Anda di halaman 1dari 17

Burung Kertas

Pada Juni dalam suatu pagi yang cerah, di hari Senin.Pagi itu mentari begitu
menyorot pada jalanan aspal yang agak basah,memberikan aroma yang khas pada pagi
yang indah itu, hilir mudik kendaraan seolah membuat pagi itu begitu ramai, bersama
dengan anak sekolahan yang berjalan di trotoar membuat jalanan aspal yang sempit itu
sibuk membagi lahannya untuk insan yang tengah fokus dengan tujuan mereka masing-
masing.

Pagi itu adalah minggu kedua untuk adaptasiku di sekolah yang baru, bersama kedua
kawan baruku Elsa dan Fatimah , kami berjalan agak tergesa-gesa untuk sampai di sekolah
yang hanya beberapa meter dari lokasi pesantren. Madrasah Aliyah Negeri Awipari adalah
sekolahku yang baru. Setelah lulus SMP di Ciamis, aku melanjutkan studyku ke Madrasah
Aliyah di Tasikmalaya. Awalnya aku ingin melanjutkan study ke Haurkuning, karena
keinginanku yang ingin menguasai ilmu alat. Tetapi setelah mempertimbangkan lebih jauh,
ternyata orang tuaku kurang setuju dengan keinginanku, dikarenakan beberapa alasan,
hingga akhirnya orangtuaku memutuskan untuk menempatkanku di Pondok Bahrul Ulum
Awipari dan bersekolah di MAN Awipari.

Setelah cepat berjalan akhirnya kamipun sampai di sekolah dengan tepat waktu.
Diantara aku, Elsa, dan Fatimah. Fatimah adalah teman yang paling lunggguh, pendiam,
dan cuek, tapi dia yang paling dewasa, paling disiplin, dan paling pintar diantara kami.
Dari sikapnya yang dewasa dan karakternya yang tidak terlalu suka banyak bicara, dia
adalah sosok yang paling bisa diajak kerjasama dan belajar bareng,itu udah pasti dia. Tapi
Fatimah adalah satu-satunya orang yang punya kebiasaan beda saat jalan yang kadang
menjengkelkan.

“Fatimah jangan jalan terlalu cepat dong...kami gak bisa ngejar nih..!!”ujar Elsa
dengan nada sedikit kesal.

“Aduhhh iya nih....capek tau....!!!!”Tambahku seakan memberikan penegasan pada


Fatimah.
Berapa kalipun kami memintanya berjalan lebih pelan, tetap saja Fatimah berjalan sangat
cepat, ia tak mau sedikitpun menghiraukan keluhan kami.
Setelah masuk gerbang sekolah pak Satpam berdiri tegap di meja dekat
pintu,badannya yang tinggi dan besar membuat penampilannya gagah dan berwibawa.
Dalam beberapa langkah kami berjalan, terlihat senyuman yang ramah dari pak Satpam
yang tengah duduk tegap di kursi tugasnya. Kamipun membalas senyuman ramahnya, dan
mengangguk menghargai keramahannya.

Setelah tiba di depan kelas, dengan segera kami membuka pintu kelas dan masuk,
seolah perjalanan dan cerita yang baru, dimulai saat itu. Kami segara duduk di bangku
kami masing-masing. Aku duduk di bangku paling belakang dekat dinding. Elsa duduk di
depanku, dan Fatimah duduk di bangku yang sejajar denganku tetapi di barisan yang
berbeda.
Aku menyimpan tasku di atas meja kecil yang sudah seperangkat dengan kursinya dan
duduk sambil mengeluarkan topi untuk upacara dari tasku. Tiba-tiba terdengar
pengumuman yang memberitahukan suatu hal yang dikhususkan kepada siswa , namun
sayangnya kami tak bisa mengetahui pemberitahuan tersebut, karena speakernya kurang
jelas kami saling bertanya tentang pengumuman itu dan membuat suasana menjadi gaduh
karenanya.

Seseorang dengan tampilan amat rapi, rambut yang mengkilat dengan jambul yang
khas dan wangi parfum yang memikat menampilkan kesan yang kharismatik. Membuka
pintu dan masuk dengan gaya santai, sehingga membuat setiap mata tertuju padanya.
Dengan percaya diri ia maju ke depan kelas.

“hei...sutttt...sudah..sudah jangan pada gaduh....sekedar info, saya ingin


memberitahukan kepada kalian semua tentang pengumuman dari kesiswaan tadi..yaitu
tentang pemberitahuan kepada seluruh siswa bahwa pagi ini tidak akan dilaksanakannya
upacara tetapi digantikan dengan kewalikelasan oleh wali kelas masing-masing setelah
rapat guru pagi ini.”jelas Heri KM kelas kami.

Serentak semua siswa mendengarkan penjelasan Heri, tapi setelahnya suasana


kembali gaduh karena aktivitas masing-masing. Lalu dalam waktu yang bersamaan, tiba-
tiba mataku tertuju pada pintu biru disamping kiri,entah mengapa mataku ingin melihat
pintu kesepian itu tanpa ada hal yang menarik di balik itu, lalu saat mataku memalingkan
pandangan ke arah yang lain, tiba-tiba seseorang datang dari arah pintu, bahkan akupun tak
menyadarinya. Dengan wajah yang ceria dia melangkah dengan langkah yang
ringan,terlihat senyum lebar yang merekah dari bibirnya, seakan tak ada beban yang
terlukis dari raut wajahnya. Saat itu aku tak bisa berhenti melihatnya, dengan pikiran yang
masih penuh tanya akan siapakah dia.

Lalu dengan wajah gairah, ia melambaikan tangannya pada seseorang seolah dia telah
terbiasa dengan kelas kami,dan mengenal kami semua dengan baik. Aku semakin
bertanya-tanya tentang siapakah dia.

“Sepertinya dia mirip dengan seseorang,,,tapi siapa dia? kenapa dia memasuki kelas
ini? apa yang akan dia lakukan?” Desusku di dalam hati.

Dengan senyum lebarnya, dia menyapa seseorang yang sepertinya telah lama ia kenal,
lalu saat kulihat orang yang dia sapa adalah km kelas kami Heri. Ternyata mereka adalah
teman sekelas ketika mereka duduk di bangku MTS. Obrolannya begitu akrab, sehingga
terlihat jelas bahwa mereka sangat berteman baik. Dari sana aku sudah cukup mengetahui
sedikit informasi tentang dia, sehingga aku tak begitu penasaran lagi dengannya.

Aku fokus dengan phone cellku, dan sedikit autis dengan diriku sendiri. Sehingga
tanpa aku sadari,seseorang tengah duduk disampingku. Ternyata dia adalah seseorang yang
aku perhatikan tadi. Masih dengan gayanya yang periang dia mengulurkan tangannya
mengajak bersalaman dan memperkenalkan diri tanpa aku minta, dengan gayanya yang
menyenangkan dia bertanya tentang namaku.
“hei...kenalin aku Fitria, dari Bekasi. kamu?”katanya memperkenalkan diri sambil
mengajak salaman.

“Aku Aisha...dari Ciamis.” jawabku singkat.

“kamu pesantren dimana Aisha?” tanyanya penasaran

“Aku pesantren di Bahrul Ulum.” jawabku dengan sedikit tersenyum,sambil sekilas


menatap wajahnya.

“Aku mah pas MTS pst di ALMUBARAK,,,nah pas tau pada semua temen pindah
setelah kelulusan, akhirnya, aku juga memutuskan untuk pindah ke
Cintapada,..............”Ceritanya dengan panjang lebar.

Dia seseorang yang tidak memperlihatkan bebannya pada orang lain, dia terbuka
tentang dirinya pada oranglain, itulah hal mengapa banyak orang menyukainya. Itu adalah
pertemuan dan kesan pertamaku saat pertama kali mengenal Fitria.

Hari demi hari berlanjut bersama dengan waktu. Aku semakin mengenal Fitria, kami
semakin akrab dan sering berbagi cerita, termasuk cerita favorite kami NEGERI 5
MENARA dan tokoh idolanya Muhammad Alfatih , yang tak henti-henti ia ceritakan .
Tapi itulah dia dengan segala keunikannya, ribuan kali ia cerita tentang tokoh idolanya,
tentang masa MTSnya, tentang persahabatannya, tentang kejailannya, ataupun tentang
keluarganya, tapi aku tak pernah bosan mendengar semua ceritanya. Fitria selalu punya
gaya yang khas dan menarik dalam menceritakan apapun, ceritanya tak pernah
membosankan walaupun hanya hal yang sederhana, dia berbeda dengan segala
keunikannya.

Hubungan pertemanan kami unik, seperti ada dunia yang kami ciptakan sendiri, dan
orang tak kan mengerti dengan dunia kami. Hingga pada suatu pagi, Fitria benar-benar
mengejutkanku dengan burung kertas berwarna orange. Dan dia hanya berkata,

“ini buat kamu.” Dengan senyum yang seperti biasanya, namun seperti ada hal lain
yang coba ia ungkapkan.

“makasih” jawabku.

Dari sikapnya yang agak berbeda hari itu, aku menyimpulkan bahwa memang ada hal
yang coba ia ungkapkan secara tidak langsung. Lalu karena burung kertas itu, aku
memutuskan untuk menganggapnya lebih dari seorang teman, dia adalah sahabat, partner,
dan segalanya.

Hari berlalu bersama waktu, rutinitasku, kebiasaanku, setiap hari berlalu dengan
sama. Satu bulan adalah waktu yang cukup panjang untuk mengenal semua kawan kelas.
Termasuk Fitria, dengan karakternya yang mudah bergaul, ia cepat mengenal banyak
orang, Termasuk Fatimah. Fitria juga ternyata sudah mulai berkawan baik dengan Fatimah.
Hingga ia sampai mengajakku menemani Fatimah yang duduk sendirian di bangkunya,
karena kawan sebangkunya telah lama keluar dari sekolah. Lalu kamipun pindah duduk ke
bangku Fatimah untuk menjadi teman sebangkunya. Awalnya hal itu biasa saja, tapi
semakin lama, sebangku tiga orang jadi bibir setiap guru, akhirnya Fitria mengalah dan
pindah ketempat semula. Lalu aku, berada pada posisi yang serba salah, jika aku
meninggalkan Fatimah, maka tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja, jika aku
tetap diam, akupun tidak enak hati dengan Fitria. Akhirnya aku hanya bisa bicara dalam
hati.

“Maaf Fitria aku gak bisa ikut kamu, aku juga gak mungkin tinggalin Fatimah, tapi
aku juga gak bisa liat kamu sendirian,....arghhhh”dilema.

Dilema itu terus berlanjut, sampai aku memastikan langsung dari Fitria, tapi sebelum
aku bertanya, bahkan Fitria terlihat biasa saja, dan mulai mencoba mencari kawan baru,
lalu tanpa bertanya padanya aku berpikir mungkin diapun tak merasa keberatan dengan hal
ini.karena dia sendiri yang awalnya memintaku untuk menjadi kawan sebangku Fatimah.

Sejak saat itu aku tak pernah dengar lagi cerita dari Fitria, curhatannya, ataupun kisah
idolanya. hingga aku tak sengaja melihatnya melirikku dengan mata dan wajah yang
kecewa di waktu pelajaran berlangsung. Dia Fitria yang sama, sikap yang sekilas sama,
namun feeling yang berbeda. Sampai ketika aku sakit, dia tak peduli dengan apa yang aku
rasakan, dia menghindar, dan seolah tak mau tahu tentang kondisiku. Dan hanya kecewa
yang aku rasakan saat itu.

Hari demi hari berlanjut, dan semua keadaan makin merenggang antara aku dan Fitria.
Sikap kami memang normal dari luar, tetapi sebenarnya semuanya telah berubah.

❄ ❄ ❄

Dua tahun telah berlalu dengan cepat, bangku kelas dua yang katanya saat-saat paling
indah di masa SMA, sampai masa terakhir di bangku dan episode terakhir di kelas tiga.
Begitu banyak hal yang berubah, tentang situasi kelas, tentang kebersamaan, tentang tawa
yang lebih sering menghiasi hari-hari kami, tentang kasih sayang yang sama-sama
terungkap dalam hangatnya kebersamaan. Semua itu begitu terasa perbedaannya. Hal itu
juga berlaku padaku dan Fitria

"Hei... heii... Tau gak... Tadi geura kan..aye, teh Oci, si Syifa, Nenih, teh abis nonton
film Korea nya.. Malem na teh.. Wah.. Pokona 16 eps di tamatkeun... Nyampe pagi-pagi
teh tunduh pokok namah, kita teh pada dariem aja pas mau berangkat sekolah teh da masih
pada ngantuk, naha geura(kenapa tiba-tiba) si Syifa teh teriak... Doo min.. Joo.. Siii... Atuh
geura arurang teh(kita) ngejatnya... "Dengan nada yang semangat fitria menceritakan
kejadian yang baru saja ia alami, dengan logat Bekasi yang bercampur sunda membuatnya
memiliki cirikhas yang unik, dan berbeda dengan yang lainnya. Itu yang membuat kami
tak bisa mengelak untuk mendengarkan cerita menariknya itu.

"Naha (kenapa) pas jalan teh.... "lanjutnya sambil menahan ketawa.

"Guprakkkk.... Tau apa yang terjadi? "kita menggeleng menandakan ketidak tahuan
kami, dan tertarik untuk mendengarkan cerita fitria selanjutnya.
"Si.. Syifa... (sambil menahan ketawa).. Labuh(jatuh) heg tau gak pas labuh dia
bilang...Boboiii boyyy..." Grrrr... Tawa kami membludak saat itu, suasana begitu pecah
sehingga kami tak bisa mengkontrol, tawa kami semakin terbahak-bahak tak henti-henti.

Tak lama kemudian guru datang untuk mengisi jadwal masuk kelas, banyak sekali hal
yang di bahas, terutama tentang UNBK dan UAMBN yang tinggal menghitung minggu.
Tak terasa ternyata waktu berlalu dengan cepat. Mendengar kata-kata bu Guru, membuatku
teringat kembali beberapa tahun yang lalu saat murid baru. Saat menjalani MOPD, saat itu
Elsa selalu menggenggam erat tanganku, ia membawaku kemanapun ia pergi seakan tak
mau kehilangan aku. Namun karena waktu dan taqdir Tuhan, sayangnya dia tak menjadi
sahabatku. Lalu ingatanku mulai teringat lagi pada Fitria dua tahun yang lalu, saat pertama
kali kami bertemu, saat dengan senyumnya dan matanya yang berbinar menatapku dan
menceritakan segala hal padaku, dunianya, mimpinya, dan saat ketika memberikan burung
kertas kecil yang ia sebut dengan burung bangau. Dengan bahasa yang sederhana ia
membuatku tertegun dan bahagia. Tapi aku juga ingat bagaimana ia bersikap tak peduli
saat aku sakit. Ingatanku semakin terbang kemana-mana, lalu tersadar pada realita saat ini.

Sejak dua tahun yang lalu, sikap Fitria memang normal kepada Aku dan Fatimah, tapi
semakin kesini, antara Aku dan Fitria hanya ada cangggung dan rasa sayang yang terkubur
entah kemana, bahkan sampai tak menyadarinya. Karena canggung itu Fitria lebih dekat
dengan Fatimah, sahabatku dan kawan sebangkuku, Fitria lebih banyak memperhatikan
Fatimah, matanya berbinar saat berbicara dengan Fatimah sama seperti yang selalu ia
lakukan saat berbicara denganku, mataku sekilas memandang wajahnya dengan hati yang
sedih.

"Kamu telah berubah Fitria, sikap itu adalah hal yang sangat aku rindukan darimu, dan
kini.. Kau lebih dekat dengan sahabatku Fatimah. "Desusku dalam hati, sambil tertunduk
karena kecewa.

Lalu Fitria mulai bercerita banyak hal, Aku yang berada di samping Fatimah tak bisa
mengelak untuk tidak mendengarkannya. Andini kawan sebangku Fitria, dan Tyas mulai
mendekat ke bangkuku untuk bergabung bersama kami.

Andini adalah siswa pindahan dari kelas bahasa, ia pindah ke kelas kami saat kelas
sebelas.Dan Tyas adalah idola kelas saat kelas sepuluh, wajahnya yang cantik dan sikapnya
yang anggun membuat banyak teman sekelas menyukainya.Terutama Feby, nama
lengkapnya Feby Fuadi Anwar, tapi kawan sekelas lebih akrab memanggilnya Ibeng.

"Ih... Tyas.. Ih.. Di photo yuk sama aku Tyas... Da cantikkkk... "Gombalnya.

Tyas hanya terus menulis tanpa menghiraukannya sama sekali. Begitulah mereka
sampai kelas tiga. Feby atau Ibeng memang seorang yang akrab dengan setiap siswi di
kelas, yaa... Enggak semua juga sihh, sikapnya yang suka bercanda, tingkahnya yang bikin
ketawa selalu jadi penambah membludaknya tawa di kelas kami.

Terfokus dengan cerita Fitria, Aku, Fatimah, Andini, dan Tyas mendengarkannya
dengan penuh antusias. Fitria selalu berhasil membuat siapapun yang mendengarkannya
tertarik dengan cerita dan gaya bicaranya. Tetapi, ada satu hal yang mungkin kebetulan
atau refleksika yang ia sendiri tak menyadarinya. Dari sejumlah mata yang
memperhatikannya bercerita, sekilas dengan tak sengaja aku melihat matanya selalu
menatap ke arahku, seperti ada penegasan yang nyaman dalam ekspresinya. Dan Aku
kembali menatap matanya dengan sedikit heran, sambil mencoba mengartikan maksudnya.
Sikap Fitria selalu sama saat bercerita, matanya selalu menatap sama, walau dengan diam-
diam Aku selalu bisa melihat tatapannya itu. Walau pada akhirnya dia selalu
mengekspresikan perhatiannya kepada Fatimah, dan Aku hanya membisu dengan perasaan
kecewa.

❄ ❄ ❄

Bulan yang ku lingkari pada kalender telah tiba. 15 Maret 2017,UAMBN di depan
mata, UNBK 5cm lebih dekat dari yang terkira. Grup wa dengan nama "Meungkeut
Kadeudeuh"grup khusus kelas siswa putri penuh dengan percakapan seputar soal UAMBN,
lucu memang, tapi begitulah kenyataannya. Entah dari mana mereka mendapatkan soalnya,
tapi kami sibuk membacanya. Pesantren untungnya membolehkan kelas 3 membawa HP ke
asrama, sehingga kami bebas saling bertanya seputar UAMBN.

Pagi Senin telah tiba, Aku, Fatimah, dan Elsa, sibuk mencari ruangan kami, setelah
masuk gerbang sekolah, dengan cepat kami berjalan ke arah kelas, melewati lapangan
sekolah kami terfokus dengan pikiran masing-masing, setelah hampir 3 tahun Fatimah
berhasil mempengaruhi Aku dan Elsa,omelan dan keluhan kami tak membuatnya peduli,
hingga akhirnya Aku dan Elsa ikut terbawa Fatimah yaitu berjalan dengan cepat, Fatimah
menyebutnya "gaya jalan ala orang japan". Dari lapang terdengar suara tawa kawan kelas
kami, suara tawa itu sangat jelas terdengar sampai ke lantai bawah. Dan diantara suara itu
terdengar suara dari Fitria.

" Tah.. barudak(temen") di atas.. " Kata Fatimah sembari menunjuk ke kelas atas.

"Oh... Berarti ruangan kita ge.. Di kelas atas, Fatimah." Tambah Elsa.

"Yo atuh... Kita ke kelas atas." Ajakku.

Setelah tiba di kelas atas, ternyata memang benar Fitria dan yang lainnya sedang
duduk sembari mengobrol di tangga depan kelas. Mereka sedang asyik bercanda. Lalu
dengan sikap sedikit lelah karena menaiki anak tangga, Aku, Fatimah, dan Elsa, berjalan
mendekati kawan kelas kami yang sedang asyik mengobrol, dengan nada yang lesu karena
sedikit lelah Aku bertanya.

"Hei... Kelas aku dimana? "

"Sekelas sama aku Shong.. "Jawab Andini.

Aishong adalah panggilan dari Fitria untukku saat kelas sepuluh, dan panggilan itu, jadi
panggilan yang akrab pula oleh Andini, Fatimah, dan Tyas.
"Wah... Yang bener..? Trus yang lain di kelas mana? Trus yang sekelas sama kita siapa
aja? " Tanyaku dengan sedikit heboh.

"Tenang..... Aishong... "Respons Fitria menenangkan dengan tersenyum, sikapnya


memang selalu demikian, ia memang selalu responsif pada siapapun.

"Di kelas kita mah.. Cuma 6 orang, dari absen 1 sampai 6 kayak biasa Shong..... Trus
yang lain di kelas depan tangga, nah... Fatimah, Tyas, sama Ega di kelas sampingnnya.
"Jelas Andini.

"Oh.. Gitu... " Responsku sambil mengangguk.

"Oh.. Belum salaman yah.. Guys.. " lanjutku

Lalu Aku, Fatimah, dan Elsa bersalaman kepada semua yang sedang berkumpul saat
itu,lalu saat bersalaman pada Fitria,dia bilang,

"Salamannya kayak gini.. " Katanya sambil menariku dengan tangan yang sedang
bersalaman dengannya.

Dia mendekapku kearah kanan dan kiri sambil menepuk pundakku. Sikap yang sangat
manis, rasanya moment itu benar-benar ingin di abadikan, karena kini aku bahkan sangat
merindukannya.Sikap tersebut jadi kebiasaan kami setiap hari. Setiap hari kami
bersalaman, saling mendekap, bercanda bersama, dan terhanyut dalam obrolan menarik
sampai kami lupa dengan agenda menghapal, dan sibuk dengan obrolan yang penuh
dengan kehangatan itu.

Pagi Rabu yang biru, seragam batik yang sudah kekecilan menjadi pelengkap moment
hari bersejarah itu. Bagaimana tidak, hari itu adalah awal kedekatanku dengan Fitria.
Semuanya dimulai dari hari dan pelajaran yang paling aku suka.

"Aishong... " Fitria memanggilku dengan senyum yang merekah dan tangan yang
diletakan di pipinya .

Aku menghentikan langkahku dan berbalik badan, menoleh kearahnya.

"Aishong..... Nanti bahasa inggris. "Lanjut Fitria.

"Iya.. Fitrong.. Kenapa? "Jawabku.

"Aishong... Nanti... Kasih tau yah...!!".

Aku tersenyum memberikan isyarat, mengiyakan pinta Fitria.

"Di WA yah !!"Lanjut Fitria.

"mm.... Di messengger aja deh..!! "Jawabku.

Lalu Fitria tersenyum mengisyaratkan persetujuannya. Lalu akupun ikut tersenyum


membalas sikap ramahnya itu.
Chattan messengger yang hanya menanyakan jawaban inggris itu, berlanjut dari hari ke
hari bahkan sampai setiap hari. Selalu ada banyak percakapan yang tak pernah berhenti
kami bahas, rasanya kami tak pernah kehabisan bahan obrolan untuk di perbincangkan,
walau itu bukan hal yang penting dan kebanyakan hal -hal yang konyol.

❄ ❄ ❄

Hari terakhir UAMBN, Lega rasanya dapat menyelesaikan ujian pertama sebelum
UNBK, hanya tinggal satu ujian lagi, dan itu masih satu bulan lagi. Jadi kami berencana
untuk ngeliwet bareng di rumah teman kami Monik. Setelah pulang sekolah, kami
bergegas pergi ke rumah Monik sesuai rencana. Anak laki-laki di kelas bahkan antusias
ingin bergabung bersama kami, apalagi Ibeng dan Heri. Dua sekawan itu memang selalu
eksis dalam acara main dan makan, itu udah pasti mereka paling heboh.

"Heiiii... Gimana dong.. Heri sama si Ibeng pengen gabung siah... Kitakan rencananya
cuma cewek doang... "Kata Monik memperlihatkan ekspresi bingung.

"Bilangin aja gak jadi kituh..... Da kita pan emang gak jadi ngeliwet... Udah bilang aja
gitu... "Respons Fitria.

Yang lain mengangguk mengiyakan.

Pesan WA di kirim tanpa respons dari Heri maupun Ibeng.

"Hei.... Gimana gak di bales siah... "Kata Monik.

"Ah.... Udahlah... Biarin aja, Heri emang kitu Mon. "Respons Fitria.

Seolah tak peduli dengan mereka berdua, semua orang sibuk mencari kegiatan sendiri,
beberapa sibuk dengan gadgetnya. Karena rencana awal yang tidak terlaksana, lalu Monik
mengambil inisiatif untuk membeli makanan berat. Sebagian memesan nasi to, dan
sebagian memesan nasi goreng. Elsa dan Monik pergi membeli pesanan, dan yang lain
melanjutkan kegiatan masing-masing.

Kreeeetttt... Pintu rumah dibuka, terdengar decit yang agak keras dari pintu kayu yang
tua itu. Telah lama menunggu, Elsa dan Monikpun datang membawa pesanan .Semua
orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, meninggalkan laptop dan
gadgetnya berkumpul di ruang tengah. Semua sibuk membawa pesanan masing-masing,
tak terkecuali aku. Tapi, sebelum aku membawanya,

"Ini... Buat Aisha. "Senyum 5cm dengan mata yang berkedip, memberikan pesananku
dengan sikap yang sangat manis.

"Makasih... Fitria. "Aku menerimanya dengan senyum yang ramah. Dan senang dengan
sikap Fitria yang manis.

Karena sering chattan Aku dan Fitria semakin dekat, kecanggungan yang semula ada
diantara kami telah larut bersama tawa dan obrolan messengger yang terkadang sangat
konyol. Aku seperti mengenal kembali Fitria, Aku seperti menemukan kembali sahabatku
yang hilang 2 tahun yang lalu. Dan hanya bahagia yang aku rasakan saat itu.

❄ ❄ ❄

Satu bulan berlalu, UNBK yang menegangkanpun telah berlalu. Malam yang penuh
tangis pada muwadaah pesantren,telah pergi bersama lautan air mata yang menyelimuti
malam haru dan dekap yang hangat dari tangan ke tangan pada mushopahah yang
menyayat qolbu. Teringat begitu banyak kenangan yang terlalui, dari saat pertama
menginjakan kaki hingga tinggal menghitung jam,untuk melangkahkan langkah terakhir di
pesantren, sekolah,yang memberikan banyak sejarah itu.

Kini pagi dengan mentari yang mesingsing menyambut graduation telah tiba. Blush on
merah terlukis di pipiku, berpadu dengan bedakan yang memberikan kesan orange pada
riasan wajahku, agar selaras dengan baju songket dan sepatu kuning tua. Satu persatu maju
untuk diberikan riasan, hingga kami siap untuk melangkah ke acara perpisahan.Seperti
biasanya kami bertiga berangkat ke sekolah, dengan tangan yang saling
berpegangan.Bedanya, kini langkah kami sedikit pelan karena highhills dan rok yang rigid,
membuat kami kesulitan untuk berjalan agak cepat.

Tiba di sekolah, nampak setiap kursi tertata rapi, tertulis nama setiap siswa, dan
deretan kursi yang tertata untuk tamu undangan. Di sepanjang koridor kelas, dipenuhi
dengan stand-stand bazar yang di peruntukan siswa kelas sepuluh dan sebelas dalam
memenuhi tugas kewirausahaan,sama seperti saat kami masih dikelas bawah dulu.Bedanya
dulu kami sibuk menjajakan makanan yang kami jual, sekarang kami yang duduk dan
melihat mereka sibuk menjual makanan yang mereka jual. Dulu Aku selalu
membayangkan saat aku menjadi seperti mereka yang sedang kelulusan, gaya baju yang
menarik, riasan yang cantik, dengan highhills yang tinggi. Sekarang,aku berada pada posisi
yang aku khayalkan dulu.Rasanya ,seperti masih bermimpi bisa sampai di hari ini. Aku,
Elsa, dan Fatimah segera menduduki kursi yang telah di beri nama kami masing-masing.
Aku duduk bersebelahan dengan Andini, dan di sebelah kananku adalah kursi kosong
dengan tulisan nama, FITRIA. Tak bisa kubendung, tiba-tiba air mataku menetes tak ku
sadari. Aku selalu membayangkan saat terakhir ini akan jadi hari paling berharga bersama
Fitria, tapi bahkan dia tak bisa hadir untuk hari terakhir ini.

Beberapa hari sebelum graduation, aku mengambil surat undangan dari sekolah untuk
orangtuaku. Terlihat banyak surat dari teman sekelas yang belum di ambil oleh masing-
masing siswa, dan diantara surat itu, terlihat satu surat yang bertuliskan untuk orangtua
Fitriatussolihat. Aku segera menanyakannya pada Fitria tentang surat yang belum ia bawa,

"Fitrong? Kamu blom bawa surat undangan yang buat orang tua tea yah? "Tanyaku
lewat voice not wa.

"Blom... Shong... "jawabnya singkat.

"Kenapa? "Tanyaku.
"Aku gak bakal hadirin acara perpisahan shong"Jawabnya dengan nada yang sedih.

"Alasannya? "

"Aishong.... Insyaalloh.. Aku akan melanjutkan study ke uicci, program tahfidz


jakarta, doain aku yah...!!! Tanggal 22 Mei nanti tepat setelah hari perpisahan aku akan
ikut seleksi masuk ke uicci, aku ingin seperti Aa (kakak laki")ku shong... Aku ingin
menjadi hafidzah.... Doain aku yah!!! Maaf aku gak bisa bareng kalian di hari perpisahan
nanti, jarak Bekasi Tasik yang jauh, gak memungkinkan untukku, terlebih seleksi yang
dibuka setelah perpisahan, sangat tidak mungkin untukku pergi kesana, walaupun itu di
paksakan.. "Jelasnya dengan nada yang sedih, seperti menahan tangis.

Tak terasa air mataku mengalir, tanpa ku sadari. Sahabatku, ingin menjadi seorang
hafidzah, rasanya haru sekali dan bangga mendengarnya.

UICCI (United Islamic Cultural Centre of Indonesia) adalah departemen program


tahfidz yang bekerjasama dengan berbagai negara yang di dirikan oleh pemerintah Turkey,
dalam rangka merekrut hafidzh hafidzah dari berbagai negara, diantaranya Indonesia,
Malaysia, Turkey, Brunei, dsb.

Fitria pernah menceritakan tentang kakaknya yang menjadi seorang penghapal


alquran, ia di latih, di didik di pesantren Sulaimaniyah (khusus hafidz) lalu di rekrut ke
Turkey untuk lebih memperkuat hapalannya. Dan kini dia ingin melanjutkan jejak
kakaknya. Subhanalloh.

Aku terdiam, karena tangis yang tak bisa ku bendung. Vn dari Fitria hanya terus ku
putar, tanpa bisa ku jawab. Lalu dengan menghapus air mataku, aku mencoba menjawab
pesannya.

"Fitrong..... Aku bahagia banget denger kamu ingin melanjutkan pendidikan ke uicci,
terus terang aku bangga bangget sama kamu, temen aku ada yang mau jadi seorang
hafidzah, that so fantastic... I proud of.. You.. I really proud of you... Buddy. And so pasti
aku bakal selalu doain kamu, semoga kamu istiqomah dengan jalan yang kamu pilih, dan
bisa menjaga hafalan dengan sebaik-baiknya... Kamu yang terbaik... Aku sayang kamu my
buddy. "Tangis yang tak bisa ku bendung lagi, akhirnya ku luapkan melalui kata-kata yang
menunjukan rasa banggaku padanya.

"Ahh... Iya Aishaa... (jawabnya dengan menahan tangis) makasih kamu selalu doain
aku, maksih,...Aishong tapi aku, Aku bingung dengan diriku sendiri Shong... Aku benar
ingin menjadi seorang hafidzah... Tapi hati ini.. Rasanya sulit banget, Fitli takut kalo
misalkan nanti gak bisa istiqomah Shong... apalagi Fitli yang masih pengen seneng-seneng,
masih pengen yah... Kamu ge tau meren aku Shong." Keluhnya.

"Fitli... Harusnya kamu gak perlu ngerasa gitu, kamu punya kakak kamu buat jadi
figur yang dekat dengan kamu, kamu punya dia yang bisa selalu kasih semangat, kamu gak
perlu bingung dengan bagaimana menjadi seorang hafidzah....kmu punya dia yang bisa
selalu kamu tanya dan sharing tentang kesulitan kamu, kalo kamu masih bingung dan takut
dengan bagaimana nanti, aku punya pertanyaan buat kamu..... Apa yang membuat kamu
pengen jadi hafidzh? Karena kalo kamu udah tau dan yakin dengan tujuan kamu, maka
kamu gak bakal nemuin kata takut tentang menjadi seorang hafidzah. "jawabku.

Kini tangisnya, tak dapat ia bendung lagi, Fitria mulai menangis... Dan tak lama,
melanjutkan obrolannya.

"hmssttthh (menarik nafas) iya Shong... Fitli.. Fitli... Udah coba ngafal Alquran,
kemaren pas di Euceu kost, sama si Syifa teh, Syifa pang testkeun Fitli pokona kudu
katalar, trus iya... Tapi... Tetep da Fitli teh... Hese... Ngayakinkeun hati Fitli teh, ahhh... Ya
Alloh.. (sambil menangis)."

"Fitli.... Kamu harus mencoba untuk ikhlas, lakukan semua ini dengan tulus, jangan
karena kamu pengen ke Turkey.... Tapi kamu kamu harus memiliki niat yang tulus ingin
menjadi penghafal alquran. "kataku

"iya... Aishaa.... Kamu bener, Fitli teh, suka di test sama bapa (ayah),udah sampe
mana hafalannya, tapi Fitli teh... Ttep da teu bisa (gak bisa) fokus, malah nonton lah...
Malah.. Naon....ahhh.. (sambil menangis) meureun etaa.. Nya (mungkin itu) yang buat Fitli
teh... Sulit ngafal. Aishaa... Kamu tau? pas dulu sebelum Aa Fitli ke Turkey, Fitli teh
semangat banget pengen ke pesantren biar bisa baca kitab, biar bisa ngaji, tapi pas Aa aku
pulang, mungkin pergaulan atau apa, Fitli teh jadi kayak gini, Fitli selalu cari-cari alasan
supaya bisa pulang, Fitli sering kabur-kaburan ke rumah nenek, sampe bapa Fitli dateng
dari Bekasi terus dia nangis....Liat Fitli yang kayak gini.... Ahhhh Ya Alloh... Mungkin itu
yang bikin aku teh sulit ngafal Shong.... "Dengan kata yang tersendat-sendat karena
menangis.

"Fitria.... Semua orang pernah melakukan kesalahan, semua orang punya masa lalu,
tapi yang membedakan adalah bagaimana ia melangkah untuk memperbaiki kesalahannya,
bagaimana ia melangkah untuk masa depannya....... Sekarang saatnya fokus dengan tujuan
dan cita-cita kamu shodiqoh (kawan) saatnya kamu rubah maindset kamu, ikhlaskan
segalanya, kamu berani melangkah ,berani terima konsekwensi, lupakan senang-senang
maksiat itu, saatnya ikhlaskan hal-hal yang tidak penting.... Aku yakin kamu pasti bisa
buddy. "ujarku memotivasinya.

"hhhm... Iya Aishaa... Ya Allah... Makasih banyak kamu selalu bisa meyakinkan aku
saat aku terpuruk dan mulai rapuh, Insyaalloh aku ingin menjadi hafidzah...hanya karena
Allah... Aku ingin bertemu Rosul... Aku ingin membawa keluargaku ke syurganya
Allah...."jawabnya dengan menangis.

❄ ❄ ❄

"Ahhh.. ..andai saja kamu ada disini Trong... Kamu duduk tepat di sampingku.. Ahh
tapi sudahlah.. "ucapku dalam hati. Sambil memandangi kusri kosong di ssampingku.
Selesai graduation, aku segera mengemas baju dan segala hal di kobong untuk di bawa
pulang, dan saat maghrib tiba, keluargaku datang segera membawa barang-barang dan
bergegas untuk pulang, aku tak sempat berpamitan karena semua sedang sholat berjamaah.

Tiba di rumah, aku segera mengemas kembali baju-bajuku, dengan hati yang masih
sedih dan perasaan yang masih kalut seakan masih tak percaya aku telah menyelesaikan
pendidikanku. Ternyata 3 tahun waktu yang sangat singkat untuk berteman, bersahabat,
dan mengenal baik semua kawan. Tapi biarlah, semua menjadi kenangan yang tak akan
terlupakan.

Hari terus berganti, siang dan malam kulalui dengan sama, rumah terasa
membosankan bagiku, rasanya rindu tak dapat terbendung untuk semua kawanku, bahkan
jika bukan karena Fitria mungkin rindu ini tak bisa tenang untuk tak menggangguku. Fitria
selalu mengcontactku, setiap hari dan kami tidak pernah bosan. Itulah ia dengan
keunikannya. Itulah dia dengan perbedaannya.

Ramadhan telah tiba, tak henti kami saling mengcontact dan saling merindukan satu
sama lain. Dan setiap hendak berbuka kami selalu bilang,

"Selamat berbuka puasa Aishong... "

"Happy fast break too Fitriong... "

Setiap pagi, ataupun malam kami tak pernah melewatkan untuk sekedar
mengucapkan,

"Good night Fitriong... See you. "

"Good night Aishong.. See you. "

Begitulah kami setiap hari, sampai tak terasa obrolan demi obrolan kami habiskan,
sampai dengan tentang Idul fitri masing-masing, dan tangis masing-masing pun kami
perbincangkan. Tapi waktu berjalan terlalu cepat dan terlalu sedikit sampai kami kehabisan
kata See you untuk harapan bertemu lagi. Kata janji dan harapan untuk bertemu, kata janji
untuk tetap saling menghubungi, Setelah berpamitan lewat WA , dengan membawa banyak
harapan, doa, dan mimpi, ia pergi untuk masa depannya yang baru.

"See u again Aishong...Yang rajin dan giat lagi belajarnya oke." Kata-kata terakhirnya
saat berpamitan.

Saat itu, aku sedang belajar murottal alquran, Fitria membawa pengaruh yang besar
untukku, sehingga akupun ingin sepertinya.

Tak lama ia mengirimkan vn, yang saat ku putar ternyata itu sebuah lagu dari Cjr
dengan lyrik.

"Walau.. Kita tidak lagi..

Berlari bersama lagi... Tetapi..


Doaku ini selalu untuk...

Hingga suatu hari nanti...

Kita kan bersama lagi... Berbagi..

Cerita terbaik... Dari hidup ini.. "

Lalu tak ada yang bisa ku ungkapkan, saat mendengarkannya. Hanya tangis yang tak
bisa ku bendung, dan mulai membasahi pipiku. Dengan suara yang agak serak karena
menangis aku membalasnya.

"kau... Yang terbaik yang pernah...

Aku dapatkan... Yang terbaik yang selalu kau dengar Aku.. Tau..

Kini tak kan mudah tuk bisa terus bersamamu..

Karena saat ini... Saat yang terakhir bagi diriku...

Oh tuhan jangan hilangkan dia dari hidupku selamanya...

See you again fitriong... Aku akan tunggu suatu hari saat kita bertemu lagi. "lantunan
lagu dari Rossa itu, jadi awal perpisahan diantara kami.

❄ ❄ ❄

5 Tahun berlalu dengan begitu singkat, perjalananku yang hampir mimpi ini ternyata
membawaku sampai ke negeri Egypt yang gersang, setelah wisuda dari Alazhar Cairo, aku
menjadi pembisnis sekaligus motivator yang unggul dan mashur sampai ke berbagai
negara.

Siang yang sangat dingin, salju yang turun membasahi mantel dan kerudung sutera
yang telah lepek oleh salju. Untungnya klien memintaku untuk bertemu di kafe terdekat,
sehingga aku tak harus terlalu jauh berjalan dari hotel tempatku menginap. Aku memasuki
kafe tersebut dan menyimpan mantelku di kursi, terasa suasana yang nyaman dan
penghangat yang membuat kulit tropisku sedikit lebih nyaman. Aku duduk di samping
kaca besar yang secara langsung menghadap ke jalan.Istanbul begitu ramai walau dengan
salju yang tebal, orang-orang tetap berlalu lalang di sekitar jalan, sibuk dengan aktivitas
masing-masing. Aku hanya melihat ke arah jalan dengan mata yang kagum dengan
keindahan sungai di sebrang jalan, salju yang putih itu tak henti-henti terjatuh ke sungai
menambah keindahan yang luar biasa untuk menjadi pemandangan utama di balik kafe
unik ini. Tanpa sadar klienku tengah memperhatikanku .

"Sungainya sangat indah bukan?" Ujarnya bangga.

"Eh.. Ya ampun maaf, saya tidak menyadari kalau anda telah datang... Sir. Eh..
Tunggu anda bisa berbahasa Indonesia?" Tanyaku.
"Ya.. Tentu.. Saya lahir di Indonesia, ayah saya asli dari sini, beliau menikah dengan
ibu saya yang bersal dari indonesia dan menetap disana selama 17 tahun, lalu pindah ke
sini, jadi tentu saya bisa bahasa Indonesia." Jelasnya.

Pak Abdullah Ahmed memang orang yang menyenangkan, ia sangat suka bercanda
dan tidak kaku, sehingga nyaman sekali berbicara dengannya. Hingga tiba-tiba dia
bertanya,"Aisha... Kamu mengenal wanita dengan cadar di ujung sana? Saya perhatikan
dari tadi ia terus memandangimu... Mungkin kamu mengenal dia? "Tanya pak Abdullah.

Aku menengok ke arah wanita tersebut,lima orang berkumpul dengan cadar mereka,
sehingga aku tak bisa fokus untuk melihat siapa yang tengah memperhatikanku.

"Umm... Saya tidak tahu sir... Saya tidak mengenal siapapun disini selain antum."
Jawabku dengan sedikit senyum.

Kami berbincang tanpa henti, tertawa, dan saling berbicara banyak hal. Hingga tiba-
tiba para wanita cadar itu melewati mejaku. Salahsatu dari mereka meliriku dengan
menunjukan ekspresi heran atau bingung, aku tak begitu jelas melihatnya. Tak lama
kamipun berpamitan dan menyepakati kesepakatan bisnis kami.

Tugasku selesai di Istanbul ini, setelah bekerja keras aku sudah menyelesaikannya
tepat waktu. Kini 1 minggu ke depan tinggal masa liburanku di sini. Yayy... Bahagia
rasanya bisa menyelesaikannya dengan cepat. Malam yang cerah aku habiskan untuk
berkeliling di sekitar hotel, aku mengunjungi tempat perbelanjaan, dan mengakhiri
petualangan pertamaku di sebuah mesjid kuno yang sangat megah. Dari shap paling depan
anak perempuan yang jelita melantunkan ayat suci dengan indah. Tiba-tiba aku teringat
dengan sesuatu tentang ayat itu, surah Alisro ayat 9. Aku kaget saat aku ingat Fitria pernah
melantunkan ayat itu, ayat itu mengingatkanku pada Fitria, lalu tak bisa ku bendung lagi
aku menangis bersama lantunan ayat suci yang merdu itu.

"Fitria... Aku sangat merindukanmu..Andai aku bisa bertemu denganmu lagi."Ucapku


dalam hati.

Dengan hati yang kalut aku pulang ke hotel, untuk tertidur dengan perasaan yang
sedih.

"Fitriaaaaaa.... Fit.. Fitria... "

Aku terbangun dari tidur pada 1/3 malam, lalu aku bersujud untuk meminta
ketenangan hati akan semua yang terjadi. Aku meminta petunjuk tentang perasaan kalutku
yang tak berkesudahan sejak tadi malam. Bertahun-tahun berlalu sejak kepergiannya, aku
tak pernah lagi mendengar kabar tentang fitria. Entah bagaimana atau seperti apa
kondisinya, aku tak pernah mengetahui sedikitpun tentangnya. Lalu aku bersujud sambil
menangis pada Rabb, sampai tak terasa aku tertidur dalam sujud kepadanya.

Tiba-tiba aku bermimpi tentang wanita yang bercadar, dia datang padaku dengan
tersenyum yang hanya ku perkirakan dari matanya, lalu dalam mimpi itu dia berkata, dia
bahagia dengan Uicci. Aku terbangun dari mimpi anehku, aku benar-benar kaget dengan
mimpi itu, bahkan tak mengerti dengan maksudnya, segera aku membawa gelas air dari
meja dekat lampu, wajahku yang berkeringat karena penghangat dengan suhu yang terlalu
tinggi membuatku sangat kehausan. Setelah meminum air, aku pergi berwudhu untuk
shalat subuh. Tiba-tiba aku sadar,

"Apakah mungkin, dia..... Apa mungkin... Wanita itu Fitria??" Aku semakin kaget di
buatnya. Tapi timbul keyakinan dari diriku bahwa wanita yang memperhatikanku dari
ujung itu, mungkin saja itu Fitria. Aku semakin yakin.

Setelah sarapan aku bergegas, untuk mencari sahabatku Fitria, aku pergi ke tempat
yang sama saat aku melihat wanita dengan cadar itu, aku bertanya pada banyak orang
tentang Uicci, tapi tak ada yang mengetahuinya. Sampai hari ke 5 liburannku ku habiskan
untuk mencarinya, hingga aku hampir putus asa untuk menemukannya. Tiba-tiba anak
kecil menarik bajuku, ia memintaku membawakan benda yang tersangkut di atas pohon
yang setinggiku, saat ku bawa, itu adalah burung kertas dengan tulisan Sulaimaniyah di
sampingnya. Lalu anak itu berterimakasih dan pergi dengan senyumannya sampai
menghilang di ujung jalan. Aku hanya ikut tersenyum melihat wajah yang bahagia dari
anak kecil itu.

"Tunggu... Dulu..... Burung kertas itu.... Tu.. Tu.. Tulisannya Sulaimaniyah... Fitria
pernah tinggal di pesantren Sulaimaniyah,,, apa mungkin nama program itu Sulaimaniyah
disini? Ya ampun kenapa aku baru mengingatnya..... Ya Alloh terimakasih kau telah
memberikan aku petunjuk." Ucapku dalam hati.

Lalu aku bergegas bertanya pada setiap orang, tak perlu susah hanya pada satu orang
aku bertanya, aku dapat menemukan jawabannya, dan aku segera pergi ke tempat tersebut.

Tiba di sana aku benar-benar terkejut dan kagum dengan bangunan yang megah,
arsitektur yang sangat khas menambah pesona kecantikan bangunan tersebut. Aku berjalan
sambil tak henti mengagumi keindahan bangunan cantik tersebut. Rerumputan yang hijau,
kebun yang indah menambah kesan yang menarik dari bangunan unik ini. Lalu memasuki
tempat yang lebih mirip dengan mesjid tetapi ternyata itu adalah sebuah asrama. Aku pergi
menemui kepala stap atau kepengurusannya, aku bertanya tentang apakah wanita dari
Indonesia dengan nama Fitriatussolihat ada di tempat itu. Lalu kepala bidang tersebut
meresponsku dengan sangat ramah, dan mengajakku menemuinya. Dia membawaku ke
taman belakang yang gak kalah cantik dengan pemandangan utama di pintu masuk. Tiba-
tiba aku melihat seseorang dengan cadar hitamnya sedang duduk sendirian dengan alquran
coklat di tangannya. Hatiku tiba-tiba berdebar, aku tiba -tiba teringat akan kenangan masa
lalu yang telah lama terkubur karena waktu membawa semuanya pergi, lalu hari ini aku
bertemu lagi dengannya. Tak bisa ku jelaskan betapa bahagianya Aku saat itu. Aku
berjalan mendekatinya, aku menempelkan tanganku di pundaknya.

"Fitria???? "tanyaku
Dia menatapku dengan mata yang bingung. Lalu ia menjawab, ia bukan Fitria.
Rasanya aku benar-benar putus asa, aku tak tau lagi apa yang harus ku lakukan, aku hanya
duduk di meja taman sambil menangis sendirian.

Tiba-tiba seseorang memberikanku burung kertas dengan tangan mungilnya, dia


memberikan tisu dan duduk di sampingku. Karena malu aku hanya membawa tisu dan
mengusap pipiku yang basah karena tangisanku.

"Jangan menangis.... Suatu hari itu kan sudah terjadi." Kata wanita itu dengan
mengelus pundakku.

Aku hanya terus menangis tanpa mempedulikannya.

Lalu ia memberikanku burung kertas yang telah ia berikan tadi yang tidak aku terima.

"Suatu hari... Aishong.. "ucapnya

"Tunggu dulu... Su.. Su.. Suatu hari.." Responsku dengan terkejut.

Aku menoleh ke arahnya, sambil tidak percaya.

"Kamu... Fitria??? " Tanyaku

Ia mengangguk, matanya berkedip dan berbinar

"Jangan menangis Aishong.... Aku disini. "

Tak bisa ku tahan betapa aku sangat bahagia, akhirnya dapat bertemu dengannya. Tanpa
menjawabnya sepatah katapun, aku memeluknya dengan erat, aku menangis di pundaknya.
Fitria menenangkanku sambil mengelus pundakku.

"Kenapa.... Kenapa.. Kamu gak pernah hubungin aku fitli? Kamu tau betapa
bingungnya aku mencari kamu.... Aku sangat merindukanmu.... Kenapa kamu tidak pernah
datang walau dalam mimpiku sedetik saja?" Tanyaku.

"Aku hanya tidak ingin mengganggu sahabatku yang sedang berjuang untuk masa
depannya, aku tidak ingin jadi ingatan yang mengganggu kamu Aisha.. "jawab Fitria
dengan lembut.

"Tapi aku sangat merindukanmu." Jawabku

"Dan aku selalu mendoakanmu untuk dipertemukan dalam suatu hari yang pernah
kita bicarakan. Dan hari ini, Alloh telah mengabulkannya Aisha. Kamu ingat? Kamu
pernah bilang tidak ada kata selamat tinggal untuk persahabatan kita... Yang ada hanya
kata see u hingga suatu hari Alloh mempertemukan kita. Dan kini kata see u itu dikabulkan
ia yang maha baik.... Aisha... Jadi tidak ada alasan untuk menangis! "ujarnya dengan mata
yang berkedip dan tersenyum dari balik cadar hitamnya.

"Aku sayang kamu my buddy. Aku bangga memiliki sahabat sepertimu. "kataku.
"Aku sayang kamu juga Aisha sayang. Aku lebih bangga memiliki sahabat surga
sepertimu."

THE END. ---

Tulisan ini dimuat di

Anda mungkin juga menyukai