Anda di halaman 1dari 1

BAB IV

WADI’AH (TITIPAN)

1. Pengertian Wadi’ah
Wadi’ah menurut bahasa berarti titipan. Kata Wadi’ah berasal dari kata Wada’a-Yada’u-Wad’an yang berarti membiarkan atau meninggalkan
sesuatu. wadi’ah adalah menitipkan suatu barang kepada orang lain dengan maksud dipelihara dan dirawat sebagaimana mestinya
2. Dasar Hukum Wadi’ah
Akad wadi’ah merupakan akad yang diperbolehkan (mubah) menurut syariat
a. Al Qur’an (QS. Al-Baqarah [2]: 283
b. Hadis Nabi Saw
Artinya: ”Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya dan janganlah membalas khianat kepada orang yang
menghianatimu.” (HR. Abu Daud).
3. Rukun Wadi’ah
a. Orang yang menitipkan (al-mudi’ atau muwaddi’).
b. Orang yang dititip (al-muda’atau mustauda’).
c. Barang titipan (wadi’ah).
d. Sighat ijab kabul.
4. Syarat-syarat Wadi’ah
a. Syarat orang yang menitipkan (muwaddi’) dan orang yang dititipi (mustaudi’)
1) Baligh
2) Berakal sehat
b. Syarat barang yang dititipkan
Barang yang dititipkan harus berupa harta yang bisa disimpan dan diserahterimakan serta memiliki nilai (qimah).
c. Syarat sighat (ijab kabul)
Ijab harus dinyatakan dengan ucapan dan perbuatan. Ucapan bisa sarih (jelas) ataupun kinayah (sindiran).
5. Hukum Menerima Wadi’ah
a. Wajib, bagi orang yang percaya bahwa dirinya mampu dan sanggup menjaga amanah terhadap barang yang dititipkan kepadanya,
sementara tidak ada orang lain yang sanggup dan dapat dipercaya menjaga barang titipan tersebut.
b. Sunnah, bagi orang yang percaya bahwa dirinya mampu dan sanggup menjaga amanah terhadap barang yang dititipkan kepadanya.
c. Haram bagi orang yang percaya dan yakin bahwa dirinya tidak mampu menjaga amanah terhadap barang titipan.
d. Makruh bagi orang yang percaya dirinya mampu menjaga barang titipan tetapi masih ada unsur keraguan akan kemampuan itu
6. Macam-macam Wadi’ah
a. Wadi’ah yad al-amanah
Wadi’ah yad al-amanah yaitu barang yang dititipkan oleh pihak pertama (penitip) kepada pihak lain (perorangan/lembaga penitipan) untuk
memelihara (menyimpan) barang tersebut. Sedangkan, pihak lain (pihak yang menerima titipan) tidak dibebankan terhadap kerusakan
atau kehilangan pada barang titipan tersebut.
b. Wadi’ah yad ad-dhamanah
Wadi’ah ini merupakan titipan barang/uang yang dititipkan oleh pihak pertama kepada pihak lain untuk memelihara barang/uang tersebut
dan pihak lain dapatmemanfaatkannya dengan seizin pemiliknya.
7. Jenis Barang Wadi’ah
Jenis barang yang dititipkan adalah barang yang termasuk kategori:
a. Harta benda.
b. Uang.
c. Dokumen penting (saham, surat perjanjian atau sertifikat).
8. Mengganti Barang Wadi’ah
Orang yang menerima titipan (mustaudi’) wajib mengembalikan barang titipan jika si pemilik memintanya. Ia juga tidak wajib mengganti barang
titipan jika ada kerusakan, kecuali karena perilaku gegabah dari penerima titipan.

Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Pak Supri menitipkan sepatu kepada temannya dan akan diambil besok sore. Dia berpesan agar barang itu dijaga dan tidak boleh dipakai.
Namun, karena tertarik dengan sepatu tersebut, teman Pak Supri memakai sepatu itu untuk jalan-jalan. Bagaimana hukum penggunaan
barang titipan dalam ilustrasi tersebut? Tuliskan pendapatmu!
2. Saat ini, ada beberapa lembaga yang membuka program TPA (Tempat Penitipan Anak).
Program ini sangat membantu kedua orang tua yang mempunyai kesibukan bekerja sampai sore hari. Apakah program TPA ini sesuai
dengan akad wadi’ah? Bagaimana pula hukumnya?
3. Habibi menitipkan laptop kepada Mujtaba, ia mengijinkan Mujtaba untuk memanfaatkan
laptop itu untuk keperluan bisnis. Mujtaba menjamin untuk mengembalikan barang titipan itu secara utuh ketika Habibi menghendakinya,
ia juga siap menanggung dan bertanggung jawab jika terjadi kerusakan pada laptop itu. Dari hasil pemanfaatan laptop tersebut, Mujtaba
mendapatkan keuntungan besar. Apakah Mujtaba wajib membagi keuntungannya dengan Habibi? Tuliskan pendapatmu!

Anda mungkin juga menyukai