Anda di halaman 1dari 3

Sahabat Cuek

Judul Cerpen Sahabat Cuek


Cerpen Karangan: A. Naila Isna Maghfirah
Kategori: Cerpen Misteri, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 18 February 2017

Hahaha! aku tertawa riang saat bermain kejar-kejaran bersama sahabatku, Elly. Dia adalah
sahabat terbaikku selamanya!
Namaku Ani, sejak kecil aku sudah sangat akrab dengannya karena kami ini tetangga dekat.

Teng! Teng! Teng! Bell kelas kami berbunyi dan tandanya masuk kelas.
Saat di kelas aku tidak punya pulpen dan pensil karena yang 1 tintanya habis dan 1-nya lagi
patah. Saat tengah kebingungan, Elly menawarkan salah-satu pulpennya. Aku jadi terharu,
tanpa kubilang dia sudah tau masalahku.

Di kantin, aku mentraktir Elly untuk balas budiku. Kami pun tertawa riang sambil mengingat
hal lucu.

1 Minggu kemudian, tidak ada kabar tentang Elly. Dia tidak pernah datang ke sekolah lagi
selama 1 Minggu ini dan mulai muncul rumor tidak jelas tentangnya. Aku yang tetangganya
pasti tau, tapi keluarganya Elly pindah rumah 2 Minggu yang lalu jadi kami hanya bertemu di
sekolah saja.
Aku dengar, sih Elly sedang Broken Home begitu, deh. ucap salah-satu temanku.
Artinya, keluarganya sedang hancur ya? tanya temanku yang lain memastikan.
Iya, alias ada perceraian! tegas temanku yang satunya.
Aku hanya bisa mendengar rumor aneh tidak jelas itu dan berlari menelusuri koridor
sekolahku. Di sepanjang jalan terdengar gosip yang sama, ya, itu menjadi gosip seisi kelas!

Keluarganya Elly itu sebenarnya keluarga dukun. Karena hari ini malam Jumat kliwon,
bulan purnama dan tahun spesial jadi pasti ada ritual ilmu hitam begitu. ucap temanku,
Sarah.
Jadi itu sebabnya dia tidak datang selama 1 Minggu.

Aku berlari menuju kantin berharap makanan enak akan membantu kesedihanku. Aku
memesan nasi goreng buatan bu Tina dan beliau bertanya. Aku dengar temanmu Elly,
sedang Broken Home. Betul?
Aku tidak menjawab apa-apa dan duduk di pojok meja kantin. Tiba-tiba saja, Marwah
muncul dan berkata sesuatu pada Siti.
Mungkin saja keluarganya Elly teroris, jadi
PRAK!!!
CUKUP!!! teriakku.
Suara pukulan meja dan teriakanku membuat orang di kantin menatap aneh padaku.
Aku berlari ke kamar mandi dengan perasaan marah, malu dan sedih.

Kenapa aku menangis!?! tanyaku pada diri sendiri.


Rindu? Gosipnya? Atau karena Elly!?!
Setelah merenung di kamar mandi beberapa menit, aku kemudian mencuci wajahku dan
kembali ke kelas. Aku tidak cukup konsentrasi saat belajar di kelas, pikiranku tertuju pada
gosip itu.

Esoknya
Aku sedang membaca buku dengan serius kemudian banyak keributan di luar. Ada
kerumunan siswa-siswi di sini tampak mengikuti objek tersebut dan entah apa itu. Aku hanya
terpaku dan..!
Elly!?! teriakku.
Elly memandangku dengan tatapan cuek dan dingin. Itu hal yang sangat tidak biasa, aku
berusaha untuk bertanya padanya kenapa dia tidak pergi selama 1 Minggu ini.
Aku hanya sakit tifus, Ani. Kau tidak perlu khawatir. jawabnya dingin.
Kemudian duduk tampa peduli apa-apa lagi.
Dulu kau tidak begitu. tanyaku.
Dia tidak menjawab tapi, aku senang karena dia akhirnya kembali ke sekolah.
Jam pelajaran pun di mulai, tapi tidak percakapan dengan kami berdua, mungkin karena dia
sudah habis sakit.

Jam istirahat tiba dan tidak ada percakapan juga, aku akhirnya mulai bertanya padanya.
Elly, kau sebenarnya kenapa? Kok, cuek begitu?
Tidak apa-apa, aku masih lemas sehabis sakit. jawabnya dingin.
Tapi, dulu kau tidak begitu! ucapku.
Elly mulai tertaganggu makannya karena pertanyaanku yang banyak itu.
Kau sudah tanya itu tadi pagi! ucapnya kesal.
Kau, kok jadi marah? Kau itu kenapa!?! Banyak gosip menyebar tentangmu! ucapku keras.
Biarkan gosipnya hilang dengan sendirinya! Kenapa kau sibuk dengan hal itu!?! bantahnya.
Karena aku..! ucapanku terpotong, Elly pergi meninggalkanku.
Ada apa dengannya?
Di kelas tidak ada sekata-kata pun dari Elly.

Bulan demi bulan kulewati sampai pada akhirnya hari kelulusan tiba. Ada banyak acara,
pentas seni dan perlombaan yang meriah. Aku lelah diacuhkan seperti itu lagi jadi aku
membuat acara persahabatan kita di belakang sekolah atas bantuan teman-temanku yang lain
agar dia menjadi terharu.

Elly, ayo ikut aku! kataku sambil menarik tangannya.


Lepas! ucapnya sambil menghempaskan tanganku.
Kali ini aku serius, Elly! Kenapa kau berubah!?! tanyaku keras.
Karena kau tidak perlu tau alasannya! bentaknya.
Elly, jika kau begini terus maka persahabatan kita putus! ancamku.
Elly terdiam sebentar lalu berkata. Kalau begitu putuskan saja! Putuskan saja persahabatan
kita..! Akhiri saja
Aku terpaku mendengar perkataan yang menyayat itu. Kenapa sebegitu mudahnya Elly
mengatakan itu? Aku hanya mengujinya saja apakah dia masih punya rasa persahabatan
padaku, tapi sama sekali tidak.

Elly kemudian dijemput supirnya dan acara sekolahku pun selesai. Aku menuju belakang
sekolah dan menceritakan semuanya pada teman-temanku, mereka semua kecewa, marah,
sedih, terkejut dan terdiam. Aku akhirnya juga pulang bersama yang lainnya.
Ada apa sebenarnya denga sikap Elly belakangan ini? Aku harus menyelidikinya, tapi
bagaimana? tidak ada titik terang atau bagaimana harus kuawali menyelidikinya.

Sementara itu di tempat lain


Bagaimana, kau sudah berhasil? tanya seorang gadis remaja.
Ya, tuan. Misi berhasil. jawab seseorang yang ternyata Elly.
Anak pintar, kerja bagus..! ucapnya. Menuju misi berikutnya Elly, bersiaplah
lanjutnya.

The End
Maybe

Anda mungkin juga menyukai