Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PENULISAN KREATIF
“Ujian Akhir Semester”
Disusun oleh
Nadya
41182037180119
Kelas : Reguler C
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Dosen : Tri Adi Sarwoko
INI KISAH KU

Agustus 2012, tepatnya tanggal 05. Hari dimana aku ditembak olehnya, didepan rumah sambil
membawa segerombolan teman menjadi saksi kala itu. Nama ku Melda, umurku 17 tahun. Aku
tinggal diperumahan nirwana indah. Hobi ku baca komik dan membuat orang-orang sekelilingku
bahagia.

“ Loh ada apa daffa ?, kenapa banyak sekali teman-teman mu datang kerumah ku. “

“ Mel, ada yang ingin aku katakan.” , ujar daffa.

“ Cieee... ada yang mau nembak nih...”, ucap ega temannya daffa.

“ Katakan saja, ada apa daffa ? kau membuat ku panik dengan membawa banyak sekali
teman mu.” , kata ku.

“ Kamu mau gak jadi pacar aku. ?” , ujar daffa.

Seketika hening.

“ Enggak” , jawab ku

Daffa menundukan kepalanya.

“Yah.. gua ditolak cuyy, ayolahh kita pulang..” ,ujar daffa ke teman-temannya.

“Enggak, gak salah lagi aku mau jadi pacarmu” ,jawab aku.

“Maksud kamu, kamu terima aku ?”

“Harus kah aku teriak dan bilang aku terima kamu sebagai pacarku...” ujar aku

Daffa sangat terlihat senang saat aku memberi penjelasan itu, aku pun tak menipisnya kalo
aku juga sangat bahagia.

Disinilah cerita cinta ku dimulai. Rambut ikal dan mata yang cenderung kedalam adalah
ciri khasnya yang mampu membuat aku jatuh cinta. Nama nya Daffa gustiarto , tinggal di
perumahan regency indah, hanya butuh sepuluh menit untuk datang kerumah ku.
Kata orang, cinta merupakan hal terindah yang membuat sebagian orang berasa terbang dan
melayang. Aku tidak menepisnya tidak juga membenarkan. Pertama kali aku menjalin kasih,
dimana saat itu aku masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Masih terbilang muda memang. Dia
bukanlah sosok pria yang kaya raya ataupun metrosexual.

“Lantas mengapa aku menyukainya? Jawaban nya sederhana, dia sosok laki-laki yang
sangat lowprofile walau aku tau dia punya banyak kelebihan”

Cinta terkadang membuat hati terlalu senang dan berbunga-bunga membuat aku lupa
segalanya, hingga menghabiskan waktu dengan nya menjadi salah satu favoritku. Dan saat duduk
bersama nya, terlintas dibenak ku.

“akan ku pertahanin cinta ini sampai kapanpun” terdengar sedikit menjijikan bukan ? tapi
itu lah yang terlintas dibenak perempuan yang masih duduk dibangku SMP”

Seiring berjalan nya waktu, tak terasa aku sudah masuk ke bangku kelas 2 SMK, dan pastinya
hubungan ku dengan nya masih baik-baik saja. Tiga tahun bersama nya, membuat kami saling
mengenal satu sama lain.

Hobinya sama denganku, sama-sama menyukai baca buku. Hanya saja dia lebih suka membaca
buku yang berkaitan dengan cabang-cabang biologi dan aku berkaitan dengan suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita, ya sederhana nya sebut saja komik. Aku suka membaca komik.

Memang benar cinta membuat hati senang dan berbunga namun cinta juga membuat luka yang
teramat dalam. Tepat anniversary ke empat tahun, keindahan cinta itu mulai berubah menjadi
sebuah penghianatan.

“Apakah aku menghianatinya ? tentu tidak”. Hari yang seharusnya membuat aku bahagia,
tapi tidak karena dia meninggalkan ku tepat saat aku membuat perayaan anniversary itu. “Sedih ?
tentu”. “Kecewa ? bagaimana tidak, dia meninggalkanku dengan alasan yang tidak jelas”.

Sudah satu bulan aku tidak mendengar kabar nya. Karena ke kepoan ku ini, aku bertanya ke salah
satu teman nya saat jam istirahat. Aku melihat ega dan teman-teman nya yang lain sedang makan
mie ayam bu lastri.
“Ega.. “ ,teriak aku.

Ega kaget dan mempalingkan wajah saat melihat ku, dan melanjuti makan nya. Aku
menghampirinya. Duduk disebelah ega dan teman-temannya.

“Kenapa kamu membuang muka saat aku memanggilmu?” kata ku.

Ega diam. Menyudahi makan nya dan teman-teman yang lain pun juga diam.

“Kalian semua kenapa? Aku hanya ingin menanyakan kabar teman mu daffa. Sudah satu
bulan aku tidak kontakan dengan nya. Ku dengar dia pindah sekolah?” kata ku.

Hening. Seakan mereka tahu apa yang sedang terjadi.

“Aku rindu dengan nya, aku hanya ingin melihat nya. Saat dia putusin aku, aku merasa ada
yang aneh dengan nya. Aku hanya bisa terima dengan keputusannya, walaupun itu bertentangan
dengan apa yang aku inginkan. Aku rindu daffa” ,ujar aku dengan nada rendah.

“Kau ingin bertemu daffa?” ,kata ega.

Aku menganggukkan kepala ku. Ega jalan ke kelas dan mengambil buku tulis lalu ia
menuliskan sesuatu. Ega lalu memberikan kertas tersebut kepada ku. Aku pun segera membaca
apa yang ega tulis untuk ku.

“ Jangan becanda dengan ku... apa aku tidak terlihat serius untuk bertemu daffa?” ,ucap ku
dengan emosi yang tinggi.

Ega diam.

“ Kau pikir bercanda seperti ini lucu?” ,kata ku.

Ega menghela napas.

“Aku tahu kau tak akan percaya mel, tapi inilah yang terjadi. Dan alamat yang ku tulis itu
disitulah daffa berada” ,ucap ega.

Aku gemetar, menarik napas tinggi.


“Mel, aku sahabat daffa dari mulai sekolah dasar, aku sangat mengenalnya. Daffa sudah
lama sekali menahan penyakitnya. Dan dia sangat tidak peduli dengan penyakitnya. Daffa susah
sekali untuk diajak kontrol penyakit bersama dengan orang tuanya. Namun saat dia mengenal mu,
semangat nya pun bangkit, dia berusaha keras untuk sembuh dan bisa dekat dengan mu, pada
akhirnya dia memberanikan diri untuk menembak mu”

Berlinang air mata ku, tubuh ku seakan tidak kuat lagi untuk berdiri.

“Saat dirumah sakit, daffa bilang pada ku, dia harus meninggalkan mu, karena dia takut
kamu tidak bisa menerima nya dengan penyakit yang begitu serius dan untuk merahasiakan ini
semua dari mu. keluarga daffa pun hanya memberitahu kepada pihak sekolah dan merahasiakan
nya dengan membuat pernyataan bahwa daffa telah pindah sekolah” ,ujar ega.

Kepala ku terasa sangat berat.

“kau gak apa apa mel? Maaf sudah membuang muka saat kamu panggil aku, itu karena aku
tahu kau akan bertanya masalah ini” ,timpa ega.

“aku gak papa ko, terimakasih sudah memberitahu ku” ,kata ku.

“Mel, ada satu hal lagi yang ingin ku katakan, saat itu aku gatau kenapa daffa harus
membawa segerombolan teman-teman nya pada saat ingin menembak mu, jawaban daffa tak
terduga olehku. Dia mengumpulkan semua teman nya agar teman-teman nya mengenal mu dan
menjaga mu ketika ia telah tiada. Secara tidak langsung dia menitipkan mu kesemua teman-
temannya, termasuk aku.”

Menetas sudah air mataku . Bel sekolah pun berbunyi.

Pulang sekolah aku tak langsung pulang kerumah, aku mengunjungi daffa dengan alamat yang
diberikan oleh ega. Dijalan aku membeli setangkai mawar dan beberapa bunga untuknya. Air mata
ku jatuh, akhirnya aku bisa melihat daffa dan memeluknya dengan erat . walau yang ku peluk
hanya sebuah nissan bertuliskan nama nya.

Anda mungkin juga menyukai