Anda di halaman 1dari 4

TAK SEINDAH ITU

Perasaanku terombang ambing, sedih dan senang bercampur menjadi satu.


Hari ini hari yang sudah dinanti-nanti tiba, hari lulusnya aku setelah tiga tahun
lamanya menjalani masa-masa di SMP. Masa yang paling menyenangkan yang
pernahku alami di hidupku, di sana aku tak hanya menuntut ilmu namun di
sanalah kehidupanku, setiap hari di sekolahan dengan banyak pengalaman
entah menyenangkan ataupun menyedihkan. Berbincang dengan teman-teman
yang membuat perutku sakit setiap hari karna candaan mereka, dimarahi guru
satu kelas, terkadang kita berantem karna hal kecil. Namun semua itu selesai
sampai sini, rasanya sedih sekali harus berpisah dengan mereka bahkan aku
belum siap berpisah, tetapi inilah jalanya. Kini, saatnya memulai kehidupan
baru di SMA, banyak orang bilang SMA itu adalah masa yang paling
menyenangkan dan banyak hal berkesan di sana. Apa benar masa SMA lebih
indah daripada masa SMP?.
Beberapa hari di SMA kini aku berkenalan dengan satu anak di kelasku
namanya Dea, ialah yang paling dekat denganku dari semua anak yang ada di
kelas. Sekolahanku sangat dekat dengan rumah bahkan tidak ada 1km dari
rumah, karna sekolahanku dekat tak jarang Dea berangkat sekolah denganku, ia
menghampiri ku ke rumah lalu kita berdua berangkat bareng dari rumahku.
Tapi semua itu tak lama, setelah berminggu-minggu, kita semakin akrab
dengan teman satu kelas. Dan semakin kelihatan juga sikap Dea yang tak
mengenakan, aku sempat berpikir seseorang pasti mempunyai plus dan
minusnya tersendiri aku mencoba tetap berteman dengan Dea layaknya kita
saat awal kenal. Berbeda dengan Dea ia justru kelihatan lebih akrab dengan
teman yang lain. Tak ada pilihan lain aku juga harus dekat dengan teman-
teman yang lain, aku tak bisa jika diabaikan seperti ini lebih baik aku mencari
teman yang lebih sefrekuensi daripada diabaikan.
Saat aku mencari cari teman yang bisaku jadikan teman dekat, aku merasa ada
dua anak yang asik dan sefrekuensi. Aku berbaur dengan mereka berdua,
mereka juga sangat menghargai kehadiran ku. Sekarang kita bertiga menjadi
teman yang cukup dekat karna kita memiliki humor yang sama jadi obrolan kita
pun sangat nyambung. Nama mereka adalah Sukma dan Tia.
Seiring berjalanya waktu tentu saja kira semakin dekat, awalnya kita bertiga ke
sekolahan mengendarai sepeda motor sendiri-sendiri. Waktu kelas 11 Sukma
mengajakku berangkat ke sekolah bareng setiap harinya, aku pun mengiya kan
ajakan Sukma. Untuk motor yang kita kendarai ke sekolah, kita berdua
bergantian terkadang pakai motorku kadang juga naik motor Sukma.
Tak hanya itu sering kali sepulang sekolah kita berdua mencari makan dan
memakannya bersama di rumahku ia juga sering istirahat sejenak di rumahku
tak langsung pulang ke rumahnya. Saat hari libur juga kita berdua sering main
bareng, Tia jarang ikut ketika diajak jalan jadi aku dan Tia tak begitu dekat
begitu pun dengan Sukma ia juga tak begitu dekat dengan Tia. Tetapi
pertemananku dengan Sukma begitu dekat, sedekat jantung dan hati layaknya
adik dan kakak.
Suatu hari, aku tak tahu apa yang terjadi tak biasanya Sukma diam saja saat di
jalan biasanya dia tak bisa diam ketawa ketawa di jalan. Bahkan saat aku ajak
ngomong jawabannya dia singkat dan ketus. Dia juga langsung pulang tak
mampir dulu seperti biasanya. Aku bertanya tanya pada diriku sendiri apakah
aku ada salah padanya namun salahku apa.
Keesokan harinya ia tak kerumaku untuk berangkat bersama, tak biasanya dia
begini. Di sekolahan pun ia tak mengajaku berbicara sama sekali sepatah kata
pun. Tia juga begitu, ada apa dengan mereka berdua. Hari itu aku sangat
kesepian dan bingung oleh sikap mereka, mengapa mereka tak ngomong saja
jika ada masalah dan menyelesaikan baik-baik.
Sampainya di rumah aku bertanya kepada salah satu temanku, namanya Susan
dia dekat dengan siapa pun yang ada di kelas karna ia sangat mudah bergaul
dan sangat menyenangkan anaknya apalagi ia sering bercanda tak heran jika
dia dekat dengan siapa saja. Aku bertanya ke dia siapa tahu ia bisa memberi
solusi padaku.
“San dari kemarin Sukma kenapa ya?” Tanya ku.
“Loh emangnya ada apa kalian ada masalah?” Tanya Susan kepadaku.
“Aku si gak ngerasa ada masalah diantara kita, tapi kemarin dia tiba-tiba seperti
orang marah tak mengajaku bicara sama sekali, aku ajak bicara pun di jawabnya
singkat dan judes kira-kira kenapa ya apa aku ada salah padanya?” Jawab ku.
“Kamu ada bikin sesuatu kali makanya dia seperti itu tapi gak seharusnya dia
bersikap begitu sih, kan bisa diomongin baik-baik” jawab Susan.
“Nah maksudku juga gitu jika aku ada salah aku ingin menyelesaikan baik-baik
supaya kita tetap bisa berteman, gak seperti ini, aku binggung harus
bagaimana” jawab ku.

“Udah tidak apa jangan terlalu dipikirin, kalo kamu butuh teman kamu sama
aku aja” Ucap Susan.
“Iya San makasi banyak ya” Ucapku.
Setelah mendengar perkataan Susan aku jauh lebih tenang, kini aku tak merasa
sendirian lagi karna aku bisa bermain dengan Susan di sekolah jika Sukma
masih mengabaikanku.
Keesokan harinya, aku masuk ke kelas bagai benda tak kasat mata tak ada yang
menyapaku bahkan melihat ke arahku pun tidak. Aku merasa tak seperti
biasanya rasanya tak enak sekali, aku menghampiri Susan berharap ia tak
seperti anak yang lain. Tetiba Susan berkata kepada ku.
“Aku kemarin nanya ke Sukma” Ucap Susan.
“Lalu ia berkata apa?” Jawab ku.
“Ia berkata buruk tentangmu, aku tak tahu mana yang benar kamu apa Sukma”
Ucap Susan.
Aku tak banyak tahu apa yang Sukma katakan satu yang aku tahu ia menghasut
Susan agar tidak menemaniku. Aku sangat tidak menyangka ia seperti itu.
Susan satu-satunya orang aku percayai saat aku ada maslah dengan Sukma
justru ia menghasut teman teman yang lain, tak hanya lingkar pertemanannya
saja ia menghasut seisi kelas. Dari situlah kepercayaanku pudar siapa lagi yang
bisa aku percaya bahkan teman dekatku saja bisa melakukan hal seperti itu.
Setiap hari aku sendirian tiada yang mengajaku bicara, aku tidak punya siap
siapa. Rasanya aku ingin menangis setiap hari. Aku terbiasa melakukan kegiatan
sehari-hari bersama teman tetiba aku sendirian seperti ini. Rasanya asing sekali
bagiku, aku hanya bisa meratapi nasibku dan berdoa semoga aku mendapat
teman yang lebih baik. Terkadang aku juga curhat pada saudaraku tak dapat
menahan air mata saat curhat tak jarang aku menangis di hadapannya.
Aku tak bisa sendirian terus saat di sekolah, aku harus melakukan sesuatu agar
aku mempunyai teman, tak masalah jika nanti aku tak bisa sedekat aku dan
Sukma kala itu yang penting aku tak sendirian. Aku mencoba berbaur dengan
teman teman yang lain, tapi aku ingin berteman dengan orang-orang yang tak
peduli dengan omongan Susan walau anak itu pendiam tak masalah tak ada
pilihan lain, justru aku lebih baik berteman dengan anak yang pendiam, tidak
neko neko. Di kelasku ada dua anak yang cukup pendiam, bodoamatan dan
mereka selalu bersama ke mana pun, mereka juga tak menonjol di kelas. Aku
menghampiri mereka berdua mencoba sok asyik padahal sebelumnya hampir
tidak pernah mengobrol dengan mereka, sejujurnya aku tak enak karna terlihat
datang disaat sedang ada maunya doang. Tapi mereka sangat peduli denganku,
menerima kehadiranku dengan sangat baik. Walau Aca, salah satu dari mereka
kadang mengabaikanku, sikap dia lebih dominan ke Ira. Tapi aku sadar aku
hannyalah pendatang aku tak boleh merusak pertemanan mereka, wajar jika
mereka lebih dekat dan terkadang lupa kalau aku ada di sampingnya karna
sebelumnya mereka berteman berdua. Tak apa aku sekarang lebih lega
akhirnya ada yang mau menerima aku.
Waktu terus berjalan perlahan mereka yang membenciku karna hasutan Susan
mulai mau berteman denganku lagi termasuk Susan dan Sukma dua orang yang
menghasut mereka. Meskipun begitu aku dan Sukma tak bisa dekat lagi. Aku
sekarang menjadi teman baik Aca dan Ira semakin lama kita pun semakin
menonjol di kelas. Aca dan Ira tidak menjadi anak yang lugu lagi dan mereka
menjadi teman baikku ya walaupun sikap Aca masih suka membuatku jengel
tapi bagaimana pun mereka yang telah menemaniku disaat aku asingkan. Aku
bersyukur sekarang aku sekolah bagaimana semestinya tidak ada lagi
mengabaikanku, semua sudah jauh membaik. Kini, aku hannyalah melanjutkan
kehidupan di SMA bersama Aca dan Ira. Masa SMA yang katanya masa paling
indah ternyata tak seindah itu.
Dari sana aku belajar bahwa semua orang ada masanya tersendiri, semua akan
pergi pada waktunya, tinggal menunggu hari itu tiba saja. Kita tidak bisa
menjangkal hal itu bahkan orang terdekat pun akan pergi apa pun
penyebabnya, dan jangan terlalu percaya dengan sesorang bisa jadi orang yang
paling kamu percayai dan paling dekat denganmu ia adalah musuh terberasmu.
*****************

Anda mungkin juga menyukai