Anda di halaman 1dari 4

Satu Hari untuk Selamanya

Hujan belumlah berhenti di luar sana. Orang-orang berlalu-lalang mancari tempat untuk sekedar berteduh
agar tak kehujanan. Aku sedang duduk di sebuah café di kota Bandung dengan ice vanilla latte yang
masih sepertiga gelas. Tidak ada waktu untuk meminumnya. Aku terlalu sibuk memikirkan apa salahku
sehingga pacarku memutuskan untuk menyudahi hubungan yang sudah 2 bulan kita jalani. Aku menatap
butiran-butiran air hujan yang menempel pada kaca. Apakah sebanyak itu salahku? Tanyaku dalam hati
sambil masih menatap butiran hujan itu. Ah! Masa bodo.. aku sudah tidak peduli lagi, lanjutku geram
karena terus-terusan menyalahkan diri sendiri. Aku memutuskan untuk membuka laptop dan
menyegerakan online untuk membunuh pikiran-pikiran buruk yang mulai memakan kesadaranku yang
berfikir ubnormal terhadap alasan Dio memutuskanku. Aku membuka ym (yahoo messenger) dan
berharap ada teman yang bisa membuatku tertawa. Setengah jam berlalu dan masih belum ada juga yang
berhasil membuatku tertawa, hanya sekedar lelucon tidak lucu yang aku terima. Itu agak membuatku
bosan. Ketika aku melihat satu-demi-satu nama yang ada di friend list ku, ada satu ID yang tidak pernah
aku buka sebelumnya, nama IDnya lumayan singkat : noraks. Dengan foto close up wajah yang tidak
terkontrol gayanya lumayan membuatku tertawa kecil. Ketika aku buka, aku berkata “hai.. siapa disana?”
sapaku membuka obrolan.

“Andi. Kamu?” jawabnya.

“Rima.. eh, kamu sodaranya Damar ya?” tanyaku penasaran.

“iya, tau dari mana?” diikuti emoticon tertawa.

“liat di Facebook. Hahaha..” jawabku dengan emoticon tertawa juga.

Entah kenapa walaupun jawabannya singkat cukup bisa membuatku tertawa. Sejenak percakapan basa-
basi, kami mulai membicarakan suatu topik ringan. Tentu saja dengan candaan di sela-sela obrolan kami.
Aku merasa begitu senang sehingga lupa dengan masalah yang baru saja ku lewati. Ice vanila latte yang
tadinya malas ku minum sekarang tinggal seperempat gelas lagi. Tak sadar hari mulai sore, dan hujan
telah berhenti lama sekali. Aku terlalu asyik mengobrol dengan teman baruku yang lucu ini hahaha.

Beberapa bulan berlalu aku kini lebih mengenalnya. Tapi sejak pertama mengobrol dengannya lewat YM
aku belum pernah bertemu dengannya. Kami hanya bertemu di dunia maya, internet. Sekarang aku mulai
memanggilnya dengan panggilan Babeh, panggilan yang cukup kocak untuk orang konyol seperti dia.
Suatu malam akupun chatting dengannya lagi, kami membahas tentang teman sekolahnya yang juga
lumayan sama gila dengan dirinya, namun obrolan kami berpindah pada topik kacamata. Dia bilang dia
ingin membeli kacamata, kebetulan aku juga. Dia mengajakku mencari kacamata bersama pada satu hari
sebelum bulan puasa. Dan itu 2 hari lagi. Akupun setuju dan senang sekali mendengar ajakan itu, selain
karna aku bosan menghabiskan liburan di rumah aku juga ingin bertemu dengan Babeh-ku ini. Namun
sialnya satu hari sebelum rencana itu ibuku telah membelikanku kacamata. Namun aku tak
memberitahukannya pada Andi. Malam itu aku tidur cepat dan berharap matahari dapat terbit lebih cepat.
Namun tak berapa lama, aku tertidur.

Handphoneku berbunyi, itu bunyi alaram yang kupasang agar aku tak terlambat bangun. Aku segera
beranjak dari kasurku, mengambil handuk yang tergantung di pintu, dan langsung menuju kamar mandi
untuk mandi. Aku bangun dengan perasaan senang, entah kenapa.. padahal orang yang mau kutemui
hanyalah Andi, seorang teman dari dunia maya, tidak lebih. Setelah selesai mandi dan berpakaian aku
duduk di ruang tamu rumahku. Aku menunggu jam dinding di ruang itu menjadi satu garis lurus dengan
angka dua belas. Aku terus memandangi jam itu tanpa bosan. Dan akhirnya jam itu mengabulkan
permintaanku. Tepat pada pukul dua belas aku berangkat dari rumah menuju tempat kita janjian untuk
bertemu. Ketika sampai di tujuan, aku duduk di sebuah kursi. Tepatnya kursi yang terdapat di sebuah
warung. Aku menunggunya disana, karena ini hari Jum’at aku harus menunggunya dulu sampai ia selesai
sholat Jum’at. Watu menunggu aku isi dengan menggambar di buku catatanku. Setelah ku lihat bapak-
bapak yang berbondong-bondong keluar dari masjid, aku tahu bahwa sholat Jum’atnya telah berahir. Satu
per satu teman-temanku datang ke warung ini “wey, Ma.. ngapain di sini?” tanya Upi, salah satu temanku
itu. “mmm… pengenn.” jawabku, aku tidak mau bilang dulu bahwa aku menunggu Andi. Itu karena Upi
dan yang lain kenal Andi. Lama menunggu, aku mengobrol dengan mereka, ah! Lebih tepatnya aku
mendengarkan mereka mengobrol. Mereka duduk di kursi-kursi yang kosong di warung ini, aku hanya
diam. Tidak lama kemudian, seorang laki-laki yang berbadan tinggi mendekati warung ini. Ia membeli
sekaleng Fanta dan duduk di kursi di sebrangku “eeh! Ndi, ngapain kesini?” tanya Upi, rasanya
pertanyaan Upi tidak pernah jauh dari kalimat ngapain. Andi tidak menjawab karna sedang meneguk
Fanta kalengnya itu.

Aku hanya menatapnya sebentar dan melanjutkan menggambar. Entah kenapa aku jadi salah tingkah
begini. Jam terus berputar dan kini sudah menunjukkan hampir pukul dua. Andi beranjak dari tempat
duduknya dan berjalan menuju motornya. Aku memperhatikannya, ia memakai helm dan menaiki
motornya. Tunggu? Aku ditinggal nih? Pikirku dalam hati. Andi menyalakan motornya dan mengarahkan
motornya mendekati warung ini. “jadi ngga, Ma?” tanya Andi dari motor. “sekarang? Yaudah hayu..”
sambil berpamitan pada teman-temanku yang lain aku menuju motor Andi dan mengambil helm yang
disodorkannya kepadaku. Aku kira aku bakal ditinggal, fikirku lagi. “oooh, sekarang Andi sama
Rimaaaa?” celetuk Bayu, salah satu temanku. Aku merasa malu karena semua teman-temanku yang
masih duduk di warung itu memperhatikan kami. Aku naik ke motor Andi, “bukan, ini tuh anak saya..
haha” tawa Andi berlanjut sampai ia melajukan motornya. Di perjalanan kami hanya banyak diam. Ya,
tentu saja diam karena kami belum akrab betul. Di tengah perjalanan ia bilang bahwa ia akan ziarah dulu
ke makam neneknya. Aku setuju-setuju saja, toh dia ini yang bawa motor. Tapi lucunya, dia lupa dimana
lokasi makamnya. “inget sih, tapi jalannya yang ngga.. masuk-masuk ke gang gitu” kata Andi sambil
masih melajukan motor. Setelah  sampai pada tempat yang dimaksud, kami mulai mencari kacamata.
Andi melajukan motornya begitu cepat dan main salip seenaknya, sampai di depan sebuah bank ada
mobil yang mau keluar dari bank tersebut, satpam telah menyuruh motor Andi untuk berhenti, namun
Andi malah mempercepat laju motornya, ia bermaksud menyalip mobil yang hendak keluar itu. Jarak
antara motor Andi dan mobil itu semakin dekat, mobil itupun tidak berhenti melihat motor ini yang
berusaha menyalip. Daripada jatuh, ketika bemper mobil itu hampir menabrak motor kami, aku tendang
saja bemper mobil itu lumayan keras. Mobil itu seketika berhenti, dan motor kami sudah menjauh dari
mobil itu, tentu saja dengan maksud menjauh dari masalah. “ngga apa-apa?” tanya Andi menueunkan
kecepatan laju motornya.

“ngga.. ngga apa-apa kok”

“tapi tadi itu kakinya ketabrak?” tanya Andi lagi

“yang kenapa-kenapa sih mobilnya. Tadi aku tendang hahaha” jelasku santai.

Andi tidak menjawab, ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi lagi. Tujuan kami adalah jalan
ABC. Di daerah alun-alun ia memperlambat laju motornya lagi.

“ABC tuh dimana?” tanyanya.

“jadi selama nyetir kamu ngga tau jalan ABC dimana??” tanyaku balik.
“ngga, emang kamu tau?” tanyanya lagi.

“ngga.. ahaha” jawabku singkat.

Wah payah, kita ngga tau tujuan akhir kita dimana. Akhirnya kita ikutin aja arus lalulintas yang
membawa kami pada sebuah mini market.

Turun dari motor kakiku serasa tidak bertulang dan bergetrar. Ini pertama kalinya aku dibonceng naik
motor dengan jarak yang jauh. Aku masuk kedalam mini market itu dan membeli sebotol pocari sweat
untuk mengembalikan kesadaranku. Andi pun ikut masuk ke dalam mini market ini. Ia mengambil
sebungkus es krim. Setelah membayarnya aku dan Andi duduk di teras depan mini merket itu. Awalnya
kami hanya diam dan memperhatikan jalan. Namun akhirnya kami mengobrol. Hal yang kami bahas
pertama-tama adalah tentang Damar. “aaaaaah.. kamu dulu ngeceng Damar yaaaa?” tanya Andi dengan
nada mengejek. “DULU haha.. kan dulu..” jelasku, uh.. kenapa andi bisa tau ya? Pembicaraan kami
selanjutnya tidak jauh dari seputar Damar, apa yang Damar takuti, apa yang membuat Damar menangis,
kebiasaan buruk Damar, dan lain-lain. Andi berdiri dan mengajakku ke café di jalan merdeka. Café
dimana aku online dan pertamakalinya chatting dengan Andi. Sampai di café itu kami duduk dan tidak
langsung memesan apapun. Kami malah mengobrol dan mendengarkan cerita satu sama lain. Sampai
seorang waitter menawarkan “mau pesan sekarang?”. Dan kami pun ahirnya memesan minuman. Setelah
pesanan datang kami masih bercerita. Sampai tidak terasa waktu menunjukkan pukul empat sore. Karena
aku tidak boleh pulang terlalu sore, aku meminta Andi agar kita pulang sekarang. Kita akhirnya
meninggalkan café itu setelah membayarnya.

Di perjalanan pulang aku merasa pusing sekali, entah kemapa. Kami akhirnya sampai di warung tempat
kami bertemu tadi siang. Teman-temanku masih ada di sana, malah tambah banyak dari yang
sebelumnya. Andi memarkirkan motornya, akupun turun dari motornya. Lagi-lagi kakiku bergetar,
ditambah lagi kepalaku yang pusing ini. Aku sempat mengobrol dengan teman-temanku sebentar, Andi
menjauh dari parkiran motor dan menuju masjid. Namun kepala ini rasanya pusing sekali, tadinya aku
mau menunggu Andi dan memintanya mengatarku pulang. Tapi aku sudah tidak tahan lagi ingin tidur.
Aku akhirnya berpamitan pada yang lain dan jalan sendiri menuju tempat angkot tujuan rumahku untuk
segera pulang. Walau pusing aku merasa senang sekali, rasanya satu hari ini telah mengubah hidupku,
mengubah sudut pandangku, dan tentu saja mengubah hatiku.

Ketika sampai di rumah aku tidur selama dua jam. Aku tidak berganti pakaian dulu. Aku langsung
tertidur di kasur ketika sampai. Ketika aku bangun aku langsung berganti pakaian, aku duduk di tepi
kasurku, mengingat-ingat kejadian hari ini.. rasanya bila mengingatnya aku tertawa sendiri. Aku
tersenyum setiap mengingat semua cerita yang Andi ceritakan padaku. Rasanya aku
menyukainya… malamnya aku online YM. Noraks is online now, aku tersenyum melihat tulisan itu. Aku
segera membuka ID itu. Ketika aku mengetik ternyata Andi telah mengetik lebih dulu.

“heh.. gak sopan kamu. Pulang gak pamitan dulu” katanya

“hahaha.. sori atuh, tadi tuh aku pusing banget.. jadi aja pulang duluan”

“kan kamu bisa tunggu saya dulu, nanti saya anterin..”

“ya soalnya tadi pusiiiiiing banget.. haha maap maap..” diikuti emoticon tertawa.

Dia membalasnya dengan emoticon tertawa pula. Aku senang sekali hari ini. Aku telah menemukan
seseorang yang dapat membuatku tersenyum dan tertawa bila mengingatnya. Satu bulan berlalu pada
bulan Rhamadan ini, kami menjadi sering bertemu dan pada tanggal 14 september aku mulai sering
smsan sama Andi. Rasanya tidak ada satu haripun aku nggak smsan sama dia, sanpai-sampai inboxku
penuh. Tanpa terasa lebaran sudah tiba. 20 september. Baju baru, celana baru, hati baru, juga pacar
baru. Yup! Sekarang Andi telah menjadi pacarku. Sebuah hadiah dari Allah SWT. untukku. Sebuah
mimpi yang dijadikan kenyataan. Untunglah dulu aku tidak bilang pada Andi bahwa kacamataku sudah
ada. Satu bulan yang lalu aku bertemu dengannya, jalan-jalan dengannya, dan satu bulan pula aku
menyimpan rasa sukaku terhadap Andi. Dan akhirnya pada ahir bulan Rhamadan kami berpacaran. 30
hari yang menyenangkan, itu semua berkat satu hari pada tanggal 20 agustus. Satu hari yang kuharap
akan jadi selamanya.

Anda mungkin juga menyukai