Anda di halaman 1dari 3

Hai aku Meena.

Aku bukan pemeran utama di sini, tapi aku akan mengantarkan kalian kepada sang pemilik cerita dan
menceritakan sedikit tentang dia.
Sudah tahu siapa dia? Ya belum, aku saja baru mengetik cerita ini, entah bagaimana akhirnya.
Karena pekerjaan orang tua yang membuatnya pindah-pindah antar provinsi, antar pulau, antar negara bahkan
hanya antar kelurahan, membuat seorang Anactte tidak mempunyai teman akrab sejak kecil dan teman dia hanya
kakakknya saja.
***
ANACTTE
05.12
Syukurlah aku tidak kesiangan pagi ini.
Hari ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan di sekolah baruku. Banyak sekali pikiran buruk tentang awal
masuk sekolah. Tapi aku selalu mengingat kata-kata kakekku bahwa selalu tersenyum dan berpikiran baik.

Ini hari pertamaku. Mungkin sudah sebanyak 100 kali kalimat ini berada di kepalaku.
Aku berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, karena sekolahku tidak begitu jauh dari rumahku. Sekolah ini
sekolah ternama dan paling bergengsi. Hariku dimulai dengan berkenalan dan mencari teman agar aku tidak
sendirian. Sangat canggung ketika mulai memperkenalkan diri padahal mungkin aku telah melakukan hal serupa
sebanyak 1000 kali.
***
Hari berganti sangat cepat dan apakah kalian tahu?
Temanku hanya Farah dan teman dia pun hanya aku. Aku tidak mengerti. Anehnya setiap aku memiliki teman
baru, pasti keesokan harinya dia pasti lupa sama aku dan sikap nya pun berubah, itulah alasanku hanya berteman
dengan Farah dan enggan untuk memulai berteman akrab dengan yang lain. Aku ragu kalau harus menceritakan
keanehan ini kepada Farah, aku takut kalau hanya aku yang tidak tahu apa-apa karena aku anak baru atau aku
memang tidak boleh tahu. Hari pun terus berlalu dan mulai berganti bulan, perubahan ini semakin terlihat dan
mungkin tambah parah. Sekolah ini seperti habis diterjang badai, mereka yang memiliki kekurangan dan mereka
yang memiliki kelebihan seperti bertukar tempat. Aku tahu istilah roda berputar, tapi tidak berputar sedemikian
rupa juga!. Ini sudah melewati batas arti istilah itu sendiri. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk
menceritakan rasa penasaran ini kepada Farah.
“Boleh aku menceritakan dan berkeluh kesah tentang suatu hal?”
“Boleh saja, memangnya ada larangan tidak boleh bercerita kepada teman sendiri? Aneh saja.”
“Baiklah, tapi jangan menertawakannya! Kau merasa tidak? Perasaanku teman teman kita sedikit berubah.
Tidak-tidak, maksudku benar-benar berubah. Kau tahu bukan? Beberapa teman kita hilang begitu saja, bahkan
berubah dalam bentuk sifat, sikap, dan bahkan fisik!”
“Syukurlah ada yang menyadarinya selain aku.”
“Loh?”
“Aku sudah menyadarinya sejak lama. Tapi akupun tidak berani bilang atau cerita kesiapa pun. Dulu aku punya
teman dekat seperti mu, tapi dia pun berubah dalam bentuk semua hal dan lupa dengan ku.”
“Hm, apakah kau mau mencari tahu denganku?”
“Yeah.. Boleh saja.”
“Baiklah ayo!”
***
Hari ini adalah hari Jum’at, hari dimana aku dan Farah memutuskan untuk mencari tahu bagaimana ini semua
bisa terjadi, kami mengikuti salah satu teman kami, dia anak yang manis pintar dan termasuk kategori ekonomi
yang cukup, bahkan menurutku berlebih. Sangat sulit mengikutinya tanpa ketahuan. Seperti menguntit anggota
kerajaan. Kami dibuat kebingungan dengan beberapa bukti yang didapat.
“Anactte, sepertinya kita butuh waktu yang banyak dan energi yang banyak juga unuk mengungkapnya.”
“Kau ingin menyerah? Kita sudah lumayan menemukan banyak bukti Far.”
“Tidak, aku hanya kelelahan dan kau sangat bersemangat.”
“Rasa penasaran ku sangat besar.”
“Kau terlihat sangat bersemangat dan seperti sangat tahu tentang sekolah ini.”
“Iya, kakakku dulu pernah bersekolah di sini dan aku pernah ikut untuk bermain di sekolah, jadi aku tahu semua
tempat bahkan ruang-ruang tersembunyi di sekolah ini.”

Aku tidak mengerti kenapa Farah tiba-tiba ragu dan seperti enggan melanjutkannya kembali. Padahal kami sudah
bersepakat dari awal. Seperti api disiram air, semangat Farah lenyap begitu saja! Entahlah, tetapi semakin lama
aku semakin curiga dengannya. Baiklah ini beberapa fakta dan bukti yang telah kami temukan selama dua bulan
ini.
BUKTI:
1. Terdapat sebuah ruangan tersembunyi dekat perpustakaan dan toilet.
2. Di sekitar tempat tercium aroma yang tidak sedap dan aroma karat yang menyengat.
3. Banyak murid kaluar masuk, tetapi setelah keluar mengalami perubahan yang signifikan.
***
Kami akhirnya menemukan kesempatan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Sekolah kami sedang mengadakan
suatu acara dan semua orang berkumpul di area lapangan, jadi beberapa sudut sekolah sepi, seperti sekolah tidak
berpenghuni. Aku dan Farah sembunyi-sembunyi keluar dari keramaian dan perlahan-lahan menuju ruangan
yang telah kami curigai.
“Kau siap Farah?”
“Yeah.”
“Mengapa kau terlihat tidak bersemangat? Ini akhir dari perjuangan kita selama ini!”
Entahlah tapi Farah hanya terdiam dengan muka lesu, makin saja aku curiga kepadanya. Sikap Farah berubah
seiring berjalannya waktu. Seiring kami menemukkan banyak bukti dan fakta, bahkan saat aku mengetahui
ruangan itu Farah memasang muka yang kurang semangat. Aku tidak berpikiran buruk dan selalu berpikir bahwa
mungkin dia sedang lelah karena beberapa tugas yang ada dan kurangnya istirahat.

“Apakah kau akan tetap meneruskan ini? Tidakkah kita sudahi saja dan melupakan semuanya?”
Aku menghentikan langkahku dan memikirkan perkataan Farah.
“Jadi apa maksudmu? Kita sudah menghabisi waktu kurang lebih 4 bulan Far?! Kau terlihat mencurigakan tahu?
Atau jangan-jangan ini semua kau yang membuatnya?” Farah terdiam dan pucat pasi.
“Aku hanya tidak siap.”
“Tidak siap karena apa? Karena takut semua kebongkar dan ketahuan bahwaa ini ulah mu?!”
Seperti petir di tengah hari, kami ribut sejadi-jadinya tak kunjung henti.
“Baiklah maafkan aku. Ayo kita teruskan kembali.” Farah meminta maaf dan aku maafkannya.

Karena terlalu lama dalam berargumen, waktu kami habis begitu saja. Jam pulang sekolah pun berbunyi. Kami
memutuskan untuk beristirahat sejenak, untuk makan dan minum untuk menambah energi melanjutkan
perjalanan kami. Huft.. aku tidak sabar akan mengungkap keanehan pada sekolah baru ku, sekaligus sekolah
kakakku. Aku sangat menyayangi kakakku, jadi aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, mengungkapnya dan
membuat kakakku bangga padaku.

“Sudah kenyang? Ayo kita lanjutkan perjalanan ini. Ayo Farah! Tujuan kita sudah di depan mata, jangan sampai
kita bertengkar lagi dan menghabiskan waktu dengan sia-sia!”
“Baiklah.”

Kreeekk…..!
Bunyi pintunya bising sekali, hampir membuat kupingku rusak.
“Selamat datang! Buanglah kesialanmu gantilah dengan harapan baru”
Aku dan Farah seketika kaget mendengar seseorang berbicara, kami kira ada orang selain kami dan kami
tertangkap basah. Ternyata hanya bunyi bel otomatis ketika pintu terbuka. Kami menyelusuri ruangan itu dan
banyak sekali manekin dan topeng-topeng wajah dipajang di seluruh penjuru ruangan. Topeng-topeng itu milik
teman-teman kami yang hilang dan yang berubah sedemikian rupa. Kaget bukan main.
“Farah! Apa yang kau lakukan?! Kukira kami teman! Farah! Sadarlah!”

FARAH
19.12
Mungkin selama perjalanan ini kaliah berfikir bahwa aku si penjahat dan dalangnya. Aku tidak tahu bagaimana
menanggapi pernyataan ini. Karena bisa benar dan tidak. Jadi pada saat tahun ajaran baru, aku bertemu temanku
bernama Qyara. Kami sangat akrab dan sudah seperti saudara. Saat pertengahan semester aku dan Qyara sadar
akan perubahan yang terjadi pada teman-teman kelas kami, bahkan sekolah kami! Qyara termasuk orang yang
memiliki kelebihan dari Tuhan. Qyara langsung memberi tahu apa yang terjadi dan kami memutuskan untuk
mencari tahu kebenarannya. Saat hari pergantian tahun Qyara bilang kepadaku.
“Aku punya rencana dan kita harus bagi tugas”. Aku hanya mengangguk tanda setuju.
“Aku akan mengikuti pergantian topeng. Aku bisa melihat dan tahu semuanya. Sedangkan kamu, tetap di sini
menjalani hidup seperti biasa, nanti akan ada murid baru masuk di kelas kita, kamu harus menjadi teman dekat
dia, kita lupakan sejenak pertemanan kita, aku memiliki gambaran buruk dan mencurigakan tentang dia, siapa
tahu ini dapat membuka jalan kita untuk mengetahui siapa dalangnya.” Aku menurut dengan ucapan Qyara dan
apa yang diperintahkannya karena aku pun penasaran dan ingin tahu kebenaran dengan bukti.
***
Tahun ajaran baru pun telah dimulai, benar saja kata Qyara akan ada murid yang akan masuk di kelas kami. Aku
sudah tahu ini adalah orang nya, Qyara pun memberi kode kepadaku. Aku pun mulai mendekati dia dan berusaha
menjadi teman dekatnya. Aku tahu pasti teman-teman yang lain tidak ingin menemaninya, karena dia murid baru
dan mereka tidak ingin terbongkar rahasianya.

Namanya Anactte, namanya bagus bukan? Aku tertarik dengan sikap dia yang ceria, sebenarnya Anactte lebih
pendiam, dia hanya menunjukkan sisi itu ke teman dekatnya. Ya, bisa dibilang sekarang kami sudah berteman
dekat. Aku berusaha membangun pertemanan yang hangat sehingga kami bisa lebih dekat lagi dan membuat
Anactte percaya padaku. Bahkan dia sempat berkata bahwa akan menceritakan keluh kesahnya, tentu dengan
segenap hati aku pasti akan mendengarkannya.
“Baiklah, tapi jangan menertawakannya! Kau merasa tidak? Perasaanku teman teman kita sedikit berubah.
Tidak-tidak, maksudku benar-benar berubah. Kau tahu bukan? Beberapa teman kita hilang begitu saja, bahkan
berubah dalam bentuk sifat, sikap, dan bahkan fisik!.”
Astaga! Aku kaget setengah mati! Untung saja aku sudah memberitahu Qyara untuk terus berada di sisiku dan
mendengarkan pembicaran kami, kalau kalau ada hal yang tidak diinginkan.
“Bilang saja kau juga ingin tahu, bantu dia mencari tahunya, kau hanya jadi umpan baginya karena dia
menyadari dirimu tahu tentang nya. Tenanglah aku selalu bersamamu.” Qyara memberitahuku ketika kami sama-
sama izin untuk ke toilet.
***
Ini adalah hari dimana kami membuat janji untuk membongkar rahasia bersama Anactte, aku gemetar dan
sebenarnya tak sanggup. Qyara di sisi lain terus mengawasiku dan menyemangatiku. Ketika kami memasuki
ruangan itu aku terus berjaga-jaga dan tetap menjaga kontak mataku dengan Qyara, syukurlah Anactte tidak
menyadarinya. Aku sudah membawa pisau untuk berjaga-jaga jika aku diserang dengan Anactte. Tetapi aku dan
Qyara memutuskan untuk menyerang dan mengamankan Anactte duluan, sebelum aku yang diserang olehnya.
Tanpa ragu aku langsung menarik tangannya ke belakang dengan todongan pisau di sisi lain tanganku.
“Farah! Apa yang kau lakukan?! Kukira kami teman! Farah! Sadarlah!”.
Qyara dengan segala kelebihannya membuat Anactte tertidur. Kami memindahkan Anactte ke dalam ruang UKS.
Aku dan Qyara menatap Anactte dengan penuh pertanyaan. Tak lama Anactte pun sadar.
“Aku tahu kamu dalangnya, aku hanya ingin tahu mengapa kau melakukan ini semua?”
Anactte hanya menatap Qyara lalu menitikan air mata.
“Ada ada denganmu? Apa kamu tidak kasihan dengan mereka yang menjadi korban dan terus bertambah
banyak?”
“Dengarkan aku dulu. Sebenarnya aku lelah terus berpura-pura, aku tahu Farah mengetahuinya dan aku sangat
senang berteman denganmu, tapi aku sudah terlanjur suka kepada wajahmu Farah. Aku benci Qyara karena dia
tahu semuanya. Kau tahu kakaku? Yang pernah ku ceritakan kepadamu? Aku sangat menyayanginya. Aku sudah
lama mengenal sekolah ini jauh sebelum kalian. Kakakku bernama Hadilla dia tidak cantik, tetapi dia sangat baik
dan pintar, tapi itu sangat tidak cukup untuk bertahan hidup hanya dengan modal seperti ini. Dulu kami dari
keluarga yang kurang, kakakku selalu dirundung oleh mereka yang bermodalkan penampilan fisik dan harta.
Aku tahu tapi aku diam, sekarang kakakku sudah tenang disana. Semoga seperti itu. Aku tidak ingin orang di
luar sana ada yang merasakan seperti apa yang kakakku rasakan. Aku membuat topeng ini agar mereka bisa
merasakan yang ingin mereka rasakan dan menghindari yang tidak ingin mereka rasakan. Aku ingin membuat
istilah roda itu berputar itu benar dan aku menciptakannya. Sekarang semua orang bahagia. Tidak ada lagi
kesedihan karena nasib. Aku membuat mereka bisa bertukar nasib atau bahkan menggantinya. Aku hanya ingin
kita semua memiliki kedudukan yang sama.”
Anactte menceritakannya sambal menangis, sekarang aku paham. Aku dan Qyara hanya bisa saling memandang.
“Anactte, maafkan aku, aku tidak tahu semua tentangmu, aku tahu kamu menyayangi kakakkmu, tapi caramu
salah, karena mereka yang memakai topeng tidak akan mau kembali ke posisi awalnya. Kasihan mereka yang
menjadi korban. Biarlah istilah itu jalan dengan sendirinya.” Kata Qyara.
“Itu dendam Anactte. Aku mohon ubahlah, kita semua sudah berubah, kata rundung sudah berkurang bahkan
hampir punah, yang kau lakukan hanya akan membuat mereka semakin serakah.” Kataku.
“Kakakkmu sudah memaafkan mereka dan mengikhlaskannya. Menangislah dan berjanji untuk berhenti
melanjutkannya. Maka semua akan kembali seperti semula.” Qyara memberi bantuan dan menutup mata Anactte
namun untuk selamanya.
***
“Terima kasih Qyara, sekarang aku bisa mengambil nyawa mereka yang telah merebut wajah teman kita tanpa
keliru lagi karena topeng pengganti sudah tidak ada.”
“Terima kasih juga Farah, aku juga bisa berbuat sesukaku tanpa gangguan Anactte dan topeng aneh itu.”
Aku dan Qyara berpelukan lalu siap melakukan misi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai