Anda di halaman 1dari 6

MEMORIE

PROLOG
“Hei!”. Panggil salah satu teman kerjaku di rumah sakit ini. Aku molehkan kepalaku untuk
melihatnya. Dengan gerakan wajahku, kutanyakan alas an mengapa dia memanggilku tadi.

“Ayok makan siang bersama”, ajaknya padaku. Aku menganggukkan kepalaku menyetujui
ajakan makanan siang bersamanya. Kami berjalan sebentar setelah keluar dari rumah sakit
tempatku bekerja selama 1,5 tahun itu dan akan menemukan restoran sederhana yang akan
menjadi tempat makan siangku hari dan dia.

Setelah mendapatkan tempat duduk dan memesan makanan, kami sedikut mengobrol
beberapa hal tentang pekerjaan dan entah mengapa merambat tentang masalalu saat kami
masih sekolah menengah.

Disaat tengah mendengar cerita tentang temenku ini yang sepertinya masa sekolahnya sungguh
menyenangkan. Aku mengenang masalalu.

Masalalu yang membuatku kuat dan sedih disaat bersamaan.


BAGIAN SATU
Saat itu aku baru saja menamatkan bangku sekolah menengah pertamaku. Aku memilih
sekolah yang ini karena aku mendengar bahwa sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik
dikotaku.

KRINGGG!!!!

Bunyi bel yang menandakan pidato pembukaan siswa baru telat selesai. Kami siswa baru
diizinkan untuk memasukki kelas yang telah ditempelkan nama kami. Diberi arahan oleh senior
dan mengakrabkan diri dengan teman dikelas sementara itu.

Aku pun juga mendapatkan teman baru yang ternyata satu sekolah denganku dulu. Dia pintar
mengambar dan anaknya lucu sekali, aku senang bias berkenalan dengannya.

Hingga tak terasa tibalah saat untuk mendapatkan kelas yang sesungguhnya. Aku terpisah oleh
sahabat-sahabatku, Fina dan Sintia. Aku cukup sedih karena kami tidak sekelas tapi suka dengan
kelas baruku. Ada beberapa teman dari sekolah lamaku juga berada dikelas ini dan walikelas
yang baik dan juga pengertian membuatkan senang.

Aku cukup bias mengakrabkan diri dengan teman-teman dikelas dan aku juga mendapatkan
beberapa temen dekat yang lucu. Hingga tak terasa aku telah melewatkan hampir 6 bulan
waktuku dikelas ini.

Dan tibalah saat pembagian lapor.

Sabtu , 13 Desember 2025

Hari ini aku begitu bersemangat karena hari ini adalah hari dimana aku terakhur sekolah dan
dapat menikmati liburan akhir tahun. Aku tiak mengharapkan peringkat yang tinggi dan akan
cukup bersyukur jika bias memasuki 5 besar dikelas. Aku optimis untuk itu.

Penerima lapor kali ini tidak dihaidir oleh orangtua melainkan hanya dengan murid dan
walikelas saja. Aku duduk santai dikursi dimana biasa aku duduk. Hari itu cuaca cukup cerah
tapi tidak terlalu panas dan angina sangat menyergakan masuk melalui jendela sebelah tempat
dudukku.

Aku dengan santai menunggu nama demi nama teman sekelasku dipanggil kedepan untuk
menerima lapor. Ketika telah sampai ke peringkat 5 hingga 1 aku mulai cemas, karena aku takut
bahwa aku tidak dapat peringkat untuk semester ini.
Hingga saat peringkat 5 hingga 3 dipanggil aku merasa sedih karena namaku tidak disebut
untuk dipanggil kedepan. Saat itu aku mulai tidak peduli siapa yang akan dipanggil selanjutnya
karena aku yakin itu bukan aku.

Saat aku asik bercanda gurau dengan teman disebelahku tiba-tiba saja namaku dipanggil untuk
maju kedepan. Semua teman sekelas yang masih dikelas saat itu kaget dan aku sendiri pun
sangat kaget saat itu. Aku maju kedepan dengan sedikit gemeteran dan memastikan ke
walikelasku bahwa beliau tidak salah memanggil bukan?

Saat aku dilanda kebingungan, aku melihat teman-temanku banyak yang menatapkanku tidak
percaya. Seolah apa yang terjadi tidak harusnya terjadi. Aku cukup sedih melihat itu dan aku
juga mendengar lirihan yang membuat hatiku terasa di sesak dan aku ingin menangis saat itu
juga.

Setelah selesai, beberapa temanku yang lain mengucapkan selamat padaku dan yang berlalu
seolah tidak ada yang terjadi dan tidak memerdulikan diriku. Aku saat itu sangat sedih dan
ketakutan, tanganku gemetaran dan aku hanya bisa menunggu Fina dan Sintia selesai. Aku
memelukkan mereka dan mereka menanyakan bagaimana dengan peringkatku. Dan aku
menjawab bahwa aku mendapat peringkat pertama dan mereka turut senang dengan itu. Kami
akhirnya pergi dari sana dan menunggu jemputan masing-masing.

Saat aku sampai rumah ternyata keluargaku telah mengetahui perihal peringkatku ini. Mereka
sangat bangga padaku dan aku pun turut berbahagia. Beberapa sahabatku yang berbeda
sekolahku memberiku selamat dan turut senang akan hal ini.

Tapi ketika aku melihat grup kelas, aku melihat beberapa kata-kata sindirian untuk diriku.
Seperti “Siapa peringkat 1 dikelas?” atau “Aduh aku pikir Lila yang mendapatkan peringkat 1
upss…”. Dan beberapa sindiran halus lainnya. Aku terdiam saat membaca pesan itu. Tanganku
gemeteran dan aku ketakutan. Aku tidak berani hanya untuk membaca lebih banyak lagi dan
memutuskan untuk berusaha untuk tidak memikirkannya. Dan menikmati waktu liburku.
BAGIAN DUA
Saat ini ajaran baru telah dibuka. Aku pergi dengan perasaan hati yang cukup baik untuk
menyambut tahun ini. Aku memasukki kelas dan aku menjadi salah satu seseorang yang datang
lebih dulu. Mengambil tempat dudukku dulu dan memainkan ponsel. Satu persatu teman
sekelasku datang dan beberapa dari mereka menegurku dan beberapa acuh tak acuh
denganku.

Salah satu teman dekatku akhirnya datang. Kupikir dia akan mengambil tempat disebelahku
ternyata dia mengambil tempat yang cukup jauh dari tempat biasanya kami duduk bersama.
Dan anehnya lagi dia menjadi sangat dekat dengan Lila?

Dan benar ternyata dia menjauhiku dan Lila tampak sangat tidak suka denganku. Dan hal ini
terjadi hingga cukup lama hingga hampir kenaikkan kelas 11. Aku tidak tau apa yang
menyebabkan sebagian dari mereka tidak menyukaiku. Aku bingung dan juga sedikit ketakutan.
Tapi Fina dan Sintia yang mengetahui hal itu jadi lebih sering bermain denganku disaat istirahat
ataupun kelas kosong.

Hingga tak terasa saat adanya class meeting perlahan mereka yang kemarin menjauhiku mulai
mendekat lagi. Aku tak menanyakan apa alasan sebenarnya mereka menjauhiku. Dan
membiarkan seolah apapun yang terjadi sebelumnya tidak pernah terjadi. HIngga saat
pembagian lapor semester 2. Aku meminta tolong ibuku untuk mengambilkan laporku karena
sejujurnya aku masih trauma dengan apa yang terjadi tahun lalu.

Aku mematikan ponselku dan tidak berani untuk membuka media sosial apapun karena aku
takut dan tanganku gemetaran. Dan peringkatku pun turut tapi aku tidak begitu sedih dan
orangtuaku pun tetap bangga padaku. Ayah dan ibu tetap bilang bahwa taka pa dan
menyiapkan makan yang enak untuk makan malam sebagai parayaan.
BAGIAN TIGA
Aku sudah menempati kelas 11 saat ini. Dan aku sekelas lagi dengan beberapa temen lamaku
dan tentu saja Lila. Fina dan Sintia mendapatkan kelas yang sama untuk satu kedepan. Betapa
irinya aku karena aku juga ingin bersama mereka.

Dikelas ini Lila masih sering merudungku dan terkadang bersifat menyebalkan didekatku.
Seolah-olah aku ini hanyalah orang tak penting baginya. Dia sangat membedakan ku dengan
teman dekat baruku dikelas. Tidak pernah mengucapkan terimakasih padaku ataupun ketika dia
meminjam tugasku dia bahkan berpura-pura bahwa itu bukan buku milikku dan malah
berterimakasih pada orang lain.

Dia selalu tak suka jika aku sekelompok dengan dirinya. Dan sejujurnya akupun merasa begitu.
Waktu-waktu kelas 11 kulalui dengan tenang dan tidak menperdulikannya. Hingga saat
pembagian rapor pun aku tetap berani untuk mengambil sendiri dan malah pergi ke
supermarket dan berjalan-jalan. Aku tau aku dapat mendapat peringkat pertama lagi dari salah
satu sahabat laki-lakiku dikelas. Setelah mengetahui itu, aku menutup ponselku dan
menlanjutkan jalan-jalanku untuk menghilangkan ketakutanku.

Aku bertemu dengan Sintia disana da akhirnya memutuskan untuk makan bareng disalah satu
restoran ayam disana. Makan sambil bercanda gurau dan menikmati suasana.

Senin, 4 Januari 2027

Aku sudah sampai disekolah saat ini. Menghembuskan nafas pelan dan berusaha menghadapi
apapun yang terjadi kedepannya. Seperti mungkin kejadian kelas 10 terulang kembali. Tapi saat
aku masuk teman sekelasku banyak yang masih menyapaku dan teman dekatku masih seperti
yang kemarin-kemarin tidak berubah sedikitpun. Aku rasa, perasaan trauma dan khawatirku
lebih parah disbanding yang aku kira.

Semua tetap sama. Dan Lila tetap sama tapi saat ini dia tidak terlalu lebih parah dibandingkan
saat semester lalu. Dan aku menikmati semua hal ini.

Hubunganku dengan Fina, Sintia dan Farel tetap baik-baik saja. Hingga tak terasa aku telah
menaikki kelas 12 dan dan bertemu dengan Lila. Entahlah, kurasa takdir begitu suka kami
berada dikelas yang sama lagi.

Satu tahun terakhir aku sangat menikmatinya. Bermain dan belajar serta melakukan kegiatan
yang menyenangkan. Hingga akhirnya aku diterima disalah satu PTN terbaik di negeriku dengan
jurusan Psikologi sebagai pilihanku. Aku lulus dengan jalur SNMPTN dan aku bahagia dengan
itu.

EPILOG
”RAY!!”

“Astaghfirullah, kamu kenapa sih?? Ngagetin aku aja ihh”, kesalku ketika Wina temanku tadi
meneriakiku.

“Lagian kamu malah bengong terus senyum-senyum sendiri”, balasnya.

“Aku hanya mengingat masalalu saja”, jawabku dan tersenyum mengingat banyak hal yang
telah aku lalui. Sebenarnya banyak hal yang lebih dari yang aku kenang tadi, tapi itu cukup
untuk dilupakan saja.

Sekarang aku telah menemukan impianku dan membanggakan kedua orangtuaku. Tetap
bersahabat dengan sahabat-sahabatku dan mendapatkan banyak teman dekat di sekitarku saat
ini. Orang-orang yang benar-benar peduli padaku dan aku sangat bersyukur akan hal itu.

Semua terjadi didalam hidup benar-benar seperti air yang mengalir. Terkadang kau tak tau ada
hambatan apa didepanmu. Tapi selama kau percaya bahwa kau yakin dan terus berusaha maka
hal itu bukan hal tak mungkin untuk digapai.

Anda mungkin juga menyukai