Anda di halaman 1dari 4

BERMUKA DUA

Pagi ini aku berangkat ke sekolah dengan supir ku,karena ayah ku


sedang dinas diluar kota. Jadi ayah tidak bisa mengantarku ke sekolah
pagi ini sampai seminggu ke depan. Ku perhatikan jalanan rintik rintik
hujan mulai turun. Pagi ini sangat dingin,aku selalu berfikir ketika hujan
turun,bagaimana cara orang orang di luar sana,yang tidak memiliki
tempat tinggal meneduh. Sedikit sekali orang yang memberi bantuan
kepada mereka. Jangankan memberikan makanan, terkadang
memberikan tempat untuk berteduh sebentar saja mereka enggan
untuk memberikan nya. Bahkan ada yang sampai di tending,dipukuli
hanya untuk mengusir orang yang bahkan mereka saja tidak tahu apa
kesalahan mereka. Sungguh biadab.

“huuhh.. kasian banget yaa” ucapku sambil menghembuskan


napas. Di depan ku sudah ada palang yang bertuliskan SMPN 2 Bogor.
Perasaanku bercampur aduk antara senang,sedih,iri,kecewa semua
tercampur menjadi satu.

Ku buka perlahan pintu kelas ku. Ku lihat mereka semua terdiam


menatap ku. Aku heran mengapa tatapan mereka seperti itu. Seolah
olah mereka ingin menerkam ku. “kenapa?” Tanya ku kepada mereka.
“gapapa.. yuk duduk” serobot yaya yang baru saja masuk sambil
merangkulku. “mereka ngomongin lagi?” Tanya ku penasaran.
“mwunkwing….. awkku jwuga gwa twau” jawabnya sambil mengunyah
oreo yang dia bawa.

Aku nya bisa menghela napas pelan sambil bergumam menyebut


nama Nazwa dan Ranti. Aku harap Nazwa dan Ranti datang di saat
keadaanku seperti ini.
“HALOOO EPRIBADEHHH..” Teriak Dinda dan Kayla bersamaan
membuat ku terlonjak kaget. “Widihhhh ngapaa padaa diem diem gini
dah” Tanya Dinda dengan wajah kebingungan “tau nii,kenapa siiii?”
kayla ikut berbicara. “biasa” jawab yaya. Dinda yang mendengar itu
memutar bola mata nya malas.

“makin menjadi ga nii?” sambil mengangkat satu alis nya. “yaaa…


lumayan” jawab yaya dengan malas. “ya, udah ya” lerai ku yang sendari
tadi menyimak obrolan mereka. “stutttt,kamuu diemm aja we
geuliss,bisi ku aku di tajong gera”,selak dinda sambil mengedipkan
sebelah mata nya. Aku hanya bisa menghela napas sabar menghadapi
mereka bertiga.

“haii..” sapa yola yang baru datang dengan senyum manis nya.
Yaya dan Dinda langsung memutar bola matanya malas. “haii yola..”
jawab aku dan kayla secara bersamaan. “sorry yaa baru dateng, ga telat
telat bangetkan? Ujan soal nya di luar” beritahu yola. “ngga koo lagian
guru nya aj--” ucapan ku terpotong dengan suara teriakan “WOI GURU
GURU PADA RAPAT, JAMKOS KITA” teriakan ketua kelas membuat
murid murid di kelas bersorak riang.

Aku melirik yaya sekilas “sssttt.. ya,yayaa” bisik ku pelan agar


tidak terdengar. “hm” yaya melirik sekilas lalu melanjutkan makan nasi
goreng buatan mamah nya. “kalau boleh tau mereka ngomongin aku
tentang apa ya? Udah hamper sebulan ini mereka ngeliatin aku mulu”
balas ku pelan agar tidak terdengar. “gatwau twanya ajwa samwa si
dwida” yaya menjawab sambil terus mengunyah.

“eh aku ke toilet dulu ya” pamit yola. Aku dan kayla membalas
dengan anggukan sedangkan yaya dan dinda hanya memutar bola mata
nya malas. Ku rasa ada sesuatu yang ingin keluar, aku pun ikut izin ke
toilet. “mau di anter ga?bahaya kalau sendiri anak mendusa” aku heran
kenapa dinda bilang begitu,aku hanya menggeleng pertanda tidak
perlu di antar.

Selama perjalanan menuju toilet,perasaan ku campur aduk


memikirkan perkataan dinda tadi. Aku merasa ada sesuatu yang akan
membuatku kecewa. Aku takut. Saat melewati taman belakang, aku
mendengar suara teman teman kelas ku yang tadi membicarakan ku di
kelas. Aku kaget, mataku mulai memanas mendengar mereka
membicarakan ku. Ini hal yang ingin ku ketahui. Pantas saja yaya dan
dinda selalu melarang ku untuk tahu apa yang mereka bicara kan. Aku
berlari menuju toilet. Air mata ku jatuh begitu saja tanpa ku minta, aku
bingung kenapa harus aku? Apa salah ku? Aku kecewa.

Flashback on

Saat melewati taman belakang, aku mendengar suara teman


teman kelas ku yang tadi membicarakan ku di kelas. “kasian banget ga
sih si Leta “ kata salah satu dari mereka. “ iya iya kasian,ternyata
selama ini dia cuman di manfaatin doang,yola tuh kaya tapi kalo tanpa
temen orang kaya mana mau dia temenan”.

“Iri kali dia ama keluarga leta yang harmonis.Lagian polos banget
sii mau aja temenan ama si yola. Di porotin, disuruh ngerjain
tugasnya,disuruh suruh buat beli ini itu. Hadehh leta leta bego banget
si.” Sahut yang satunya. “padahal dinda sama yaya sering bilang
jangan deket deket sama yola,tapi tetep aja dia selalu bilang yola tuh
baik,yola tuh baik,gatau aja di belakang dia kaya gimana”. Ucap yang
pertama tadi.
Jantung ku berdegup kencang mendengar nya.perasaan kecewa
mulai muncul. Jadi selama ini yola bersikap baik kerena aku kaya?
memanfaatkan ku karena dia iri dengan keluarga ku?. Kecewa itu yang
ku rasakan saat ini.

Falsback off

Aku menangis sesegukan,sambil mememluk kaki ku. Meratapi


nasib ku yang selalu saja menjadi bahan mafaat teman teman ku. Aku
takut yaya dan dinda sama seperti mereka. “heii.. ngapain? ” dinda
menepuk lengan ku,membuat ku terlonjak kaget karena ketahuan
menangis “lohh lohh lohh ko nangis?” dinda panik sambil terus
mengucap kan kata kenapa dan kenapa membuat kepala ku makin
pusing dengan celotehan dinda yang menanyakan keadaan ku.

“yola din hiks.. yola” dinda hanya memutar bola mata nya malas
karena sepertinya tau apa yang akan ku kata kan. “udah tau?” Tanya
dinda serius. Aku hanya mengangguk pelan. Dinda hanya menghela
napas pelan “udah yaa,lain kali jangan terlalu percaya sama orang. Aku
kan udah bilang jangan terlalu deket sama yola, walaupun dia teman sd
kamu tapi belum tentu dia sahabat yang terbaik buat kamu”. Ucap
dinda panjang lebar.”maaf” aku hanya bisa mengucapkan kata itu. Aku
juga bingung apa yang harus aku lakukan sekarang.” Yaudah sekarang
tenangin diri kamu yaa, jangan minta maaf terus blom lebaran” aku
hanya terkekeh pelan mendengar dinda yang tak pernah berubah dari
dulu. Selalu saja berubah ubah sikap nya.

The End

Anda mungkin juga menyukai