Anda di halaman 1dari 4

Ketika Senja Bertemu Fajar

Hari senin yang sangat cerah mungkin saja menjadi bahagia, dimana tepat hari ini
adalah hari pertamaku mengenakan seragam berwana putih abu – abu, ya di SMA.

“Ibuuu, Senja berangkat dulu. Assalamualaikum.” Ucapku sambil mencium tangan ibu.
“Iya, waalaikumsalam. Hati – hati dijalan.” Jawab ibu sambil mengantarkanku sampai depan
pintu.

Setelah sampai diseolah kulangkahkan kakiku sembari melihat papan didepan mading,
setelah cukup lama berjalan akhirnya aku melihat papan kelas bertuliskan “XI- IPS 5”. Ya itu
adalah kelasku. Aku memilih duduk paling depan nomor dua dari barat tepat didepan papan
tulis. Aku duduk bersama Bulan, gadis cantik berambut ikal sebahu yang murah senyum dan
berhati lembut.

Karena hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setlah libur semester baru, jadi tidak
ada pelajaran dan sebagai gantinya adalah perkenalan dan pembentuka perangkat kelas. Aku
dipercaya sebagai sekertaris dikelas sedangkan ketua kelasnya adalah seorang laki – laki
bernama Fajar, Fajar Hartono.

Sebenarnya aku kurang setuju fajar jadi ketua kelas, karena aku lebih suka pria yang pendiam
yang duduk dibelakangku yaitu Andre. Tapi saat voting dilaksanakan yang mndapatkan suara
paling banyak adalah Fajar bukan Andre jadi apa boleh buat dan aku harus menerim hasil
voting itu. Sebagian dikelas memilih Fajar karena wajahnya yang tampan, itu sangat enggak
menjamin buat dijadikan ketua kelas batinku.

Satu bulan sudah aku sekolah disekolah ini, tak ada yang begitu istimewa. Aku
menjalani hari – hari seperti remaja SMA kebanyakan, hanya saja aku lebih sibuk karena
tugasku sebagai sekertaris kelas.

“Senja hari ini pak Lukman gak bisa datang karena beliau ada urusan, dia cuma nyuruh kita
mengerjakan tugas. Jadi tolong kamu absen teman – teman kita ya”. Perintah Fajar
memberikan absen kepadaku.
“Kamu yang ngabsen, kamu kamukan ketua kelas.” Bantahku mengembalikan absen itu ke
tangannya.
“Iya aku ketua kelas, Kamu itu sekertaris jadi kamu harus dengerin ketua.” Jelasnya
membuatku menatap tajam kearahnya.

Enak saja dia main perintah, memangnya dia pikir aku pembantunya apa? Terus aku bakal
nurut aja gitu sama semua perintahnya? Gak akan.

“Aku itu sekertaris bukan sekertaris pribadi kamu yang bisa kam perintah seenaknya.” Aku
sangat kesal dengan dia yang sok berkuasa itu. Padahal disekolah ini kita sama, sama – sama
siswa yang nuntut ilmu bukan buat diperintah seenak jidatnya aja.
“Ya udah.” Dia merebut kembali buku absen dengan kasar dari tanganku dan berlalu kemeja
guru untuk mengisi absen.
Sejak saat itu Fajar tak pernah lagi menghargai aku sebagai sekertaris kelas. Dia mengerjakan
semua tugas yng seharusnya aku kerjakan tanpa bertanya dulu padaku.

Sikapnya itu tambah membuatku kesal dengan cowok sok satu itu. Dia menjalani peran ganda
sebagai ketua kelas dan sekaligus sekertaris, terus aku dianggap apa gitu? Aku merasa sangat
kesal terhadapnya. Hari ini aku ingin marah kepadanya, lihat saja nanti.

“Fajar!” Dia menghentikan langkah mendengar panggilanku bahkan dia tidak menoleh
sedikitpun. Bikin gondok aja ini orang.
“ada apa?” Tanya Fajar seerti tidak terjadi apa – apa.
“Kamu anggap aku apa selama ini? Hah?” tanyaku dengan nada tnggi. Beberapa orang yang
lewat koridor menoleh karena mendengar ucapanku.
“Maksud kamu?” dia tampak heran mendengar ucapanku.
“Kamu ngerjain semua tugas aku sebagai sekertaris kelas maksud kamu apa? Kamu mau
buktiin bahwa kamu hebat dan aku gak berguna gitu?” tantangku, aku tak menghiraukan lagi
anak – anak tengah berisik disekeliling kami.
“Bukannya kamu sendiri yang bilang kalo kamu yang gamau disuruh – suruh, ya jadi aku
pikir aku akan ngerjain sendiri. Lagi pula aku haya ingin membantu kamu.”
“Membantu?’ Aku tersenyum sinis. Aku tau anak ini anak ini Cuma perhatian aja.
“Bilang aja kamu mau dibilang hebat, iyakan?” aku benar – benar emosi berhadapan dengan
pria ini, sungguh menyebalkan.
“Oke – oke aku minta maaf.” Katanya dan berlalu
“Dasar cewek pikirannya gabisa ditebak.” Bisik Fajar tapi aku bisa mendengarnya dengan
jelas, tentusaja emosiku yang baru mereda kini naik lagi sampai ubun – ubun.
“APA??” Teriakku. Fajar terkejut dan membalikkan badan badannya.
“Aku gak ngomong apa – apa kok” jawabnya dengan wajah polos sambil tersenyum manis.
“nyebelin banget” gumamku sambil mendudukkan diriku dikursi.
“ Senja kamu kenapa?” bulan menatap heran kearahku.

Beberapa bulan sekolah disini aku dan Bulan sekarang sudah menjadi sahabat. Aku senang
karena Bulan adalah anak yang sangat baik ddan perhatian padaku.

“Tuh ketua kelas nyebelin. Bikin aku kesel aja” jawabku.


“Fajar? Kenapa lagi sama dia?”
“Iya dia songong banget deh. Masa tugas aku sebagai sekertaris diembat juga. Maunya apa
coba? Mau nunjukin kalo dia hebat gitu?”
“Itu tandanya dia perhatian sama kamu, dia gamau kamu repot senja sayang” bulan
menatapku tajam.
“Kenapa?” aku heran dengan tatapan Bulan.
“Jangan – jangan Fajar suka sama kamu.” Bulan menyikutku pelan sambil tersenyum
menggoda kepadaku.

Aku menggeleng kuat, tak mungkin hal itu terjadi. Memangnya ini ftv apa? Ini adalah dunia
nyata jadi mana mungkin.
“Gak mungkin lan. Aku sama dia itu kaya kucing sama anjing, kaya siang dan malam. Gak
mungkin ketemu.” Jelasku meyakinkan Bulan.

Hari – hari berikutnya aku tak bisa melupakan ucapan Bulan beberapa waktu lalu, apa benar
Fajar menyukaiku? Ah kenapa aku jadi begini sih? Senja kamu gak mungkin suka sama dia
kan.

Sejak saat itu pula Fajar bersikap manis padaku seolah olah aku adalah seorang yang spesial
di kelas daripada siswa lain.

Aku sendiri bingung dengan sikap ketua kelasku itu tapi entah kenapa aku merasa senang.
Malah sekarang aku bersahabat baik dengannya, dia sangat perhatian melebihi teman
perempuan, dia selalu tau apa yang aku suka dan tidak hal itu yang membuaku nyaman.

“ Senja!!!!!!!!” panggil seseorang. Aku menghentikan langkahku.


“Kamu jadian sama tomi?” tanya orang itu lagi yang ternyata adalah Fajar.
“Siapa yang bilang sama kamu?”
“Jadi bener?”
“Memang kenapa?” aku menatapnya heran.
“Tomi tuh gak pantes buat kamu” ujarnya sungguh – sungguh membuatku menundukkan
kepala.
“Lalu yang pantes siapa” bisikku masih dengan kepala tertunduk.
“Kamu?” lanjutku kini disertai dengan senyuman tipis seperti mengejek.
“Bukan gitu maksudku, Tomi itu playboy dia hanya ingin mainin kamu.”
“ kenapa kamu peduli jar?” tanyaku memandangi wajah tampan milik Fajar.
“aku gamau liat kamu sedih Senja.”
“Itu karena...”ucap Fajar terputus, wajahnya tampak menegang namun aku tau dia mencoba
menghilangkan kegugupannya.
“Aku sayang sama kamu senja.” Fajar menghembuskan nafas lega, wajahnya yang tad
menegang kini kembali rileks. Lalu berlalu meninggalkanku.

Aku masih berdiri ditempatku, aku belum beranjak sejak tadi. Aku tak menyagka kalau Fajar
menyukaiku, mengapa aku tak sadar selama ini...

“Fajar” panggilku. Dia menoleh dengan terkejut.


“Boleh aku duduk?” tanyaku sekedar basa basisebelum mengatakan apa yang ku maksud.

Fajar mengangguk dan sedikit menggeser posisi duduknya untuk mempersilahkan aku duduk
disampingnya.

“ ada apa Senja” tanya Fajar dengan kepala menunduk.


“ Aku nyariin kamu dari tadi, ternyata kau disini” ujarku.
“Kenapa kamu mencariku” Fajar tetap tidak menatapku
“Ada yang mau aku bicarain sama kamu, ini tentang aku dan Tomi”. Ujarku dengan sangat
gugup.
“Maksud kamu?”
“Sebenarnya aku memang pacaran dengan Tomi...” Aku sengaja menggantungkan kalimatku
karena melihat Fajar yang kini menatapku.
“Tapi aku sama Tomi hanya pacaran pura – pura” lanjutku.
\
Wajah Fajar tampak heran dengan kalimatku barusan. Entah apa yang dia pikirkan sekarang.

“Pura – pura?’ tanya Fajar mengulang kata itu. Aku hanya mengangguk pasti.
“Aku benar – benar tak mengerti Senja. Jangan bercanda.”
“Aku serius Fajar. Sebenarnya Tomi adalah sepupuku, kamu tau sendiri nilainya kaya gimana
orangnya makanya makanya orang tua Tomi minta aku buat Pura – pura jadi pacar Tomi
disekolah supaya gaada yang deketin Tomi.” Jelasku.

Wajah Fajar yang tadinya murung kini berubah. Sebuah senyum menghiasi wajah tampan itu
sehingga membuatku gugup.

“Lalu mengapa kamu menjelaskannya kepadaku?” tanya Fajar. Aku jadi bingunng mau jawab
apa.
“Aku gamau kamu salah paham jar”
“Kenapa?” Fajar menatap lekat kedua mataku membuatku jadi gemetar dan detak jantungku
sudah tak karuan lagi.
“Itu karena....karena aku sayang banget sama kamu jar. Aku gamau liat kamu sedih kaya
tadi”. Aku merasa lega menyelesaikan kalimat itu dengan sempurna.

Fajar tersenyum sangat manis dan langsung memelukku erat. Aku bahagia berada disini
bersama seseorang yang aku sayangi. Memang benar Senja dan Fajar tak mungkin bertemu
dan datang bersama – sama namun Senja dan Fajar itu sama, sama sama indah.
\
Kini aku akan menyaksikan Senja bersama Fajar dan menyaksikan fajar bersama Fajar.
Seseorang yang akan lebih indah dari senja maupun fajar itu sendiri.

THE END

GITA AYU SURYANINGSIH [15] XI- IPS 2

Anda mungkin juga menyukai