Anda di halaman 1dari 4

Ketika Cinta Menyapa Introvert

Cinta adalah hal yang tidak bisa dipelajari, tidak ada yang pernah
mengajarinya. Rasa suka bisa tumbuh tanpa sepengetahuan diri. Lelaki
adalah makhluk yang bodoh karena mereka mudah jatuh cinta. Cukup
dengan senggolan sedikit dari lawan jenisnya, mereka akan menjadi budak
dari cinta.

Hai, namaku Afian. Seorang introvert yang hanya akan berbicara


saat diajak ngobrol orang lain. Aku hidup di era di mana komunikasi
sangatlah mudah. Karena kemudahan tersebut, muncullah sebuah trend
untuk mendapatkan pasangan sebelum waktunya. Bahkan seorang anak SD
dapat mengenal apa itu cinta, dan aku salah satunya pada waktu itu.

Tidak ada yang mengajariku tentang cinta, namun ia datang begitu


saja. Aku masih mengingat saat pertama kali jatuh cinta. Pertama kalinya
memandang perempuan dengan pandangan lain. Selalu berdebar melihat
wajahnya, terkadang mataku selalu mencari kesempatan untuk melihatnya
tersenyum ataupun tertawa. Itu adalah awal diriku mengenal rasa cinta, dan
itu terjadi saat aku masih duduk di bangku kelas 6 SD.

Aku selalu beranggapan bahwa orang yang mudah bergaul akan


dengan mudah untuk menjalin sebuah hubungan. Seperti yang kukatakan,
aku adalah seorang introvert. Sangat susah bagiku untuk memulai
percakapan. Berbicara dengan sesama jenis saja sangat jarang, apalagi
dengan lawan jenis. Aku lebih senang mendengarkan cerita orang lain
daripada berbagi cerita dengan orang lain. Jujur ketika aku menyukai
seseorang, aku cenderung akan memendamnya dan tidak mengungkapnya.

Aku mengerti apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku
pernah merasakan pertama kalinya ingin menghabiskan waktu, dan hari-hari
bersama seseorang. Pengalaman di bangku kelas 6 SD adalah hal yang tidak
terlupakan. Anak perempuan ini berinisial A. Dia adalah seorang anak
perempuan yang cukup pendek dan cukup cerewet, benar-benar berbanding
terbalik denganku yang jarang berbicara.
Aku mengenal si A sudah dari kelas 1 SD karena kami memang
sudah satu kelas sejak kelas 1 SD. Saat itu aku hanya sebatas tahu dan kenal
dengannya, tidak begitu akrab. Dari kelas 1 hingga kelas 5 kehidupan
sekolahku cukup biasa saja. Datang di pagi hari, pulang di siang hari, tidak
ada yang terlihat istimewa. Bagiku, semua itu hanya rutinitas belaka. Dan
sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan si A waktu itu.

Naik ke kelas 6, ini merupakan momen di mana aku mengenal si A


lebih dekat. Cukup telat jika menurutku. Alasannya ialah karena di masa
tersebut aku dan teman-temanku benar-benar disibukkan dengan kegiatan di
sekolah sehingga kami jadi lebih sering bertemu daripada tahun-tahun
sebelumnya. Banyak kegiatan yang diharuskan untuk berkelompok untuk
mengerjakannya, dan aku cukup sering satu kelompok dengan si A. Di saat
inilah aku mengenal lebih dekat si A.

Tiada angin tiada hujan, suatu hari entah mengapa diriku mencoba
untuk mengobrol dengan si A, sekedar basa-basi dan bercanda padahal aku
sendiri jarang bahkan hampir tidak pernah mengobrol dengan lawan jenis.
Aku berbicara teman lawan jenis biasanya hanya untuk meminjam sesuatu
ataupun bertanya mengenai tugas sekolah. Obrolanku dengan si A cukup
lancar meskipun hanya berlangsung secara singkat karena aku tak begitu
pandai berbicara apalagi dengan lawan jenis. Setengah semester berlalu dan
aku masih cukup sering mengobrol dengannya dan menjadi lebih akrab.

Suatu hari saat jam istirahat, aku duduk di kursi paling pojok kelas
sedang belajar untuk perisapan try out. Tiba-tiba datang teman dekat si A
menghampiriku dan memberitahuku bahwa si A suka denganku. Mendengar
perkataan tersebut awalnya terasa biasa saja karena aku belum paham tentang
hal tersebut. Namun lama-kelamaan entah mengapa jantungku berdebar lebih
kencang.

Mendengar kata suka untuk pertama kali membuatku mengalami


cinta pertama. Seperti yang sudah kukatakan, tidak ada yang mengajari kita
tentang cinta. Ia tumbuh dengan sendirinya. Sejak mendengar hal itu, entah
mengapa aku memahami bahwa perasaan ini adalah cinta.
Meski terdengar membahagiakan, namun karena perkataan tersebut
merubah banyak hal diantara kami. Sejak mendengar perkataan tersebut
entah mengapa aku jadi lebih jarang berinteraksi dengannya secara langsung.
Aku malah tidak berani untuk berbicara dengannya lagi, menatapnya saja aku
malu-malu.

Meski aku tak berani untuk berbicara dengannya secara langsung,


aku masih mencoba untuk menjalin komunikasi dengannya secara tidak
langsung. Aku mencoba untuk berbicara dengannya lewat facebook saat itu.
Kami sama-sama malu-malu ketika berbicara lewat facebook saat itu. Kalimat
pesan yang saling kami kirimkan cukup singkat, namun aku cukup senang
karena masih bisa berinteraksi dengannya meskipun secara tidak langsung.

Try out demi try out kami lalui, ujian nasional pun semakin dekat.
Aku sering membagi jawabanku ketika try out dengannya ketika ia bertanya.
Tujuanku agar dia juga bisa mendapatkan nilai yang bagus juga karena aku
bisa dibilang termasuk murid yang pintar ketika SD. Aku juga terkadang
membantunya belajar materi lewat facebook ketika dia merasa kesulitan.

Ujian nasional pun tiba, kami cukup lancar mengerjakannya hingga


mapel terakhir. Saat pengumuman nilai keluar, aku bersyukur karena nilai
kami cukup memuaskan. Aku berada pada peringkat ketiga dan si A berada
pada peringkat kedua di sekolahku. Namun, entah mengapa sejak saat itu si
A jaranng sekali berinteraksi denganku lagi cukup lama. Aku merasa seperti
hanya dimanfaatkan olehnya untuk mendapatkan nilai, namun aku juga
merasa bersalah karena tidak berani berbicara dengannya secara langsung
sejak saat itu. Meski merasa terhianati, aku masih mencoba untuk berpikir
positif dan masih menyimpan rasa padanya meskipun rasa itu perlahan
semakin pudar seiring berjalannya waktu.

Itulah awal kisah diriku mengenal yang namanya “Cinta” meskipun


tidak berakhir dengan baik. Aku berterima kasih padanya karena telah
mengenalkanku dengan perasaan tersebut dan menjadi cinta pertama dalam
hidupku. Memang cinta pertama bukanlah cinta terakhir, tetapi pengalaman
cinta pertama membuatku mengenal akan rasa cinta. Hanya tersisa sebagai
sebuah kenangan, dan tidak lebih dari itu.

Biodata Penulis

Nama : Aditya Afian Nanda Mukamto

Surel : adityamukamto@gmail.com

Quote : Menulislah dengan jelek, karena tulisan yang bagus


hanyalah bonus dari kebiasaan.

Anda mungkin juga menyukai