Anda di halaman 1dari 1

 The last aster 

Kita yang Beda-Part 1


The last aster

8 3

Romansa Fiksi Remaja

Description
Bukankah cinta itu anugerah? Bukankah hati tidak akan
jatuh pada hati yang salah? Lalu apakah takdir akan selalu
mempertemukan kita dengan orang yang tepat?

Apakah menjadi suatu kesalahan bila aku mencintai dia


yang berbeda?

Dia membuatku menyayanginya dengan semua kekesalan


yang selalu dia hadirkan untukku. Aku menyukai setiap hal
tentangnya, aku menyukai setiap waktuku bersamanya.

Namun mengapa, disaat semua terasa begitu indah, disaat


aku semakin menyayanginya, aku semakin takut akan akhir
cerita ini. Aku takut cerita ini takkan berujung

Salahkah aku karena mencintai dia yang berbeda?


Salahkah aku mencintai seseorang dengan Tuhan yang tak
sama???

Show Less

Kita yang Beda


 20  10  5 Ongoing
Bukankah cinta itu anugerah? Bukankah hati
tidak akan jatuh pada hati yang salah? Lalu…
apakah takdir akan selalu mempertemukan
See the series 
kita dengan orang yang tepat?Apakah
menjadi suatu kesalahan bila aku mencintai
dia yang berbeda? Dia membuatku
menyayanginya dengan semua kekesalan
Rain, begitu mereka memanggilku.
yang selalu Namaku?
dia hadirkan untukku.Rain
AkuAudrey
Putri, wanita yang selalusetiap
menyukai terlihat
halcuek dan jutek,
tentangnya, akutidak
bersahabat danmenyukai
menyebalkan.
setiap waktuku
bersamanya.Namun mengapa, disaat semua
Tenang-tenangterasa
itu bukan yang
begitu sebenarnya,
indah, disaat aku hanya
semakin
kelihatannya saja dan tentunyaaku
menyayanginya, bagi orang-orang
semakin yang
takut akan
belum mengenalku.
akhir cerita ini. Aku takut cerita ini takkan
Jadi apa kau mau mengenalku lebih
berujungSalahkah jauh? Ku
aku karena harap kau
mencintai dia
tidak akan menyesal setelahnya,
yang berbeda? akan aku
Salahkah ceritakan
aku mencintai
semuanya. seseorang dengan Tuhan yang tak sama???

Namun sekali kau memilih ingin mengetahui ceritaku, kau


takkan bisa berhenti hingga akhir. Hei, jangan takut dulu
karena aku bukan pemangsa namun aku juga tidak pernah
membiarkan diriku dimangsa.

Selamat memasuki duniaku, perjalanan kita akan sangat


panjang dan penuh suka duka.

*****

“Demikian presentasi kelompok saya pada hari ini, saya


tutup tanpa sesi tanya jawab” ucap Rain menutup
presentasinya di depan kelas, mahasiswi semester akhir itu
lantas mendapat tatapan sedikit kesal dari dosennya.

“Rain?”

Satu kata dari Pak Widjaksana, dosen mata kuliah Sastra


yang berusia paruh baya itu terkenal tegas namun sangat
bersahabat dengan mahasiswanya.

“Saya tahu teman-teman saya sudah cukup pintar dan


pasti mengerti apa yang saya jelaskan Pak”, jawab Rain
dengan santai, padahal jelas itu adalah permintaan dari
temna-teman kelasnya karena Pak Widjaksana mengambil
waktu di minggu tenang mereka untuk menyelesaikan
pertemuan terkahir di kelasnnya.

Lagi pula mereka seharusnya sudah mulai memikirkan


skripsi, bukannya malah terjebak dikelas bersama dosen
dan menghabiskan waktu 2 kali 45 menit untuk
menyelesaikan kelas yang seharusnya sudah diselesaikan
sejak 3 bulan lalu. Hanya karena Pak Widjaksana sibuk di
jam mata kuliahnya saat itu, mereka semua harus
mengikuti schedule dosennya untuk masuk perkuliahan di
minggu tenang seperti ini, padahal mereka berharap Pak
Widjaksana akan memberikan mereka nilai standar saja
tanpa harus mengadakan kelas akhirnya.

“Baik kalau begitu biarkan saya yang menjadi


moderatornya, dari kalian siapa yang ingin bertanya?"

Pak Widjaksana mengambil alih tugas Rain. Serempak


mahasiwa dan mahasiswi itu menjawab

“tidak ada paaak”.

Sontak Pak Widjaksana melotot dan terdiam “baiklah


baiklaah, kalian menang. Kelas terakhir kita saya tutup,
semoga skripsi kalian selesai tepat waktu” Pak Widjaksana
mengalah begitu saja seolah tau apa yang ada di dalam
kepala mahasiswanya.

Pak Widjaksana merapikan barang-barangnya dan


melangkah keluar kelas. Tepat selangkah dosennya
meninggalkan pintu, kelas itu langsung riuh. Obrolan dan
keluhan seputar skripsi menjadi topik utama mereka, tentu
saja semuanya ingin lulus tepat waktu.

****

Rain

Begitu pak Widjaksana keluar, aku langsung meraih


ponselku yang dari tadi layarnya terus berkedip selama aku
presentasi.

“Ah, notifikasi grub whatsApp”. Aku memasukkan ponselku


ke ransel, belum berniat mengintip isi obrolan di grup itu.
Ya, aku tergabung disebuah grub whatsApp dimana
anggotanya adalah para penyiar radio dan para pendengar
setia kami.

Sebagai informasi, aku bekerja paruh waktu sebagai


penyiar radio di sebuah stasiun radio yang cukup terkenal
di kalangan anak muda. Entah apa yang mereka bicarakan
sejak tadi sampai aku menerima 103 notifikasi dari grub
yang satu ini.

Grup ini memang selalu ramai, karena memang tujuan


dibuatnya grup ini adalah untuk sharing dan ngobrol
bareng antara penyiar dengan para pendengar di luar jam
siaran. Anggotanyapun tidak hanya penyiar dari stasiunku
saja, tapi juga dari beberapa stasiun lain bahkan dari kota
tetangga.

Aku melirik jam tanganku, pukul 12.47 dan sudah


seharusnya aku makan siang.
Aku berjalan keluar dari kelas, bersama dua temanku vania
dan Boni, mereka ini sepasang kekasih yang kemana-mana
selalu mengikutiku dan aku yang selalu menjadi pendengar
sekaligus menjadi konsultan yang baik untuk hubungan
mereka.

Haaaah, bagaimana mungkin aku selalu bisa menangani


masalah percintaan orang lain tapi tak mampu menangani
masalahku sendiri. Hebatnya, tak satupun manusia yang
mampu membuatku tertarik hingga detik ini. Ya, itu setelah
patah hati terbesarku karena di khianati cinta pertamaku.

Bukan berarti aku belum moveon, bahkan saat beberapa


waktu lalu dia tiba-tiba datang dan berkata mau
memperbaiki hubungan denganku, aku dengan begitu
datar menolaknya. Hanya saja sampai saat ini aku belum
menemukan sesosok makhluk yang dapat membuatku
tertarik, berdebar dan terpesona entah bagaimanpun itu
caranya.

Dari beberapa yang berusaha mendekatiku, mulai dari


teman satu kelas, satu vakultas, satu stasiun radio, sampai
pendengar yang tegabung di grup belum satupun yang
bisa membuatku berdebar dan terpesona. Biasa saja, tidak
membuatku tertarik sama sekali. Hidupku terasa seperti
yang biasa orang sebut dengan ‘datar-datar saja’.

“Eh Ra, kenapa sih. Diem terus dari tadi” Vania yang
berjalan disebelah menyikut lenganku.

“Rain, tolong ucapkan dengan lengkap nona Vania yang


terhormat” kataku menunjukkan ekspresi kesal, meski
sebenarnya hanya pura-pura.

“Iya iyaaaaa, Nona Raaaaaaain. Apa yang sedang anda


fikirkan?”

“Ga ada, gua cuma lagi mikir mau makan apa siang ini”
jawabku seadanya.

“Jadi mau makan apa?”

“Karena gua bingung mau makan apa, jadi gua


memutuskan untuk tidak makan siang ini” jawabku dengan
tersenyum.

Vania mendengus kesal saat aku terus berjalan mendahului


langkahnya sambil melambaikan tangan “Gua duluan ya,
kalian makan aja berdua. Gua mau langsung pulang.”

“Dasar nyebelin lu” ucap Vania setengah berteriak karena


kesal. Namun dia takkan pernah benar-benar marah
padaku, karena aku adalah konsultan untuk urusan
percintaannya. Kalau bukan karena aku mereka berdua
sudah putus sejak tahun lalu hanya karna salah paham. Ah
itu tidak usah diceritakan, privasi klien.
*emot senyum

*****

Rain berjalan menuju halte bis terdekat, menunggu koridor


2P. Tak lama menunggu Rainpun melangkahkan kaki
memasuki bus, mencari kursi kosong didekat jendela kaca
yang terpasang permanen untuk kemudian duduk dan
menatap keluar..

Rain selalu suka duduk di sisi jendela, menatap riuhnya Ibu


Kota ditengah terik sang surya. Betapa menyenangkannya
bisa melepaskan lelah di tempat yang tenang dan jauh dari
semua kebisingan, itu salah satu hal yang selalu
didambakan Rain.

Tapi semester akhir ini membuatnya seperti tak ada waktu


luang buat healing, atau bahkan sekedar me time dengan
tidur panjang di kamarnya. Ditambah lagi dia harus segera
menyelesaikan skripsinya jika tidak ingin menjadi
mahasiswa abadi di kampus itu.

Sebenarnya Rain adalah mahasiswi yang pintar, terbukti


dari nilai IP nya setiap semester yang selalu di atas 3.5 dari
skala 4. Hanya saja dia suka menunda karena memilih
menyibukkan diri dengan urusan pekerjaan paruh waktunya
dan urusan lain seperti kegiatan sosial menjadi konsultan
patah hati.

Iya, gadis ini sering menjadi pendengar sekaligus


penasehat untuk orang-orang patah hati yang datang
bercerita padanya dan meminta solusi untuk hubungan
mereka. Entah itu via telfon, chat, video call, bahkan ada
yang mendatanginya langsung. Mulai dari teman lama
semasa SMA, teman kuliah, teman kerja, teman dari
temannya, teman dari temannya yang punya teman tadi,
bahkan para pendengar siarannya.

Bus terus melaju pada jalurnya dengan kecepatan standar,


beberapa penumpang turun dan naik setiap bus berhenti di
halte berikutnya. Rain masih 2 halte lagi untuk sampai di
halte tujuannya, untuk kemudian berjalan kaki menuju kost-
kostan yang selalu menjadi tempat pulangnya hampir di 4
tahun terakhir ini.

“Persiapan halte Mercu Buana, periksa kembali barang


bawaan anda, jangan sampai ada yang tertinggal" suara
petugas yang berdiri di dekat pintu bus itu menyebutkan
halte tujuan Rain.

Baru saja rain berdiri ketika ponselnya berdering pelan,


Rain melihat layarnya yang menyala bertuliskan cowo
absurd, membuat keningnya berkerut dan mendengus
kesal.

“Nngapain lagi sih ni cowo absurd telpon, ga bosen apa.


Padahal ga pernah di angkat tetep aja kekeuh nelponin
terus” gumam Rain dari balik masker.

Baru saja Rain mengantongi ponsel di kantong sweaternya


dan maju satu langkah dari kursinya, bus sudah melaju lagi
menuju halte berikutnya. Rain yang baru saja sadar
terlamabat turun di haltenya semakin kesal karna harus
turun di halte berikutnya dan ikut rute balik arah untuk
kembali ke halte mercu buana.

“Hah shit, kelewat kan gua. Gara-gara cowo absurd ini gua
mesti muter balik ini. Haaah”

Rain terus mengumpat dari balik maskernya. Mengumpati


seseorang yang bahkan belum dikenalinya. Seseorang
yang nanti justru merubah banyak hal dihidupnya,
seseorang yang belum ia sadari perlahan mulai mengisi
harinya.

Rain turun di halte berikutnya, menumpangi bus dengan


rute berlawanan untuk kembali ke halte tujuannya. Tak
lama Rain sudah sampai kembali di halte Mercu Buana.
Bergegas iya turun dari bus dan menuju pintu keluar halte,
mendekatkan QR kode yang ada di ponselnya pada
pemindai dan melangkah keluar menunggalkan halte.

****

Rain

“Apa sih maunya cowo absurd ini” gumamku sambil terus


melangkah menuruni JPO setelah meninggalkan halte
busway beberapa meter di belakangku. Beberapa waktu
terakhir pria ini terus menelponku meski tak pernah aku
angkat.

Beberapa waktu lalu saat aku kirimkan pesan padanya


“maaf saya sedang sibuk, jika ada keperluan silahkan lewat
chat saja.” dan aku mendapat balasan “aku hanya ingin
menelpon”.

Itulah mengapa ku namai dengan cowo absurd. Tapi itu


minggu lalu, 4 hari terakhir ini dia mulai rutin menelpon di
jam yang sama seakan tahu kapan aku free dan bisa
memegang ponselku, padahal last seen dan status online
di whatsapp ku jelas-jelas tidak aku aktifkan.

Selama 4 hari terakhir ini pula pria itu menelpon 3 kali


sehari, rutin di jam yang sama seperti minum obat dan
selalu hanya 1 kali nada dering ponselku, mungkin hanya 3
kali nada sambung di ponselnya.

Perlahan pria ini mulai membuatku penasaran dan kesal


sekaligus. Namun aku masih enggan menanggapinya, aku
ingin lihat sampai kapan dia betah meminum obat rutinnya
ini.

****

Sesampainya di kost Rain melepas sepatu tepat didepan


pintu, menaruh di rak, melepas topi dan sweaternya yang
dilempar sembarangan ke kasur, untuk kemudian
menghempaskan badannya di kasur yang cukup empuk itu.
Matanya memejam dan Rain menghela napas panjang
seolah begitu lelah dengan hidupnya. Beberapa menit
kemudian Rain tertidur, masih dengan posisi setengah
menggantung, badannya yang telentang dan kaki
menjuntai di pinggir kasur.

Pukul 18.01, Rain terbangun karena ponselnya kembali


berdering. Pria itu menelpon lagi, Rain bisa tahu tanpa
melihat nama yang tertera di layar ponselnya karena baru
saja tadi Rain menggunakan notifikasi khusus untuk kontak
WA pria itu. Notifikasi khusus? Ya, khusus, namun apakah
itu berarti seseorang yang belum dikenalinya itu mulai
menjadi istimewa untuknya?
Jangan berfikir terlalu keras, karena bahkan Rain tidak
sedikitpun menyadari bahwa pria itu mulai mengisi harinya
bahkan tanpa ada percakapan satu katapun, hanya nada
dering ponsel 3 kali sehari.

Rain sontak kaget begitu menyadari bahwa itu telfon kedua


dari si pria absurd hari ini, yang menandakan bahwa waktu
sudah menunjukkan pukul 6 sore. Tadi siang untuk
pertama kalinya pria itu terlambat menelpon di jam
pertamanya, biasanya Ia menelpon di jam istirahat siang
pukul 12.00. Tapi justru tadi dia menelpon ketika Rain
hendak turun bus dan membuatnya melewati halte
tujuannya.

Rain bergegas ke kamar mandi, kurang dari 10 menit gadis


itu telah bersiap untuk berganti pakaian. Iya, benar, jelas
gadis itu tidak mandi, karena dia akan terlambat untuk ke
stasiun radio jika Ia berlama-lama di kamar mandi. Pukul
19.00 Rain sudah harus mengudara sebagai the last aster
yang peofesional, gadis itu memang suka menunda tapi Ia
tak pernah mau terlambat dalam hal apapun. Bahkan Ia
memilih begadang untuk mengerjakan makalah 1 hari
sebelum deadline, alih-alih mengerjakannya jauh hari atau
menunda mengumpulkannya.

Pukul 18.15 Rain sudah berjalan meninggalkan kost nya


dengan ransel yang hanya tersampir di pundak kirinya,
celana jogger dan kaos over size yang menjadi ciri
khasnya, tangan kirinya memegang sweater navy
kesayangannya. Rambutnya terkuncir rapi, di balik topi
baseball hitam polos yang Ia kenakan, tak lupa masker
yang selalu menutupi sebagian wajahnya.

Gadis bertubuh mungil itu terus berjalan dengan cepat,


sepatu kets yang iya kenakan memudahkannya untuk
berjalan dengan cepat. Ya, Rain dapat dikategorikan mungil
jika dibanding dengan teman-teman sebayanya. Dengan
tinggi yang tak mencapai 160cm dan berat kurang dari
45kg membuat Rain terlihat mungil dengan kaos over
sizenya itu. Rain memiliki kulit yang putih, rambut hitam
yang cukup panjang melewati bahu namun selalu ditutupi
dengan topi.

Rain memiliki banyak koleksi topi seperti model topi


baseball juga bucket hat, begitupun dengan sepatu kets
yang memenuhi rak sepatunya, bahkan Ia tak memiliki
sendal karena selalu menggunakan sepatunya kemana-
mana.
Rain melangkah memasuki bus, mencari kursi yang kosong
di dekat jendela untuk kemudian duduk disana.

Rain menghembuskan nafas, karena bangun terlambat tadi


membuatnya seakan lupa bernafas karena terburu-buru.
Rain membuka ponselnya, membuka aplikasi whatsapp dan
mengklik kontak cowo absurd untuk kemudian mulai
mengetik pesan.

“Terimakasih, telfonmu tadi sedikit menyelamatkan aku.


Hampir saja aku terlambat untuk siaran malam ini gara-
gara tadi ketiduran”
kemudian menekan tombol send untuk hanya beberapa
menit saja tanda centangnya berubah menjadi biru,
sementara penerima pesan tersenyum di seberang sana
dari balik maskernya, namun tidak membalas pesan itu.

“Ih, di read doang, kampret emang” umpat Rain melihat


centang biru yang tak mendapat balasan.
Rain melangkah keluar bus begitu sampai di halte
tujuannya, kemudian berlari-lari kecil menerobos gerimis
menuju gedung stasiun radio tempatnya bekerja, sweater
hoodienya telah Ia gunakan sejak akan keluar halte tadi dan
Rain menaikkan tudung hoodienya menutupi kepalanya,
tanpa perlu melepas topi yang Ia kenakan.

“Malam pak” sapa Rain pada seorang security yang


sedang berjaga di depan loby.
“Malam mba, kehujanan ya?”
“Gerimis doang pak, duluan ya pak” jawab Rain sembari
berjalan menuju tangga setelah kalimatnya dibalas
anggukan oleh security itu.

Rain selalu lebih memilih naik tangga daripada harus


menggunakan lift, ada ketakutan tersendiri di dalam dirinya
seperti trauma atau phobia, entahlah. Lagipula stasiun
radionya hanya di lantai 2.

Security itu menatap punggung Rain yang perlahan hilang


menaiki anak tangga, Iapun tersenyum di balik maskernya.

****

Rain

“Malaaaam” sapaku begitu memasuki ruang kerja staff


yang menjadi penghubung ke ruang siaran, merekapun
mengangguk.
“Masih ujan Rain?” tanya salah satu dari mereka.
“ngga, gerimis doang” jawabku sambil terus berjalan, jam
dipergelangan tanganku menunjukkan pukul 18.58,
setidaknya aku tidak terlambat pikirku.

Aku memasuki ruang siaran, bersiap untuk mengudara


selama 120 menit kedepan, menggantikan Novi yang baru
saja menyelesaikan siarannya.

Aku mengambil posisi ternyaman di tempat dudukku untuk


kemudian mulai menjalankan tugas.

“Asslamu'alaikum warrohmatullahi wabarakatu, selamat


malam sad boy dan sad girl semuanya. Kembali lagi
bersama the last aster, yang akan menemani malam kelam
temen-temen sad boy dan sad girl selama 2 jam kedepan.
Mari kita bicara soal luka, karena sekuat apapun dan
sehebat apapun seseorang dalam menyembuhkan lukanya
ada bekas yang akan selalu menjadi history dan koneksi
untuk kembali membahasnya. Ngomong-ngomong soal
luka nih, dari temen-temen sendiri apa sih luka yang begitu
membekas. Yuk kita ngobrol bareng di sesi curhat malam
ini, seperti biasa curhatnya aku terima via whatsapp di
nomer 08578232xxxx dan untuk yang mau request lagu
boleh di nomer yang sama ya. Okeyy, untuk lagu pertama
aku mau puterin satu lagu nih buat temen-temen semua
biar yang galau makin galau, yang bahagia harus ikutan
galau juga ya,, hehehehe.. Pilihan terbaik-Ziva Magnolya
selamaaaat bergalau riaaaa”

Aku selalu membuka siaranku dengan mengucapkan


salam, meskipun aku tau pendengarku berasal dari latar
belakang agama yang berbeda-beda, namun mereka
mengerti dan berkata itulah yang membedakanku dengan
penyiar lainnya. Mereka juga berkata tidak takut
menunjukkan identitas agama itu merupakan hal yang baik,
karena kebanyakan orang terlalu sensitif akan hal itu.

Aku memutarkan lagu, dan mulai sibuk membuka chat


pendengar setiaku. Mereka menyebut dirinya fans the last
aster sang konsultan cinta, padahal mereka sendiri tidak
tahu idola mereka ini justru sudah lupa seperti apa itu
cinta. Tapi entah kenapa saranku selalu saja berhasil
membantu masalah banyak hati diluar sana.

Aku terus membaca chat satu-persatu, memilih mana yang


akan dibahas lebih dulu. Hingga aku terhenti di satu pesan,
aku menyentuh layar ponsel untuk membuka profilnya. Aku
merasa mengenali nomer ini, nomer yang beberapa waktu
terakhir rutin menelponku, nomer yang baru saja tadi
menyelamatkan aku dari keterlambatan. Aku bisa
mengenali nomer ini dari profilnya yang hanya
menampilkan sketsa bayangan hitam seorang pria.

Aku langsung meraih ponsel pribadiku, memastikan aku


tidak salah mengenali nomer itu, dan ternyata benar.
Mataku langsung terbelalak begitu kembali ke ponsel
fasilitas kerja itu, nafasku sesaat seakan terhenti di
tenggorokan.
Pesan itu bertuliskan,

“jangan lupa minum minuman hangat Rain, biar ga masuk


angin. Diluar ada banyak namamu yang sedang jatuh dari
langit”

Bukan, bukan bentuk perhatian dari pesannya yang


membuatku kaget. Tapi dia berbicara pada Rain, dia
menuliskan namaku, nama asliku. Jika dia hanya salah satu
pendengar setiaku, dia hanya akan mengenal the las aster
bukan Rain. Tapi dia jelas-jelas tahu namaku, siapa
sebenarnya pria ini.

Pria ini membuatku kaget sekaligus penasaran di tambah


lagi dia satu-satunya orang yang mengaitkan namaku
dengan hujan. Selama ini orang-orang bahkan
menganggap namaku hanya sebatas Rain seperti nama-
nama pada umumnya, tidak ada yang tahu bahwa Rain
pada kata pertama dinamaku sebenarnya memang Rain
yang berarti hujan. Bahkan temanku sendiripun tak pernah
menyadari itu.

Aku menggigit bibir, nafasku sedikit berat dan aku


merasakan bahwa aku mulai berdebar.

****

“Apa? Lu berdebar Rain? Jangan-jangan lu kena serangan


‘aritmia’ Rain”

Sorak Vania dari seberang telfon dengan nada sedikit


menggoda.
Rain memutuskan untuk menceritakan tentang pria itu
pada Vania begitu dia sampai di kost.
Rain yang sedang rebahan langsung duduk demi menerima
ejekan temannya itu

“Sialan lu, gua serius Van. Penasaran banget gua sama ini
orang. Tapi kesel juga, tapi penasaran juga”

Rain seperti bingung dengan perasaannya sendiri.

“Gua justru lebih kaget Rain, seorang Rain yang bahkan tak
pernah tersentuh hatinya oleh tipe pria manapun yang
pernah mendekatinya. Tak pernah tersentuh hatinya
seromantis apapun pria yang mencoba mendekatinya.
Hampir 4 tahun Rain, selama gua kenal elu bahkan sama
sekali gua ga ngeliat lu tertarik sama mereka. Bahkan gua
sempat mikir kalo temen gua ini sebenernya ga suka cowo,
tapi sukanya sama gua”

Vania terkekeh setelah mengucapkan itu semua, jelas


senang menggoda Rain yang menurut pendapatnya mulai
tertarik dengan seorang pria yang bahkan tak dikenalinya.

“Sekarang tiba-tiba ada pria misterius yang membuat nona


Rain berdebar, waaaah pria ini pantas mendapatkan
penghargaan nobel. Bisa-bisanya dia membuat nona Rain
tertarik dengannya".

Vania meneruskan sorakannya begitu bersemangat


menggoda temannya, sementara Rain hanya mendengus
kesal.

Tanpa disadari percakapan mereka malam itu menjadi awal


dari semuanya. Ucapan Vania benar, Rain mulai tertarik
meski Ia tetap bersikeras bahwa Ia hanya penasaran.
Tanpa disadari percakapan malam itu menjadi awal luka
dan bahagia yang kemudian membuat hidup Rain berubah
dari ‘datar-datar saja’ menjadi penuh cerita.

……………………..

Kita lanjut di Part 2 ya guys…

Selamat memasuki dunia Rain yang penuh teka-teki,


jangan lelah menunggu Rain setiap weekend ya.

Aku mau ngopi dulu see u guysss…

 Suka  Komentar

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar
kreator hepi

100 250 500 1000

Categories

(AKU MULAI BERDEBAR)-PART 1

Next

Kita yang Beda-Part 2


 4  0

Pria misterius itu perlahan mulai mengisi


hari-hari Rain. Rain yang lama lupa akan
cinta, tanpa disadari mulai menunggu…
kunjungan-kunjungan telfon dari pria itu.
MeskiRead
begitu RainPart
Next masih enggan untuk

mengangkat telfon dan berbicara dengannya.
Vania yang mulai kepo terus memaksa Rain
untuk mengangkatnya, namun Rain masih
ragu harus bagaimana.

Karya The last aster Lainnya


Pastikan kamu tidak melewatkan karya lainnya

Kita yang Beda Kita yang Beda -… Kita yang Beda -…


thelastaster thelastaster thelastaster

Share

    COPY

Comments

ibafi andrian (@ibafiabran)



10 Jan

nice mas e.. minta pendapat dan masukan mas buat


cerpen berseri saya dong mas punten., saya nuangin
semacam Reality show dalam tulisan saya kisa…more
Reply Show Replies

GRaQeevfKZ (@1673643604#Flv0eNMVW9)

5 Jan

Masah Allah SWT sedih banget


Reply

Only give positive comments please

Send Comment

Is this content violating the terms and agreement?


Report

Mereka juga dukung ini, loh!


Karya ini didukung juga oleh pendukung The last aster

COLD HUSBAND… La Bella e Bestia :… Extra Part Double


Manishmanish... Youzha NinsJo

Karena kamu suka remaja


Remaja lainnya yang bisa kamu nikmati

rainy night kiss, fuck, cuddle DESIDERIUM EXT


lanlunanitt lanlunanitt aliumputih

Anda mungkin juga menyukai