup.

Dia tampak mengantuk. Kurasa itu karena panggilan dari


Nee~chan-ku.

Kemarin, aku tidak mendengarnya mendengkur sampai jam


03:00 pagi. Kurasa dia terlalu gugup untuk tidur.
"Nah, sekarang…"

Setelah mengantarnya pergi, aku pergi ke dapur. Aku harus


menyiapkan makan malam untuknya. Dia akan makan siang
dengan Nee~san, jadi mungkin dia akan pulang pada malam
hari. Jelas kalau dompetnya tidak cukup tebal untuk makan di
luar dua kali dalam sehari.

Nah, menu hari ini adalah sayur tumis. Aku akan


membumbuinya dengan pasta cabai Cina untuk menutupi
kekurangan daging.

"Fuwa…"

Astaga, apa yang kulakukan, malah menguap di tengah-tengan


memasak.

Aku semalam terkadang memeriksa dirinya apakah dia sedang


tidur atau tidak. Karena tadi malam kami bertengkar saat
makan malam.
Aku tidak mundur ketika aku seharusnya melakukannya, dan
aku sadar bahwa aku terlalu banyak bicara.

Aku tahu kalau aku melukai harga dirinya. Tapi aku tidak
mundur karena dia membutuhkan suatu tendangan di
celananya. Dia seorang penurut yang memaksa Nee~chan-ku
untuk melakukan panggilan telepon itu.

Dan kemudian, dia mendorongku ke bawah.

Aku sudah punya rencana untuk menghadapinya.


Bagaimanpaun juga, aku rajin berolahraga dan pandai
bertarung.

Tapi…

Begitu dia mendorongku ke bawah, aku tidak bisa melawan


balik.
Meski begitu, aku tidak gemetar ketakutan. Itu perasaan yang
aneh. Aku benar-benar tidak bisa menggambarkan momen itu.

Aku membayangkan reaksinya.

Aku berpikir: Jika aku tetap seperti ini, seberapa jauh dia akan
melangkah?

"…"

Aku sangat menyadari perasaanku terhadap saudara laki-


lakiku, Hiromichi Sato.

Aku tidak tahu kenapa, tapi ketika aku pertama kali melihatnya,
jantungku berdegup kencang.

Aku suka bagaimana dirinya yang memaksakan diri untuk


memanggilku dengan namaku sebagai tanggapan atas
keluhanku. Aku suka cara dirinya saat mencoba yang terbaik
untuk tidak menggangguku meskipun dia buruk saat melakukan
sesuatu.
Setiap kali kami bermain-main, aku suka keputusasaannya
yang lucu untuk bertindak sebagai kakakku.

Meskipun kami adalah kakak-adik, kami hanya mengenal satu


sama lain selama sekitar satu bulan. Jadi tidak mungkin bagiku
untuk melihatnya sebagai kakak.

Aku merasa dirinya lebih dari sekedar keluarga bagiku.

Dan kalau dipikir-pikir, aku dan saudariku adalah saudari


kembar yang gila.

Tidak hanya kami memiliki penampilan yang sama, tapi juga


gaya rambut, parfum, dan bahkan perasaan khusus untuk pria
yang sama.

Tapi perasaan ini tidak mengarah pada cinta. Meskipun dia


adalah kakak tiriku, dia tetap kakakku, dan juga pacar
saudariku.
Tidak mungkin baginya untuk jatuh cinta padaku.

Itu tidak mungkin…

Apa yang kulakukan kemarin adalah sesuatu yang mendadak.

"Mungkinkah aku takut?"

Bagaimanapun juga, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akan


lebih berhati-hati mulai sekarang.

Kurasa (ketakutan) ini hanyalah asumsi yang tidak berdasar.


Karena jika dia mencoba lebih dari itu, aku akan kembali ke
akal sehatiku. Aku yakin itu.

Lagipula, aku membenci yang namanya--cinta.

Aku benci cinta karena cinta itu sesuatu yang tolol.


Aku benci cinta karena membuat seseorang jadi bingung. Aku
benci cinta karena membuat seseorang jadi bergerak maju
mundur hanya karena keraguan sederhana. Dan bahkan sampai
mengganggu orang-orang di sekitarnya.

Cinta itu rapuh.

Aku tidak peduli jika orang lain jadi bersemangat tentang itu.

Aku tidak punya niat untuk membodohi diri sendiri.

Aku puas dengan hubunganku saat ini dengan Onii-san. Ini


malah lebih baik dari yang bisa kubayangkan. Dia adalah satu-
satunya yang mendengarkan keegoisanku dengan kebaikan.

Dia memanjakanku.

Dia menjagaku.

Dia Onii-san-ku yang imut.


Dan itu saja cukup untukku.

Itu sudah dan akan selalu cukup.

Meski begitu,

"Aku sudah terlibat dalam komedi cinta ya."

Aku menggerutu saat menyajikan tumis sayur di piring.

Yah, akan ada masalah jika dibiarkan begitu saja.

Yaitu sudariku.

Secara kebetulan, aku tinggal dengan pacar saudari kembarku.


Bagaimana aku harus bilangnya ya, ini cukup menantang.

Untuk saat ini sih tidak apa-apa. Karena tidak mudah baginya
untuk mengetahui bahwa kami tinggal bersama di bawah satu
atap. Tapi apa yang akan terjadi jika dia menemukan
kebenaran...

Bahkan setelah orang tua kami kembali, dia tidak akan senang
mengetahui pacarnya tinggal dengan saudari kembarnya. Ini
akan membawa kekacauan ke komedi cinta di mana saudariku
memainkan peran utama.

Dan aku, sebagai dalang, harus hati-hati menyiapkan panggung


untuknya. [Caatatan Penerjemah: 黒⼦ Kuroko (pendukung di
belakang layar).]

Sejujurnya, pasti sungguh menyenangkan dibantu oleh orang


asing yang terjebak dalam komedi cintamu. Tapi demi
saudariku, aku tidak peduli jika aku harus memainkan peran
orang asing itu.

Kurasa aku akan membantunya sedikit.

Itu karena aku menyayangi saudariku.


Dia mengeluh jika aku memiliki sepotong kue yang lebih besar
darinya, atau jika aku terus menang dalam permainan. Tapi
setiap kali aku memberinya potongan yang lebih besar atau
kalah dengan sengaja, senyum polosnya membuatku lebih
bahagia daripada memakan seluruh kue atau memenangkan
permainan.

Kebahagiaannya lebih dari segalanya bagiku.

"Sekarang…"

Apa yang harus dilakukan adik perempuan imut ini untuk kakak
perempuannya yang cantik?

Aku harus menyelesaikan semua hubungan aneh yang ada dan


kekhawatiran yang mungkin muncul di masa depan.

Nah, kakak laki-laki itu tolol, tapi masalah yang diciptakan oleh
kami yang tinggal bersama dapat diselesaikan hanya dengan
satu langkah, mulai besok, bukan setahun dari sekarang.
Bagaimana caranya?

Itu mudah.

Aku meletakkan sayur tumis, nasi dan sup di atas meja,


meletakkan penutup makanan di atasnya, lalu meletakkan
catatan di samping untuk menginstruksikan kakakku supaya
makan malam lebih dulu karena aku akan terlambat pulang.

Kemudian aku mengeluarkan ponselku dan menghubungi orang


tertentu.

"Halo, apa ini Aizawa-san?"

---

Jam dua siang.


Aku menunggu di depan stasiun, dan dia datang tepat waktu.

"Yoo-hoo! Shigure-chan!"

"Halo, Aizawa-san. Aku minta maaf karena memanggilmu


begitu tiba-tiba. Apa aku mengganggumu?"

"Tidak, tentu saja kau tidak menggangguku. Aku selalu siap


untuk kencan."

Akira Aizawa tertawa sambil memamerkan gigi putihnya. Dia


fakboy nomor satu di sekolah kami. Dia telah mengajakku
keluar setiap hari sejak hari pertamaku di sekolah ini.

Dan hari ini, dia mengenakan pakaian yang kasar, berbeda dari
blazer sekolah yang biasanya kulihat. Dia mengenakan kaos
cetak putih dan denim tipis, yang merupakan kombinasi
sempurna dan memberinya tampilan yang menyegarkan.
Perawakan keseluruhannya diperindah dengan aksesoris di
bagian leher dan pergelangan tangan yang membuatnya tampil
keren.
Selera fashionnya berbeda dengan Onii-san-ku yang memakai
kaos kerah bersilang agar terlihat modis. Dan sejak awal, Onii-
san tidak punya gelang.

Ngomong-ngomong, aku juga berpakaian lebih bagus dari


biasanya.

Pakaianku adalah gaun princess-line merah mudah yang


jarang kupakai karena merepotkan untuk dicuci, pakaian
kasual yang sempurna di musim panas, dengan sedikit riasan.
Kakiku terilhat melalui heel, menunjukkan cat kuku gel yang
tipis.

Itulah yang kusebut tampilan yang layak.

Ini adalah tampilan ternyaman untuk karakterku yang biasa,


dan yang terpenting, ini sangat populer di kalangan pria.

Dia tidak tampan. Tapi sangat populer di sekolah, cowok di


depanku ini juga dikenal sebagai pemain RTA yang seksi.
Itu sebabnya aku tidak bisa datang hanya dengan jersey.

Bagaimanapun juga, ini adalah kencan.

"Aku sangat senang kau mengajakku kencan."

"Aku benar-benar ingin kencan denganmu, dan sekarang ujian


tengah semester telah selesai, aku bertanya-tanya apakah kau
tertarik untuk itu. Aku senang kau memiliki waktu luang."

"Apa kau ingin pergi ke suatu tempat? Jika tidak, serahkan


padaku. Aku tahu area-area kota ini dengan sangat baik."

"Kalau begitu aku serahkan padamu, Aizawa-san. Terima


kasih."

"Oke! Kalau begitu ayo pergi ke Kafe! Ada toko bagus di dekat
sini."
Dia kemudian meraih tanganku dan mulai berjalan.

Dia melakukannya secara alami, dan aku cukup akrab dengan


kecerdasan yang menjijikkan ini. Ini adalah lompatan besar
dari mereka berdua (Haruka dan Hiromichi) yang
membutuhkan waktu sebulan hanya untuk berpegangan tangan.

Begitulah akhirnya aku berkencan dengan Aizawa.

Yang jelas ini bukan karena aku naksir dirinnya. Ini satu-
satunya cara untuk memperbaiki masalah yang melibatkan
Nee-chan, Onii-san, dan aku secara instan.

Jika aku punya pacar, Nee-chan tidak akan khawatir meskipun


dia tahu aku tinggal bersama pacarnya. Dengan begitu tidak
akan ada lagi konflik di antara kami karena sesuatu yang
sepele seperti cinta.

Dan ini tidak akan menimbulkan masalah bagi Onii-san, yang


terjepit di antara kami bersaudari.
Alasanku memilih pria ini sebagai bidakku adalah karena aku
tidak merasa bersalah menggunakan dirinya. Sungguh
menyakitkan hatiku untuk menggunakan seseorang seperti Otot
-kun (Tanaka) sebagai pacar meski tidak perasaan romantis
sama sekali.

Gini-gini aku juga punya hati nurani.

Aku tahu garis mana yang tidak boleh dilintasi. Dan kau tidak
akan pernah tahu kapan hubungan yang dibangun di atas cinta
palsu akan berantakan.

Aku harus tetap menjalin hubungan setidaknya satu tahun, jika


tidak, kami akan mendapat masalah besar.

Dan, Aizawa akan mengikuti kebohonganku.

Aku berniat untuk memanjakan fakboy ini, jadi kami bisa


menjaga hubungan ini lebih dari setahun. Tidak ada selain
dirinya yang akan membantuku menipu Nee-chan dan Onii-san.
"Tempat ini menawarkan bubble tea yang enak. Dan
pemandangannya juga bagus."

“Kau suka bubble tea?”

"Aku suka itu. Aku sangat menyukainya sehingga aku tidak


akan dapat hidup sehari pun tanpa bubble tea."

Sambil bertukar lelucon garing, aku memesan matcha green


dan teh susu untuknya. Lalu pergi ke teras kafe.

Ini toko yang populer di kalangan gadis. Dan tetnu merupakan


tempat yang bagus untuk kencan.

Yah, aku benci bubble tea tapi…

Yang kumaksud bukan teh secara umum…tapi ide di balik


menjualnya dengan harga lebih tinggi.

Aku miskin, jadi aku cenderung memilih makanan yang sangat


murah.

"Siapa sangka kau akan terlihat seimut ini dengan pakaian ini~
Kau sudah seperti tuan putri sungguhan."

"Apa~. Aku tidak percaya, tolong jangan menggodaku."

"Jangan malu, gelang itu juga terlihat bagus untukmu. Pasti


itu cukup mahal."

"Tidak, ini gelang murah yang kubeli dari pedagang kaki lima."

"Wow! Kau memiliki selera fashion yang keren. Kau harus


bergabung denganku untuk memilih yang perak lain kali."

"Aah! Kalungmu memiliki bentuk yang menarik. Apakah itu


baut?"

"Ya. Tapi ini agak longgar. Aku menjatuhkannya beberapa hari


yang lalu, jadi aku berusaha untuk tidak kehilangannya lagi.
Aku sedang berpikir untuk membeli yang lain dengan harga
yang lebih tinggi."

"Oh! Hahaha."

Kami berdua mengobrol sebentar.

Aizawa bertanya tentang pakaian favoritku.

Siswa yang bersekolah di sekolah yang sama dapat berbicara


tentang sekolah, tapi percakapan seperti itu buruk untuk
kencan.

Topik sekolah memang menyenangkan untuk dibicarakan, tapi


itu bukan topik yang membahagiakan. Maka dari itu, alangkah
baiknya jika seseorang memuji fashionmu atau memberimu
godaannya. Kedua perasaan ini tampaknya serupa, tapi
keduanya sama sekali berbeda.

Perasaan menikmati bisa dengan mudah berubah menjadi


persahabatan, dan perasaan bahagia bisa dengan mudah
mengarah pada cinta.

Jika kau tidak memahami ini dan hanya mengejar kesenangan,


kau akan menemui jalan buntu di mana kau akan saling
mengenal tapi jarak antara dirimu tidak akan semakin pendek.

Seperti yang diharapkan, fakboy ini tahu apa yang ada di


dalam hati wanita.

Setelah sekitar 20 menit mengobrol tanpa gangguan meski


tidak melelahkan yang diisi dengan humor…

"Hah? Itu Ai kan. Kau sedang minum bubble tea?"

"Kau akan jadi gemuk, tahu."

Sepasang dua anak laki-laki dan perempuan mendekati meja


kami. Mereka tampaknya adalah penggemar berat EDM. Itulah
kesan pertama yang kudapat dari penampilan mereka.
"Ah. Ai-chan bersama pacar barunya."

"Benarkah? Apa kau ini tidak begitu cepat berganti-ganti


pacar."

"Kawan. Aku tidak tahu kenapa kau sepopuler ini?"

"Tunggu, kenapa kalian ada di sini? Yah, dia orang baru di kota
ini. Jadi aku menunjukkan padanya area-area kota."

"Apakah mereka temanmu…Aizawa-san?

"Maafkan aku, Shigure. Para tolol ini jadi menemukanku.


Mereka adalah temanku dari sekolah lama. Dan karena mereka
semua tolol, mereka tidak bisa masuk ke Seiun dan itulah
sebanya mereka suka mengejekku."

"Oh, itu buruk sekali."

"Oh! Shigure-chan. Apa kau dengar itu? Dia itu mengerikan.


Kau harus menjauh darinya."

"Sudah kubilang H-E-N-T-I-K-A-N."

Rupanya, kami bertemu dengan kenalannya selama kencan


kami.

Aizawa bermasalah dan mencoba untuk menyingkirkan mereka,


tapi mereka menolak untuk pergi, sementara pernyataan
mereka berlanjut.

Akhirnya, Aizawa menyerah dan menyarankan kami berenam


untuk pergi ke game center. Yah, aku tidak punya alasan untuk
memaksakan kencan pribadi, jadi aku setuju-setuju saja.

Kami dengan cepat membuat pengaturan, dan kami berenam


akhirnya bermain bowling di game center terdekat.

"Wow! Kau sangat hebat, Shigure! Satu lemparan lagi!"


"Yay! Tos, tos!"

"Bidikanmu sangat bagus. Shigure, sepertinya kau cukup tahu


teknik melempar. Itu tidak biasa untuk seorang gadis."

"Ya, aku berlatih Karate Kontak Penuh sejak aku di kelas tiga
sampai aku pindah ke sini."

"Seni bela diri? Itu hebat! Kau pasti sangat kuat seperti
Supergirl."

"Aku yakin kau akan kalah kalau gelud sama dia, Ai."

"Tidak, aku tidak mungkin kalah. Kau tahu kan kalau aku ini six
pack."

"Apaa— Tunjukkan perutmu! Kau hanya mengangkat beban


sepanjang hari dan tidak melakukan olahraga apa pun. Tidak
mungkin kau bisa mengalahkan seseorang dengan pengalaman
seni bela diri seperti itu."
Kami terus bermain-main. Sungguh melelahkan untuk
mengikuti mereka. Aizawa terus menggodaku di setiap
kesempatan. Jika aku mendapat kemenangan, mereka akan
merayakannya. Aku tidak mengerti apanya yang
menyenangkan tentang itu.

Aku penasaran berapa banyak kejadian dalam hidup yang bisa


membuatku melompat kegirangan. Tapi mereka
menempatkanku di tengah-tengah kegembiraan tanpa peduli
dengan keraguanku.

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 6 Bagian 1
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 6 Bagian 1
Kedua gadis itu secara aktif mengikutiku dan ngebacot tentang
ini dan itu. Kedua anak laki-laki itu agak jauh dan tidak
bereaksi berlebihan untuk menghidupkan suasana. Dan Aizawa
berdiri di sampingku, yang seharusnya lagi berperan
melindungiku seperti seorang ksatria dari kelompok orang asing.
Semuanya menyatu dengan baik dalam suasana hati.

Hmm, betapa sempurnanya formasi ini.

Ini mungkin sudah diatur sebelumnya. Pertemuan di kafe


bukanlah kebetulan, dan Aizawa pasti sebenarnya merencakan
pertemuan itu.

Atau mungkin mereka berlima seharusnya bermain bersama


hari ini, tapi mereka mengubah rencana mereka. Jika itu benar
-benar pengaturan, maka dia adalah fakboy yang sangat
pintar.

Kencan adalah urusan satu lawan satu.

Ada banyak pria yang terjebak dalam stereotip ini. Tapi


kenyataannya, bagi anak gadis, ukuran lingkaran sosial
seseorang lebih penting daripada penampilan mereka.

Aizawa tidak hanya memamerkan dirinya, tapi juga dunia yang


berpusat di sekitarnya. Dia menawarkan pengalaman luar biasa
yang sangat menyenangkan saat kau bersamanya.

Aku tidak menyukainya, jadi itu tidak beresonansi denganku,


tapi jika kau menyukainya… dan kau adalah gadis petualang
yang ingin mengenal lebih banyak orang (salah satu kebiasaan
terburuk perempuan), Kau akan melihat Aizawa sebagai
pangeran di atas kuda putih yang akan membawamu jauh dari
hidupmu yang membosankan.

Aku ingat bahwa dia tidak mendapat peringkat yang baik di


tengah semester, tapi dia masih tetap merupakan siswa yang
masuk dalam kelas khusus.

Dia mungkin akan masuk perguruan tinggi yang bagus. Jika dia
mendapat pekerjaan di perusahaan perdagangan, dia bisa
menjadi penjual yang baik.

"…"

Oh tidak.
Saat aku melihat Aizawa, yang tidak memiliki bakat bagus
apapun,

Aku merasa… jijik.

Bukan berarti Aizawa itu buruk. Dia persis seperti yang


kubayangkan, pria yang ramah pada wanita. Dia adalah bidak
yang paling nyaman bagiku. Aku tidak memiliki keluhan tentang
itu.

Hanya saja aku telah melihat perilaku semacam ini…

Itu sekitar sepuluh tahun yang lalu.

Aku tidak bisa untuk tidak mengingat bajingan itu...

Pacar ibuku. Yang menyebabkan keluargaku menjadi


berantakan.

---
Ayah kandungku 10 tahun lebih tua dari ibuku. Dia adalah
seorang editor di sebuah perusahaan penerbit.

Ibuku adalah seorang gravure idol.

Aku tidak tahu bagaimana tepatnya mereka bertemu. Tapi


pada saat mereka bertunangan, ibuku berusia 22 tahun dan
ayahku 32 tahun.

Ibuku berhenti dari pekerjaannya setelah menikah, dan


melahirkanku serta saudariku.

Keluarga kami damai dan setiap harinya terasa menyenangkan.


Aku yakin itu akan berlanjut selamanya.

Tapi sekarang setelah aku memikirkannya...pernikahan itu


mungkin tidak tepat.

Bahkan setelah kami dewasa, ibuku tetap mempertahankan


kecantikan glamornya. Kami bangga dengan kecantikannya
sejak usia muda. Itu membuat kami bahagia setiap kali kami
diberi tahu kalai kami mirip dengannya.

Di sisi lain, ayahku tidak begitu tampan, dan sebagai pekerja


kantoran, tubuhnya tidak fit dan rambutnya mulai menyusut
saat dia melewati usia pertengahan tiga puluhan.

Kupikir dia juga prihatin dengan penampilannya. Dia mungkin


merasa rendah diri dengan istrinya yang cantik.

Dia selalu bekerja…lembur. Mungkin dia mencoba menebusnya


dengan uang. Tidak hanya dia pulang terlambat, tapi
terkadang tidak kembali ke rumah selama beberapa hari.

Kapan Ayah akan kembali?

Ayah sedang sibuk. Dia bekerja keras untuk kita.

Pertukaran di meja makan ini meninggalkan kesan yang kuat di


benakku, mungkin karena aku mengulanginya beberapa kali.

Karena ketidakhadiran ayahku semakin sering, seorang pria


bernama Takashi Takao mulai lebih sering mengunjungi
keluarga kami.

Oh, jadi kalian Haruka dan Shigure. Mereka sangat imut, sama
seperti ibu mereka.

Takashi Takao, dia adalah aktor berbakat yang sering terlihat


di drama TV. Pertama kali kami bertemu dengannya adalah di
pesta BBQ yang diselenggarakan oleh rekan kerja ibuku.

Akhir pekan itu, ketika ayahku bekerja lembur. Ibuku


membawa kami ke pesta dan memperkenalkannya kepada kami.

Pada saat itu, Takao harusnya berusia awal dua puluhan.

Dia memiliki wajah yang tampan dan terawat. Rambut merah


dan tindikannya yang stylish memberikan kesan yang keren.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat pria seperti itu, yang
merawat kulit dan kukunya dengan baik.

Sikapnya sama seperti penampilannya.

Tapi aku membencinya.

Bahkan sebagai seorang anak, aku merasa tidak nyaman


melihat betapa dekatnya dia dengan ibuku. Kebencianku
semakin kuat dengan seringnya dia berkunjung ke rumah kami.

Ketika dia bersama ibuku, dia mengabaikan kehadiran kami


seolah-olah kami tidak pernah ada.

Tentu saja, perselingkuhan yang begitu berani itu tidak akan


berlangsung lama. Ayahku menangkap basah mereka. Tapi
beliau tidak membantah. Mungkin dia tidak bisa benar-benar
marah karena merasa bersalah atas ketidakcakapannya.
Saat itu, jika saja dia menunjukkan emosinya dan menegur
ibuku meski harus menggunakan kekerasan, hasilnya mungkin
akan jauh berbeda.

Kupikir itu karena dia tahu ibuku selingkuh di belakang


punggungnya.

Ada banyak hal yang tidak kuketahui. Dan itu semua sudah
berlalu sekarang.

Aku tidak bisa memastikannya lagi.

Dan pada akhirnya, mereka bercerai.

Keluarga bahagia kami yang kuyakini tidak akan pernah


berakhir terkoyak. Aku harus tinggal dengan ibuku dan
saudariku akan ikut dengan ayahku.

Tentu saja, setelah ini, ibuku beralih ke Takao, pria yang


selama ini dia selingkuhi. Namun dugaanku benar, pria yang
meminta wanita yang sudah menikah dan memiliki dua anak
untuk berselingkuh dengannya tidak mungkin menjadi manusia
yang baik.

Dia mencampakkan kami. Bagaimanapun juga, baginya ibuku


hanyalah seorang wanita tua yang mengalami masa-masa sulit.

Kau harus tahu tempatmu. Sekarang pergi dari sini.

Kata-katanya terukir jauh di dalam hatiku.

Setiap hari, aku terus melihat ibuku yang menangis.

Dia cerai dengan ayahku, membuat kami yang merupakan


saudari kembar terpisah. Pacarnya mencampakkannya. Dan
kemudian kami tidak punya tempat tujuan.

Inilah yang dia dapatkan setelah mempermainkan hati kami.


Dia benar-benar tolol.
Sejak saat itu, aku berhenti percaya pada cinta atau romansa.
Bagi seorang gadis, itu hanyalah ilusi.

Sekarang pun aku masih merasakan hal yang sama.

Aku tidak ingin mengubah diriku sendiri.

Aku tidak ingin menjadi bintang komedi cinta yang tolol.

---

"Oh, itu menyenangkan!"

"Kau benar-benar mendominasi. Permainan yang bagus."

"Aku tidak menyangka kalau aku akan kalah dalam bowling.


Sungguh menyedihkan."
"Hahaha. Padahlal Ai pandai bermain dengan perempuan.”

Setelah bermain bowling, kami pergi dan berjalan di sepanjang


jembatan penyeberangan menuju stasiun.

Saat itu pukul 18:00.

Saat musim panas hampir berakhir, langit malam diwarnai


dengan warna merah cerah.

Hari akan segera gelap. Tapi bagi orang-orang ini, hari mereka
baru saja dimulai. Dan topik pembicaraan beralih ke
bagaimana mereka akan menghabiskan malam.

"Hei, hei. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Apa kau lupa! Kita memutuskan untuk berpesta pada Sabtu


malam ini. "

"Ah! Itu toh."


Salah satu dari mereka memberi isyarat seolah ingin meminum
sesuatu, dan semua orang setuju.

Tentu saja, itu jelas bukan bubble tea.

Tapi aku tidak mau ikut minum.

Itu jelas karena aku tidak minum alkohol. Dan aku juga tidak
mau minum di depan orang-orang yang sangean ini. Aku hanya
tidak ingin menunjukkan celah.

Secara taktis, mereka di sini untuk memburuku, si mangsa.

Mereka ingin menyeretku ke pesta mereka, membuatku mabuk,


dan kemudian melakukan apa yang mereka mau terhadapku.

Ini cara tercepat untuk meniduri gadis yang murni dan polos.
"Jadi ayo ambil beberapa dari toserba dan pergi ke rumah
Masa. Kau ikut dengan kami, kan Shigure?"

Cara merogol ya.

Oh! Jadi begitu caramu bermain.

Yah aku sudah melakukan cukup banyak event untuk


membenarkan cintaku (palsu) untuk Aizawa. Aku tidak perlu
melakukan apa pun.

Hari ini sudah cukup.

Dia tidak akan menolak. Karena dia tidak ingin merusak


hubungan kami yang baru terbentuk.

Aku berbalik dan menghadapi Aizawa.

"Um, Aizawa-sa-----Eh?"
Pada saat itu juga.

Pemandangan taman di bawah jembatan melintas di


penglihatanku saat aku berbalik. Aku kehilangan kekuatan dan
penglihatanku melemah.

Jantungku berdegup kencang.

Aku berkeringat seolah-olah aku berada di sauna, namun


tubuhkku menggigil dari pusatnya.

Aku merasa sakit…

Aku menutup mulutku dengan tanganku.

Seolah-olah isi perutku telah dibalik.

Aku bisa merasakan asam yang berputar-putar di perutku.


Seolah itu akan keluar dari mulutku.

Dan itu menyakitkan…

Aku...kenapa…

Aku tidak tahu kenapa aku seperti ini---Uu.

"Hmm? Ada apa Shigure? Kita kan berteman sekarang, ayo


pergi."

"…"

"Shigure-chan? Kau lihat kemana?"

"Maaf… Aku merasa sedikit tidak enak badan, aku akan


pulang."

"Tidak! Shigu~nyan kan baik-baik saja sampai beberapa saat


yang lalu!"

"Itu benar. Ayolah, gadis bernilai tinggi."

"Jangan khawatir. Ini akan menyenangkan kok."

"Itu benar baby. Kita akan memulai malam dengan keras."

"Kalian, hentikan itu."

Itu adalah Aizawa yang menegur teman-temannya.

"Sepertinya dia tidak enak badan. Aku tidak ingin memaksanya,


jadi biarkan saja diri pulang! Shigure, bagaimana perasaanmu?
Akan sulit untuk naik kereta kalau kau seperti itu. Aku tahu
tempat yang bagus di dekat sini, jadi ayo pergi ke sana agar
kau bisa istirahat."

Aizawa meletakkan tangannya di pundakku.


Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana, dia akan
memaksaku.

...Aku tidak tertarik pada cinta atau romansa.

Itu hal paling sepele dan menjengkelkan di dunia.

Aku tidak peduli dengan keperawanku.

Itu adalah sesuatu yang harus kubuang suatu hari nanti.

Tidak peduli dengan siapapun itu.

Bahkan jika itu adalah pria yang merupakan bajingan terburuk.

Itulah yang kupikirkan.

Ah. Tapi sekarang…


Napfsnya terasa di rambutku.

Tangannya diletakkan di pundakku.

Nafsu bangsatnya ditujukan pada tubuhku.

Segala sesuatu tentang orang ini----sangat menjijikkan. Aku


tidak tahan.

"Ayo pergi. Tenangnlah, aku akan menjagamu dengan baik.


Oke."

"Aku mau pulang…"

"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu."

Dia mengencangkan cengkeramannya di bahuku.


Kukunya menusuk dalam.

Dia bersikeras bahwa dia tidak akan membiarkanku pergi.

Saat itu, tubuhku sudah bergerak.

Aku menurunkan tubuhku dan menarik tangannya,


dikombinasikan dengan tendangan tajam yang seolah
membelah tanah.

Aizawa jatuh ke tanah.

Saat dia jatuh ke tanah, aku mengangkat heel-ku dan


menginjaknya tepat di sebelah wajahnya.

Heel-ku, yang tidak bisa menahan kekuatan dariku, patah.

Aizawa tercengang oleh aksi kekerasan yang tiba-tiba ini, dan


aku berteriak padanya.
“Sudah kubilang aku mau pulang!”

Mereka tidak mengejarku.

---

Udara membeku setelah amukan Shigure.

Punggungnya menyusut di kejauhan saat dia berjalan pergi.


Lalu akhirnya menghilang.

Sementara para pekerja kantor dalam perjalanan pulang dan


siswa/i di depan stasiun sedang berdengung, teman-teman
Aizawa berkumpul di sekitar Aizawa yang jatuh.

"Hei, kau baik-baik saja, Ai?"

"Ada apa dengan gadis itu? Dia berubah terlalu cepat. Dia
benar-benar monster."

"Apa yang harus kita lakukan, Aizawa? Haruskah kita


mengejarnya?"

"Oh? Penculikan? Maka kita harus menggunakan beberapa


kekuatan."

Tapi Aizawa menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku tidak keberatan. Itu tidak buruk… selain itu…"

"Selain itu?"

"Mungkin hanya sedikit… Tapi---itu rasanya enak."

"…Apaaaaaa…?"
Bab 14 | - Cinta Pertama x Malapetaka -

Aku menyukai senyumnya.

Setiap kali aku memberikan dirinya potongan kue yang lebih


besar.

Setiap kali aku kalah dengan sengaja untuk membuatnya


menang.

Diriku sendiri tidaklah penting. Kebahagiaannya adalah


segalanya untukku.

Aku ingin tetap seperti itu.

Itu sebabnya aku ingin memiliki seorang pacar. Aku ingin


dirinya merasa nyaman jika hubunganku dengan Onii-san
terungkap.
Itu adalah pemikiran yang sangat bagus.

Aku tidak ingin merusak hubungan kami saat ini.

Hubunganku dengan saudaraku sama pentingnya seperti


hubunganku dengan saudariku.

Tidaklah masuk akal meninggalkan luka permanen untuk


ketidakpastian singkat seperti cinta.

Aku tidak bisa membuat pilihan.

Aku mengasihani pacarku yang akan dimanfaatkan oleh wanita


sepertiku. Aku tidak pernah merasakan cinta, jadi aku memilih
pasangan yang kalau bersamanya tidak akan menjadi salah
untuk selingkuh, dan memilih pasangan yang aku dapat
mempertahankan hubungan hanya melalui hubungan fisik.
Namun, karena dia memilihku. Aku akan memeras kembali
sejumlah uang yang masuk akal darinya.

Dengan begitu, tidak ada yang merasa rugi dan tidak ada yang
tidak bahagia.

Itu adalah cara terbaik untuk membuat segala sesuatunya


baik-baik saja. Cara terbaik yang bisa kulakukan untuk
mereka.

Benar.

Aku tahu.

Aku tahu itu. Aku sudah tahu itu. Meski begitu...

Saat aku melihat mereka berciuman di taman, semua yang ada


di dalam diriku menolak gagasan itu.

Aku menolaknya dan lari.

Aku membuang semua yang kujanjikan pada diriku sendiri.


Setelah itu, aku tidak yakin apa yang kulakukan...

Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini.

Aku tidak tahu ke mana aku berjalan.

Aku tidak tahu apa aku tadi naik kereta atau bus.

Aku tidak tahu apa-apa.

Tau-tau, aku yang basah kuyup karena hujam, sudah berada


tepat di depan apartemen tempatku tinggal bersama
saudaraku.

Selama waktu itu, aku tidak bisa melihat apapun.

Tidak, aku tidak ingin melihat apa pun.

Satu-satunya hal yang terlintas di pikiranku adalah satu


pertanyaan.

Itu semua demi saudariku, kan?

Terus kenapa aku tidak pacaran dengan Aizawa. Jika aku


pacaran dengannya, semuanya akan baik-baik saja.

Mengapa aku tidak bisa...

Apa yang kulakukan?

Apakah aku...

Kesadaranku menjadi keruh dan itu menyelimuti penglihatanku.

Tapi... Di tengah kegelapan, aku melihat kilatan cahaya datang


dari rumah kami.

Dia pasti sudah pulang ke rumah.


Tapi. aku tidak ingin masuk ke dalam.

Aku tidak tahu bagaimana diriku akan menghadapinya ketika


dia memberi tahuku tentang ciuman itu.

Aku takut...

Sekarang sudah jam 9. Dan di luar sedang hujan.

Aku tidak tahu harus pergi ke mana lagi.

Aku menaiki tangga besi yang berkarat. Aku menyadari bahwa


kakiku telanjang. Rupanya, aku telah meninggalkan heel-ku
yang patah di suatu tempat.

Aku tersenyum pahit mengetahui bahwa sampai sekarang aku


sama sekali tidak menyadari itu.
Aku naik ke atas dan menyentuh kenop pintu rumah.

Itu tidak terkunci.

Aku membuka pintu dan menemukan sepatunya di pintu masuk.

"Aku pulang..."

Tapi tidak ada jawaban.

Aku berjalan di lorong dengan kaki yang basah.

Tap, tap, tap, tap.

Jejak kakiku dan tetesan air yang menetes dari rambutku


mengotori lorong saat aku menuju ruang tamu.

Dia ada di sana, tertidur nyenyak saat bersandar di dinding.


Makan malam yang ada di atas meja tidak tersentuh.

Dia pasti terlalu lelah untuk makan malam. Dia was-was


dengan kencannya dan tidak bisa tidur tadi malam.

Saat ini dia tidur nyenyak, dia pasti sedang memimpikan


sesuatu. Kelopak matanya tertutup rapat, pernapasannya
tenang, dan mulutnya kendur.

Ada sedikit bekas lipstik merah muda di sudut bibirnya.

"Aha..."

Aku mencium bau segar seperti mint keluar dari tubuhnya.

Pikiranku menjadi kosong, dan pertanyaan-pertanyaan yang


menyiksaku begitu lama sirna seketika.

Hanya satu dorongan yang tersisa.


Aku melintasi lorong begitu saja.

Saat aku mendekat, aku menjilat bibir atas dengan lidahku,


lalu menjilat bibir bawahku dengan cara yang sama.

Setelah membasahi bibirku secukupnya, aku menempelkan


bibirku dengan lembut ke bibirnya.

"Hym..."

Aku meletakkan tanganku di pipinya saat dia menggeliat dalam


tidurnya.

Aku menempelkan bibirku ke bibirnya dan menekannya dengan


lembut.

Aku ingin mengganti perasaan saudariku dengan perasaanku


sendiri.
Akhirnya, aku berhenti dan melihat bekas lipstik saudariku
telah hilang.

".................."

Aku bergidik pada kesenangan luar biasa yang kurasakan saat


itu.

Oh, begitu ya.

Related Posts
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 9
Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 9
Ini adalah pertama kalinya aku merasa seperti ini. Ibuku pasti
merasakan hal yang sama ketika dia menghancurkan keluarga
kami.

Perasaan bahwa dunia tempatku tinggal terpecah hanya untuk


satu orang ini.
Hal-hal yang kudapatkan dalam hidupku. Hubungan yang telah
kubangun. Semuanya... Kepercayaan, persahabatan, kasih
sayang, evaluasiku. Semua hal ini menjadi tidak penting di
hadapan satu orang ini.

Intens layaknya----Obsesi.

Kurasa ini adalah "Cinta".

Hari ini, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan


cinta.

Dia adalah sudaraku, dan pacar dari saudariku.

Tidak ada lelucon yang lebih lucu dari itu.

Kupikir itu gila bahwa ada yang orang ingin berada di panggung
ini hanya karena gairah sekilas.

Itulah yang kuyakini.


Tapi--aku jadi tahu.

Saat aku melihat mereka berciuman di bawah jembatan.

Aku tidak bisa menerima pemandangan itu, dan aku


menghancurkan idealismeku sendiri.

Aku tahu bahwa diriku memiliki keinginan kuat untuk


menghancurkan segalanya kendati menerima pemandangan itu.
Dan sekarang setelah aku mengetahuinya, aku tidak bisa lagi
membodohi diriku sendiri.

Aku tidak akan mundur.

Meskipun aku menyerah pada potongan kue yang lebih besar.

Meskipun aku menyerah untuk memenangkan permainan.


Aku tidak akan menyerah pada cinta ini.

---

Apa aku mencium Haruka?

Awalnya aku berpikir kalau itu adalah mimpi.

Mimpi bahagia, kenangan akan hari terbaik dalam hidupku.

Tapi aku merasa ada yang berbeda.

Ciuman itu begitu menggairahkan hingga membuatku


kewalahan.

Aku tidak pernah merasakan sesuatu yang seperti ini.

Apa itu mungkin untuk memimpikan sesuatu yang tidak kau


ketahui?
Tidak, ini---kenyataan.

"Nhm~~~"

Aku segera mendorongnya.

Dia bukan... Haruka.

Aku tidak yakin pada jarak ini, tapi orang yang ada didepanku
adalah Shigure, dengan sosok yang basah kuyup.

"Oh, kau sudah bangun ya... Onii-san."

"S-Shigure? Kau... barusan... Eh~~~"

"Apa kau menikmati ciumanmu yang kedua kalinya? Sedangkan


aku, aku sih tidak peduli."
Kedua kalinya?

Dia baru saja bilang "kedua kalinya"!

Yang jadi pertanyaan di sini bukanlah berapa kali!

"Ti-tidak, kau m-menciumku, kan? Aku... Kenapa?"

"Cinta adalah satu-satunya alasan untuk mencium seseorang.


Aku sudah bilang padamu. Berciuman adalah salah satu cara
untuk menunjukkan kepada seseorang betapa dirimu benar-
benar mencintainya."

"Cinta? Kau kan membenciku. Terus kenapa?"

"Diam."

Setelah itu, bibirku ditutup dengan paksa untuk kedua atau


bahkan ketiga kalinya.
"Shh-Shigure, jangan bermain-main..."

"Aku mencintaimu."

"Terus."

"Aku mencitaimu."

"Tu-tunggu."

"Aku mencintaimu."
Setiap kali aku mencoba mengatakan sesuatu, dia menciumku
dengan penuh gairah.

Dari bibir lembutnya, panasnya, perasaannya... cintanya


merembes ke dalam diriku. Seperti racun, itu menghentikanku
untuk bergerak.

Aku kewalahan oleh cintanya yang begitu kuat.


Matanya basah oleh air mata. Aku melihat bayanganku di
matanya. Sambil memelukku, dia berbisik...

"Aku mencintaimu, Onii-san. Aku mencintaimu. Kau begitu baik


kepadaku. Aku tidak peduli meskipun kau memilih Nee~san. Kau
bisa berpacaran dengannya dan memiliki masa depan yang
bahagia bersamanya. Aku tidak butuh semua itu. Aku tidak
ingin membuatnya sedih, dan yang lebih penting, aku tahu
betul bahwa [Posisi Publik] seperti itu adalah suatu hal yang
tolol. Setiap saat mulai sekarang, aku hanya ingin berada di
hatimu. Jadi, Onii-san. Apa kau mau berselingkuh denganku?"

Aku mendengarnya. Tapi...

"Kali ini, aku tidak bercanda."

Hm... aku mengerti.

Dia memohon sambil menciumku dengan penuh gairah.

Bahkan orang tolol sepertiku, yang tidak mengerti hati seorang


gadis, bisa mengatakan bahwa dia memang serius.

Dia meletakkan tangannya di pipiku. Dan kemudian dia


menciumku lagi.

Itu adalah ciuman lembut yang tidak panas seperti sebelumnya.

Pada saat itu... Aku bisa menahan tindakannya. Aku bisa


memaksanya pergi.

Tapi aku tidak bisa melakukan itu.

Aku tidak bisa, karena aku terlalu bingung. Mungkinkah itu


karena aku diliputi oleh emosinya yang begitu luar biasa?

Aku sendiri tidak tahu.

Yang kutahu hanyalah kalau saat itu aku diserang.


Aku diracuni oleh cinta yang dalam, manis...dan penuh gairah.

...Dan bibir kami bertemu (lagi).

Sentuhannya yang lembut, panas, dan manis menutupi


pikiranku.

Aku bahkan tidak bisa mengingat bagaimana rasanya mencium


Haruka, ciuman yang kupikir tidak akan pernah kulupakan.

Jadi pada hari aku mencium pacar tercintaku untuk pertama


kalinya, aku mencium saudarinya.

Anda mungkin juga menyukai