“Udah tidak apa jangan terlalu dipikirin, kalo kamu butuh teman kamu sama
aku aja” Ucap Susan.
“Iya San makasi banyak ya” Ucapku.
Setelah mendengar perkataan Susan aku jauh lebih tenang, kini aku tak merasa
sendirian lagi karna aku bisa bermain dengan Susan di sekolah jika Sukma
masih mengabaikanku.
Keesokan harinya, aku masuk ke kelas bagai benda tak kasat mata tak ada yang
menyapaku bahkan melihat ke arahku pun tidak. Aku merasa tak seperti
biasanya rasanya tak enak sekali, aku menghampiri Susan berharap ia tak
seperti anak yang lain. Tetiba Susan berkata kepada ku.
“Aku kemarin nanya ke Sukma” Ucap Susan.
“Lalu ia berkata apa?” Jawab ku.
“Ia berkata buruk tentangmu, aku tak tahu mana yang benar kamu apa Sukma”
Ucap Susan.
Aku tak banyak tahu apa yang Sukma katakan satu yang aku tahu ia menghasut
Susan agar tidak menemaniku. Aku sangat tidak menyangka ia seperti itu.
Susan satu-satunya orang aku percayai saat aku ada maslah dengan Sukma
justru ia menghasut teman teman yang lain, tak hanya lingkar pertemanannya
saja ia menghasut seisi kelas. Dari situlah kepercayaanku pudar siapa lagi yang
bisa aku percaya bahkan teman dekatku saja bisa melakukan hal seperti itu.
Setiap hari aku sendirian tiada yang mengajaku bicara, aku tidak punya siap
siapa. Rasanya aku ingin menangis setiap hari. Aku terbiasa melakukan kegiatan
sehari-hari bersama teman tetiba aku sendirian seperti ini. Rasanya asing sekali
bagiku, aku hanya bisa meratapi nasibku dan berdoa semoga aku mendapat
teman yang lebih baik. Terkadang aku juga curhat pada saudaraku tak dapat
menahan air mata saat curhat tak jarang aku menangis di hadapannya.
Aku tak bisa sendirian terus saat di sekolah, aku harus melakukan sesuatu agar
aku mempunyai teman, tak masalah jika nanti aku tak bisa sedekat aku dan
Sukma kala itu yang penting aku tak sendirian. Aku mencoba berbaur dengan
teman teman yang lain, tapi aku ingin berteman dengan orang-orang yang tak
peduli dengan omongan Susan walau anak itu pendiam tak masalah tak ada
pilihan lain, justru aku lebih baik berteman dengan anak yang pendiam, tidak
neko neko. Di kelasku ada dua anak yang cukup pendiam, bodoamatan dan
mereka selalu bersama ke mana pun, mereka juga tak menonjol di kelas. Aku
menghampiri mereka berdua mencoba sok asyik padahal sebelumnya hampir
tidak pernah mengobrol dengan mereka, sejujurnya aku tak enak karna terlihat
datang disaat sedang ada maunya doang. Tapi mereka sangat peduli denganku,
menerima kehadiranku dengan sangat baik. Walau Aca, salah satu dari mereka
kadang mengabaikanku, sikap dia lebih dominan ke Ira. Tapi aku sadar aku
hannyalah pendatang aku tak boleh merusak pertemanan mereka, wajar jika
mereka lebih dekat dan terkadang lupa kalau aku ada di sampingnya karna
sebelumnya mereka berteman berdua. Tak apa aku sekarang lebih lega
akhirnya ada yang mau menerima aku.
Waktu terus berjalan perlahan mereka yang membenciku karna hasutan Susan
mulai mau berteman denganku lagi termasuk Susan dan Sukma dua orang yang
menghasut mereka. Meskipun begitu aku dan Sukma tak bisa dekat lagi. Aku
sekarang menjadi teman baik Aca dan Ira semakin lama kita pun semakin
menonjol di kelas. Aca dan Ira tidak menjadi anak yang lugu lagi dan mereka
menjadi teman baikku ya walaupun sikap Aca masih suka membuatku jengel
tapi bagaimana pun mereka yang telah menemaniku disaat aku asingkan. Aku
bersyukur sekarang aku sekolah bagaimana semestinya tidak ada lagi
mengabaikanku, semua sudah jauh membaik. Kini, aku hannyalah melanjutkan
kehidupan di SMA bersama Aca dan Ira. Masa SMA yang katanya masa paling
indah ternyata tak seindah itu.
Dari sana aku belajar bahwa semua orang ada masanya tersendiri, semua akan
pergi pada waktunya, tinggal menunggu hari itu tiba saja. Kita tidak bisa
menjangkal hal itu bahkan orang terdekat pun akan pergi apa pun
penyebabnya, dan jangan terlalu percaya dengan sesorang bisa jadi orang yang
paling kamu percayai dan paling dekat denganmu ia adalah musuh terberasmu.
*****************