Anda di halaman 1dari 7

“terima kasih teman”

Pagi ini tampak cerah, sang raja siang nampak


bersemangat menyinari bumi sebagaiman semangatku
yang membara hari ini. Lagi asyik-asyiknya nyatat catatan
di papan tulis dari luar terlihat pak Zul, wali kelas kami
memasuki kelas bersama seseorang yang tak ku kenal. Aku
belum pernah melihatnya di sekolah ini sebelumnya,
mungkin saja anak baru.
"Assalamu'alaikum." Suara pak Zul ketika sampai di dapan
pintu.
"Wa'alaikumsalam" jawab kami serentak.
"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru dan
kebetulan di tempatkan di kelas ini. Bapak berharap kalian
bisa menerim anya dengan baik." jel as pak Zul.
"Ya Pak" jawab kami hampir bersamaan.
"Sekarang silahkan perkenal kan diri kamu pada teman-
temanmu" kata pak Zul pada anak baru.
"Baik pak. Teman-teman perkenalkan nama saya Indah
Syafitri, saya pindahan dari Bandung. Saya harap bisa
menjadi teman baik teman-teman semua. Demikian
perkenalan saya, terima kasih." Katanya menyudahi
perkenalan.
"Ya sudah anak-anak, kalau begitu kalian lanjutkan
belajarnya. Bapak masih ada urusan di kantor, bapak
permisi." Pamit pak Zul.
Awalnya aku berpikir aku tidak akan bisa dekat dengan
indah karena kelihatanya dia berasal dari keluarka yang
bisa dibilang mapan, bagaimana tidak dia adalah anak
tunggal dari orang tua yang sama-sama menjabat sebagai
kepala sekolah di sekolah yang berbeda. Sedangkan diriku
hanya seorang anak dari keluarga yang kurang mampu,
kedua orang tuaku haris bekerja membanting tulang untuk
membiayai sekolahku dan untuk hehidupan sehari-hari.
Namun ternyata semua yang kupikirkan meleset dari
kenyataannya. Indah ad alah anak yang baik, dia tak pernah
membeda-bedakan teman seperti kebanyakan anak orang
kaya. Indah tak pernah membedakan status sosial
seseorang. Semakin lama berteman dengan Indah aku
semakin menyayanginya. Banyak sekali hal yang ku lalui bersamanya.
Dia adalah sosok sahabat yang sangat baik, yang mampu
membuatku tersenyum dalam kesedihanku, yang
memelukku saatku menangis dan selalu ada di sisiku. Aku
tak tau apa masih ada orang sebaik dia didunia ini,
entahlah. Yang pasti Indah adalah sahabat terbaik dalam
hidupku.
Senin depan kelas VII-4 ditugaskan sebagai pelaksana
upacara bendera dan Indah menjadi salah seorang
penggerek bendera, sedangkan aku cukup menjadi
anggota upacara bendera saja. Hari ini aku dan Indah piket
kelas.
"Des hari ini kamu piket sendiri dulu ya" kata Indah
sepulang sekolah.
"Memangnya kamu kenapa Ndah? Kamu sakit?" tanyaku
heran tak biasanya Indah seperti ini.
"Gak kok. Hari ini aku mau latihan buat upacara bendera
untuk hari senin jadi aku harus buru-buru kumpul di
lapangan tapi kamu gak apa-apakan piket sendiri?" tanya
Indah.
"Oo gitu, ya gak masalah kok. Kamu buruan ke lapangan
urusan piket mah biar aku yang beresin" ujarku sambil
memamerkan ibu jari ke arahnya pertand a OK.
"Kalau gitu makasih ya Des" katanya sambil
meninggalkanku di kelas.
"Beres" ucapku lagi-lagi memamerkan ibu jariku padannya.
Hari sabtu kali ini sikap Indah memang sedikit berbeda dari
biasanya, dia tampak sangat bahagia dan jadi sering
tersenyum, ah mungkin itu karena dia akan menjadi
anggota upacara bendera makanya dia terlihat sangat
bersemangat untuk latihan. Indah sangat antusias latihan
upacara sabtu itu aku jadi bingung sendiri melihat
semangatnya yang mengebu-gebu.
Sore itu hujan turun dengan sem angat. Awan hitam tak
memberi celah pada sang surya bahkan untuk
mengu capkan 'selamat sore'. Aku bingung apa yang tengah
terjadi padahal ini bukanlah musim penghujan tapi beribu
tetesan air itu seperti tak mau berhenti membasahi bumi.
Ditengah guyuran hujan yang sangat lebat di selingi oleh
teriakan petir yang sahut-sahutan sebuah ambulanc lewat
dengan kecepatan tinggi. Mungkin inilah penyebab hujan
ini, bisikku dalam hati.
Minggu sore selesai mandi aku bergabung dengan
keluargaku yang tengah serius membicarakan sesuatu. Dan
ternyata mereka tengah membicarakan perihal ambulanc
yang lewat dibawah guyuran hujan kemarin.
"Kasihan ya?" kata tanteku. Disana ada tante, ibuku dan
kakak sulungku.
"Lagi ngomongin apaan sih? aku kepo nih?" kataku
mendekat pada mereka.
"Itu loh, ambulanc yang kemarin lewat, ternyata orangnya
meninggal." Jelas tanteku.
"Meninggal kenapa? Sakit?" tanyaku lagi.
"Bukan. Kecelakaan, seorang wanita dan anak gadisnya
yang baru duduk di kelas 1 SMP meninggal akibat
kecelakaan itu." Tanteku menjelaskan.
"Innalillah..." bisikku lirih prihatin mendengar cerita itu.
"Padahal itu adalah anak satu-satunya, kamu kenal gak
Des? Kalau gak salah dia juga sekolah di sekolah kamu."
Kata kakakku.
"Mhh... siapa ya?" aku mencoba berfikir.
"Katanya dia baru pindah ke sana beberapa bulan yang
lalu. Mungkin kamu belum kenal Des." Kata ibuku
kemudian.
Aku terkejut mendengar itu. Mungkinkah itu Ind ah? Kata ku
dalam hati. Jantungku berdetak sangat cepat kakiku terasa
lemas dan tak kuat menyangga tubuhku.
"Kamu kenapa Des?" tanya kakakku.
"Mungkinkah itu?" aku tak kuat lagi menyangga tubuhku.
Aku terduduk di lantai dengan air mata yang siap untuk
keluar.
"Des kamu kenapa? Ada apa?" tanya ibuku melihat
kondisiku seperti itu.
"Kamu mengenalnya Des?" tanya Kakakku lagi.
"Dia adalah sahabat sekaligus tem an sebangku ku." Kini
aku benar-benar menangis. Aku berlari menuju kamarku
dan menangis sejadi-jadinya.
Aku mencoba menenangkan hatiku. Bisa saja itu bukan
Indah, mungkin saja itu orang lain aku terus menolak kalau
Indah, mungkin saja itu orang lain aku terus menolak kalau
itu adalah Indah. Tapi ternyata itu benar-benar Indah.
Duniaku terasa hancur, bumi yang ku pijaki terasa runtuh.
Aku tak bisa menerima kenyata an bahwa sahabatku telah
pergi untuk selamanya. 'Aku mohon jangan pergi Ndah,
kembalilah' tangisku pilu.
Aku benar-benar tak menyangka sahabat yang baru ku
dapati kini telah pergi meninggal kanku dan takkan pernah
kembali lagi. Aku bagai dalam mimpi buruk yang panjang,
dan aku terperangkap dalam mimpi itu dan tak tau jalan
untuk terjaga.
"Ya Allah kenapa secepat ini Kau ambil lagi hak-Mu? Kenapa
harus Indah sahabatku? Kenapa Ya Allah? Padahal aku baru
merasa bahagia karena memiliki sahabat sepertinya dan
sekarang dia sudah pergi meninggalkan ku untuk
selamanya." Isakku tak sanggup membendung air mata ini.
Sampai di sekolah aku masih tak percaya bahwa Indah
benar-benar telah pergi. Aku tak sanggup lagi menahan
kepiluan yang menyesakkan dada ini. Aku menangis, ya
aku menangis tepat di kursi dimana biasanya Indah duduk.
Aku tak peduli lagi semua anak memandangiku dengan
tatapan sedih dan kasihan. Aku hanya merasa sedih
kehilangan sahabatku dan sekarang saat aku menangis
takkan ada lagi yang akan memelukku dan membuatku
tersenyum. Masih kental di ingatan ku saat pertam a kali
Indah datang ke sekolah ini dan sekarang dia telah pergi.
Senin ini kelasku tetap melaksanakan upacara bendera.
Upacara berlangsung sangat kacau kami semua larut
dalam kesedihan dan rasa kehilangan. Saat penggerekan
sang merah putih yang seharusnya di gerek oleh Indah aku
tak sanggup lagi menahan tangisku.
Aku mulai tersedu di tengah barisanku. Duka ini sungguh
sangat menyisakan kepiluan yang mendalam, aku merasa
hancur atas kepergian Ind ah. Tapi aku mencoba ikhlas, aku
ingin Indah damai di sana. Aku tak mau dia sedih melihatku
terus menangisi kepergiannya.
"Ndah aku ikhlas jika ini memang yang terbaik. Aku juga
ikhl as persahabatan kita didunia berakhir sampai di sini
tapi aku janji kamu akan selalu menjadi sahabat terbaik di
hatiku Ndah." Do'aku ikhlas
Ndah aku sa yang banget sama kamu, akankah aku bisa
dapat sahabat sebaik kamu selain dirimu Ndah?

= selesai =

Anda mungkin juga menyukai