Anda di halaman 1dari 2

CINTA DI BANGKU SEKOLAH

(M.afif al bishri)

Saya mengenal cinta ketika saya menginjakkan kaki di sekolah menengah negeri pertama di distrik
saya. Sekolah ini letaknya tidak jauh dari rumah tempat saya tinggal bersama orang tua dan saudara-
saudara saya. Untuk sampai ke sekolahku, aku hanya perlu berjalan kaki agar sehat jasmani dan rohani,
begitulah kata orang, dibutuhkan waktu sekitar lima hingga tujuh menit untuk sampai ke sekolah
tercinta. Kata teman-teman saya, saya termasuk salah satu siswa yang cukup pandai dan selalu menaati
peraturan di sekolah. Itu sebabnya orang tuaku tidak pernah mendapat surat panggilan dari pihak
sekolah tentang kenakalan yang kulakukan di sekolah sehingga orang tuaku tidak pernah datang ke
sekolah karena surat panggilan tersebut.

Namun bagi saya itu adalah cambuk atau pemicu untuk lebih giat belajar. Dari kelas 1 (satu) SMP saya
mendapatkan juara atau rangking di kelas tersebut, mungkin hal inilah yang mengundang simpati dari
teman-teman sekelas khususnya yang cewek. Bukan soal pamer atau pamer. Atau hanya sekedar
perasaanku saja. Namun terkadang itu bisa jadi sebuah kenyataan yang bermula dari sesuatu yang biasa
saja.

Saat saya duduk di kelas 2 (dua) SMP, teman-teman laki-laki saya agak usil terhadap saya, seperti
menjodohkan atau mencari jodoh dengan teman-teman di sekolah kami yang harus berlainan jenis,
yaitu perempuan tentunya. Mereka menjodohkanku dengan teman sekelas sebelah. Setelah aku
memikirkannya, dia cantik dan pintar. Mungkin karena itulah aku dihimpun oleh teman-temanku yang
usil, mereka usil tapi baik lho.

Suatu ketika mereka berkata, “Di, ada yang menitipkan salam untukmu . ” Tanpa pikir panjang, aku
langsung menjawab, “ Kamu siapa ?” Lalu mereka bertanya lagi, "Apakah itu gadis yang rambutnya
dikepang dan berkacamata yang sama denganmu ?" " Yang mana ?" Saya menjawab dengan rasa ingin
tahu. "Itu...itu...itu...anak PN." kata mereka serempak. "Oh, yang itu." "Ya. Salam sejahtera." Saya segera
menjawab. Dadaku berdebar kencang dan tak terkendali. Apa tanda ini? Apa artinya.

Pernah ada acara untuk melakukan upacara peringatan hari pendidikan nasional di sekolah. Kebetulan
saya dan dia satu tim paduan suara atau padsu. Kami berlatih bersama teman-teman yang lain. Pasukan
paduan suara kami berjumlah sekitar dua puluh (20) orang yang dipilih dari seluruh kelas yang
tersedia. Setelah selesai latihan paduan suara kami beristirahat dan mencari tempat berteduh yang
cocok.

Teman-temanku yang usil datang mendekatiku lagi. Saya sudah menebak apa yang ada di pikiran
mereka dan kata-kata yang akan mereka ucapkan. Segera mereka bertanya, " Wak , apakah kamu sudah
bertemu dengan ibumu ? " mereka berkata. " Apa yang salah ?" Saya menjawab dengan cepat. "Itu...
itu...!" Anggap saja kamu tidak tahu!" seru mereka. "Oke, itu. Sampai jumpa . Tapi temanku tidak punya
perasaan apa pun ." Mereka melanjutkan, "Jangan menunggu sampai nanti untuk membuat orang mati
rasa . Nanti kamu menyesal." "Baiklah, kalau begitu aku akan mengerjakannya." Aku menjawabnya
dengan semangat agar tidak menggagalkan permintaan teman-temanku yang usil itu.
Sejak pertemuan pertama kami, kami sering bertemu. Saat itulah ada acara penting di sekolah. Tidak
lebih dari itu. Saat itu kamu masih malu-malu mengucapkan rangkaian kata-kata yang mengungkapkan
rasa cintamu pada lawan jenis. Aku paham kalau kemarin sore orang masih berbau kencur atau anak-
anak. Aku bahkan tidak mengerti maksud dari istilah itu. Sampai aku duduk di bangku kelas 3 (tiga) SMP,
aku menganggapnya sebagai teman biasa dan tidak mempunyai perasaan apa pun terhadap wanita yang
dijodohkan atau dijodohkan oleh teman usilku itu. adalah bagaimana saya menyelesaikan studi saya
untuk mencapai ambisi impian saya dan mengukir masa depan yang lebih baik untuk saya.

Setelah menyelesaikan studi di sekolah menengah pertama negeri, saya melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas. Lokasi sekolahnya bersebelahan dengan sekolah saya
sebelumnya. Saat SMA, saya mulai berani melihat atau melirik lawan jenis. Dia tidak ada di kelasku. Saya
suka melihatnya jadi saya mencoba mengungkapkan cinta saya kepadanya. Namun ketika aku jarang
bertemu dengannya karena waktu itu aku sedang sibuk dan ditunjuk oleh teman sekelasku untuk
menjadi ketua kelas, sepertinya dia selalu menghindariku, sepertinya dia tidak ingin bertemu denganku
lagi. Entahlah. kenapa, saya juga tahu. Lalu saya bertanya kepada teman dekatnya. Temannya bilang dia
tidak tahu kenapa dia melakukan itu. Mungkin karena saya sibuk sebagai ketua kelas sehingga tidak
sempat bertemu dengannya.

Tibalah saatnya aku naik kelas 3, tak kusangka aku satu kelas dengan gadis yang kusuka dari kelas 1 (1).
Aku mencari tahu alasannya. Ternyata dewan guru mencampuradukkan siswa membentuk sebuah kelas
baru. Bertemu teman-teman baru. Mungkin itu alasannya. Saat pengumuman nama-nama kelas baru
ketiga (3) tertempel di papan pengumuman, kami langsung menyerbu kantor dewan guru. Setelah aku
amati dan perhatikan nama gadis yang kusuka. Tapi aku tak merasakan apa-apa. Tak ada lagi getaran
cinta padanya. Entahlah, hanya Tuhan yang tahu segalanya.

Saat memasuki kelas baru dan mencari tempat duduk yang tepat untukku belajar, dia sudah berada di
ruang kelas baru kami. Aku langsung menyapanya dengan santai, kukira dia hanya teman biasa.

Itulah kisah cintaku di sekolah yang sangat aku cintai sekitar dua puluh delapan tahun yang lalu yang
tidak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku.

Anda mungkin juga menyukai