Anda di halaman 1dari 4

Because U, I’m So Crazy

Hati yara,

Satu tahun… ya sudah tahun aku berpacaran dengan deri. Semua kenangan dan cerita
selama satu tahun itu sudah sangat lah banyak, semua kenangan yang teramat manis, meski
kadang ada amarah, kecemburuan, dan sakit menyelusup dalam perjalanan cinta kami.

Di taman dekat komplek perumahanku, kini aku menunggu sosok yang aku cintai, yang
tak lain adalah deri. Sebuah senyum tersungging dari bibir mungilku saat aku mengenang tepat
satu tahun lalu. Disinilah deri menyatakan perasaannya padaku yang langsung aku sambut
perasaannya dengan senang dan tulus,.

Berdebar-debar aku terus menunggu dan mengingat hal-hal lucu yang pernah aku
dan deri lalui, saat deri menjemputku ke sekolah, karna kehujanan kami berteduh di sebuah
gubuk kecil yang ada di dekat sawah-sawah di pinggir jalan. Saat jenuh menunggu hujan reda,
seorang wanita tua lewat di depan kami, dandanannya teramat sangat mencolok bahkan terkesan
seperti anak kecil, dengan baju berenda-renda dan payung merah menyala. Wanita tua itu lalu
mengerling centil ke arah deri, dan berhasil membuat bulu kuduk deri merinding. Aku tak bisa
menahan tawa karna geli melihat tingkah centil wanita itu. Di sepanjang perjalanan pulang deri
membisu karna kesal aku telah menertawakannya. Sebuah senyum itu kembali menghampiri
bibir mungilku, tapi di balik itu semua, ada rasa bersalah menyelimuti hatiku.

1 menit… 2 menit… dan hampir satu jam aku terus menunggu. “ deri kemana
sih.” Aku terus menggerutu karna kesal. Ahh.. apa deri sedang mempermainkan ku? Biasanya
dia selalu tepat waktu. Ku coba menghubungi ponselnya tapi tak terhubung, deri nyebelin.

Tak lama saat aku mulai sangat bosan menunggu, seorang anak kecil berlari kecil
menghampiriku, di tangannya terselip sebuah surat berwarna pink, aku tersenyum lembut
padanya dan ia membalasnya dengan malu-malu sambil menyodorkan surat itu padaku. Aku
menerimanya heran. Perlahan ku baca surat itu, dan anak kecil itu berlari meninggalkanku
dengan sejuta tanya.

Sesaat kepalaku terasa sangat pusing, mataku berkunang, dan dadaku terasa
sangat sesak. Sungguh, aku sangat kecewa… tak ingin rasanya aku mempercayai semua ini.
Kamu jahat ‘DERI ADITYA LESMANA’.

*****

“ra, udah donk jangan nangis terus.” Bujuk lia lembut, lia bingung harus dengan cara apa
membuat gadis mungil di hadapannya ini kembali ceria. “gue gak nangis ko, udah deh gue
pengen sendiri.” Kata yara mengelak, lia hanya menghela napas dengan bingung dan resah. “ra,
gue tau lo kesel, lo marah, tapi gue ga mau ngeliat lo murung gini.” Ucap lia lagi dengan penuh
perhatian, ia membelai halus rambut yara. Yara memeluk lia dan tangisnya pecah saat itu juga.
“gue Cuma kangen sama dia ya, gue tau gue salah. Tapi ga seharusnya dia mencampakkan gue
gitu aja.”

“deri bukannya mencampakan elo ra, Cuma….”

“Cuma apa! Jelas-jelas dia nyalahin gue, dia minta gue jangan hubungin dia lagi. Itu yang lo
sebut bukan di campakan?” bentak yara tiba-tiba, dan ia meninggalkan lia yang terduduk lesu di
tempat tidurnya, ia kembali menghela napas dengan perasaan sangat sesak dan berat. Matanya
menyapu sekeliling kamar yara yang bernuansakan biru, di atas meja belajar lia melihat secarik
kertas yang sudah sangat kusut, ia bangkit dan perlahan membaca surat itu.

Dear my lovely

Yara puspita putri

Sayang, aku tahu kamu mencintai aku. Sungguh, aku tidak meragukan besarnya cintamu
itu, tapi satu hal yang membuatku ragu, apa kamu akan selalu setia padaku? Ku mohon.. setelah
aku mengetahui semuanya, kini sebaiknya kita break dulu untuk 2 atau 3bulan ke depan, aku
ingin kamu merenungi hal ini, karna sungguh aku melakukan hal ini karna aku mencintaimu.

Deri

Lia meletakkan kembali kertas itu dan meninggalkan kamar yara, ia mencari sosok yang kini
rapuh dan ia menemukannya sedang termangu di atas kursi taman belakang halaman rumahnya,
sorot mata itu kosong dan memancarkan kepedihan. Gadis itu berpikir bahwa deri memintanya
putus selamanya, bukan break sementara. Lia mengerti akan sakit yara, dan ia memutuskan
untuk pulang.

“mungkin ia memang harus sendiri dulu,” batin lia meski ia cemas.

*****

“pagi…” sapa yara dengan senyum sumringah di bibirnya pad lia pagi itu.lia terheran
sesaat, lalu ia balas tersenyum tipis menanggapi hal aneh tersebut.

“kenapa sih lo ya? Heran gitu ngeliat gue?” tanya yara yara basa basi, padahal ia sudah sangat
tahu lia sangat heran dengan sikapnya yang super ceria pagi ini, padahal kemarin yara masih
marah marah dan nangis gak karuan.

“gak apa-apa kok, udah baikan ra? Mata lo jelek gitu ikh.” Sahut lia tertawa menggoda.

“ah reseh lo, udah sana geser,” jawab yara ketus dan mendorong bahu lia untuk segera duduk di
bangku mereka yang strategis, di jajaran kedua dekat jendela kelas.

“iya bawel…” sungut lia, akhirnya mereka bercanda tawa seperti biasa dan mengikuti pelajaran
hari itu dengan ogah-ogahan seperti biasanya.
“ya, pulang sekolah mw kemana?”

Yara menulis sebuah catatan di buku ekonominya, dia BT dengan rumus-rumus dan pengertian
mikro makro dkk yang ia ikuti, karna tidak ada satu pun materi yang nyangkut di otaknya.
Catatan itu lalu langsung ia sodorkan ke lia yang sedang cengo, sama gak ngerti nya seperti yara.
Mereka memang dua sejoli yang parah nan membawa musibah di akhir semester nanti. ^-^

“gak tau, gue males balik, lo mau kemana?”

Balas lia cepat, dan menyerahkan kembali ke yara.

“nonton aja yuk, ada film bagus.”

“ok.. hehh bt gue, pgen cpt blik.”

“sama aja, gue aplgi. Drtd uda pgen mkan, laper!”

“ya uda, nti kta mkan aj dlu dtmpt biasa.”

“okeh… ^-^”

*****

“akhirnya pulang juga..” sahut yara girang saat bel berbunyi tanda pelajaran hari itu telah
usai. Yara melirik ke arah Lia yang masih terduduk shock di sebelahnya, dengan jail yara
menjitak keras kepala lia. “ yara reseh….” Seketika lia terkaget dan marah dari shocknya yang
cukup panjang. Saat pelajaran ekonomi, lia malah asik membaca majalah yang baru ia pinjam
dari vera kakak nya, tapi dewi fortuna seakan membencinya hari ini. Pak budi yang terkenal guru
paling killer langsung menyita majalah nya itu, lia sangat bingung harus mengatakan apa pada
kakaknya nanti.

“udah deh ya, lo tenang aj kenapa? Kak vera pasti maafin lo kalo lo udah nangis-nangis tanda
penyesalan lo yang paliiiiing dalam. Haha..” goda yara , dan sukses membuat lia monyong
monyong mengutuki nasibnya. “udah ya, ntar gue bantu bilang ke kak vera deh.” Hibur yara, dan
sedikit membuat lia merasa tenang.

“mau makan dulu kan, ra?” tanya lia saat mereka sudah berada di depan restoran yang
berada di supermarket elit di kawasan bandung.

“ iya lah, gue udah laper banget.” Jawab yara lalu langsung ngeloyor masuk dan memesan menu
favoerit mereka seperti biasa.

“emhh… ra?” sahut lia, pandangannya tertuju pada dua sosok di depan tempat duduk mereka,
dua sosok itu sedang asik makan sambil sesekali terlihat canda dan tawa, dan keakraban itu
memancarkan kemesraan di antara keduanya. Lia menatap lebih lekat pada kedua sosok itu untuk
meyakinkan penglihatannya. And,it’s really.

“ra, itu…” lia menyenggol tangan yara yang duduk di depannya dan membelakangi kedua sosok
itu, yara yang sedang asik menyeruput jus alpukatnya segera menoleh ke arah yang di tunjukan
oleh lia dengan tidak mengerti. Tapi seketika dada nya sesak dan amarah nya memuncak. Yara
segera berdiri dan menemui sosok yang selama ini telah membuatnya hampir gila dan merasa
bodoh.

“ PLAKK !!”

Anda mungkin juga menyukai